Hubungan Paparan CO terhadap Saturasi Oksigen dan Kelelahan Kerja pada Petugas Parkir

2018 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 78
Author(s):  
Moh. Rivandi Dengo ◽  
Ari Suwondo ◽  
Suroto Suroto

AbstractAir pollution from toxic materials is one of the world's health problems. The study was aimed to measure and analyze carbon monoxide (CO) exposure with oxygen saturation and work fatigue in parking attendants. The research method was quantitative research with cross sectional study approach that was the measurement of variables carried out simultaneously. The non-random sampling method of sampling with total sampling technique that all parking attendants on the Setiabudi street in Semarang City. The number of research subjects was 30 people. The results showed that as much as 26.7% with abnormal CO exposure, 70.0% abnormal oxygen saturation, 56.7% of the study subjects experienced moderate fatigue and 43.3% mild fatigue. The results of bivariate analysis showed that CO exposure not normal with abnormal oxygen saturation 75.0%, while normal CO exposure with abnormal oxygen saturation 62.8%, statistical test results obtained p value = 1,000. Analysis of abnormal CO exposure with moderate work fatigue 25.0%, while normal CO exposure with moderate work fatigue 68.2%, statistical test results obtained p value = 0.035. It was concluded that CO exposure was not associated with oxygen saturation and CO exposure had a significant associated with work fatigue.Keywords; CO exposure, work fatigue, oxygen saturationAbstrakPencemaran udara yang berasal dari bahan toksik merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis paparan karbon monooksida (CO) terhadap saturasi oksigen dan kelelahan kerja pada petugas parkir. Metode penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study yakni pengukuran variabel dilakukan secara bersamaan. Metode pengambilan sampel non random sampling dengan tekhnik total sampling yakni seluruh petugas parkir di jalan Setiabudi Kota Semarang. Jumlah subjek penelitian sebanyak 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 26,7% dengan paparan CO tidak normal, 70,0% saturasi oksigen tidak normal, 56,7% subjek penelitian mengalami kelelahan sedang dan 43,3% kelelahan ringan. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa paparan CO tidak normal dengan saturasi oksigen tidak normal 75,0%, sementara paparan CO normal dengan saturasi oksigen tidak normal sebanyak 62,8%, hasil uji statistic diperoleh nilai p value = 1,000. Analisis paparan CO tidak normal dengan kelelahan kerja sedang 25,0%, sementara paparan CO normal dengan tingkat kelelahan kerja sedang 68,2%, hasil uji statistic diperoleh nilai p value = 0,035. Disimpulkan bahwa paparan CO tidak berhubungan dengan saturasi oksigen dan paparan CO memiliki hubungan signifikan dengan kelelahan kerja.Kata kunci; kelelahan kerja, paparan CO, saturasi oksigen

Author(s):  
Indra Agussamad ◽  
Maya Sari

Perawat merupakan petugas kesehatan dengan presentasi terbesar dan memegang peranan penting dalam pemberian pelayanan kesehatan.WHO (2013) mencatat, dari 39,47 juta petugas kesehatan di seluruh dunia, 66,7%-nya adalah perawat. Di Indonesia, perawat juga merupakan bagian terbesar dari tenaga kesehatan yang bertugas di rumah sakit yaitu sekitar 47,08% dan paling banyak berinteraksi dengan pasien. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional study dengan jumlah sampel 72 perawat dengan menggunakan teknik simple random sampling,dan penelitian ini secara univariat dan bivariat dengan Chy-Square yang disajikan dalam bentuk tabel. Hasil menunjukkan bahwa terdapat adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan, pengawasan, motivasi, sikap dan ketersediaan alat terhadap kepatuhan perawat rawat inap dalam menggunakan alat pelindung diri dengan(p-value< 0,05).


2021 ◽  
Vol 1 (4) ◽  
Author(s):  
Kartini Kartini ◽  
Jafriati Jafriati ◽  
Cece Suryani Ismail

AbstrakKecemasan merupakan kondisi emosional yang ditandai dengan kekhawatiran yang berlebihan terhadap berbagaiperistiwa kehidupan sehari hari. Kecamasan di tengah pandemi Covid-19 yang berpotensi terus meningkat danmenjadi suatu ancaman terhadap kondisi kesehatan mental masyarakat di seluruh dunia. Mahasiswa rentan terhadapkecemasan, keadaan dapat menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang itu terpaksaberadaptasi atau menanggulangi stressor yang timbul. Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahuifaktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan di masa pandemi Covid-19 pada mahasiswa Universitas HaluOleo. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional study dengan menggunakan teknikpengambilan sampel proportional random sampling yang berjumlah 364 orang. Uji statistik menggunakan uji Chi square.Hasil penelitian menunjukkan tingkat kecemasan di masa pandemi Covid-19 pada mahasiswa Universitas Halu Oleodidapatkan 57 responden (15,7%) mengalami kecemasan ringan, ditemukan bahwa tidak ada hubungan bermaknaantara status tempat tinggal (p value = 0,074 > 0,05) dan sistem interaksi pembelajaran (p value = 0,152 > 0,05),sebaliknya ada hubungan bermakna antara pengetahuan mengenai Covid-19 (p value = 0,014< 0,05), dukungan sosial(p value = 0,000< 0,05), pendapatan orang tua (p value = 0,031< 0,05) dan keberadaan kerabat atau teman terinfeksiCovid-19 (p value = 0,000< 0,05). Keadaan psikologi mahasiswa harus diperhatikan selama masa pandemi Covid-19berlangsung.Kata kunci : Kecemasan, Pengetahuan, Tempat Tinggal, Dukungan Sosal, Pendapatan, Covid-19, Pembelajaran 


2021 ◽  
Author(s):  
Rana Kurdi ◽  
Hanan Abdul Rahim ◽  
Ghadir Al-Jayyousi ◽  
Manar Yaseen ◽  
Aetefeh Ali ◽  
...  

Background: Electronic cigarette (e-cigarette) use is becoming popular worldwide especially among youth. Research reported that university students have poor knowledge and misconceptions about the health risks of e-cigarettes, which may lead students to use them even in populations where prevalence of cigarette smoking is relatively low. At this age, the influence of peers is also significant. In this study, we assessed the prevalence of e-cigarette use among university students as well as their knowledge and attitudes towards e-cigarettes. Methodology: We conducted a cross-sectional study among Qatar University students using a self-administered online questionnaire. Descriptive univariate analysis of all variables was conducted as well as a bivariate analysis to check the association of e-cigarette use with selected variables. A binary logistic regression was conducted to assess predictors of e-cigarette use. Results: The prevalence of e-cigarette use among students was found to be 14% where 32% of them were daily users. Approximately 42% of the participants agreed that ‘e-cigarettes are less harmful to health compared to traditional cigarettes, and 45.7% of them agreed that ‘e-cigarettes can prevent smoking traditional cigarettes. The prevalence of e-cigarettes use was 16.2% among males and 12.8% among females, which showed no significant difference between the two genders. Females were more likely to use e-cigarettes because they “don’t smell” (P-value=0.023). The study showed a significant association between e-cigarette use and knowledge items (P-value < 0.05) and having a smoker among siblings or friends. At the multivariate analysis level, only the friends’ effect remained significant after controlling for the other variables (OR= 7.3, P-value=0.000). Conclusion: Our research found that university students have inadequate knowledge and misconceptions in regards to e-cigarettes use, especially among users. Effective smoking prevention policy and educational interventions are needed to enhance awareness among university students about the health effects associated with e-cigarettes use.


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 269-283
Author(s):  
Elmayanti ◽  
Andi Nuddin ◽  
Makhrajani Majid

Safety driving merupakan bagian dari budaya keselamatan jalan (road safety culture) yang melihat bagaimana tindakan aman seseorang dalam mengemudi. Terdapat dua faktor yang berhubungan dengan safety driving, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Tujuan penelitian ini untuk menunjukkan faktor apa saja yang berpengaruh terhadap safety driving. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study. Populasi dalam penelitian ini pengemudi mobil tangki yang bekerja di PT Elnusa Petrofin Parepare. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode random sampling sebanyak 64 orang. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Ho ditolak jika nilai p<0.05 dan Ha diterima jika nilai p>0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari enam variabel yang diukur pengaruhnya dengan safety driving, lima diantaranya menunjukkan pengaruh yang positif yaitu masa kerja = 0.008, keikutsertaan diklat = 0.015, peran rekan kerja = 0.000, kondisi jalan = 0.000 , dan kondisi cuaca = 0.000 yang berpengaruh terhadap safety driving, sedangkan satu variabel lainnya tidak menunjukkan pengaruh terhadap safety driving dengan p value 0.231. Oleh karena itu disarankan kepada pengemudi untuk mengikuti diklat safety driving dalam meningkatkan kemampuan berkendaraan.


2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 72
Author(s):  
Widiya Nisa ◽  
Rapael Ginting ◽  
Ermi Girsang

Insiden kanker serviks di dunia menurut WHO tahun 2015 diperkirakan sekitar 445.000 kasus baru pada tahun 2012 dengan jumlah kematian sekitar 270.000 orang. Salah satu upaya yang dilakukan untuk penanganan kanker serviks adalah melakukan program deteksi dini melalui metode inspeksi visual asam asetat (IVA). Menurut data Kementrian Kesehatan tahun 2015, program IVA telah berjalan pada 1.986 Puskesmas di 304 kabupaten/kota yang berada di 34 provinsi di Indonesia. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2015, Wilayah kerja Puskesmas Mandala merupakan salah satu dari lima wilayah kerja Puskesmas terendah untuk cakupan wanita usia subur yang melakukan deteksi dini kanker serviks sebanyak 69 orang dari 10.579 WUS atau hanya sekitar 0,65%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) pada wanita usia subur di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung Kota Medan tahun 2018. Jenis Penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan Cross Sectional Study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Wanita Usia Subur (WUS) di wilayah kerja Puskesmas Mandala berjumlah 22.259 orang dengan jumlah sampel 50 responden dengan cara pengambilan sampel penelitian yaitu menggunakan teknik proportionate stratified random sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner. Analisis univariat dengan teknik distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan rumus Chi-Square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh yaitu variabel dukungan suami/keluarga dengan nilai ρ=0,044, informasi dengan nilai ρ=0,000, dan dukungan petugas kesehatan dengan nilai ρ=0,000), sedangkan variabel yang tidak memiliki pengaruh yaitu variabel sikap dengan nilai ρ=0,086 yang artinya variabel dengan nilai p-value <0.05 memiliki hubungan dengan pemanfaatan IVA di Puskesmas Mandala. Peran  petugas  kesehatan  lebih  aktif melakukan  penyuluhan atau memberikan KIE kepada Wanita Usia Subur tentang deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA. Kepada petugas  IVA diharapkan untuk melakukan pendekatan secara personal kepada wanita pasangan usia subur agar mau melakukan pemeriksaan IVA.


2019 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 135-141
Author(s):  
Rasdi Awal Nur ◽  
Ismail AB ◽  
Dina Lusiana Setyowati

Akhir Tahun 2004 pemerintah menetapkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, dengan salah satu programnya adalah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Diharapkan dengan adanya JKN pembiayaan pelayanan kesehatan masyarakat dilaksanakan dalam sistem asuransi dan JKN menjadi sistem jaminan yang bersifat wajib. Data dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Kota Tarakan diketahui bahwa desa tertinggi yang terdaftar dalam BPJS Kesehatan adalah Desa Sei Pancang Kecamatan Sebatik Utara sebanyak 1.017 jiwa peserta mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi masyarakat Desa Sei Pancang dalam pemilihan kelas kepesertaan JKN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah warga Desa Sei Pancang yang terdaftar sebagai peserta Mandiri BPJS Kesehatan dengan sampel sebanyak 156 responden yang dipilih secara simple random sampling. Data dianalisis menggunakan uji univariat dan uji bivariat dengan Chi Square. Hasil analisis Chi Square menunjukkan adanya hubungan antara pendapatan (p value = 0,001) dengan pemilihan kelas kepesertaan JKN dan tidak ada hubungan antara aksesibilitas (p value = 0,131) serta mutu pelayanan (p value = 0,091) dengan pemilihan kelas kepesertaan JKN. Dalam hal ini, diharapkan pihak BPJS Kesehatan melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat dan fasilitas yang didapatkan dalam setiap kelas kepesertaan JKN dan diharapkan masyarakat untuk memilih kelas kepesertaan JKN sesuai dengan pendapatan yang didapatkan demi terwujud pembiayaan kesehatan secara adil.


2016 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
Author(s):  
Rahmat Nurul Yuda Putra ◽  
Ermawati Ermawati ◽  
Arni Amir

AbstrakBeberapa dekade terakhir ini, telah terjadi kecenderungan onset menarche dini yang dikaitkan dengan nutrisi yang lebih baik. Penelitian yang telah ada menemukan penurunan usia menarche yang diiringi oleh peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang terjadi dalam 25 tahun terakhir. Onset menarche yang lebih cepat juga ditemukan pada anak yang gemuk dibandingkan yang kurus. IMT rendah menunjukkan tidak terpenuhinya nutrisi yang dapat mempengaruhi kecepatan tumbuh–kembang anak. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan  IMT dengan usia menarche. Penelitian cross-sectional study ini dilakukan terhadap 77 siswi yang dipilih melalui teknik proportional random sampling dan wawancara menggunakan kuesioner. Data yang telah terkumpul lalu dianalisis dengan uji korelasi spearman. Hasil studi ini adalah rata-rata IMT 19,93 (±3,162) kg/m2dan rata-rata usia menarche adalah 11,75 tahun dengan usia termuda 9 tahun dan tertua 14 tahun. Ditemukan adanya hubungan antara IMT dengan usia menarche dengan nilai p=0,000 (p<0,05) dan r=-0,429. Kesimpulan studi ini ialah semakin tinggi IMT, maka semakin cepat terjadi menarche.Kata kunci: IMT, usia menarche, menarche AbstractThe last decades, there has been a trend of earlier onset of menarche is associated with better nutrition. Several studies have found a decrease in age of menarche is accompanied by an increase in Basal Metabolism Index (BMI). Rapid onset of menarche also found in obese children than lean. Low BMI show no fulfillment of nutrients that can affect the growth and development speed in children. The objective of this study was to determine the relationship between BMI with age at menarche. This cross sectional study was conducted on 77 female students who were selected through proportional random sampling technique. The data was collected by questionnaires and interviews, than was analyzed by Spearman correlation test. The results of this study was the average BMI 19.93 (±3.162) kg / m2, and the average age of menarche was 11.75 years with 9 years old as the youngest and the oldest 14 years. There is a correlation between BMI at the age at menarche, with p value=0.000 (p<0.01) and r=-0.429. The conclusion is a higher BMI could cause  more rapidly menarche.Keywords:  BMI, age at menarche, menarche


MEDULA ◽  
2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
Author(s):  
Raja Al Fath Widya Iswara

Background: Identification is an effort made to determine a person's identity. One of the important things in identification is sex determination. Teeth are the hardest part of the human body and are protected in the oral cavity so they have a major role in forensic identification. Canine is the longest teeth and oftentimes used in identification. Purpose: To  determine the sex based on the canine index. Methods: An observational analytic cross-sectional study design with 250 research subjects of Halu Oleo University Medical Faculty students from October to December 2018, ages 18-25 years, who met the inclusion criteria, male (n = 125) and female (n = 125). Canine index by calculating the ratio of mesiodistal width (a measure of the width of canines measured from the two widest ends) divided by the distance between canines in four regions namely upper right jaw, upper left jaw, lower right jaw and upper left jaw. Result: Spearman correlation test results of canine index to sex, namely the upper right jaw value of p = 0.124, the upper left jaw value of p = 0.117, the right and right lower jaw with the p value = 0,000. Conclusion: The lower jaw canine index can be used in sex determination, where male have greater lower jaw canine index than female.Keywords: identification, canine index, sex ABSTRAKLatar Belakang: Identifikasi merupakan upaya yang dilakukan untuk menentukan identitas seseorang. Salah satu hal penting dalam identifikasi adalah penentuan jenis kelamin. Gigi merupakan bagian paling keras dari tubuh manusia dan terlindung di dalam rongga mulut sehingga mempunyai peran besar dalam identifikasi forensik. Kaninus/gigi taring merupakan gigi yang paling panjang diantara semua gigi dan sering digunakan dalam identifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan jenis kelamin berdasarkan indeks kaninus. Metode: Penelitian analitik observasional rancangan cross sectional dengan 250 subyek penelitian mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo Periode Oktober-Desember 2018, usia 18-25 tahun, yang memenuhi kriteria inklusi, laki-laki (n=125) dan perempuan (n=125). Indeks kaninus dengan menghitung rasio lebar mesiodistal (ukuran lebar dari gigi taring yang diukur daripada kedua ujung yang terlebar) dibagi jarak antar kaninus pada empat regio yaitu rahang atas kanan, rahang atas kiri, rahang bawah kanan dan rahang bawah kiri. Hasil: Hasil uji korelasi Spearman indeks kaninus terhadap jenis kelamin yaitu pada rahang kanan atas nilai p=0,124, rahang kiri atas nilai p=0,117, rahang kanan dan kiri bawah dengan nilai p=0,000. Simpulan:  Indeks kaninus rahang bawah dapat digunakan dalam penentuan jenis kelamin, laki-laki mempunyai indeks kaninus rahang bawah lebih besar dibanding perempuan.Kata kunci: identifikasi, indeks kaninus, jenis kelamin


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 163-171
Author(s):  
Mohamad Guntur Nangi ◽  
Yulli Fety ◽  
Alianto

Tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, khususnya di Wilayah Kerja Puskesmas Benu-Benua Kota Kendari (daerah pesisir) dan Wilayah Kerja Puskesmas Anggaberi Kabupaten Konawe (daerah pegunungan). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan faktor risiko kejadian TB paru BTA Positif di Daerah Pesisir dan Daerah Pegunungan. Jenis penelitian adalah observasional analitik menggunakan studi perbandingan dengan rancangan Cross Sectional Study dari bulan September-Oktober 2019. Populasi penelitian ini adalah 57 kasus, dengan tehnik penarikan sampel secara Random Sampling, jumlah sampel sebanyak 32 kasus di daerah pesisir dan 25 kasus di daerah pegunungan. Metode analisis menggunakan uji Statistik Mann-Whitney Test. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan faktor risiko kebiasaan tidur kejadian TB paru BTA positif di daerah pesisir dan daerah pegunungan dengan p-value= 0,003 < α = 0,005), tidak ada perbedaan faktor risiko kebiasaan membuang dahak dengan p-value = 0,253 > α = 0,005, dan ada perbedaan faktor risiko kebiasaan membuka jendela kejadian TB paru BTA positif di daerah pesisir dan daerah pegunungan dengan nilai p-value = 0,003 < α = 0,005. Saran dalam penelitian ini menjadi bahan masukan bagi pengelola program pencegahan dan penanggulangan penyakit khususnya penyakit TB.


2017 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 172
Author(s):  
Dwi Putri Pangesti Suryo Andadari ◽  
Trias Mahmudiono

Background: Childrens needs adequacy nutrients to support the growth process. Nutritional needs in children period can be fullfiled by consuming a variety of foods. Agricultural and pond dominated area can to provide adequate food availability. Objectives: The purpose of this study is to analyze the differences of dietary diversity and the level of energy and protein adequacy in children in agricultural and pond dominated areas. Method: This cross sectional study design and samples are 55 children under five years with the mothers/babysitters as respondents. Samples are taken using proportional random sampling. Dietary diversity are assessed using Individual Dietary Diversity Score (IDDS) with the criteria considered to consume if the amount minimum 10 grams. Adequacy energy and protein is assessed using food recall 2×24 hours and continued by compared with AKG. The differences of dietary diversity, energy ad protein adequacy rates are analyzed using Mann Whitney Test. Results: The results shows that  children in agricultural area classified low dietary diversity and middle dietary diversity in children pond dominated area (p=0.024). Children in agricultural and pond dominated areo classified less energy adequate (0.588) and more protein adequacy (0.459). Conclusion: There is difference of dietary diversity at children in agricultural and pond dominated area and ther is no difference of energy and protein adequacy in children in agricultural and pond dominated area.ABSTRAK Latar Belakang: Pada masa balita membutuhkan asupan gizi yang mencukupi untuk menunjang proses tumbuh kembang tersebut. Kebutuhan gizi pada balita dapat dipenuhi dengan mengonsumsi makanan yang beragam. Pemenuhan pangan yang cukup tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup. Sumber daya pertanian dan perikanan seperti tambak memiliki potensi untuk menyediakan sumber pangan.Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perbedaan keragaman pangan dan tingkat kecukupan energi dan protein pada balita di wilayah pertanian dan tambak.Metode: Penelitian cross sectional ini menggunakan sampel sebanyak 55 balita dengan ibu/pengasuh sebagai responden. Sampel diambil menggunakan proportional random sampling. Keragaman pangan dinilai menggunakan Individual Dietary Diversity Score (IDDS) dan dinilai dengan kriteria minimum konsumsi 10 gram. Data konsumsi pangan dikumpulkan menggunakan food recall 2×24 jam kemudian dikonversi dibandingan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk mendapatkan Tingkat Kecukupan Energi dan Tingkat Kecukupan Protein. Data dianalisis menggunakan Mann Whitney Test.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita di wilayah pertanian tergolong keragaman pangan rendah dan balita di wilayah tambak tergolong keragaman pangan sedang (p=0,024). Balita di wilayah pertanian maupun tambak tergolong tingkat kecukupan energi kurang (p=0,588) dan tingkat kecukupan protein (p=0,459).Kesimpulan: Terdapat perbedaan keragaman pangan minimum konsumsi 10 gram diterapkan pada balita di wilayah pertanian dan tambak dan tidak terdapat perbedaan kecukupan energi serta protein pada balita di wilayah pertanian dan tambak. 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document