scholarly journals EDUKASI PERPAJAKAN MELALUI PEMBELAJARAN MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

2020 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 547
Author(s):  
Hasbi Ali ◽  
Indra Kesuma Hadi

Kesadaran pajak oleh warga negara ini perlu diedukasi sedemikian rupa, terutama melalui institusi pendidikan. Hal ini dimungkinkan karena salah satu fungsi pajak adalah untuk penyediaan fasilitas pendidikan yang memadai. Dalam hal ini, pasal 3 Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab”. Tulisan tentang edukasi kesadaran pajak ini selain sebagai sumbangan pemikiran teoritis dalam khasanah ilmu pengetahuan terkait dengan perpajakan secara umum, secara khusus tulisan ini bertujuan untuk: (1) Memberikan pengetahuan tentang hak dan kewajiban warganegara, (2) Memberikan pengetahuan tentang kesadaran hukum warganegara, dan (3) Memberikan pengetahuan tentang kesadaran untuk membayar pajak warganegara. Edukasi kesadaran pajak dapat dibelajarkan melalui mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) karena tujuannya adalah menanamkan pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), sikap kewarganegaraan (civic disposition), dan keterampilan kewarganegaraan (civic skills). Kesadaran membayar pajak dari warganegara ini sangat ditentukan oleh kesadaran hukumnya, sehingga warga negara menaatinya. Kesadaran pajak ini perlu terus ditumbuhkembangkan, terutama kepada generasi muda (mahasiswa) sebagai pemegang estafet pembangunan nasional yang berkelanjutan (sustainable development). Dimana, pajak yang dipungut merupakan devisa negara yang akan digunakan untuk pembiayaan pembangunan nasional.

2019 ◽  
Vol 25 (3) ◽  
pp. 393
Author(s):  
WIJIANTO WIJIANTO

ABSTRACTThis study aims to determine: 1) the availability of national resilience learning resources for Civic Education subjects; 2) relevance of learning resources for national resilience in Civic Education subjects with indicators of student competency achievement; and 3) the obstacles experienced by teachers in the use of national resilience learning resources for Civic Education subjects.The study uses a qualitative approach that is strengthened by quantitative data. Data collection using interviews, observation, study documents, and questionnaires. Data validity testing uses data triangulation and method triangulation. Data analysis uses an interactive analysis model.Conclusions of the results of the study: 1) The availability of national resilience learning resources for PPKn subjects is quite adequate because there are available Student Books, Student Worksheet, and websites as a source of material for threats to the Republic of Indonesia. 2) Material to Be Wary of Threats to the Republic of Indonesia on learning resources for national resilience in PPKn subjects, especially Student Books, Student Worksheet, and the website does not meet the indicators of student competency achievement because the material only presents civic knowledge and civic disposition, while civic skills have not been fully presented because they only fulfill intellectual skills while participatory skills have not yet been fulfilled. 3) The obstacle of teachers in the use of national resilience learning resources for PPKn subjects for Student Books and Student Worksheet, which is there is material which is wrong and the extent of the material is lacking. The website is constrained by wifi signals and some contain invalid information.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) ketersediaan sumber belajar ketahanan nasional mata pelajaran PPKn; 2) relevansi sumber belajar ketahanan nasional mata pelajaran PPKn dengan indikator pencapaian kompetensi siswa; dan 3) kendala yang dialami guru dalam pemanfaatan sumber belajar ketahanan nasional mata pelajaran PPKn.Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang diperkuat data kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, studi dokumen, dan angket. Pengujian validitas data menggunakan triangulasi data dan triangulasi metode. Analisis data menggunakan model analisis interaktif.Kesimpulan hasil penelitian: 1) Ketersediaan sumber belajar ketahanan nasional mata pelajaran PPKn cukup memadai karena tersedia Buku Siswa, LKS, dan website sebagai sumber materi ancaman terhadap NKRI. 2) Materi Mewaspadai Ancaman terhadap NKRI pada sumber belajar ketahanan nasional mata pelajaran PPKn, khususnya Buku Siswa, LKS, dan website belum memenuhi indikator pencapaian kompetensi siswa karena materi hanya menyajikan civic knowledge dan civic disposition, sementara civic skill belum sepenuhnya disajikan karena baru memenuhi intellectual skills sedangkan participatory skills belum terpenuhi. 3) Kendala guru dalam pemanfaatan sumber belajar ketahanan nasional mata pelajaran PPKn untuk Buku Siswa dan LKS, yaitu terdapat materi yang keliru dan keluasan materinya kurang. Website terkendala sinyal wifi dan beberapa memuat informasi tidak valid.


2021 ◽  
Author(s):  
Habibah

Sistem politik Indonesia dewasa ini sedang mengalami proses demokratisasi yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan politik nasional, melainkan juga terhadap dinamika sistem-sistem lain yang menunjang penyelenggaraan kehidupan kenegaraan. Pembangunan sistem politik yang demokratis tersebut diarahkan agar mampu mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan makin mempererat persatuan dan kesatuan Indonesia yang akan memberikan ruang yang semakin luas bagi perwujudan keadilan sosial dan kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Pendidikan politik pada hakikatnya adalah rangkaian usaha untuk menyosialisasikan nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, agar tingkah laku politik warga negara dalam kesehariannya selalu berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar NRI 1945.Permasalahan yang di hadapi adalah partisipasi politik generasi muda belum dimaksimalkan dan generasi muda masih belum paham akan sesungguhnya pendidikan politik, sehingga partisipasi politik masih rendah, hal tersebut dikatakan Affandi dan Anggraeni (2011: 39) :…generasi muda merupakan aset partisipasi dalam politik yang masih belum dimaksimalkan. Generasi muda masih belum paham akan sesungguhnya pendidikan politik yang ada. Alhasil, partisipasi terhadap politik pun masih rendah.Pendidikan politik menginginkan agar siswa berkembang menjadi warganegara yang baik, yang menghayati nilai-nilai dasar yang luhur dari bangsanya dan sadar akan hak dan kewajibannya di dalam kerangka nilai-nilai tersebut, untuk itu pendidikan kewarganegaraan perlu diajarkan di sekolah dengan alasan bahwa siswa memerlukan pengertian yang lebih mendalam mengenai nilai-nilai politik baik sebagai kerangka berpikir dalam mengambil keputusan maupun sebagai landasan dalam diskusi umum.Dalam konteks ini peranan dan tanggungjawab sekolah seyogianya mampumemperkuat kebajikan siswa dan kesadaran sebagai warga negara dan membantu siswa untuk melihat kesesuaiannya dari aspek kewarganegaraan dalam kehidupannya. Oleh karena itu, pendidikan kewarganegaraan didalamnya terdapat pengembangan kompetensi warga negara untukmembentuk partisipasi siswa sebagai bagian dari warga negara yang bermutu dan bertanggungjawab. Pendidikan Kewarganegaraan berperan penting dalam kegiatan menjelaskan kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan siswa dalam nilai-nilai politik.Suryadi (2000:24) menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan menekankan pada empat hal Pertama, Pendidikan Kewarganegaraan bukan lagi sebagai indoktrinasi politik. Kedua, Pendidikan Kewarganegaraan mengembangkan state of mind, pembangunan karakter bangsa merupakan proses pembentukan warga negara yang cerdas serta berdaya nalar tinggi. Pendidikan Kewarganegaraan memusatkan perhatian pada pembentukan kecerdasan (civic intelligence), tanggungjawab (civic responsibility), dan partisipasi (civic participation) warga negara sebagai landasan untuk mengembangkan nilai dan perilaku demokrasi. Ketiga, Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu proses pencerdasan, pendekatan mengajar yang selama ini seperti menuangkan air kedalam gelas watering down seharusnya diubah menjadi pendekatan yang lebih partisipatif dengan menekankan pada latihan penggunaan nalar dan logika.Keempat, Pendidikan Kewarganegaraan sebagai laboratorium demokrasi, sikap dan perilaku demokratis perlu berkembang.Winataputra (2001:317) memandang bahwa:Pendidikan Kewarganegaraan dalam paradigma baru mengusung tujuan utama mengembangkan “civic competences” yakni civic knowledge(pengetahuan dan wawasan kewarganegaraan), civic disposition (nilai, komitmen, dan sikap kewarganegaraan), dan civic skills (perangkat kecakapan intelektual, sosial, dan personal kewarganegaraan) yang seyogianya dikuasai oleh setiap individu warga negara.Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) berkaitan dengan materi substansi yang seharusnya diketahui oleh warga negara berkaitan dengan hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Pengetahuan ini bersifat mendasar tentang struktur dan sistem politik, pemerintah dan sistem sosial yang ideal sebagaimana terdokumentasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta nilai-nilai universal dalam masyarakat demokratis serta cara-cara kerjasama untuk mewujudkan kemajuan bersama dan hidup berdampingan secara damai dalam masyarakat global.


2016 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 188-198
Author(s):  
Pipit Widiatmaka

This study has the objective to discuss in depth about the obstacles experienced by Citizenship Education teacher in building the student’s character. This type of research is qualitative. Data collection method were literature study and observation. Data were analyzed using interactive data analysis. Civic Education is a lesson that must be given to students from elementary school to college, so it is not denied that Civic Education has a significant in building a good citizen. Basically, Civic Education teacher's responsibility is huge, because the task is not only to build knowledge of civic (civic knowledge), but also to build the skills of civic (civic skills) and character (civic disposition). Up to now, the effort were not yet brought about a maximal result. The reasons were many such as cognitive-heavy, lack of teacher’s competence, had teaching the emphasis on civic knowledge, but not civic skills and dispositions. 


Author(s):  
Pāvels Jurs

There is a crucial importance for the country in the diverse participation of. Being aware of the potential of interaction of individual, community and the society, thus with a help of civic education facilitating the development of individual's civic competence. However, for basing the pedagogical activities of the formation of citizenship on the primary stage, it is necessary to develop a model of civic competence. Summarizing and analysing a number of theoretical approaches, using theoretical methods of research and being aware of the curriculum regulatory framework in the publication, developed model of civic competences is provided for the further discussion. Thus, through civic education and assuming the developed model of civic competences, young people's civic knowledge, responsibility, civic skills and capacity to participate in decision-making processes can be contributed.


Author(s):  
Didit Yoga Sudibyo

Three Dimensional Pop Up Cards Efforts to Improve Constitutional Knowledge and Practices through the Good News Classmeeting, is the learning of PPKn in the counstitution field which emphasizes three components of PPKn learning, namely civic knowledge, civic skills and civic disposition. Learning with the help of three dimensional media Pop Up makes it interesting and makes it easy to learn articles in the UUD 1945 constitution. Learning with audio video media containing new news in constitutional practice brings students knowledge closer and will form students ready in constitutional practice in Indonesia Keywords: pop up cards, counstitution, good news classmeeting


2021 ◽  
Author(s):  
Buddy Melchor Castillo ◽  
Franz Willard L. Domogen ◽  
Jomar Alforque ◽  
Gemma D. Ayson ◽  
Ace Kevin E. Leaño ◽  
...  

Discourse on pivotal current issues through and in education is the best approach to promote civic engagement and meaningful political participation among the youth. In this paper, the benefits of civic education empowerment from among Grade 12 students of Sablan National High School was explored. The essence of civic education empowerment has three main goals: political knowledge and understanding, democratic attitudes, and a readiness for democratic political action. Schools play an important role in catalyzing increased civic engagement; they can do this by enabling the youth to develop and practice the knowledge, beliefs, and behaviours needed to participate in civic life. The ripple effect of civic education empowerment is manifested in the relevant learning experiences obtained by the participants in terms of their civic knowledge and civic skills. As to how these civic knowledge and civic skills enhance their civic dispositions and participation, it is evident that participant-respondents assimilated the necessary civic knowledge for an informed choice which reflects their civic dispositions in the formulation of their standards for suffrage. Civic knowledge, civic skills, and civic dispositions and participation constitute the core elements of an informed and active citizenship.


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 149
Author(s):  
Irwan Efendi
Keyword(s):  

Demokrasi pada dasarnya harus didukung dengan praktik partisipasi politik warga negara baik dalam memengarui pengambilan, mengkritisi, dan pelaksanaan keputusan yang diambil oleh pemerintah. Partisipasi politik sesungguhnya dilandasi oleh kesadaran politik dan kepercayaan terhadap sistem politik yang dianut oleh warga negara yang bermoral dan bertanggungjawab. Hal tersebut melandasi perlunya peranan Pendidikan Kewarganegaraan sebagai sarana pengembangan civic competences yakni civic knowledge, civic skills, dan civic disposition untuk mengenalkan partisipasi politik pada diri siswa Sekolah Dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan peranan Pendidikan Kewarganegaraan terhadap pengembangan pengenalan partisipasi politik siswa Sekolah Dasar melalui pengembangan kompetensi kewarganegaraan di lingkungan sekitarnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode desk study dimana data diperoleh melalui teknik studi pustaka yang kemudian diperiksa dan dianalisis menggunakan data sekunder. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan sarana yang tepat untuk mengembangkan kompetensi kewarganegaraan dalam peroses pengenalan partisipasi politik siswa Sekolah Dasar. Berdasarkan temuan tersebut, disimpulkan bahwa praktik Pendidikan Kewarganegaraan mendorong siswa Sekolah Dasar untuk mampu pencapai tujuan Pendidikan Kewarganegaraan yakni mendorong peserta didik menjadi warga negara yang memahami partisipasi politik baik dari sudut pandang konsep maupun praktik yang bertanggungjawab dalam kehidupannya.


2018 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 148-160
Author(s):  
Lili Halimah ◽  
Anisah Anisah

Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia, dan diharapkan dapat menciptakan manusia yang berkualitas. Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tiga kompetensi yang dapat  membentuk “the ideal democratic citizen” yakni kompetensi civic knowledge, civic skills, dan  civic disposition. Pembelajaran PPKn mengaitkan antara teori dengan praktek nyata di lapangan, dan berhubungan dengan nilai-nilai budaya yang beragam dan majemuk. Faktor yang mempengaruhi nilai budaya lokal dalam melestarikan kebudayaan melalui  upacara adat pesta laut Blanakan Kabupaten  Subang Jawa Barat yang dilakukan setahun sekali  guna  menghormati leluhurmya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian (a) Masyarakat nelayan memunculkan civic knowledge yang diarahkan oleh para tokoh, sehingga memiliki kesadaran untuk melestarikan nilai-nilai kebudayaan, yang mampu mengeksplorasi dan memanfaatkan potensi alam daerah, (b) Nilai-nilai dalam pesta laut, selalu memerlukan civic skill yang cakap dalam mengorganisasikan kegiatan, semua ini diperlukan partipatory skill, dan (c) Membentuk karakter masyarakat nelayan pada pesta laut, dengan cara memberi tahu dan mengajarkan hal-hal yang baik oleh para tokoh budaya. Dengan demikian perlu ditanamkan the ideal democratic citizen untuk meningkatkan kecintaan pada  nilai budaya lokal, dan tidak terpengaruh oleh budaya asing.----------------------------------------------------------- Internalization the value of citizenship education in the traditional sea party tradition (Pesta Laut Blanakan)  in order to develop the ideal democratic citizenEducation has an important role in human life and is expected to create quality human beings. Citizenship Education has three competencies that can form the ideal democratic citizen, namely civic knowledge, civic skills, and civic disposition competencies. PPKn learning links theory with real practice in the field, and deals with diverse and pluralistic cultural values. Factors that influence the value of local culture in preserving culture through the Blanakan Subang regency West Java regency traditional ceremony which is conducted annually to honor its ancestors. This study uses a qualitative approach. Research results (a) The fishing community raises civic knowledge directed by leaders, so that they have an awareness to preserve cultural values, which are able to explore and utilize the natural potential of the region, (b) Values in sea party, it always requires civic skills that competent in organizing activities, all of this requires participatory skills, and (c) forming the character of fishing communities at sea party, by telling and teaching good things by cultural leaders. Thus it is necessary to instill the ideal democratic citizen to increase the love of local cultural values, and not be influenced by foreign cultures.


Author(s):  
I Wayan Budiarta

Pada dasarnya penelitian ini mengambilkeyakinan masyarakat Balibahwa agama, kebudayaan, ilmu pengetahuandan pendidikan adalah satu hal yang kontinum, seperti Albert Einstein yang menyatakan “science without religion is lame, religion without science is blind. Secara yuridis-normatif keyakinan ini telah tercermin dalam sistem pendidikan nasional kita yang tersurat dalam UUD 1945 dan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Tetapi sayangnya karena dominasi dan hegemoni praktek pendidikan nasional yang cenderung mengabaikan nilai-nilai agama dan budaya spiritual,sehingga prinsip pendidikan yang humanis, holistik, religius belumtercapaidengan baik. Jika pendidikan tidak ingin mencabut generasi mudanyadari akar budayanya,maka praktek PKnperlu ditransformasikan ke arah praktek pendidikan yanghumanis-holistik dan religius dengan mengintegrasikan kearifan lokalmasyarakat yang bersumber dari nilai-nilai ajaran agama(local genius). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan pada peningkaan kompetensi kewarganegaraan siswa dengan menggunakan “Pendekatan Belajar Catur Asramamelalui taxonomi Tri Kaya Parisudha”dibandingkan dengan pendekatanbelajar PKn konvesional. Penelitian ini mengambil lokasi di SMA Negeri di kota Singaraja dengan metode penelitian QuasiExperiment. Sampel penelitiannya adalah8kelasyakni berjumlah 233 orang siswadari empat SMA Negeri yang ada di kota Singaraja.Secara umum,hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada peningkaan kompetensi kewarganegaraan dalam halpengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), sikap kewarganegaraan (civic disposition), dan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) siswa SMA Negeri di kota Singaraja dengan menggunakan pendekatan belajarCatur Asramamelalui taxonomi Tri Kaya Parisudhadibandingkan dengan penggunaan pendekatanbelajar PKn konvensional


2021 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
Author(s):  
Buddy Melchor Castillo ◽  
◽  
Franz Willard L. Domogen ◽  
Jomar Alforque ◽  
Gemma D. Ayson ◽  
...  

Discourse on pivotal current issues through and in education is the best approach to promote civic engagement and meaningful political participation among the youth. In this paper, the benefits of civic education empowerment from among Grade 12 students of Sablan National High School was explored. The essence of civic education empowerment has three main goals: political knowledge and understanding, democratic attitudes, and a readiness for democratic political action. Schools play an important role in catalyzing increased civic engagement; they can do this by enabling the youth to develop and practice the knowledge, beliefs, and behaviours needed to participate in civic life. The ripple effect of civic education empowerment is manifested in the relevant learning experiences obtained by the participants in terms of their civic knowledge and civic skills. As to how these civic knowledge and civic skills enhance their civic dispositions and participation, it is evident that participant-respondents assimilated the necessary civic knowledge for an informed choice which reflects their civic dispositions in the formulation of their standards for suffrage. Civic knowledge, civic skills, and civic dispositions and participation constitute the core elements of an informed and active citizenship.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document