scholarly journals Korelasi Derajat Leukoaraiosis dengan Faktor-faktor Risiko Stroke dan Keparahan Stroke Berdasarkan Derajat Klinis pada Pasien Stroke Iskemik

2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
Author(s):  
Yohanes Irsandy ◽  
Sri Asriyani ◽  
Bachtiar Murtala ◽  
Burhanuddin Bahar ◽  
Ashari Bahar ◽  
...  

Penelitian ini bertujuan mengetahui korelasi derajat leukoaraiosis berdasarkan CT-Scan kepala dengan faktor-faktor risiko stroke dan keparahan stroke berdasarkan derajat klinis pada pasien stroke iskemik. Metode yang digunakan adalah cross sectional, dilakukan secara retrospektif pada penderita stroke iskemik yang menjalani pemeriksaan CT-Scan kepala di Bagian Radiologi RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar periode Januari 2020 sampai Juli 2020. Sampel sebanyak 46 orang dengan usia 40 tahun yang mengalami serangan stroke pertama dengan onset 1 bulan. Derajat leukoaraiosis dinilai dengan menggunakan skala Van Swieten dan derajat klinis dinilai dengan menggunakan National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS). Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi bermakna yang sedang dan searah antara derajat leukoaraiosis dan kelompok umur dengan nilai p sebesar 0,004 (0,05) dan nilai r sebesar 0,415. Tidak ada korelasi bermakna antara derajat leukoaraiosis dengan jenis kelamin, hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia dan derajat klinis dengan nilai p masing-masing secara berurutan sebesar 0,146; 0,520; 0,779; 0,185; dan 0,537 (0,05). Namun tampak kecenderungan bahwa pasien dengan hipertensi tidak terkontrol memiliki derajat leukoaraiosis yang lebih berat.

2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 124
Author(s):  
Fathiya Hanisya ◽  
Dikha Ayu Kurnia

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang dapat mempengaruhi sisi psikologi penderitanya. Stres merupakan salah satu akibat dari penyakit kronis. Stres memiliki dampak negatif pada penderita diabetes melitus karena menyebabkan keadaan hiperglikemia. Hiperglikemia merupakan awal mula dari kerusakan fungsi kognitif, salah satunya kerusakan pada fungsi memori. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara stres dengan fungsi memori. Desain penelitian ini adalah analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional, menggunakan 85 responden penderita diabetes melitus di Kecamatan Sawangan Depok. Stres dinilai menggunakan Depression, Anxiety, Stress scale 42 khususnya pada subscale stres sebanyak 14 pernyataan. Sedangkan fungsi memori dinilai menggunakan digit span forward and backward. Uji analisis bivariat menggunakan uji Spearman Rank menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara stres dan fungsi memori pada penderita diabetes melitus di Kota Depok (p<0,05). Penelitian ini merekomendasikan kepada praktisi kesehatan untuk menekankan manajemen stres dalam tatalaksana diabetes melitus dan penilaian awal tingkat stres sebelum dilakukan pendidikan kesehatan pada penderita diabetes melitus. Kata kunci: stres, fungsi memori, diabetes melitus, depok AbstractDiabetes mellitus is a chronic disease that affect psychological side of individual with diabetes. Stress is one of the result of chronic disease. Stress has a negative impact on people with diabetes melitus because it causes a state of hyperglycemia. Hyperglycaemia is the beginning of cognitive function impairment, one of which is damage to memory function. This study aims was to determine the relationship between stress and memory function. The design of this study was correlative analytic with cross sectional approach, using 85 respondents with diabetes mellitus in Kecamatan Sawangan Depok. Stress was assessed using Depression, Anxiety, Stress scale 42 (DASS 42), especially on stress subscales consists of 14 statements. While the memory function was assessed using the forward and backward digit span. Bivariate analysis test using Spearman Rank test stated that there was a significant relationship between stress and memory function in people with diabetes mellitus in Depok City (p <0,05). This study recommends to health practitioners to emphasize stress management in the management of diabetes mellitus and early assessment of stress levels prior to health education in people with diabetes mellitus. Keywords: stress, memory function, diabetes mellitus, depok


BMJ Open ◽  
2014 ◽  
Vol 4 (10) ◽  
pp. e005947 ◽  
Author(s):  
Cheng-Shyuan Rau ◽  
Hang-Tsung Liu ◽  
Shiun-Yuan Hsu ◽  
Tzu-Yu Cho ◽  
Ching-Hua Hsieh

ObjectivesTo provide an overview of the demographic characteristics of patients with positive blood alcohol concentration (BAC) and to investigate the performance of brain CT scans in these patients.DesignCross-sectional study.SettingTaiwan.Participants2192 patients who had undergone a test for blood alcohol of 13 233 patients registered in the Trauma Registry System between 1 January 2009 and 31 December 2012. A BAC level of 50 mg/dL was defined as the cut-off value. Detailed information was retrieved from the patients with positive BAC (n=793) and was compared with information from those with a negative BAC (n=1399).Main outcome measuresGlasgow Coma Scale (GCS) and Injury Severity Score (ISS) as well as the performance and findings of obtained brain CT scans.ResultsPatients with positive BAC had a higher rate of face injury, but a lower GCS score, a lower rate of head and neck injury, a lower ISS and New Injury Severity Score. Alcohol use was associated with a shorter length of hospital stay (8.6 vs 11.4 days, p=0.000) in patients with an ISS of <16. Of 496 patients with positive BAC who underwent brain CT, 164 (33.1%) showed positive findings on CT scan. In contrast, of 891 patients with negative BAC who underwent brain CT, 389 (43.7%) had positive findings on CT scan. The lower percentage of positive CT scan findings in patients with positive BAC was particularly evident in patients with an ISS <16 (18.0% vs 28.8%, p=0.001).ConclusionsPatients who consumed alcohol tended to have a low GCS score and injuries that were less severe. However, given the significantly low percentage of positive findings, brain CT might be overused in these patients with less severe injuries.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 91
Author(s):  
Septi Lidya Sari ◽  
Diah Mulyawati Utari ◽  
Trini Sudiarti

Latar Belakang: Minuman berpemanis kemasan merupakan jenis minuman padat kalori dan tinggi gula, namun rendah nilai gizi. Konsumsi minuman berpemanis secara berlebihan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular, seperti obesitas, diabetes melitus tipe II, dan penyakit kardiovaskular. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi konsumsi minuman berpemanis kemasan dan mengetahui apakah terdapat perbedaan proporsi konsumsi minuman berpemanis kemasan berdasarkan karakteristik individu dan penggunaan label informasi nilai gizi (ING) pada kalangan remaja. Metode: Desain studi yang digunakan, yaitu cross sectional dengan jumlah responden sebanyak 167 siswa kelas X dan XI pada salah satu SMA swasta (SMAS) di Jakarta Timur. Data diperoleh melalui pengisian kuesioner online dan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ) secara mandiri. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil: Tingkat konsumsi minuman berpemanis kemasan pada sebagian besar responden (55,1%) tergolong tinggi (≥3 kali per hari). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna proporsi konsumsi minuman berpemanis kemasan berdasarkan jenis kelamin (p=0,03) dan kemampuan membaca label ING (p=0,011). Kesimpulan: Tingkat konsumsi minuman berpemanis kemasan cenderung lebih tinggi pada responden laki-laki dan juga pada responden dengan kemampuan membaca label ING rendah.


2014 ◽  
Vol 31 (4) ◽  
pp. 189-193
Author(s):  
T Islam ◽  
SA Azad ◽  
ME Karim ◽  
L Khondker ◽  
K Rahman

A cross sectional study carried out with patients having suspected paranasal sinus (PNS) mass during January 2009 to October 2010 to evaluate the fungal diseases in PNS by computed tomographic(CT) image and comparison of the findings of this modality with histopathological result. Among the total 76 patients, the mean age of the patients was 35.95 ± 18.24 and common complaints of the patients were nasal obstruction (73.7%) and maximum 53.9% patients had PNS mass in maxillary sinuses. Out of all cases 10 were diagnosed as having fungal infection/mass by CT scan and confirmed by histopathological evaluation. Two cases were diagnosed as having fungal infection/mass by CT scan but not confirmed by histopathological findings. Of 64 cases of other than fungal infection/mass, which were diagnosed by CT scan, six were confirmed as having fungal infection/mass and 58 were other than having fungal infection/mass by histopathology. Sensitivity of CT scan to diagnose fungal infection/mass was 62.5%, specificity 96.7%, positive predictive value 83.3%, negative predictive value 90.6% and accuracy 89.5%. CT scan of the fungal diseases in paranasal sinus provides more information and better image quality and CT diagnosis correlate well with the findings of histopathology. DOI: http://dx.doi.org/10.3329/jbcps.v31i4.21002 J Bangladesh Coll Phys Surg 2013; 31: 189-193


2018 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 133-136
Author(s):  
Md Akter Hossain ◽  
Md Saiful Haque ◽  
Mostaque Ahmed Bhuiya ◽  
Abu Bakar Siddique

Background: CT-scan can detect hepatocelluar carcinoma among the patients.Objective: The purpose of the present study was to see the pattern of hepatocelluar carcinoma among the patients attended at a tertiary care hospital in Dhaka city.Methodology: This cross-sectional study was carried out in the Department of Radiology and Imaging at Dhaka Medical College, Dhaka and Banghabandhu Sheikh Mujib Medical University, Dhaka from January 2007 to May 2008 for a period of around one and half year. All the patients presented with hepatocellular carcinoma at the age group of more than 20 years with both sexes were selected as study population. The patients were undergone CT-scan examination and the confirmation of tumor was performed by histopathological examination.Result: A total number of 50 patients were recruited in this study after fulfilling the inclusion and exclusion criteria. The sensitivity, specificity and accuracy of CT-scan in detecting hepatocellular carcinoma was seen to be 66%, 92% and 72% respectively. The PPV and NPV were 96.15% (95% CI 79.06% to 99.40%) and 45.83% (95% CI 34.53% to 57.58%) respectively. However, the Positive Likelihood Ratio and Negative Likelihood Ratio were 7.89 (95% CI 1.19 to 52.28) and 0.37(95% CI 0.23 to 0.60).Conclusion: In conclusion CT-scan is a good diagnostic tool for the detection of hepatocellular carcinoma.Journal of National Institute of Neurosciences Bangladesh, 2018;4(2): 133-136


1992 ◽  
Vol 7 (3) ◽  
pp. 109-113 ◽  
Author(s):  
MJ Filteau ◽  
E Pourcher ◽  
RH Bouchard ◽  
P Baruch ◽  
J Mathieu ◽  
...  

Brain alterations have been sought since the beginning of the century to explain the ‘dementia’ of dementia præcox. Kraepelin suggested in 1913 that it might have its internal origins in early childhood, while Southard (1915) considered likely a congenital or early acquired basis for the development of the disease. Afterwards, degenerative processes were described for decades until neurodevelopmental theories emerged recently (Lewis, 1988).Using pneumoencephalography, Jacobi and Winkler (1927) first reported that some patients with schizophrenia presented enlarged ventricles. Johnstone et al (1976, 1978), in CT-scan studies, observed an increase in mean lateral ventricular size in a group of institutionalized schizophrenic patients. This finding has been replicated by other studies (Weinberger et al, 1983) but challenged by others (Gluck et al, 1980; Jernigan et al, 1982).


MEDISAINS ◽  
2018 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 76
Author(s):  
Srimiyati Srimiyati

Latar Belakang: Komplikasi yang sering terjadi pada penderita diabetes melitus salah satunya kaki diabetik.  Masalah kaki diabetik memerlukan waktu dan biaya cukup banyak. Pencegahan kaki diabetik dapat dilakukan dengan perawatan kaki. Penderita diabetes yang memiliki pengetahuan cukup tentang perawatan kaki diabetik menjadi dasar dan memotivasi untuk mengendalikan komplikasi penyakitnya.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pencegahan kaki diabetik bagi penderita diabetesMetode: Penelitian ini adalah descriptive correlational, menggunakan pendekatan cross sectional study.  Populasinya seluruh penderita diabetes melitus yang berobat jalan. Sampel berjumlah 53 responden, pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pengumpul data menggunakan kuesioner terdiri dari 20 item untuk menggali pengetahuan pencegahan kaki diabetik dan 15 item perawatan kaki. Penelitian dilakukan di RSI Siti Khatijah PalembangHasil: penelitian menunjukkan sebagian besar responden perempuan  (58,5%), usia > 55 tahun (83,0%), pendidikan menengah kebawah (67,9%), menderita diabetes mellitus > 5 tahun (58,5%), responden yang memiliki pengetahuan pencegahan kaki diabetik dengan kriteria tinggi  sebanyak 36 (67,9%), melakukan perawatan kaki diabetik (60,4%). Hasil uji statistik chi squere menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perawatan kaki (p= 0,024; OR= 4.767). .Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan perawatan kaki pada pasien diabetes. Pasien diabetes yang memiliki pengetahuan baik mengenai perwatan kaki berpeluang 4.767 kali lebih besar dalam melakukan perawatan kaki dari pada yang memiliki pengetahuan kurang.


2020 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 46-50
Author(s):  
Muhammad Basri ◽  
Baharuddin K ◽  
Sitti Rahmatia

Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik dan kronis dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduaduanya yang membutuhkan perawatan medis dan pendidikan pengelolaan mandiri untuk mencegah komplikasi akut jangka panjang (Nian, 2017). Tujuan penelitian ini adalah Mendeskripsikan hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa darah Puasa pada pasien DM tipe II di PKM Kassi-Kassikota Makassar. Manfaat : Meningkatkan pengetahuan pada Penderita DM Tipe II yang mengalami gangguan Kwalitas dan Pola Tidur shari-hari Meningkatkan pengetahuan pada Penderita DM Tipe II yang mengalami gangguan Kwalitas dan Pola Tidur shari-hari Metode : Pada penelitian ini menggunakan desain cross sectional, jenis penelitian ini menggunakan metode analitik yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara Kualitas tidur dengan kadar glukosa darah puasa pada pasien DM Tipe II. Sampel menggunakan purposive sampling dengan menggunakan rumus Slovin dengan jumlah sampel  55  orang  yaitu  seluruh pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di PKM Kassi-Kassi Kota Makassar. Hasil Uji Statistik Chi Square diperoleh p value 0,000 < 0,05.sehingga peneliti berasumsi bahwa  ada hubungan antara kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada pasien DM Type 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar.  Kesimpulan yaitu terdapat hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. Saran dapat dijadikan sebagai salah satu acuhan bagi pasien diabetes melitus tipe 2 untuk meningkatkan kualitas tidur dan menjaga kadar glukosa darah puasa


2019 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
pp. 38-45
Author(s):  
Helena Wadja ◽  
Hamidah Rahman ◽  
Nani Supriyatni

Diabetes adalah penyakit yang berlangsung lama atau kronis serta ditandai dengan kadar gula (glukosa) darah yang tinggi atau di atas nilai normal. Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Diabetes melitus (DM) menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia pada abad ke-21. Jumlah penderita DM mencapai 422 juta orang di dunia pada tahun 2014. Sebagian besar dari penderita tersebut berada di negara berkembang. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki jumlah penderita yang cukup tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, tingkat stres, dan durasi tidur terhadap kejadian Diabetes Mellitus. Metode penelitian dengan menggunakan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah  pasien yang datang memeriksakan kadar gula darah di UPTD Diabetes Center Kota Ternate Tahun 2018. Jumlah sampel 95 orang yang diambil dengan cara accidental sampling. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit Diabetes Mellitus adalah tingkat stres dengan p-value = 0,037 ( <0,1 ) dan durasi tidur dengan p-value = 0,025 ( <0,1 ), sedangkan yang tidak berhubungan adalah tingkat pengetahuan dengan p-value = 0,709 ( >0,1 ). Oleh karena itu, disarankan kepada petugas kesehatan lebih meningkkatkan lagi  informasi kepada masyarakat tentang penyakit Diabetes Mellitus, agar masyarakat lebih tahu tentang penyakit Diabetes Mellitus.


2015 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 53
Author(s):  
KHM Arsyad ◽  
Nyayu Fitriani

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein akibat kelainan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin. Peningkatan jumlah penderita DM akan meningkatkan secara proporsional jumlah penderita yang mengalami komplikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian dan karakteristik penderita DM yang dirawat inap di Bagian Penyakit Dalam RS Muhammadiyah Palembang periode 1 Januari 2013-31 Desember 2013. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh penderita DM yang memenuhi keriteria inklusi sebanyak 195 kasus. Data yang digunakan adalah data sekunder berupa rekam medik. Dari total sampel terdapat 1% penderita DM tipe 1. Karakteristik subjek yang mengalami DM tipe 1 adalah mengalami komplikasi kronik 100%, neuropati 50%, nefropati 50%, kelompok umur remaja 100%, perempuan 50%, komplikasi pada pegawai negeri sipil 50%, serta mendapat pengobatan dengan insulin sebanyak 100%. Dari total sampel terdapat 99% penderita DM tipe 2 dengan komplikasi sebesar 83,9%. Karakteristik subjek yang mengalami DM tipe 2 dengan komplikasi adalah mengalami komplikasi kronik 51,3%, kelompok umur lansia 61,7%, berjenis kelamin perempuan 61,7%, dan mendapat pengobatan obat hipoglikemi oral 63%. Karakteristik subjek yang mengalami DM tipe 2 tanpa komplikasi sebesar 16,1%, pada jenis kelamin perempuan 61,3%, kelompok umur lansia 45,2%, pada PNS 29%, dan mendapat pengobatan obat hipoglikemi oral 71%.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document