ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS BANDA RAYA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2019

2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 20-28
Author(s):  
Miftahul Jannah ◽  
Asnawi Abdullah ◽  
Melania Hidayat ◽  
Qatratul Asrar

Latar Belakang: Pneumonia merupakan pembunuh utama balita di seluruh dunia. Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Banda Aceh tahun 2018, jumlah balita penderita Pneumonia meningkat setiap tahunnya. Kasus Pneumonia balita yang paling banyak terdapat di UPTD Puskesmas Banda Raya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia pada Balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Banda Raya Kota Banda Aceh tahun 2019. Metode: Penelitian ini menggunakan desain Case Control Study atau Retrospective Study. Penelitian ini menggunakan total populasi dengan jumlah sampel adalah 142 anak balita berusia 12–59 bulan. Data dianalisis secara Univariat dan Bivariat. Analisis Bivariat menggunakan Uji Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% (p value0.05). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia adalah luas ventilasi rumah (OR=15.81; CI 95%=4.70-53.12; p value=0.0001); sedangkan umur balita (OR=1.15; CI 95%=0.54-2.43; p value=0.705); jenis kelamin (OR=1.11; CI 95%=0.57-2.16; p value=0.737); pengetahuan ibu (OR=0.38; CI 95%=0.12-1.24; p value=0.112); dan kepadatan hunian (OR=1.80; CI 95%=0.78-4.13; p value=0.163), tidak terbukti secara signifikan sebagai faktor risiko pneumonia balita di UPTD Puskesmas Banda Raya Kota Banda Aceh. Kesimpulan: Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia balita adalah luas ventilasi rumah. Oleh karena itu diperlukannya sanitasi lingkungan yang sehat sebagai upaya preventif terhadap kejadian Pneumonia, serta memperbaiki pola perilaku hidup bersih dan sehat.

Author(s):  
Elma Mentaya ◽  
Noraida Noraida ◽  
Abdul Khair

Based on the Hulu Sungai Tengah District Health Office report, scabies continues to exist and is a problem that must to resolved immediately. The working area of the Pagat Health Center, which is one of the sub-districts in Hulu Sungai Tengah, experienced the highest increase in scabies cases. The purpose of this study was to determine personal hygiene relations include bathing habits and habit of using soap together with scabies in the working area of the Pagat Health Center. This type of research uses a retrospective approach (case-control study), which compares the behaviour of the sick group with a lively group associated with the incidence of scabies. The sample of this research is 30 people. Data will be analyzed using the x2 test (Chi-square). The results of this study indicate there is a relationship between bathing habits with the incidence of scabies P-value = 0.026 <α = 0.05, there is a relationship between the use of soap with the prevalence of scabies P-value = 0.024 <α = 0.05. Suggestions such as providing health education with excellent and correct bathing methods, using liquid soap or antiseptic soap.


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 47-58
Author(s):  
Fadia Rifqi Ayu Firyal

Hipertensi merupakan penyebab penyakit kardiovaskular, stroke, gagal ginjal dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas baik pada pria maupun wanita. Peningkatan prevalensi terjadi pada negara maju, namun juga pada sejumlah negara berkembang di dunia. Prevalensi meningkat seiring bertambahnya usia terutama setelah wanita menopause. Peningkatan risiko pada wanita menopause dipengaruhi adanya perubahan hormonal, pengaruh pola konsumsi seperti konsumsi lemak, adanya obesitas dan juga kurangnya aktivitas fisik. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara konusmsi lemak, obesitas dan aktivitas fisik dengan hipertensi usia menopause. Penelitian ini menggunakan desain case control study dan jenis penelitian retrospektif dengan populasi penelitian yaitu pasien wanita ≥ 45 tahun di poli jantung RSU Haji Surabaya. Besar sampel penelitian ini adalah sejumlah 64 responden. Teknik sampling yang digunakan yaitu simple random sampling.   Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dengan kuesioner serta pengukuran BMI untuk mengukur berat badan dan tinggi badan. Analisis data dengan uji chi-square untuk menguji hubungan variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan konsumsi lemak (p value = 0,042) dan aktivitas fisik (p value = 0,046) bermakna secara signifikan (nilai p < 0,05) terhadap hipertensi usia menopause. Sedangkan variabel obesitas (p value = 0,614) menunjukkan hasil yang tidak bermakna secara signifikan.


2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 109-117
Author(s):  
Muh Zul Azhri Rustam ◽  
Ayu Citra Mayasari

Penyakit TB Paru merupakan penyakit infeksius dan menular sampai saat ini masalah kesehatan masyarakat. Hasil studi pendahuluan penduduk yang berada didaerah pesisir diperoleh kesehatan lingkungan rumah masih ada beberapa yang belum memenuhi syarat rumah sehat. Tujuan penelitian menganalisis pengaruh kesehatan lingkungan rumah pada pasien TB paru di Puskesmas Kenjeran Surabaya. Desain penelitian yang digunakan case control study dengan pendekatan retrospektif. Sampel pada penelitian menggunakan rasio 1:1 dengan jumlah 66 untuk kasus dan 66 untuk kontrol. Instrument pengumpulan data menggunakan lembar observasional, kuesioner, luxmeter dan hygrometer dilakukan dengan cara simple random sampling. Data dianalisis menggunakan Chi-Square. Hasil yang diperoleh bahwa terdapat pengaruh antara humanian space, kelembaban, pencahayaan, ventilasi udara dan jenis dinding rumah terhadap Pasien TB di pesisir Surabaya dibuktikan dengan analisis data diperoleh nilai p-value< 0,05. Hal ini dikarenakan sebagian besar kondisi rumah responden yang terdapat diwilayah pesisir sangat padat penduduknya dalam satu rumah sehingga suplai oksigen didalam tubuh kurang dan ditunjang juga dengan luas ventilasi udara kurang maksimal.


Author(s):  
Endalkachew H. Maru ◽  
Tigist W. Leulseged ◽  
Ishmael S. Hassen ◽  
Wuletaw C. Zewde ◽  
Nigat W. Chamesew ◽  
...  

ABSTRACTBackgroundAs the number of new cases and death due to COVID-19 is increasing, understanding the characteristics of severe COVID-19 patients and identifying characteristics that lead to death is a key to make an informed decision. In Ethiopia, as of September 27, 2020, a total of 72,700 cases and 1165 deaths were reported.ObjectiveThe study aimed to assess the determinants of death in Severe COVID-19 patients admitted to Millennium COVID-19 Care Center in Ethiopia.MethodsA case-control study of 147 Severe COVID-19 patients (49 deaths and 98 discharged alive cases) was conducted from August to September 2020. A comparison of underlying characteristics between cases (death) and controls (alive) was assessed using a chi-square test and an independent t-test with a p-value of <0.05 considered as having a statistically significant difference. Multivariable binary logistic regression was used to assess a statistically significant association between the predictor variables and outcome of Severe COVID-19 (Alive Vs Death) where Adjusted Odds ratio (AOR), 95% CIs for AOR, and P-values were used for testing significance and interpretation of results.ResultsHaving diabetes mellitus (AOR= 3.257, 95% CI= 1.348, 7.867, p-value=0.00), fever (AOR=0.328, 95% CI: 0.123, 0.878, p-value= 0.027) and Shortness of breath (AOR= 4.034, 95% CI= 1.481, 10.988, p-value=0.006) were found to be significant predictors of death in Severe COVID-19 patients.ConclusionsThe outcome of death in Severe COVID-19 patients is found to be associated with exposures to being diabetic and having SOB at admission. On the other hand, having a fever at admission was associated with a favorable outcome of being discharged alive.


2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 671
Author(s):  
Ida Ayu Made Mahayani

Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban pada sembarang waktu. Ketuban pecah dini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya infeksi dan asfiksia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara lama ketuban pecah dini aterm dengan kejadian infeksi pada neonatus periode 1 januari s/d 31 desember 2010 di RSU Provinsi NTB. Metode yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan case control study dengan tehnik pengambilan data sistematik random sampling untuk kelompok control dan total populasi untuk kelompok kasus. Pada penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 155 sampel yang memenuhi kreteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian didapatkan bahwa responden dengan ketuban pecah dini aterm yang ≥ 12 jam mengalami infeksi neonatus sebesar 31 kasus (50,8%) dan tidak mengalami infeksi sebesar 30 kasus (49,2%). Sedangkan ketuban pecah dini aterm yang < 12 jam yang mengalami infeksi sebesar 26 kasus (27,7%) dan yang tidak mengalami infeksi sebesar 68 kasus (72,3%). Uji statistik menggunakan Chi-square didapatkan hasil P value sebesar 0,003 dengan alpha 0,05 (α = 5%) dan uji statistik menggunakan Coefisien Contingency didapatkan P value sebesar 0,003 dengan alpha 0,05 (α = 5%) maka terdapat Hubungan Antara Lama Ketuban Pecah Dini Aterm dengan Kejadian Infeksi Pada Neonatus Periode 1 Januari s/d 31 Desember 2010 di RSU Provinsi NTB.


2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 227-238
Author(s):  
Farissa Ulfa ◽  
Oktia Woro Kasmini Handayani

ABSTRAK Kasus demam tifoid di Kabupaten Tegal pada tahun 2016 yaitu sebanyak 11.387 kasus dan Puskesmas Pagiyanten merupakan puskesmas dengan jumlah kasus demam tifoid tertinggi yaitu sebanyak 377 kasus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian demam tifoid di Puskesmas Pagiyanten Kabupaten Tegal.  Jenis penelitian yang digunakan adalah studi case control dengan sampel sebesar 43 kasus dan 43 kontrol. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square. Hasil yang didapatkan faktor yang berhubungan dengan kejadian demam tifoid meliputi kebiasaan makan di luar rumah (p-value=0,001), kebiasaan mencuci tangan sebelum makan (p-value=0,02), kebiasaan mencuci tangan setelah BAB (p-value=0,04), kebiasaan mencuci bahan makanan mentah (p-value=0,007), dan jamban sehat (p-value=0,04). Simpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan antara kebiasaan makan di luar rumah, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, kebiasaan mencuci tangan setelah BAB. kebiasaan mencuci bahan makanan mentah, dan jamban sehat dengan kejadian demam tifoid di Puskesmas Pagiyanten Kabupaten Tegal.   Kata Kunci: Faktor Risiko, Demam Tifoid   ABSTRACT Typhoid fever in Tegal regency in 2016 were 11,387 cases, and Puskesmas Pagiyanten with the highest number of cases of typhoid fever of 377 cases. The purpose of this study was to determine the factors associated with the incidence of typhoid fever in Puskesmas Pagiyanten Tegal regency. The research used case control study with 43 cases and 43 controls. The instrument used is a questionnaire. The data were analyzed by univariate and bivariate using chi-square test. The results of factors related to the occurrence of typhoid fever include eating habits outside the home (p-value=0.001), hand washing before eating habits (p-value=0.02), hand washing habit after defecate (p-value=0.04), the habit of washing raw food (p-value=0,007), and healthy latrines (p-value=0,04). The conclusion of this research is there is a relationship between eating habits outside the home, the habit of washing hands before eating, habit of washing hands after defecate, the habit of washing raw food, and healthy latrines with the incidence of typhoid fever in Puskesmas Pagiyanten Kabupaten Tegal. Keywords: Risk Factors, Typhoid Fever


2021 ◽  
Author(s):  
Angela McLigeyo ◽  
Jamilla Rajab ◽  
Peter Oyiro ◽  
Mohammed Ezzi ◽  
Yatich Bett ◽  
...  

Abstract Background Imatinib is the gold standard for the treatment of all phases of Philadelphia positive Chronic Myeloid Leukemia (CML). During treatment, patients may develop cytopenia. We aimed to study the baseline characteristics and factors associated with cytopenia at a Nairobi Hospital. Methods This was a retrospective case-control study of patients aged ≥ 18 years on follow-up at the Glivec International Patient Access Program (GIPAP) clinic from 2007–2015. The cases consisted of CML patients on imatinib who developed cytopenia. The controls were CML patients on imatinib who did not develop cytopenia. Baseline socio – demographic, clinical, hematologic, and molecular data were retrieved from patients’ files. Chi square or fishers’ exact tests were used to analyze for differences between cytopenia and no cytopenia. Binary logistic regressions were employed to identify relationships. Univariate and multivariate analyses were done to identify independent predictors of cytopenia. Odds ratios (OR) were presented including the 95% confidence intervals and respective p values. Results A total of 201 patients were studied. Males were 52%, 42% were aged 36–50 years, 70% had symptoms for > 12 months before diagnosis, 78.6% had B symptoms at baseline, 80% had a moderate splenomegaly at baseline, 40% and 37.4% developed cytopenia within 3 months and 3–6 months respectively after imatinib initiation. Baseline neutrophilia, neutropenia, anaemia, thrombocytosis, thrombocytopenia was found in 68%, 11%, 11%, 23.5% and 11% respectively. Baseline hemoglobin, neutrophil and platelet level were significantly different between the cytopenia and the no cytopenia group. On univariable analysis, baseline anemia with hb < 7.9g/dL (p = 0.002), neutropenia (p = 0.001), neutrophilia > 100,000/mm3 (p = 0.002) and thrombocytopenia (p = 0.001) increased the odds of developing cytopenia. On multivariable analysis, baseline anaemia (p value < 0.002), neutropenia (p value < 0.001), thrombocytopenia (p value, < 0.001) and thrombocytosis (p value, 0.033) increased the odds of developing cytopenia. Conclusion Odds of cytopenia were higher in presence of baseline cytopenia and thrombocytosis. Clinicians should have a high index of suspicion for these patients.


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Siti maisyaroh Fitri Siregar

ABSTRACT               The objective of the research was to analyze the risk factors of  women with the history of normal childbirth had delivery by section caesarea.             The research used observational analytic method with case-control study design. The samples consisted of 42 cases and 42 controls, taken by using consecutive sampling technique. Dependent variable was childbirth with CS and independent variables were parity, accompanied illness, and reference. The gathered data were analyzed by using univatriate analysis, bivariate analysis with chi square test, and multivatriate analysis at α = 0.05.             The result of the research from multivariate analysis showed that the variables which had significant influence on childbirth with SC were parity (p = 0.006; OR = 5.801 95% CI = 1.642-19.110),accompanied illness (p = 0.03; OR = 6.382 95% CI = 1.198-33.992), and reference (p = 0.003; OR = 6.350 95% CI = 1.874-21.522). The variable which had the most dominant influence childbirth with CS was accompanied illness. p-value = 97% which indicated that childbirth women with the parity > 2 had accompanied illness and the reference to the hospital had the possibility to give birth with CS of 97%.             It is recommended to do family planning programme, and prevent the illness during pregnant, apply ANC according to the standard, and make sure that the childbirth is safe from Period I to Period III.   Keywords: Risk Factor, Caesarea, Case-Control


2017 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Wary Purnama

Judul : Faktor Lingkungan dan Perilaku Yang Berhubungan Dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Muara Pawan Kabupaten Ketapang, Kalimantan BaratLatar belakang: Tahun 2015, terdapat 79 kasus filariais di Kecamatan Muara Pawan Kabupaten Ketapang dengan micrifilaria rate sebesar 2,5%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor lingkungan dan perilaku dengan kejadian filariasis, serta mengidentifikasi spesies nnyamuk yang diduga sebagai vektor filariasis.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan case control. Subyek penelitian terdiri dari 32 kasus dan 32 kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Analisis data menggunakan uji Chi-square dengan taraf signifikasi 0,05.Hasil: Dari 419 nyamuk yang ditangkap. Tidak ditemukan adanya larva cacing dalam tubuh nyamuk. Hasil identifikasi nyamuk menemukan 6 spesies yaitu Anopheles letifer, Mansonia uniformis, Culex tritaeniorhyncus, Culex vishnui, Culex cressipes, and Mansonia annulifera. Analisis statistik menunjukkan bahwa keberadaan breeding places, resting places, pengetahuan, dan kebiasaan keluar pada malam hari merupakan faktor risiko kejadian filariasis di Kecamatan Muara Pawan Kalimantan Barat.Simpulan: Faktor lingkungan dan perilaku masyarakat merupakan faktor risiko kejadian filariasis di Kecamatan Muara Pawan Kabupaten Ketapang. ABSTRACTTitle: Enviromental and Community Behaviour Factors Associated with the incidence of Lymphatic Filariasis in Muara Pawan Distrct of Ketapang Regency, West KalimantanBackground: In the year of 2015, there were 79 cases of filariasis in Ketapang Regency and in Muara Pawan District, in particular, from 32 cases who contracted microfilariae resulted in Mf rate = 2,5% while for prevalence rate (PR) = 2,18. The objectives of this research were to analyze correlation between evironmental and community behavioral factors associated with cases of filariasis as well as to identify the mosquitos which are being the potential vector of filariasis.  Methode: The research was an observational one with a case-control study. The cases and the control of this research were both using 32 respondents. The data were collcted by doing observation and interviews. The collected data were than analyzed using chi-square test. Results: From the surgery of 419 mosquitos, it was revealed that the mosquitoes contained zero filarial larvae, while for the species identification, there were six species of mosquitoes indentified, i.e Anopheles letifer, Mansonia uniformis, Culex tritaeniorhyncus, Culex vishnui, Culex cressipes, and Mansonia annulifera. The resulth of statistical analysis revealed that there were 4 variables associated with the cases of filariasis in Muara Pawan Distict of Ketapang Regency, ie. breeding places (p-value = 0,047), resting places (p-value = 0,007), knowledge (p-value = 0,045), and habit of going out at night (p-value = 0,043)Conclusion: It is concluded that there is a correlation between 4 mentioned variables with the cases of filariasis in Muara Pawan Dictrict of Ketapang Regency.


2019 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 19
Author(s):  
Sucinah Wijirahayu ◽  
Tri Wahyuni Sukesi

Latar Belakang: Salah satu penyakit berbasis lingkungan yaitu Demam Berdarah Dengue yang sampai saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat dikarenakan penyebaran penyakit ini yang begitu cepat dan berpotensi menimbulkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari 4 virus dengue yang berbeda, cara penularan penyakit DBD ini melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Penularan penyakit DBD dapat dipengaruhi dari faktor lingkungan yang meliputi lingkungan fisik, kimia dan biologi. Kondisi lingkungan fisik, keadaan suatu rumah juga mempengaruhi dalam penyebaran penyakit DBD ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kondisi fisik rumah dengan kejadian DBD.Metode: Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan menggunakan rancangan penelitian case control study, subyek penelitian yaitu 8 kasus dan 24 kontrol. Sampel untuk kontrol ditentukan dengan teknik purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi. Analisis data menggunakan uji Chi-square dan fisher exact sebagai uji alternatif.Hasil: Ada hubungan antara ventilasi dengan p value (p=0,039) dan nilai (OR=0,072, CI= 0,006-0,849), Tidak ada hubungan antara kelembaban dengan nilai p value (p=0,642) dan nilai (OR=0,347,CI= 0,036-3,367) dan Ada Hubungan antara pencahayaan dengan nilai p value (p=0,039) dan nilai (OR=0,072, CI=0,006-0,849) dengan kejadian demam Berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Kalasan Kabupaten Sleman.Simpulan: Ada hubungan yang signifikan antara ventilasi berkasa dan pencahayaan, sedangkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kelembaban dengan  kejadian demam Berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Kalasan Kabupaten Sleman. ABSTRACTTitle : Relationship between Physical Environmental Condition and the incidence of dengue hemorrhagic fever in the working area of Kalasan Health Center, Sleman RegencyBackground: Transmission of DHF can be influenced by several factors, namely environmental factors which include the physical, chemical and biological environment. The condition of the physical environment, the condition of a house also affects the spread of dengue disease. The purpose of this study was to determine the relationship between the physical condition of the house and the incidence of DHF.Methods: This research was based on the observational analytic  using a case control study design, the research subjects were 32 samples with purposive sampling technique. The research instrument were observation sheets. Data analysis used Chi-square test and fisher exact as an alternative test.Results: There was a relationship between ventilation and p value (p = 0.039) and value (OR = 0.072, CI = 0.006-0.849), there weren’t relationship between humidity and p value (p = 0.642) and value (OR = 0.347, CI = 0.036-3.336) and there was a relationship between lighting with p value (p = 0.039) and value (OR = 0.072, CI = 0.006-0.849) with the incidence of dengue hemorrhagic fever in Kalasan Public Health Center Working Area at Sleman Regency.Conclusion: There was significant relationship between ventilation and lighting, while there wasn’t significant relationship between humidity and the incidence of dengue hemorrhagic fever in Kalasan Public Health Center Working Area at  Sleman Regency.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document