scholarly journals EFEKTIVITAS KADAR EKSTRAK RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galangal L. Willd.) TERHADAP JAMUR Candida albicans dalam NILAI KHM50 dan KHM90

2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 26-35
Author(s):  
Resha Ramadhania ◽  
Rollando Rollando ◽  
Chresiani Destianita Yoedistira

Abstrak Rimpang lengkuas (Alpinia galanga L. Willd) merupakan tanaman yang memiliki banyak khasiat, salah satunya sebagai antijamur. Kandungan senyawa pada rimpang lengkuas dianggapmemilikiaktivitas enghambatan terhadap jamur khususnya Candida albicans yang merupakan penyebab penyakit kandidiasis.Penelitian ini menggunakan ekstrak lengkuas sebagai alternatif obat antijamur alami pada Candida albicans serta untuk mengetahui kadar efektif ekstrak rimpang lengkuas (Alpinia galanga(L) Willd) terhadap jamur Candida albicans dalam nilai KHM50 dan KHM90.Rancangan penelitian ini menggunakan experimental murni sederhana atau posttest onlycontrol group design dengan menggunakan dua metode uji yaitu metode difusi cakram dan mikrodilusi. Kemudian dilakukan pengamatan zona hambat yang akan terlihat zona bening pada cawan petri, menghitung persen penghambatan dengan cara perhitungan absorbansi atau optical density (OD) dan dianalisis menggunakan Analisis Probit untuk melihat nilai KHM50 dan KHM90.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak rimpang lengkuas memiliki zona hambat sebesar 1,75 mm. Sedangkan dalam perhitungan nilai KHM50 KHM90 menggunakan analisis probit didapatkan nilai KHM50 terdapat pada konsentrasi 1834.933 µg/mL dan nilai KHM90 terdapat pada konsentrasi 13374.761 µg/mL. Kata kunci: Alpinia galanga L. Willd., Candida albicans, Difusi Cakram, Mikrodilusi, Kadar Hambat Minuman Abstract Galanga rhizome (Alpinia Galanga L. Wild.) is one of plants which have many savors, one of them is used for anti-fungus. The structure contained in Galanga rhizome is well known for the obstructive activity to the fungus, for especially Candida albicans which is the cause of the Candidiasis disease. This study used galanga rhizome extract as an alternative to natural antifungal for Candida albicans and to find out the effectiveness amount of extract Galanga rhizome (Alpina galanga L. Wild) to the Candida albicans fungus in the term of MIC50 and MIC90. This study is plain experimental or post –test only control group design by using two test methodology. There are disk diffusion method and microdilution. Then, followed by observing obstruction zone which will be appeared on the clear zone on the petri dish, valuating obstruction presentation by using absorbency counting or optical density (OD) and analyzed using probit analysis to see MIC50 and MIC90. The result of the study showed that extract Galanga rhizome had obstructive zone at least 1,75 mm. But, on the valuating MIC50, MIC90 point using probit analysis, the MIC50 concentration value was 1834.933µg/mL and the MIC90 concentration value was 13374.761 µg/mL. Keywords: Alpinia galanga L. Willd., Candida albicans, Disk Diffusion, Microdilution, Minimum Inhittoryhconcentration

2021 ◽  
Vol 33 (2) ◽  
pp. 139
Author(s):  
Masdelina Nasution ◽  
Minasari Nasution ◽  
Mirza Hasibuan ◽  
Yumi Lindawati

Pendahuluan: Ekstrak kulit kayu rambutan memiliki senyawa aktif yang digunakan sebagai  antijamur terutama pada Candida albicans. Candida albicans pada rongga mulut dapat menyebabkan kandidiasis lidah. Salah satu faktor predisposisi yang memicu kandidiasis adalah terganggunya ekologi mulut atau perubahan mikrobiologi mulut karena pemakaian antibiotika dalam waktu yang lama oleh karena itu diperlukan antibiotik berbahan herbal yang dapat digunakan secara topikal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas daya hambat ekstrak kulit kayu rambutan terhadap pertumbuhan Candida albicans pada konsentrasi 80%, 40%, 20%,10%, konsentrasi minimum daya hambat (KHM) dan daya bunuh (KBM) ekstrak kulit kayu rambutan terhadap Candida albicans. Metode: Penelitian ini merupakan eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian post test only control group design. Sampel yang digunakan adalah Candida albicans yang diisolasi dari penderita kandidiasis lidah dan dibiakkan di Laboratorium Mikrobiologi RS USU. Pengujian efektivitas ekstrak kulit kayu rambutan terhadap pertumbuhan Candida albicans dengan metode dilusi dan difusi, ekstrak kulit kayu rambutan dibuat dengan teknik maserasi menggunakan pelarut etanol 70% dengan berbagai konsentrasi (80%, 40%, 20% dan 10%). Hasil: uji Kruskal- Wallis menunjukkan perbedaan zona hambat yang signifikan pada beberapa konsentrasi. KHM Ekstrak kulit kayu rambutan diperoleh 20%, dan KBM 40%. Simpulan: bahwa ekstrak kulit kayu rambutan memiliki efektivitas antijamur terhadap Candida albicans.Kata kunci: kulit kayu rambutan, KHM, KBM, Zona hambat, Candida albicans.


Author(s):  
Putri Welda Utami Ritonga ◽  
Bayu Panca Nugraha

Bahan cetak polivinil siloksan(PVS) sering digunakan pada pencetakan untuk pembuatan gigi tiruan cekatkarena mampu menghasilkan cetakan yang akurat dengan dimensi cetakan yang stabil serta dapat disimpan dalam waktu lama. Namun, pencetakan ini tidak terlepas dengan hubungannya terhadap rongga mulut dan mikroorganismenya yang dapat menimbulkan infeksi silang.Candida albicansmerupakan jenis mikroorganisme yang sering ditemukan melekat pada permukaan cetakan. Pemilihan cara desinfeksi penting dalam memperoleh keberhasilan desinfeksi Candida albicansserta mempertahankan stabilitas dimensi hasil cetakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh desinfeksi cetakan fisiologis dengan microwave dan sodium hipoklorit terhadap jumlah Candida albicansdan stabilitas dimensi model kerja gigi tiruan cekat. Penelitian ini dilakukan pada sampel berupa cetakan yang didapat dari pencetakan model induk yang terbuat dari stainless steel berbentuk silindris dengan tinggi 3 mm dan diameter 29,97 mm serta memiliki 3 takik horizontal dengan jarak 2,5 mm dan 2 takik vertikal dengan jarak 25,02 mm dengan kedalaman 500 μm untuk uji jumlah Candida albicans, dan model kerja yang didapat dari pengisian cetakan dengan bahan gips keras tipe IV untuk uji stabilitas dimensi. Rancangan penelitian adalah eksperimental laboratoris dengan post test only control group design.30 sampel hasil cetakan PVS digunakan untuk menghitung jumlah Candida albicansdan 30 sampel model kerja terbuat dari gips tipe IV digunakan untuk pengukuran stabilitas dimensi. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh desinfeksi cetakan fisiologis dengan microwavedan sodium hipoklorit terhadap jumlah Candida albicansdan stabilitas dimensi model kerja.


2019 ◽  
Vol 31 (2) ◽  
Author(s):  
Intan Mardhiyah Jaelani ◽  
Widya Puspita Sari ◽  
Okmes Fadriyanti

Pendahuluan: Glass fiber non dental merupakan bahan yang digunakan sebagai penguat gipsum dan komponen otomotif dengan komponen yaitu Na2O dan K2O dapat meningkatkan ketahanan terhadap asam dan meningkatkan penyerapan air. Glass fiber non dental banyak tersedia di Indonesia dengan harga yang terjangkau dapat menjadi alternatif pengganti dari E-glass fiber dental yang ketersediaannya terbatas di Indonesia dan harga relatif mahal. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh jumlah glass fiber non dental pada reinforced resin akrilik terhadap perlekatan C.albicans. Metode: Jenis penelitian yaitu Eksperimen laboratorium dengan rancangan Posttest Control Group Design  yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumlah glass fiber non dental pada reinforced resin akrilik terhadap perlekatan C. albicans  dengan 12 sampel yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu glass fiber non dental 0,9 %, glass fiber non dental 1,8 %, dan tanpa fiber. Analisis statistik menggunakan uji Oneway ANOVA dengan nilai p < 0,05. Hasil:  penelitian menunjukkan bahwa glass fiber non dental 0,9 % ( hasil rata-rata: 1,10),  glass fiber non dental 1,8 % (hasil rata-rata: 1,125), dan tanpa fiber (hasil rata-rata: 1,525) memiliki efek berbeda tetapi tidak bermakna. Simpulan: Penambahan glass fiber non dental pada lempeng resin akrilik tidak berpengaruh terhadap perlekatan C. albicans.Kata kunci: Glass fiber non dental,  fiber reinforced resin akrilik, Candida albicans ABSTRACTIntroduction: Non-dental glass fiber is a material used as gypsum reinforcement and automotive components with components namely Na2O and K2O can increase acid resistance and increase water absorption. Non-dental glass fiber is widely available in Indonesia at an affordable price can be an alternative substitute for E-glass dental fiber whose availability is limited in Indonesia and the price is relatively high. The purpose of this study was to analyse the effect of the amount of non-dental glass fiber on reinforced acrylic resin on the attachment of C. albicans. Methods: This type of research is a laboratory experiment with a Posttest Control Group Design that was conducted to determine the effect of the number of non-dental glass fiber on reinforced acrylic resin on the attachment of C. albicans with 12 samples grouped into 3 groups, namely 0.9% non-dental glass fiber, non dental glass fiber 1.8%, and without fiber. Statistical analysis using the Oneway ANOVA test with a p-value <0.05. Results: The study showed that non-dental glass fiber was 0.9% (average yield: 1.10), non-dental glass fiber was 1.8% (average yield: 1,125), and without fiber (average yield: 1,525) has a different but not significant effect. Conclusion: Addition of non-dental glass fiber to acrylic resin plates did not affect the attachment of C. albicans.Keywords: Non-dental glass fiber, fiber-reinforced acrylic resin, Candida albicans


2020 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 61-63
Author(s):  
Kadek Ayu Wirayuni ◽  
◽  
Sintha Nugrahini

Accumulation of plaque and food scraps on an acrylic resin base will increase bacterial colonies and C. albicans which will cause denture stomatitis. Maintenance of denture hygiene using mechanical, chemical and combination of two methods. Basil leaf extract contain essential oils which are important in fight against resistant C. albicans biofilms. The purpose of this study was to determine the comparison of C. albicans colonies after cleaning various denture cleaning methods. The method of this study is used an experimental method, the study design is posttest only with control group design. Sample size of heat-cured acrylic resin plate is 40x12x3mm. this study use Kruskall-Wallis test and Mann-Whitney test as data analysis for comparison tests between groups (non-parametric test). The results showed that there were significant differences between the various cleansing methods used in reducing C. albicans colonies. The compotition of flavonoids basil leaf extract is anti-microbial which can prevent the entry of fungi that harm the body.


e-GIGI ◽  
2017 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Lisa Ramschie ◽  
Pieter L. Suling ◽  
Krista V. Siagian

Abstract: Noni (Morinda cittrifolia L.) leaves contain antraquinon, atsiri oil, saponin, tannin, alkaloid, flavonoid, polifenol, and sterol that have been proved can inhibit the growth of Candida albicans. This study was aimed to establish the minimum inhibitory concentration (MIC) of noni leaf extract against Candida abicans. This was a true experimental study with a randomized pretest-posttest control group design. We used serial dilution method with turbidimetry and spectrophotometry tests. Noni leaves were extracted by using maceration with 96% ethanol. Candida albicans fungi were obtained from Microbiology Laboratory of Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sam Ratulangi University. The turbidimetry test using three repetitions showed that the MIC of noni leaf extract against Candida albicans was 6.25% meanwhile the spectrophotometry test established 12.5% as the MIC of noni leaf extract. Conclusion: Minimum inhibitory concentration of noni (Morinda cittrifolia L.) leaf extract against the growth of Candida albicans was 12.5%.Keywords: noni (Morinda citrifolia L.), Candida albicans, minimum inhibitory concentration (MIC) Abstrak: Daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) mengandung antraquinon, minyak atsiri, saponin, tannin, alkaloid, flavonoid, polifenol dan sterol yang terbukti dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi hambat minimum (KHM) dari ekstrak daun mengkudu terhadap Candida albicans. Jenis penelitian ialah eksperimental murni dengan randomized pretest-posttest control group design. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu serial dilusi dengan pengujian turbidimetri dan spektrofotometri. Daun mengkudu diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Jamur Candida albicans diambil dari stok jamur Laboratorium Mikrobiologi Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian turbidimetri dengan tiga kali perlakuan mendapatkan KHM pada konsentrasi 6,25% sedangkan pengujian spektrofotometri mendapatkan KHM pada konsentrasi 12,5%. Simpulan: Konsentrasi hambat minimum (KHM) ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) terhadap pertumbuhan Candida albicans terdapat pada konsentrasi 12,5%.Kata kunci: mengkudu (Morinda citrifolia L.), Candia albicans, konsentrasi hambat minimum (KHM)


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 185-196
Author(s):  
Lia Fitria ◽  
M. Nurhalim Shahib ◽  
Herri Sastramihardja

Keputihan merupakan salah satu keluhan yang paling umum terjadi pada wanita usia reproduksi dan terjadi 80% pada usia 15-45 tahun. Salah satu tanaman herbal untuk mengatasi keputihan adalah biji manjakani (Quercus infectoria Gall) dan daun sirih merah (Piper crocatum). Biji manjakani dan daun sirih merah memiliki kandungan flavonoid, tanin, saponin, triterpenoid dan kuinon yang diyakini sebagai antibakteri dan antijamur. Penelitian ini merupakan studi Kuasi Eksperimen dengan non equivalent (pretest dan posttest) control group design, dengan sampel berjumlah 28 responden. Hasil penelitian perbedaan penurunan jumlah koloni Candida albicans antara pemberian cebokan rebusan biji manjakani dan sirih merah secara statistik tidak bermakna dengan nilai p=0,062 (p>0,05), dan perbedaan penurunan keluhan keputihan antara pemberian cebokan rebusan biji manjakani dan sirih merah secara statistik bermakna dengan nilai p=0,001 (p<0,05). Simpulan penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan penurunan jumlah koloni Candida albicans antara pemberian cebokan rebusan biji manjakani dan daun sirih merah pada wanita usia subur (wus) yang mengalami keluhan keputihan.


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 91
Author(s):  
Helen Anjelina Simanjuntak ◽  
Megawati Butar - Butar

Candida albicans dan Pityrosporum fungal caused micosis infections such as candidiasis and dandruff. The altervative medicine as antifungal bioactive substance is obtained from Bulbus Allium cepa L. exstract. The ekstraction of Bulbus Allium cepa L. has held by maserasi technic using etanol 96% as a solvent. The phytochem skrining result of the Bulbus Allium cepa L. extract is composed by alkaloid, flavanoid, tannin, and saponin compound. The test of these extract as antifungal is held by disk diffusion method with concentration variation of the extract is 50 %, 75%, and 100% (w/v). The extraction variation of the extract is implemented to inhibitory test and the result of the test to Candida albicans is 13,5 mm ; 16 mm ; 19 mm respectively and 12 mm ; 15 mm ; 17 mm to Pityrosporum . Base on the data ( zone diameter test of those fungal ) is concluded the extract of Aulbus Allium Cepa L. has a strong category inhibitory test. Keywords : Allium cepa, Candida albicans and Pityrosporum ovale


DENTA ◽  
2015 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 122
Author(s):  
Arlita Dewi Nastiti ◽  
W Widyastuti ◽  
Fanny M Laihad

<p><strong>Latar belakang: </strong>Salah satu bahan pengisi suatu defek tulang dapat berupa hidroksiapatit. Hidroksiapatit dapat diperoleh dari ekstrak cangkang kerang darah <em>Anadara granosa</em> yang memiliki kandungan kalsium yang tinggi. Kandungan mineral tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pengisi tulang untuk <em>bone grafting</em>. Namun, bahan tersebut belum diketahui bioviabilitasnya terhadap jaringan periodontal sehingga perlu dijui bioviabilitasnya. Pengujian bioviabilitas ini menggunakan sel punca mesenkimal karena sel punca mesenkimal dapat berdiferensiasi menjadi jaringan periodontal. <strong>Tujuan</strong>: Untuk mengetahui bioviabilitas ekstrak cangkang kerang darah Anadara granosa terhadap sel punca mesenkimal. <strong>Bahan dan Metode</strong>: Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan <em>post </em><em>o</em><em>nly control group design</em>. Stem sel mesenkim dalam 96 sumuran dibagi menjadi kelompok kontrol sel (n=7), kontrol media (n=7), dan perlakuan (n=7). Kelompok perlakuan diberi berbagai dosis ekstrak cangkang kerang darah <em>Anadara granosa</em> dengan konsentrasi 54 mg/ml, 27 mg/ml, 13,5 mg/ml dan 6,75 mg/ml. Sel punca mesenkimal tersebut diinkubasi selama 24 jam sebelum dan sesudah perlakuan. Setelah diberi MTT, <em>optical density </em>dibaca dengan <em>ELISA reader </em>dan dihitung persentase viabilitasnya. Data viabilitas sel tersebut dianalisa dengan uji statistik <em>Kruskall-Wallis, Mann-Whitney</em>. <strong>Hasil</strong>: Dari menunjukan hasil bahwa terjadi peningkatan viabilitas sel terhadap ekstrak cangkang kerang darah <em>Anadara granosa</em>. Viabilitas sel meningkat dimulai dari kelompok perlakuan konsentrasi 54 mg/ml (23,67%), 27 mg/ml (57,43%), 13,5 mg/ml (68,87%), 6,75 mg/ml (81,92%). Viabilitas sel tertinggi pada konsentrasi 6,75 mg/ml (81,92%). <strong>Kesimpulan</strong>: Ekstrak cangkang kerang darah <em>Anadara granosa</em> memiliki bioviabilitas sel paling tinggi pada konsentrasi 6,75 mg/ml dan bioviabilitas sel yang paling rendah pada konsentrasi 54 mg/ml.</p><p> </p>


DENTA ◽  
2015 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 136
Author(s):  
Hariningtyas Dian Rachmawati ◽  
A Aprilia ◽  
Kristanti Parisihni

<strong>Latar Belakang: </strong><em>Enterococcus faecalis</em> adalah salah satu bakteri yang memiliki kemampuan dalam membentuk biofilm yang dapat menyebabkan infeksi persisten endodontik. Biofilm adalah kumpulan bakteri yang terorganisasi dengan baik yang melekat pada permukaan dan terlapisi oleh lapisan matriks ekstraselular polisakarida. Ekstrak daun mangrove <em>Acanthus ilicifolius </em>telah diketahui memiliki senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai antibakteri seperti saponin, alkaloid, terpenoid, dan tanin. <strong>Tujuan:</strong> Untuk mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak daun mangrove <em>Acanthus ilicifolius</em> terhadap biofilm <em>Enterococcus faecalis.</em> <strong>Metode</strong> : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain penelitian <em>post test only control group design</em>. Sampel penelitian ini menggunakan bakteri <em>Enterococcus faecalis, </em>dibagi menjadi 6 kelompok, terdiri dari kontrol positif (NaOCL 2,5%), dan 5 kelompok perlakuan dengan konsentrasi ekstrak daun mangrove <em>Acanthus ilicifoliu</em>s yang berbeda yaitu 60 mg/ml; 70 mg/ml; 80 mg/ml; 90 mg/ml; dan 100 mg/ml dan dilakukan pengulangan sebanyak 8 kali. Bakteri <em>Enterococcus faecalis </em>dikultur pada media <em>TSBglu</em> diinkubasi selama semalam<em>.</em> Sebanyak 0,1 ml bakteri <em>Enterococcus faecalis</em> dengan konsentrasi 10<sup>6</sup> diisikan pada <em>microtiter plate</em> kemudian<em> </em>di cat dengan <em>crystal violet</em>.<em> </em>Biofilm diperiksa dengan mengukur <em>Optical Density</em> menggunakan ELISA <em>reader</em>. Analisis data menggunakan uji <em>One-way </em>ANOVA dilanjutkan dengan uji <em>Post Hoc</em>. <strong>Hasil:</strong> Pemberian ekstrak daun mangrove <em>Acanthus ilicifolius</em> menurunkan OD biofilm <em>Enterococcus faecalis</em> (p&lt;0,05) pada semua kelompok. <strong>Simpulan: </strong>Ekstrak daun mangrove <em>Acanthus ilicifolius </em>memiliki efektivitas antibakteri terhadap biofilm <em>Enterococcus faecalis</em>


2017 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 86 ◽  
Author(s):  
Vini Anggraini ◽  
Masfufatun Masfufatun

Abstrak   Candida albicans merupakan salah satu mikrooganisme penyebab infeksi kandidiasis. Daun sirih merah (Piper crocatum) dan biji alpukat (Persea americana) telah diteliti dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas kombinasi daun sirih merah (Piper crocatum) dan ekstrak biji alpukat (Persea americana) dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans. Penelitian bersifat eksperimental laboratorium (true experiment) dengan pendekatan post test control group design only. Daun sirih merah dan biji alpukat diekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut etanol.    Pada masing-masing ekstrak etanol dilakukan uji pendahuluan untuk mengetahui konsentrasi optimum ektrak dalam memnghambat pertumbuhan C. albicans. Daya Hambat pertumbuhan C. albicans diuji menggunakan metode difusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraks daun sirih merah dan biji alpukat masing-masing memiliki daya hambat terbesar pada konsentrasi 10%. Kombinasi ekstrak daun sirih merah dan ekstrak biji alpukat memiliki daya hambat yang signifikan terhadap pertumbuhan Candida albicans dibandingakan kontrol negatif, kontrol positif dan ekstrak daun sirih merah. Dengan demikian kombinasi ekstrak daun sirih dan biji aplukat etanol berpotensi sebagai antifungi dalam menghambat pertumbuhan C. albicans sehingga diharapkan bisa mengurangi prevalensi kandidiasis. Kata Kunci :    daun sirih merah,  biji alpukat, Candida albicans,                                                           Abstract Candida albicans is one of the microbialism that causes candidiasis infection. Red betel leaf (Piper crocatum) and avocado seed (Persea americana) have been studied to inhibit the growth of C. albicans. The purpose of this study was to determine the effectiveness of red betel leaf (Piper crocatum) and avocado seed extract (Persea americana) combination in inhibiting the growth of C. albicans. Research is experimental laboratory (true experiment) with post test approach control group design only. Red betel leaf and avocado seeds are extracted by maceration using ethanol solvent. In each ethanol extract, a preliminary test was performed to find out the optimum concentration of extract in inhibiting the growth of C. albicans. C. albicans growth retardant was tested using diffusion method. The results showed that the extract of red betel leaf and avocado seeds each had the greatest inhibitory concentration at 10%. The combination of red betel leaf extract and avocado seed extract have significant inhibitory effect on C. albicans growth compared to negative control, positive control and red betel leaf extract. Thus, the combination of betel leaf extract and ethanol  seed has the potential as an antifungal in inhibiting the growth of C. albicans so it is expected to reduce the prevalence of candidiasis. Keywords: red betel leaf, avocado seed, Candida albicans, 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document