scholarly journals - Musik Mozart Memiliki Ekspresi Brain Deriverd Neurotrophic Factor Tertinggi Pada Serebrum dan Serebellum Rattus norvegicus Dibandingkan Dengan Gamelan Jawa, Sunda Dan Bali Selama Kehamilan

2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 103
Author(s):  
Virki Widoyanti ◽  
Hermanto Tri J ◽  
Widjiati Widjiati

Pendahulan: Musik dapat memengaruhi sistem saraf parasimpatis atau sistem saraf otomatis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Paparan musik Mozarts, gamelan Jawa, Sunda, dan Bali memengaruhi faktor neurotropik yang ada di otak. Metode: Penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dengan desain random post-test onlydalam desain kelompok kontrol yang digunakan oleh hewan percobaan Rattus norvegicus sebagai model. Hasil: Ada perbedaan ekspresi brain deriverd neurotrophic factor yang signifikan pada  anak Rattus norvegicus antara kelompok dengan p = 0,018 (rata-rata 1,60 ± 0,42 untuk kelompok kontrol, 4,00 ± 1,85 untuk kelompok musik mozart, 3,00 ± 0,96 untuk orang Jawa Kelompok gamelan, 2,48 ± 0,68 kelompok Gamelan Sunda, dan 2,16 ± 1,27 pada kelompok Gamelan Bali) juga di otak kecil dengan p = 0,022 (rata-rata 1, 44 ± 0,29 untuk kelompok kontrol, 3,92 ± 1,81 untuk acara Mozart, 3.04 ± 0.94 grup gamelan Jawa, 2.92 ± 0, 41 grup gamelan Sunda, dan 2.57 ± 1.053 grup gamelan Bali). Kesimpulan: Ada perbedaan ekspresi brain deriverd neurotrophic factor pada serebrum dan serebellum Rattus norvegicus antara yang terpapar musik Mozart, gamelan Jawa, Sunda, Bali dan kontrol. Key words :  Mozart, Javanese Gamelan, Sundanese Gamelan, Balinese Gamelan, Brain Deriverd Neurotrophic Factor

2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Bara Pawana Satya Nagara

ABSTRAK Latar Belakang: Kebiasaan masyarakat Indonesia menggunakan obat-obatan yang mudah didapat seperti parasetamol, dimana parasetamol dijual secara bebas akan menyebabkan penyalahgunaannya menjadi lebih besar.Penyalahgunaan ini berakibat timbulnya efek samping  seperti efek hepatotoksik yang menimbulkan kerusakan pada sel-sel hati. Pengendalian efek hepatotoksi didalam tubuh dapat dibantu dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan. .Ekstrak daun kluwih (Artocarpus camansi) memiliki kandungan antioksidan seperti flavanoid yang diyakini dapat menurunkan aktivitas SGPT dan mengurangi efek toksisitas hepar oleh parasetmol. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun kluwih (Artocarpus camansi) terhadap penurunan aktivitas SGPT  tikus putih (Rattus norvegicus) jantan galur Wistar yang diinduksi parasetamol. Metode: Merupakan post-test only control group mengunakan hewan coba tikus putih jantan galur Wistar yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol (-), kelompok kontrol (+), kelompok perlakuan yang mendapat terapi ekstrak daun kluwih (Artocarpus camansi) 500 mg/Kg BB Hasil: Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak daun kluwih (Artocarpus camansi) dosis 500 mg/kg/BB/hari pada tikus tidak menurunkan secara bermakna aktivitas SGPT pada kelompok tikus yang diberi parasetamol dosis tinggi ( p=0,401 α=0,05) Kesimpulan: Parasetamol dosis tinggi meningkatkan secara bermakna aktivitas SGPT tikus putih (Rattus norveicus) galur Wistar. Pemberian ekstrak daun kluwih (Artocarpus camansi) pada aktivitas SGPT tikus putih (Rattus norveicus) galur Wistar menurunkan  secara tidak bermakna. Kata kunci : Artocarpus camansi, Parasetamol, SGPT


2018 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 112
Author(s):  
MENTARI AMENDA SAPUTRI ◽  
HERIN SETIANINGSIH

<p class="Default">Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Gaya hidup masyarakat terutama dalam mengkonsumsi diet yang tidak sehat dapat meningkatkan kadar LDL yang dapat menyebabkan  penyakit kardiovaskular. Rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>)<em> </em>yang banyak dibudidayakan di Indonesia mengandung flavonoid dan triterpenoid yang diduga dapat menurunkan kadar LDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>) <em> </em>terhadap kadar LDL pada tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur Wistar yang diberi diet tinggi lemak. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni laboratorik dengan rancangan penelitian <em>Post Test Control Group Design. </em>Sampel yang digunakan adalah 24 ekor tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur Wistar yang dibagi ke dalam tiga kelompok: kelompok yang diberi diet standar selama 28 hari (K1), kelompok yang diberi diet tinggi lemak selama 28 hari (K2), dan kelompok yang diberi diet tinggi lemak selama 28 hari dan pada hari ke-15 sampai hari ke-28 diberi ekstrak rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>) dengan dosis 140mg/200grBB/hari (K3). Hasil analisis statistik <em>One Way Anova </em>menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar LDL yang signifikan antara ketiga kelompok pada penelitian ini (p&lt;0,001). Kadar LDL pada K2 (=16,00±3,29) meningkat secara bermakna dibandingkan dengan K1 (=10,62±1,77). Sedangkan kadar LDL pada K3 (=6,88±2,42) menurun secara bermakna dibandingkan dengan K2. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>) berpengaruh terhadap kadar LDL darah pada tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur Wistar yang diberi diet tinggi lemak.</p><p><strong>Kata kunci</strong> : diet tinggi lemak, LDL, <em>Kappaphycus alvarezii</em></p>


2017 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 75
Author(s):  
Reni Deviandra ◽  
Fathiyah Safitri ◽  
Djaka Handaja

Efek Pemberian Seduhan Seledri (Apium graveolens L.)Terhadap Kadar Asam Urat Pada Tikus Putih Jantan Strain Wistar (Rattus norvegicus) Hiperurisemia. Latar Belakang: Salah satu jenis tanaman yang diduga dapat menurunkan kadar asam urat adalah seledri. Seledri mengandung flavonoid dan 3-n butylphtalide (3nB) dapat menurunkan kadar asam urat dengan menghambat kerja enzim xantin oksidase. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh seduhan seledri (Apium graveolens L.) terhadap penurunan kadar asam urat pada tikus putih jantan hiperurisemia. Metode Penelitian: Menggunakan eksperimental murni, dengan rancangan Randomized Post Test Control Group Design. Sampel penelitian dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok I: Kontrol positif (Saripati hati ayam mentah 3 ml/150grBB selama 21 hari + pakan normal selama 7 hari), II, III dan IV: diberikan Saripati hati ayam mentah 3 ml/150grBB selama 21 hari + seduhan seledri dengan dosis 50, 100, 150mg/ekor/hari selama 7 hari, V: Kontrol negatif (Pakan normal selama 28 hari). Pengukuran kadar asam urat dengan menggunakan metode kolometrik enzimatik. Hasil: Hasil pengukuran asam urat kelompok dengan pemberian seduhan seledri dosis 150 mg/ekor/hari menunjukkan kadar asam urat paling rendah (4,679±0,687) dibanding dengan kelompok kontrol positif menunjukkan kadar asam urat paling tinggi (11,563±1,541). Kesimpulan: Ada hubungan antara dosis seduhan seledri (Apium graveolens L.) terhadap kadar asam urat pada tikus putih jantan (Rattus Norvegicus) hiperurisemia.Kata Kunci: Seledri, Hiperurisemia, Kadar Asam Urat, Saripati Hati Ayam,


2019 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 68
Author(s):  
Andina Dwinanda ◽  
Nita Afriani ◽  
Hardisman Hardisman

Kadar kolesterol berlebihan dalam tubuh akan mengakibatkan penumpukan lemak di hepar. Salah satu alternatif obat tradisional yang dapat menurunkan kadar kolesterol adalah tanaman seledri. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa fraksi air herba seledri dapat menurunkan kadar kolesterol total pada keadaan hiperkolesterol. Tujuan penelitian ini adalah menentukan pengaruh pemberian jus seledri terhadap gambaran mikroskopis hepar yang diinduksi diet hiperkolesterol pada tikus percobaan. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan desain post test control group. Sampel berjumlah 25 ekor tikus yang terdiri atas 5 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan 1, perlakuan 2 dan perlakuan 3. Masing-masing perlakuan diberikan diet hiperkolesterol yang dibuat dari minyak babi sebanyak 2 gram dan kuning telur puyuh rebus 1 gram selama 14 hari. Selanjutnya diberikan jus seledri dengan dosis masing-masing kelompok perlakuan yaitu 0,72ml/200gBB; 1,44ml/200gBB; dan 2,16ml/200gBB yang diberikan dua kali sehari selama 14 hari berikutnya. Histopatologi hepar tikus diamati dengan menghitung jumlah sel yang mengalami perlemakan. Analisis data menggunakan uji one way Anova terhadap semua kelompok. Hasil analisis memperlihatkan terjadi perubahan jumlah sel berlemak yang bermakna secara statistik antara kelompok kontrol dengan ketiga kelompok perlakuan dengan nilai p<0,05. Simpulan penelitian ini adalah jus seledri dapat mengurangi perlemakan sel hepar akibat penumpukan lemak dengan dosis efektif yaitu 0,72ml/200gBB.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 105-112
Author(s):  
Dara Ananda ◽  
Pratama Zendrato ◽  
Edlin ◽  
Andre Budi

A B S T R A C TThis study aims to determine the effect of paprika ethanol (capsicum annuum) onblood sugar levels of alloxan-induced Wistar rats (rattus norvegicus). This type ofresearch is experimental. The method used was pre test and post test with controlgroup design. The results of this study indicate that for Post Test 1 or after beinggiven treatment for 7 days, the average result shows that there is an effect of givingred paprika ethanol extract on blood sugar levels in Wistar rats where the significantvalue of each treatment is all less than 0.05. For Post Test 2 or after being giventreatment for 14 days, only at a dose of 250 that has no effect on blood sugar levelsof the rats, because the significant value is 0.813 greater than 0.05, for othertreatments it has a significant effect because the significant value is more smallerthan 0.05.


1970 ◽  
Vol 44 (1) ◽  
pp. 109-116 ◽  
Author(s):  
Farhana Muznebin ◽  
Hamida Khanum ◽  
Zaibun Nessa ◽  
Dipa Islam

In the present study, five helminth parasite species from two taxonomic groups were identified from Long-Evans (Rattus norvegicus Berkenhout, 1769). The cestodes were Vampirolepis nana Siebold, Hymenolepis diminuta Rud and nematodes were Citellina dispar Prendel, Heterakis spumosa Schneider and Syphacia muris Yamaguti. C. dispar is a new finding in Bangladesh. The highest prevalence of H. diminuta was recorded but the highest intensity was recorded in V. nana. The prevalence and intensity of V. nana was 56.25% and 65.11±13.23; H. dimisnuta was 72.92% and 4.37±0.89; C. dispar was 62.50% and 19.63 ±2.10; H. spumosa was 66.67% and 9.06±1.85; and S. muris was 64.58% and 24.65±2.60 respectively. Differences in prevalence and intensity due to sexes and seasons were also evaluated. Key words: Cestodes, Nematodes, Helminth, Prevalence, Intensity.     doi: 10.3329/bjsir.v44i1.2718 Bangladesh J. Sci. Ind. Res. 44(1), 109-116, 2009


2017 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 34
Author(s):  
I Made Suka Adnyana ◽  
Iswinarno Doso Saputro

Tujuan: untuk mengetahui dosis efektif enoxaparin dalam mencegah terjadinya trombosis pada anastomosis mikrovaskular. Metode: penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan the randomized post test only control group design. Terdapat 33 tikus jantan Rattus norvegicus Wistar strain yang dikelompokkan menjadi tiga perlakuan yaitu perlakuan A (enoxaparin 0,75 mg/kg), B (enoxaparin 1  mg/kg), dan C (kontrol). Tuck model anastomosis dilakukan pada arteri femoralis, kemudian luas trombus yang terjadi pada pembuluh darah dibandingkan dengan diameter lumen pembuluh darah diukur dengan graticule lens dan dinyatakan dalam persen. Hasil: trombus terbentuk pada semua subyek penelitian baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol. Rerata persentase luas trombus pada kelompok enoxaparin 0,75 mg/kg adalah 24,3%, enoxaparin 1 mg/kg sebesar 19,8% dan kelompok NaCl 0,9% sebesar 79,4%. Terdapat perbedaan antara perlakuan pemberian enoxaparin dosis 0,75 mg/kg dan 1 mg/kg dengan kontrol, namun tidak ada perbedaan bermakna rerata persentase luas trombus diantara kelompok enoxaparin dosis 0,75 mg/kg dan dosis 1 mg/kg (p=0,624). Perlu dilakukan penelitian secara klinis guna melihat efektivitas enoxaparin dalam meningkatkan patensi anastomosis pada free flap maupun replantasi. Simpulan: pemberian enoxaparin dosis 0,75 mg/kg dan enoxaparin dosis 1 mg/kg secara subkutan efektif mengurangi persentase luas trombus pada anastomosis arteri femoralis tikus. Tidak terdapat perbedaan efektivitas yang bermakna dalam mengurangi persentase luas trombus pada anastomosis arteri femoralis tikus setelah diberikan dosis enoxaparin 0,75 mg/kg dan 1 mg/kg secara subkutan.


Media Farmasi ◽  
2018 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 118
Author(s):  
Amran Nur ◽  
Dedi Ma’ruf ◽  
Ira Widya Sari ◽  
Natsir Djide ◽  
Peter Kabo

Uji efek analgetik dan antiinflamasi ekstrak etanol 70% daun beruwas laut (Sacevola taccada. Gartn.) Roxb) terhadap Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan. Penelitian ini bertujuan menentukan efek analgetik dan antiinflamasi esktrak etanol 70% daun beruwas laut (Sacevola taccada. Gartn.) Roxb) terhadap Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan. Penelitian ini adalah  penelitian eksperimental dengan pendekatan pre dan post test control group design. Sampel dibagi dalam 6 kelompok, yaitu kelompok normal, kontrol negatif, kontrol positif, dan kelompok ekstrak. Pada kelompok ekstrak, menggunakan 3 dosis ekstrak yang berbeda yaitu ekstrak dosis 12,5 mg/kgBB, 25 mg/kgBB, dan 37,5 mg/kgBB. Penentuan analgetik dengan metode Writhing test yang diinduksi dengan asam asetat 1% sedangkan antiinflamasi dengan pembentukan edema buatan dengan penginduksi karagen 1%. Efek analgetik dan antiinflamasi diperoleh pada ekstrak etanol 70% daun beruwas laut (Scaevola taccada (Gaertn.) Roxb) dengan dosis 12,5 mg/kgBB, 25 mg/kgBB, dan 37,5 mg/kgBB yang ditandai dengan jumlah geliatan dan radang pada kaki yang berbeda dengan kelompok kontrol. Hasil analisis statistik menggunakan metode SPSS (Statistical Product and Service Solution) menunjukkan bahwa efek analgetik dan antiinflamasi diperlihatkan oleh Ekstrak etanol 70% daun beruwas laut (Scaevola taccada (Gaertn.) Roxb). dosis 12,5 mg/kgBB, 25 mg/kgBB, dan 37,5 mg/kgBB tidak berbeda nyata dengan asam mefenamat dan natrium diklofenak.


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Fajar Sudiono ◽  
Lunardhi Susanto ◽  
Wachjudi Kurnia

<h1>ABSTRAK</h1><p><strong>Latar Belakang:</strong>Sindroma ovarium polikistik (SOPK) adalah suatu kelainan endokrin yang mempunyai spektrum gambaran yang luas dan paling sering timbul pada wanita usia reproduktif. Faktor yang mendasari terjadinya SOPK adalah androgen yang berlebih, resistensi insulin, dan gangguan dinamika gonadotropin. Androgen yang berlebih menyebabkan ketidak seimbangan LH dan FSH. Terapi oksigen hiperbarik menurut teori dapat meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap insulin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi okssigen hiperbarik 2,4 ATA 3x30 menit selama 5 sesi terhadap kadar testosterone pada tikus model Sindroma Ovarium Polikistik dengan resistensi insulin.</p><p><strong>Metode</strong>:Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental sejati dengan <em>post test only control group design. </em>Besar sampel yang digunakan sebanyak 12 ekor yang terbagi menjadi 2 kelompok. Variabel bebas pada penelitian adalah terapi oksigen hiperbarik, variabel terikatnya yaitu kadar testosteron pada sampel darah tikus putih dan variabel controlnya suhu ruang dan pakan standart serta variabel kendalinya injeksi androgen, jenis dan spesifikasi hewan coba, ukuran kandang dan perawatan hewan. Analisis data penelitian ini diolah menggunakan uji Uji <em>Mann Whitney U.</em></p><p><strong>Hasil:</strong>Hasil data menggunakan Uji <em>Mann Whitney U</em> menunjukkan tidak ada perbedaan antara Kadar testosteron kelompok hewan coba yang diberi injeksi androgen dengan kelompok hewan coba yang diberi injeksi androgen dan terapi oksigen hiperbarik.</p><p><strong>Kesimpulan:</strong>Pemberian terapi oksigen hiperbarik tidak berpengaruh terhadap Kadar testosterone pada kelompok tikus putih <em>(Rattus Norvegicus)</em> model Sindrom ovarium polikistik dengan resistensi insulin.</p><p> </p><strong>Kata kunci: </strong><em>Terapi oksigen hiperbarik, Kadar testoteron, Sindroma ovarium polikistik, Resistensi insulin</em>


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 479-489
Author(s):  
Hetti Rusmini ◽  
Devita Febriani Putri ◽  
Hidayat Hidayat ◽  
Dhani Risandy

Latar Belakang: Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi tubuh yang mengalami peningkatan kadar kolesterol di atas ambang normal (<200 mg/dL). Hiperkolesterolemia dapat terjadi karena gaya hidup (life style) yang tidak sehat, mulai dari pola makan yang tidak seimbang sampai kurangnya aktivitas olah raga. Hiperkolesterolemia merupakan faktor risiko utama terjadinya arterosklerosis dengan salah satunya adanya kenaikan Low Density Lipoprotein (LDL). Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental murni menggunakan rancangan penelitian pre and post test with group design. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah 25 ekor tikus Galur Wistar jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok. Pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Data dianalisa dengan uji Paired T-Test dan Anova. Hasil Penelitian: Pada penelitian ini, dari 5 kelompok sampel didapatkan hasil dengan analisa Paired T-Test, didapatkan peningkatan yang bermakna (p<0,05) kadar LDL setelah pemberian diet tinggi lemak pada kelompok negatif (p=0,025), kelompok perlakuan 2 (p= 0,001), dan kelompok perlakuan 3 (p=0,001). Pada perlakuan setelah pemberian madu randu, terdapat penurunan yang bermakna (p<0,05) kadar LDL pada 2 kelompok yaitu pada kelompok perlakuan 2 (p=0,026), dan kelompok perlakuan 3 (p=0,092). Dengan analisa Anova, didapatkan perbedaan yang bermakna pada perlakuan setelah pemberian diet tinggi lemak dan setelah pemberian madu randu dengan nilai p yang sama yaitu p=0,001 (P<0,05). Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang berpengaruh pada pemberian madu randu terhadap kadar LDL pada tikus galur wistar yag diberi diet tinggi lemak.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document