HUBUNGAN JENIS SUMBER AIR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DERMATITIS DI DESA KEDUNGRANDU KECAMATAN PATIKRAJA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016

2016 ◽  
Vol 35 (4) ◽  
pp. 322-327
Author(s):  
Presilia Jesica ◽  
Nur Hilal ◽  
Khomsatun Khomsatun

Dermatitis merupakan peradangan kulit sebagai respon terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan seperti polutan dan alergen-alergen. Data Dinas Kesehatan Banyumas Tahun 2015 kasus Dermatitis tertinggi Kecamatan Patikraja 1.358 pasien. Bulan Nopember tahun 2015, pasien Dermatitis tertinggi 138 orang di Desa Kedungrandu. Wilayah Desa Kedungrandu merupakan lokasi Tempat Pembuangan Akhir Gunung Tugel dimana tempat pembuangan akhir gunung tugel merupakan yang terbesar di Banyumas. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan jenis sumber air dan personal hygiene dengan kejadian Dermatitis  Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan case control dengan 27 responden kasus dan 27 responden kontrol. Variabel penelitian ini sarana sumber air dan personal hygiene yang terdiri dari perilaku mandi, perilaku berpakaian dan perilaku tidur. Analisis menggunakan analisis SPSS versi 1.7 dengan uji chi-square dengan α 0,05. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang memiliki hubungan dengan kejadian penyakit Dermatitis adalah jenis sumber air dengan nilai p value= 0,001, personal hygiene merupakan variabel yang tidak mimiliki hubungan dengan kejadian penyakit Dermatitis di Desa Kedungrandu dengan hasil nilai p value= 1,000. Kesimpulan penelitian yaitu jenis sumber air dapat menjadi salah satu faktor penyebab Dermatitis di Desa Kedungarandu. Peneliti menyarankan dari pihak puskesmas meningkatkan kerja sama dengan pemerintah desa untuk melakukan penyuluhan dan meningkatkan program kesehatan lingkungan.

2021 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
Author(s):  
Devinda Novitasari ◽  
Suprijandani . ◽  
Ferdian Akhmad Ferizqo

           Penyakit skabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh infestasi sarcoptes scabies, hal ini dikarenakan kurangnya memelihara kebersihan diri (personal hygiene). Personal hygiene meliputi : kebersihan kulit, kebersihan  tangan dan kuku, kebersihan kaki, kebersihan pakaian, kebersihan handuk, dan kebersihan tempat tidur. Skabies menempati posisi ke – 2 dari 5 penyakit terbesar di Pondok Pesantren As – Syafi’iyah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan personal hygiene santri dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren As - Syafi’iyah Sidoarjo tahun 2020.         Penelitian ini menggunakan studi analitik, jenisnya observasional dengan pendekatan case control. Variabel yang diteliti ialah : kebersihan kulit, tangan, kuku, kaki, pakaian dan handuk. Sampel yang diambil sebanyak 66  responden sakit skabies dan 66 sebagai kontrol, dengan menggunakan teknik random sampling. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara. Analisis data ditunjukkan dengan uji chi square.      Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 15 responden (11,4%) kurang menjaga kebersihan kulit, lalu 19 responden (14,4%) kurang menjaga kebersihan tangan dan kuku, sebanyak 20 responden (15,2%) kurang menjaga kebersihan kaki, kemudian 19 responden (14,4%) kurang menjaga kebersihan pakaian, dan sekitar 17 responden (12,9%) kurang menjaga kebersihan handuk.      Kesimpulan ada hubungan antara kebersihan kulit dengan kejadian skabies (p-value = 0,00), terdapat pula hubungan antara kebersihan tangan dan kuku dengan kejadian skabies (p-value = 0,00), kejadian skabies juga dipengaruhi oleh kebersihan kaki (p-value = 0,01), kebersihan pakaian (p-value = 0,03), dan kebersihan handuk (p-value = 0,06). Pengelola Pondok pesantren perlu mengadakan  penyuluhan tentang kebersihan diri. Sanitarian dapat berperan sebagai penyuluhnya. Seluruh santri hendaknya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).


Author(s):  
Elma Mentaya ◽  
Noraida Noraida ◽  
Abdul Khair

Based on the Hulu Sungai Tengah District Health Office report, scabies continues to exist and is a problem that must to resolved immediately. The working area of the Pagat Health Center, which is one of the sub-districts in Hulu Sungai Tengah, experienced the highest increase in scabies cases. The purpose of this study was to determine personal hygiene relations include bathing habits and habit of using soap together with scabies in the working area of the Pagat Health Center. This type of research uses a retrospective approach (case-control study), which compares the behaviour of the sick group with a lively group associated with the incidence of scabies. The sample of this research is 30 people. Data will be analyzed using the x2 test (Chi-square). The results of this study indicate there is a relationship between bathing habits with the incidence of scabies P-value = 0.026 <α = 0.05, there is a relationship between the use of soap with the prevalence of scabies P-value = 0.024 <α = 0.05. Suggestions such as providing health education with excellent and correct bathing methods, using liquid soap or antiseptic soap.


2017 ◽  
Vol 36 (4) ◽  
pp. 494-500
Author(s):  
Presilia Jesika ◽  
Nur Hilal

Dermatitis merupakan peradangan kulit sebagai respon terhadap pengaruh faktor-faktor lingkunganseperti polutan dan alergen-alergen. Data Dinas Kesehatan Banyumas Tahun 2015 kasus Dermatitistertinggi Kecamatan Patikraja 1.358 pasien. Bulan Nopember tahun 2015, pasien Dermatitis tertinggi138 orang di Desa Kedungrandu. Wilayah Desa Kedungrandu merupakan lokasi TempatPembuangan Akhir Gunung Tugel dimana tempat pembuangan akhir gunung tugel merupakan yangterbesar di Banyumas. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan jenis sumber air danpersonal hygiene dengan kejadian Dermatitis Metode penelitian yang digunakan adalah observasidan case control dengan 27 responden kasus dan 27 responden kontrol. Variabel penelitian inisarana sumber air dan personal hygiene yang terdiri dari perilaku mandi, perilaku berpakaian danperilaku tidur. Analisis menggunakan analisis SPSS versi 1.7 dengan uji chi-square dengan α 0,05.Hasil penelitian menunjukkan variabel yang memiliki hubungan dengan kejadian penyakit Dermatitisadalah jenis sumber air dengan nilai p value= 0,001, personal hygiene merupakan variabel yangtidak mimiliki hubungan dengan kejadian penyakit Dermatitis di Desa Kedungrandu dengan hasilnilai p value= 1,000. Kesimpulan penelitian yaitu jenis sumber air dapat menjadi salah satu faktorpenyebab Dermatitis di Desa Kedungarandu. Peneliti menyarankan dari pihak puskesmasmeningkatkan kerja sama dengan pemerintah desa untuk melakukan penyuluhan dan meningkatkanprogram kesehatan lingkungan.


2021 ◽  
Vol 13 (01) ◽  
pp. 18
Author(s):  
Nurma Ika Zuliayanti ◽  
Naily Maslakhah

ABSTRAKLatar belakang: Salah satu penyakit kulit yang paling sering dan angka kejadiannya cukup tinggi di negara berkembang adalah pedikulosis kapitis  atau kutu kepala. Di Pondok Pesantren API  Winong Kemiri, Kabupaten Purworejo pada bulan januari 2019 dari 125 santri yang mengalami Pedikulosis Kapitis sebanyak 100 santri. Tujuan: Untuk mengetahui Hubungan kebersihan lingkungan dengan Kejadian Pedikulosis Kapitis di pondok Pesantren API Winong kemiri, Kabupaten Purworejo. Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik, dengan pendekatan case control. Sampel penelitian ini adalah 125 sampel dengan tehnik sampling total sampling. Waktu penelitian pada tanggal 21 januari 2019- 2 maret 2019. Alat pengambilan data menggunakan checklist. Teknik analisa data menggunakan chi-square. Hasil penelitian: Perilaku kebersihan lingkungan yang tidak baik sebanyak 83 santri (66,4%) dan mengalami kejadian pedikulosis kapitis sebanyak 119 santri (95,2 %). Berdasar uji chi-square sebesar p value (0,000) < 12a">  (0,005). Simpulan: Ada hubungan yang signifikan kebersihan lingkungan dengan kejadian pedikulosis kapitis di pondok pesantren API Winong Kemiri, Kabupaten Purworejo. Saran: Memberi informasi pentingnya perilaku kebersihan lingkungan untuk mencegah pedikulosis kapitis.Kata kunci: Kebersihan Lingkungan, Kejadian Pedikulosis kapitisTHE RELATION OF PERSONAL BEHAVIOR HYGIENE WITH PEDICULOSIS CAPITIS INCIDENT AT ISLAMIC SCHOOL OF API WINONG KEMIRI, PURWOREJO CITYABSTRACTResearch Backhground : One of the most common skin diseases and a high incidence rate in developing countries is pediculosis capitis or head lice. In the API Winong Kemiri Islamic Boarding School, Purworejo Regency in January 2019 out of 125 students who experienced Pediculosis Kapitis as many as 100 students. The Purpose Research :To know correlation the personal behavior hygiene with incident of pediculosis capitis at islamic school of API Winong Kemir, Purworejo City. Research Method : This study used an observational analytic method, with a case control approach. The sample of this study was 95 samples with sampling techniques using simple random sampling. Time of research on January 21, 2019-2 March 2019. Data retrieval tools use a checklist. Data analysis techniques using Fisher's extract test. Results : The behavior of personal hygiene washing hairs giene2 x per week was 81 students (81.3%) and experienced pediculosis capitis as many as 93 santri (97.9%). Based on the correlation test fisher's extract test is p value (0.000)< a (0.005). Conclusion : There was no significant correlation between personal hygiene washing hair behavior and the incidence of pediculosis capitis in the API Winong Kemiri boarding school, Purworejo Regency. Suggestion : Provide information on the importance of washing personal hygiene behavior to prevent pedikulosis capitis.Keywords : Personal hygiene behavior, incidence of pediculosis capitis


2019 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 7-15
Author(s):  
Novita Scolastica Amsikan ◽  
Yuliana Radja Riwu ◽  
Deviarbi Sakke Tira

Leprosy is a disease caused by The mycobacterium leprae which has a 2-5 year incubation period that attack The skin, peripheral nerves, upper respirator mucosa and eyes. The number of leprosy cases in Kupang experienced fluctuatuions where Three were 63 cases in 2013, 61 cases in 2014, 74 cases in 2015 and 66 cases in 2016. The purpose of this Study has to analyze the riskf ractors associated with the incidence of leprosy in Kupang in 2018. The type of research used was an analytical survei using the Case Control desing. The Population in this Study were 66 people, with a Case sampel of 23 people and a Control sampel of 46 people, a total sampel of 69 people. The sampling technique used was simpel random sampling. The statistical test used was the Chi Square Test. The Results of the analysis showed that room temperatur factors had a significal relationship with the incidence leprosy with a P value of 0.002 (P<0,05) while knowledge, personal hygiene, length of contact, humidity, occupancy density did not have signifikan relationship with the incidence of leprosy. Suggestions for health institutions is that the should provide more comprehensive and sustainable education to the community in order to increase the knowledge about leprosy and the community should participate in conseling about leprosy and be able to participate in the prevention of leprosy.


2017 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 129
Author(s):  
Entia Nopa ◽  
Ranissa Dwi Imansari ◽  
Irwandi Rachman

Faktor Risiko Kejadian Penyakit Kulit Pada Pekerja Pengangkut Sampah Di Kota Jambi 1Entianopa, 2Ranissa Dwi Imansari, 3Irwandi Rachman       123Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Harapan Ibu, Jambi   Abstrak Latar Belakang: Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang membungkus otot-otot dan organ-organ dalam serta merupakan jalinan jaringan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar yang tidak berujung, semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit yang salah satunya adalah penyakit kulit. Penyakit kulit merupakan salah satu gangguan kesehatan yang sering dialami oleh pekerja pengangkut sampah. Berdasarkan komposisi sampah yang diangkut serta waktu paparan kerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara masa kerja, pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), dan personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit pada pekerja pengangkut sampah di Kota Jambi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional study. Sampel penelitian yaitu sebanyak 62 pekerja pengangkut sampah yang berada di Kantor Pekerjaan Umum dan Penata Ruang, yang mana seluruh populasi dijadikan sampel. Data dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan kesehatan oleh dokter dan dengan kuesioner, kemudian dianalisa menggunakan uji statistik chi-square. Hasil: Hasil menunjukan bahwa pekerja yang mengalami penyakit kulit sebanyak 35 pekerja (56,5%). Berdasarkan hasil analisis chi-square didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian penyakit kulit pada pekerja pengangkut sampah dimana nilai (p-value= 0,006), Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) nilai (p-value= 0,008), personal hygiene nilai (p-value= 0,008). Kesimpulan: Untuk meminimalisir risiko terjadinya penyakit kulit pada pekerja pengangkut sampah disarankan perlunya disusun standar operasional prosedur yang aman, penyediaan sarana sanitasi agar dapat mengurangi resiko terkena penyakit kulit. Pentingnya pemakaian APD dan perilaku hidup bersih dan sehat selama bekerja, serta diharapkan pekerja menggunakan APD pada saat bekerja dan lebih memperhatikan personal hygiene.   Kata kunci      : Masa Kerja, APD, Personal Hygiene


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 16
Author(s):  
Luqman Effendi ◽  
Nurul Khotimah

Keluhan pada organ reproduksi yang sering terjadi adalah Pruritus vulvae yaitu ditandai dengan adanya sensasi gatal parah dari alat kelamin perempuan. Pruritus vulvae disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus yang muncul 44% karena buruknya Personal Hygiene dan Hygiene Menstruasi. Penelitian Tahun 2015 di 4 wilayah di Indonesia yaitu di Nusa Tenggara Timur (NTT), Jawa Timur, Papua, dan Sulawesi Selatan terkait kebersihan saat menstruasi menemukan 67% remaja di kota dan 41% remaja di desa masih adanya perilaku negatif. Tujuan penelitian untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku hygiene menstruasi melalui Health Belief Model (HBM). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif  dengan menggunakan pendekatan cross sectional dengan sampel sebanyak 101 siswi SMPN 244 di Jakarta Utara, dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan chi square. Perilaku Hygiene Menstruasi baik baru dilakukan 55,4% responden. Perilaku Hygiene Menstruasi berhubungan secara signifikan dengan pengetahuan (OR=5,1), perceived threat (OR=3,9) dan perceived benefit (OR=3,3) dengan P Value < 0.005. Health Belief Model (HBM) bisa dipertimbangkan sebagai suatu pendekatan dalam upaya memperbaiki perilaku hygiene menstruasi pada remaja. Peningkatan pengetahuan direkomendasikan dengan menekankan pada ancaman penyakit yang berkaitan dengan perilaku hygiene menstruasi dan manfaat-manfaat yang langsung dirasakan oleh remaja berkenaan dengan perilaku higiene menstruasi.


2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 20-28
Author(s):  
Miftahul Jannah ◽  
Asnawi Abdullah ◽  
Melania Hidayat ◽  
Qatratul Asrar

Latar Belakang: Pneumonia merupakan pembunuh utama balita di seluruh dunia. Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Banda Aceh tahun 2018, jumlah balita penderita Pneumonia meningkat setiap tahunnya. Kasus Pneumonia balita yang paling banyak terdapat di UPTD Puskesmas Banda Raya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia pada Balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Banda Raya Kota Banda Aceh tahun 2019. Metode: Penelitian ini menggunakan desain Case Control Study atau Retrospective Study. Penelitian ini menggunakan total populasi dengan jumlah sampel adalah 142 anak balita berusia 12–59 bulan. Data dianalisis secara Univariat dan Bivariat. Analisis Bivariat menggunakan Uji Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% (p value0.05). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia adalah luas ventilasi rumah (OR=15.81; CI 95%=4.70-53.12; p value=0.0001); sedangkan umur balita (OR=1.15; CI 95%=0.54-2.43; p value=0.705); jenis kelamin (OR=1.11; CI 95%=0.57-2.16; p value=0.737); pengetahuan ibu (OR=0.38; CI 95%=0.12-1.24; p value=0.112); dan kepadatan hunian (OR=1.80; CI 95%=0.78-4.13; p value=0.163), tidak terbukti secara signifikan sebagai faktor risiko pneumonia balita di UPTD Puskesmas Banda Raya Kota Banda Aceh. Kesimpulan: Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia balita adalah luas ventilasi rumah. Oleh karena itu diperlukannya sanitasi lingkungan yang sehat sebagai upaya preventif terhadap kejadian Pneumonia, serta memperbaiki pola perilaku hidup bersih dan sehat.


Author(s):  
Risnati Malinda ◽  
Khairil Fauzan K
Keyword(s):  
P Value ◽  

ISPA adalah penyakit saluran pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis, fharingitis, dan otitis serta saluran pernafasan bagian bawah seperti laryngitis, bronchitis, bronchiolitis, dan pneumonia yang dapat berlangsung selama 14 hari. Batas waktu 14 hari diambil untuk menentukan batas akut dari penyakit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sanitasi fisik rumah yang meliputi ventilasi rumah, lantai, dinding serta atap rumah dan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian survei analitik dengan desain yang digunakan adalah rancangan case control dimana 27 responden berusia  > 20 tahun sebagai kasus dan 27 responden berusia > 20 tahun sebagai kontrol dengan total sampel sebanyak 54 responden. Teknik analisis data menggunakan statistik Chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian ISPA di Desa Alue Ie Mirah Kecamatan Pante Bidari Kabupaten Aceh Timur (P value = 0.000), sedangkan tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA di Desa Alue Ie Mirah Kecamatan Pante Bidari Kabupaten Aceh Timur (P value = 1.000).


2022 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 179-193
Author(s):  
Nur Fadhilah ◽  
Lusiyana Pangestuti ◽  
Rani Ardina

Stroke merupakan penyebab umum kematian ke tiga di Negara maju setelah penyakit kardiovaskular dan kanker. Stroke terjadi karena ada gangguan aliran darah ke bagian otak. Bentuknya dapat berupa lumpuh sebelah (hemiplegia), berkurangnya kekuatan sebelah anggota tubuh (hemiparesis), akibat lanjut pasien mengalami gangguan kebersihan diri (personal hygiene). Dorthea Orem menjelaskan bahwa perawatan diri merupakan kegiatan memenuhi kebutuhan dalam mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Model Orem diperluas dari perawatan individu menjadi perawatan keluarga. Salah satu faktor yang mempengaruhi kebutuhan pemenuhan kebersihan diri menurut Orem adalah sistem keluarga. Tujuan penelitan ini adalah diketahuinya  hubungan dukungan keluarga dengan personal hygiene pada pasien stroke di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu Tahun 2020. Jenis penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional.  Populasi  berjumlah 83 orang dan sampel 69 orang dengan teknik sampling accidental sampling. Alat pengumpul data menggunakan kuesioner dan lembar observasi kemudian dianalisis menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p-value = 0,000) dukungan keluarga dengan personal hygiene pada  Pasien Stroke. Pemberian perawatan yang komprehensif sebaiknya melibatkan peran serta keluarga,  hal ini sejalan dengan tugas keluarga yaitu memberikan perawatan pada angota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document