scholarly journals EVALUASI FUNGSI EKOLOGIS VEGETASI DI JALUR HIJAU KAWASAN PERMUKIMAN KELURAHAN KOTABARU, KECAMATAN GONDOKUSUMAN, KOTA YOGYAKARTA

2019 ◽  
Author(s):  
Ruhil Pahala Kusuma

Permasalahan lingkungan perkotaan meliputi peningkatan suhu, pencemaran udara akibat kendaraan bermotor, serta peningkatan kebisingan sehingga menciptakan kondisi kurang nyaman bagi masyarakat. Pengelolaan jalur hijau menjadi salah satu alternatif mengatasi permasalahan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah menentukan keanekaragaman dan kategori pohon untuk fungsi ekologis di jalur hijau serta mempelajari kondisi iklim dan tingkat kebisingan di jalur hijau kawasan permukiman Kotabaru. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli hingga Desember 2018. Penelitian dilaksanakan pada 20 ruas jalan lokal di Kelurahan Kotabaru, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, dengan purposive sampling, analisis KPI (Key Performance Index), Indeks Keanekaragaman Vegetasi, dan uji Anova. Hasil penelitian menunjukkan nilai indeks keanekaragaman spesies sebesar 2,14 dengan kategori sedang. Vegetasi di kawasan permukiman Kotabaru yang memiliki karakteristik morfologi sangat baik dan baik sebagai peredam kebisingan sebesar 21,84% dan 51,84%; sebagai peneduh 4,21% dan 26,05%; sebagai kontrol kelembaban 8,42% dan 60%; serta sebagai penahan angin 20,26% dan 68,42% dari total pohon sampel. Pohon dengan nilai tertinggi kategori sangat baik untuk fungsi peredam kebisingan adalah tanjung (Mimusops elengi), fungsi peneduh adalah ketapang (Terminalia catappa), fungsi kontrol kelembaban adalah kelapa gading (Cocos nucifera), serta fungsi penahan angin adalah biola cantik (Ficus lyrata). Kondisi kebisingan di Kotabaru lebih bising dan kondisi suhu lebih panas dibandingkan standar kenyamanan ekologis, sedangkan kondisi kelembaban dan kecepatan angin memenuhi standar kenyamanan ekologis.

2021 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 38-44
Author(s):  
Ratu Segi Regita ◽  
Nur Intan Simangunsong ◽  
Abdul Chalim

Ruang terbuka merupakan hal utama pada setiap aktifitas di ruang luar khususnya tempat yang padat pengguna dan memiliki beragam kegiatan seperti kampus. Fungsi ruang terbuka sebagai tempat berinteraksi, bermain, berolahraga, tempat bersantai dan tempat parkir.  Selain itu ruang terbuka juga memiliki fungsi sebagai pengendali  mikro klimat dan penyerapan air hujan. Dalam hal ini vegetasi berpengaruh pada setiap perencanaan ruang terbuka. Ruang terbuka kampus Indonesia Port Corporation University memiliki jenis dan aktifitas yang beragam, oleh karena itu peletakan pada vegetasi disetiap ruang terbuka kampus harus disesuaikan dengan fungsi dan kriterianya. Namun masih ada lokasi pada ruang terbuka kampus Indonesia Port Corporation University yang  peletakan vegetasinya tidak sesuai dengan fungsi dan kriteria vegetasi tersebut. Penelitian dilakukan pada 4 lokasi dan 8 titik disetiap area ruang terbuka yang ditentukan berdasarkan purposive sampling. Metode yang digunakan pada penelitian yaitu kualitatif dengan literature review untuk mengetahui jenis dan fungsi vegetasi yang akan diteliti lalu untuk menentukan kriteria vegetasi yang sesuai dengan (1) fungsi peneduh (2) fungsi pengarah (3) fungsi penyerap polutan (4) fungsi estetika dan peletakan pada setiap ruang terbuka kampus dilakukan menggunakan metode kuantitatif Key Performance Index (KPI). Hasil dari penelitian peletakan vegetasi dengan fungsi peneduh yang memiliki nilai scor tertinggi ada pada lokasi 1 yaitu tempat yang digunakan sebagai tempat parkir (66,25%) karena didalamnya didominasi pohon tanjung dengan kriteria pola peletakan tanaman yang ditanam berbaris dan bermassa daun padat. Lokasi 3 memiliki scor tertinggi (80%) yang peletakan vegetasinya sebagai fungsi pengarah karena didominasi oleh vegetasi bertajuk kolumnar dan ditanam secara berbaris. Peletakan vegetasi yang sesuai dengan fungsi sebagai penyerap polutan terdapat pada lokasi 4 (67,85%)dimana kriteria vegetasi yang mendominasi yaitu bermassa daun padat dan percabangannya menyebar. Sedangkan untuk peletakan vegetasi dengan fungsi estetika terdapat pada lokasi 3 (88,33%) karena pada lokasi ini didominasi oleh vegetasi dengan kriteria bentuk tajuk serta percabangan menarik dan terdapat variasi warna terhadap (daun, batang,bunga dan buah). Penelitian ini menunjukkan bahwa peletakan vegetasi sangat mempengaruhi kondisi ruang terbuka suatu tapak untuk itu diperlukan kajian mengenai fungsi dan kriteria vegetasi sebelum perencanaan pengembangan suatu kawasan pada tapak.


2019 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 68
Author(s):  
Yuli Rosianty ◽  
Delfy Lensari ◽  
Pini Handayani

Taman Wisata (TWA) Punti Kayu mempunyai peranan yang penting dalam menjaga keseimbangan iklim Kota Palembang melalui kemampuan dalam menyerap dan menyimpan karbon. Keberadaan dari vegetasi di TWA dapat mempengaruhi kondisi iklim setempat, mampu merubah suhu dan kelembaban udara.   Tujuan penelitian ini  untuk mengetahui pengaruh sebaran vegetasi terhadap suhu dan kelembaban  yang  ada di TWA Punti  Kayu dilakukan dengan menggunakan metode survey dengan teknik purposive sampling dari luas Hutan wisata Alam Punti Kayu. Data yang diambil meliputi jenis data vegetasi, suhu udara dan kelembaban udara. selanjutnya akan dihitung nilai INP dan suhu serta kelembabannya. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa Taman Wisata Alam (TWA) memiliki 18 jenis vegetasi pohon yaitu Pinus (Pinus mercusii), Talok (Muntingia calabura), Mahoni (Swietenia macrophylla), Akasia (Acacia mangium, Jarak (Jatropha curcas), Sungkai (Peronema canescen), Kelapa (Cocos nucifera), Angsana (Pterocarpus indicus), Jambu Eropa (Syzygium sp), Ketapang (Terminalia catappa), Salam (Syzygium polyanthum), Sonokeling (Dalbergia latifolia), Pulai (Alstonia scholaris), Bengkal (Albizia procera), Balam (Palaquiun qutta), Aren (Arenga pinnata), Sengon (Albizia chinensis ) dan Bungur (Lagerstroemia speciosa),. Taman Wisata Alam Punti Kayu terdapat tiga zona yaitu Zona Pemanfaatan, Zona Perlindungan, Zona Rawa, Zona perlindungan dengan luas 4,5 ha memiliki sebaran vegetasi yang lebih beragam dibanding zona pengelolaan lainnya, ditemukan 12 jenis pohon yang di dominasi oleh bungur (Lagerstroemia Sp) dan pinus (pinus mercusii) dengan kerapan relatif tertinggi pinus mencapai kelembaban yang lebih tinggi ( 85,50% ) dengan suhu paling rendah ( 28,60OC) dibandingkan dengan Zona pengelolaan lainnya. Pada Zona pemanfaatan dengan luas 39,90 Ha memiliki sebaran vegetasi didominasi jenis pinus, mahoni dan akasia yang sudah tertata dan banyak ditemukan obyek wisata dan wahana permainan memiliki kelembaban rata-rata 74,7% dengan suhu rata-rata 30,62 OC. Sedangkan zona rawa dengan luas 5,60 Ha memiliki kelembaban paling rendah dan suhu paling tinggi dibanding dua zona lainnya (53,33% dan 33,28OC), hal ini dikarenakan pada zona rawa banyak ditemukan lahan terbuka dengan vegetasi yang sedikit dan didaminasi oleh rerumputan.


2010 ◽  
Vol 110 (6) ◽  
pp. 823-840 ◽  
Author(s):  
Jeh‐Nan Pan ◽  
Tzu‐Chun Kuo ◽  
Abraham Bretholt

Author(s):  
Tony Badrick ◽  
Mohamed Saleem ◽  
Wesley Wong

Background Reporting critical results in a timely manner is a crucial role of clinical laboratories. Traditionally, these results were reported using the phone or fax system. However, there are now other modes of communication for this reporting. Quality improvement in any organization is driven by detection of errors and benchmarking against peers. In the case of critical result reporting, there are few current widely used Benchmarking schemes. Methods The Roche Clinical Chemistry Benchmarking Survey in 2019 added questions about critical result reporting including the mode of communication and turnaround time key performance index. This survey includes over 1100 laboratories from 20 countries. Results The survey revealed a range of communication strategies with phone calls still the commonest followed by email. The key performance index for most laboratories was less than 10 min. Conclusion Benchmarking can provide key information for quality improvement activities, particularly pre- and postanalytical.


2015 ◽  
Vol 761 ◽  
pp. 180-185 ◽  
Author(s):  
Nazrul Idzham Kasim ◽  
Mohd Azam Musa ◽  
Akhtar Razul Razali ◽  
Noraishah Mohamad Noor ◽  
Wan Ahmad Najmuddin Wan Saidin

Today competitive manufacturing requires innovative approaches in the production management, as well as for customer satisfaction. Production management requires an effective and efficient maintenance management system. One approach to improve the performance of the maintenance system is through the implementation of Total Productive Maintenance (TPM). The key performance index to measure the effectiveness of TPM implementation is Overall Equipment Effectiveness (OEE). The TPM activities will eliminate equipment losses related to availability, performance rate, and quality rate. Hence, the TPM implementation will increase the OEE value. This paper outlines the theories of TPM and OEE. The paper also presents the studies carried out by different authors to show the improvement of OEE through implementation of TPM in manufacturing, such as electronic industry, steel manufacturer, as well as locomotive components manufacturer.


2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 96-104
Author(s):  
I Dewa Putu Darma ◽  
Arief Priyadi ◽  
Rajif Iryadi

The Ethnobotany study of society advantage knowing plant species that be used and this usefulness. This study purpose identification plant’s utilization and local wisdom in Bedugul area. This method is purposive sampling that based profession with interview to Dukun, Baten, housewife, Farmer, craftsmen and builder. Filed data were processed with quantitative to get the benefit index (BI) on 181 species. Top ten species have been the highest of BI such as: Musa paradisiaca (0.026718), Arenga pinnata (0.022901), Artocarpus integer (0.015267), Cocos nucifera (0.015267), Colocasia esculenta (0.015267), Curcuma domestica (0.015267), Schizostachyum brachyckadum (0.015267), Moringa oleifera (0.01145), Aleurites moluccanus (0.01145) & Allium sativum (0.01145). Four of them have rare status i. e: Borassus flabellifer, Alstonia scholaris, Eeucresta horsfieldii & Saurauia bracteosa. Bali culture which has reserved with conservation education (Tumpek Wariga ceremony, Wana Kertih & Danau Kertih) makes the environment sustainability.  


Author(s):  
CRI WAHYUNI BRAHMI YANTI ◽  
NURFAIDA NURFAIDA ◽  
A KAISAR ALRIAN A KAISAR ALRIAN

ABSTRACT Evaluation of Functional and Aesthetic Value of Park Maccini Sombala of Makassar City as Horticultural Parks This study aims to evaluate the functional and aesthetic value of Park Maccini Sombala, Makassar as a horticultural park and make recommendations based on the evaluation. The research phases consisted of an inventory phase, analysis, and synthesis. The inventory phase was conducted to collect data on the physical, biophysical and social. The analysis phase was conducted based on descriptive and qualitative analysis on the data collected and KPI (Key Performance Index) assessment for the physical components, the quality of the park, soft materials, hard materials, as well as visitors. Synthesis phase was carried out to make a recommendation of allocation of the park as park horticulture. Evaluation of the functional and aesthetic value indexes of Park Maccini Sombala as horticultural garden result in KPI total value of all components of 0.70 on a scale of 0 - 1. The proposed recommendations are divided into general recommendations and the specific recommendations. Addition and improvement of soft and hard material condition are given as the general recommendation, whereas specific recommendations is specified for the allocation of the park as horticultural parks, namely the development of the park's horticultural experimental garden, seed, garden education and research, as well as horticultural tourist park.   Keywords : key performance index, functional and aesthetic evaluation, hortikultura park


2021 ◽  
Vol 251 ◽  
pp. 01067
Author(s):  
Yuexiong Gong ◽  
Wei Ying ◽  
Yunxun Yu ◽  
XiaoZhong Zhou ◽  
Xiaping Fan

Taking Hangzhou cigarette factory as an example, this paper establishes a key performance index system through integrating the balanced scorecard (BSC) and key performance index (KPI). The index system includes the first-level and 13 second-level indicators in four dimensions of finance, customers, internal processes, as well as learning and growth. Through Analytic Hierarchy Process (AHP) and fuzzy comprehensive evaluation method, it constructs an evaluation model of key corporate performance, finally achieves the actual performance levels of the enterprise, as well as puts forward the improvement suggestions. This evaluation method mainly includes the steps of determining the domain of evaluation factors at all levels, determining the evaluation level, determining fuzzy weight vectors of various indexes, establishing the fuzzy relation matrix and calculating comprehensive evaluation results. It has high accuracy in the process of performance evaluation, which has certain reference and guiding significance for improving the comprehensive competitiveness.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document