scholarly journals Uji daya hambat ekstrak daun stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.) terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus secara in vitro

e-GIGI ◽  
2017 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Yaromis Wenda ◽  
Pemsi M. Wowor ◽  
Michael A. Leman

Abstract: Currently, oral health requires comprehensive handling by dentists and other health professionals. Osteomyelitis is an infection that occurs in bone tissue and bone marrow of the jaw and/or cortical bones, predominantly caused by Staphylococcus aureus. Medicinal plants in Indonesia have been widely used as traditional medicine inter alia stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.). This stevia plant has components that are typical natural sweetener and stevioside which has the characteristics as antibacterial, antiviral, anti-inflammatory, antimicrobial, and antifungal, and other active substances including tannins, alkaloids, flavonoids, and phenol. This was an experimental laboratory study with the post test only group design. Subjects were Staphylococcus aureus bacteria. The results showed that stevia leaf extract had inhibition zone to Staphylococcus aureus growth of 10.32 mm which was categorized as strong according to Davis and Stout 1971. Conclusion: Stevia leaf extract (Stevia rebaudiana Berrtoni M.) had strong inhibition to Staphylococcus aureus.Keywords: osteomyelitis, stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.), Staphylococcus aureusAbstrak: Dewasa ini kesehatan gigi dan mulut memerlukan penanganan secara komperhensif oleh dokter gigi maupun tenaga kesehatan lainnya. Salah satu penyakit yang sering dijumpai yaitu osteomielitis pada jaringan tulang dan sum-sum tulang rahang dan/atau korteks tulang dengan penyebab utama ialah bakteri Staphylococcus aureus. Tanaman herbal di Indonesia telah banyak digunakan sebagai obat tradisional; salah satunya ialah tanaman stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.). Tanaman stevia memiliki komponen yang bersifat pemanis alami, stevioside yang berefek antibakteri, antivirus, antiinflamasi, antifungsi, dan antimikroba, serta zat aktif di antaranya ialah tannin, alkaloid, flavonoid, dan fenol. Jenis penelitian ini ialah eksperimental laboratorik dengan post test only group design. Subyek penelitian ialah bakteri Staphylococcus aureus. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ekstrak daun stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.) mempunyai rerata zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus sebesar 10,32 mm yang tergolong kuat menurut Davis dan Stout 1971. Simpulan: Ekstrak daun stevia (Stevia rebaudiana Berrtoni M.) memiliki daya hambat yang kuat terhadap bakteri Staphylococcus aureus.Kata kunci: osteomielitis, stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.), Staphylococcus aureus

e-GIGI ◽  
2017 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Olivia C. Simatupang ◽  
Jemmy Abidjulu ◽  
Krista V. Siagian

Abstract: Candida albicans is a normal flora of the mouth, respiratory tract, gastrointestinal tract and the female genital but it becomes pathogen if there is a predisposing factor. Approximately 85-95% of oral candida infections are caused by C. albicans that is usually attached to the labial mucosa, buccal mucosa, the dorsal parts of the tongue and palate. Noni (Morinda citrifolia L.) is already known as a medical plant; one of it parts that has a medicinal effect is the leaf that contains anthraquinon as an antifungal. This study was aimed to determine the effect of noni leaf extract to the growth of C. albicans. This was a true experimental in vitro study with the post test only group design. The Kirby-Bauer method with filter paper was used to evaluate the sensitivity of C. albicans to mengkudu leaf extract. Leaves samples were extracted by using maceration process with ethanol 96%. C. albicans obtained from the pure stock of Laboratory of Microbiology Pharmacy Faculty of Math and Science, University of Sam Ratulangi. The results showed that the inhibition zone diameter of noni leaf extract on the growth of C. albicans was 16 mm (strong inhibition category). Conclusion: Noni leaf extract (Morinda citrifolia L.) had an inhibitory effect on Candida albicans.Keywords: Mengkudu leaf (Morinda citrifolia L.), Candida albicans, inhibition zone Abstrak: Candida albicans merupakan anggota flora normal rongga mulut, saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan genital wanita namun dapat menjadi patogen jika terdapat faktor predisposisi. Sekitar 85-95% infeksi kandidiasis oral disebabkan oleh C albicans yang biasanya melekat pada mukosa labial, mukosa bukal, dorsum lidah dan palatum. Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.) telah dikenal sebagai tumbuhan obat. Salah satu bagian tanaman mengkudu yang memiliki efek obat ialah daunnya karena adanya kandungan antrakuinon yang bersifat antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak daun mengkudu terhadap pertumbuhan C. albicans. Jenis penelitian ini ialah eksperimental laboratorik secara in vitro dengan post test only group design. Pengujian menggunakan metode Kirby-Bauer berbahan kertas saring. Sampel daun diekstraksi dengan proses maserasi menggunakan etanol 96%. Jamur C. albicans diambil dari stok biakan jamur murni Laboratorium Farmasi FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado. Hasil penelitian mendapatkan diameter zona hambat ekstrak daun mengkudu terhadap pertumbuhan C. albicans 16 mm yang tergolong kriteria zona hambat kuat. Simpulan: Ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) mempunyai daya hambat terhadap jamur Candida albicans.Kata kunci: daun mengkudu, Candida albicans, zona hambat


2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 590
Author(s):  
Putri Ramadhani ◽  
Erly Erly ◽  
Asterina Asterina

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri patogen yang bisa menyebabkan infeksi. Penggunaan antibiotika untuk penanganan infeksi yang tidak rasional dapat membuat kuman patogen menjadi resistensi, sehingga penggunaan Rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) mungkin dapat sebagai alternatif pengganti antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan desain post-test only control group design menggunakan metode difusi (cakram) yang dilakukan dari Februari 2015 sampai September 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Sampel yang digunakan adalah rimpang kunyit yang berasal dari ladang kunyit Puncak Payo, Tanah Garam Solok. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) memiliki daya hambat yang berbeda terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus dengan berbagai konsentrasi yaitu 10%, 20%, 40%, 80% b/v . Konsentrasi ekstrak yang paling efektif dalam menghambat S. aureus adalah konsentrasi 80% b/v. Penggunaan ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) sebagai alternatif pengganti antibiotik terhadap infeksi oleh S. aureus perlu dipertimbangkan.


2016 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Alberta Y.M. Tansil ◽  
Edward Nangoy ◽  
Jimmy Posangi ◽  
Robert A. Bara

Abstract: Srikaya leaf contains terpenoid, polyphenol, alkaloid, and flavonoid that can potentially be an antibacterial. This study was aimed to obtain the potency of srikaya leaf extract against Staphylococcus aureus (ATCC25923) and Escherichia coli (ATCC11229). This was an experimental laboratory study using the Kirby-Bauer modified well diffusion technique in the Phytochemistry and Microbiology Laboratory of MIPA Faculty at Sam Ratulangi University. Srikaya leaf extract was obtained by using ethanol maceration technique. The concentrations of the extract were as follows: 50%, 25%, and 12.5%. Ciprofloxacin was used as the positive control while CMC as the negative one. The results showed that CMC did not have any inhibition zone around the well. Ciprofloxacin showed the largest mean diameters of inhibition zones: 35.78 mm against E.coli and 36.55 mm against S.aureus. The mean diameters of inhibition zones of Srikaya leaf extract 50% were 9.13 mm against E.coli and 13.78 mm against S.aureus. The mean diameters of inhibition zones of Srikaya leaf extract 25% were 7.8 mm against E.coli and 13.55 mm agaisnt S.aureus. Meanwhile, the mean diameters of inhibition zones of srikaya leaf extract 12.5% were 7.05 mm against E.coli and 11.31mm agaimst S.aureus. Conclusion: Srikaya leaf extract could potentially inhibit the growth of S.aureus and E.coli. The srikaya leaf extract could inhibit S.aureus more effectively than E.coli.Keyword: antibacterial, srikaya leaf extract, Staphylococcus aureus, Escherichia coli  Abstrak: Daun Srikaya mengandung terpenoid, fenolik, alkaloid, dan flavonoid yang berpotensi sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji daya hambat ekstrak daun srikaya terhadap Staphylococcus aureus (ATCC25923) dan Escherichia coli (ATCC11229). Jenis penelitian ialah eksperimental laboratorium dengan modifikasi Kirby-Bauer sumuran di Laboratorium Fitokimia dan Mikrobiologi Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi. Ekstrak daun srikaya diperoleh dari proses maserasi dengan etanol 96%. Konsentrasi ekstrak kental yang digunakan ialah 50%, 25%, 12,5%. Siprofloksasin digunakan sebagai kontrol positif dan CMC sebagai kontrol negatif. Hasil penelitian mendapatkan CMC tidak mempunyai zona hambat. Siprofloksasin memiliki diameter zona hambat yang paling besar. Rerata diameter zona hambat yang dihasilkan oleh siprofloksasin ialah 35,78 mm terhadap bakteri E.coli dan 36,55 mm terhadap S.aureus. Rerata diameter zona hambat ekstrak daun srikaya 50% ialah 9,13 mm terhadap E.coli dan 13,78 mm terhadap bakteri S.aureus. Rerata diameter zona hambat ekstrak daun srikaya 25% ialah 7,8 mm terhadap E.coli dan 13,25 mm terhadap S.aureus. Rerata diameter zona hambat ekstrak daun srikaya 12,5% ialah 7,05 mm terhadap E.coli dan 11,31 mm terhadap S.aureus. Simpulan: Ekstrak daun srikaya berpotensi memiliki efek daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri S.aureus dan E.coli. Daya hambat ekstrak daun srikaya lebih besar terhadap S.aureus daripada E.coli.Kata kunci: antibakteri, ekstrak daun srikaya, Staphylococcus aureus, Escherichia coli


2018 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Andita Fitriani ◽  
Erni Setiyorini ◽  
Farach Khanifah

Pendahuluan : Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi. Pemberian antibiotik merupakan upaya pengendalian terhadap infeksi yang dapat menyebabkan resisten. Bakteri Staphylococcus aureus telah resisten terhadap antibiotik ampisilin, amoksisilin-asam klavulanat, amoksisilin, penisilin G, sulbenisilin, kloramfenikol dan siprofloksasin sehingga penanganan terhadap infeksi Staphylococcus aureus relatif sulit. Daun Srikaya diketahui mengandung senyawa flavonoid, saponin dan tannin yang memiliki efek antimikroba. Metode Penelitian : Dalam penelitian ini ditentukan Kadar Hambat Minimum (KHM) dengan menggunakan metode dilusi padat.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen analitik dengan post test only control group design. Sampel dalam penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus yang merupakan stok kultur milik Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ekstrak daun srikaya (Annona squamosa L.) dengan konsentrasi 3%, 6%, 12% dan 24%. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus. Data dianalisis dengan uji one way ANOVA dilanjutkan uji Post Hoc LSD dengan nilai probabilitas (p)<0,05. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus yang berbanding terbalik dengan peningkatan konsentrasi ekstrak daun srikaya mulai dari konsentrasi 3% hingga 24%.Kesimpulan : Kesimpulan pada penelitian ini yaitu ekstrak daun srikaya mempunyai efek antimikroba terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan KHM terletak pada konsentrasi dua kali lipat dari konsentrasi 24%. Saran : Sebagai referensi bakteri yang dapat menyebabkan infeksi dan dapat menangsninys dengan antimikroba alami yang minimefek samping disbanding dengan BKOKata Kunci: Antimikroba, Ekstrak Daun Srikaya, , Kadar Hambat Minimum (KHM), Staphylococcus aureus


2017 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 123
Author(s):  
Resa Putra Adiputra ◽  
Irma Suswati ◽  
Fathiyah S

Pengaruh Pemberian Boraks Peroral Sub Akut Terhadap Terjadinya Atrofi Testis Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus strain wistar). Latar Belakang: Penggunaan boraks banyak disalahgunakan pada makanan. Boraks merupakan salah satu bahan toksik bagi organ testis sehingga dapat menyebabkan atrofi testis melalui penghambatan spermatogenesis. Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian boraks peroral sub akut terhadap terjadinya atrofi testis tikus putih jantan (Rattus novergicus strain wistar) dengan mengukur diameter testis, berat testis, dan jumlah tubulus seminiferus perlapangpandang. Metode: Eksperimental, The Post Test Only Control Group Design. Sampel yang digunakan 24 ekor dibagi 4 kelompok. Kelompok 1 (kontrol negatif), kelompok 2,3,dan 4 masing-masing dengan dosis 400 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 600 mg/kgBB selama 28 hari. Dianalisis dengan oneway ANOVA, uji korelasi, dan uji regresi. Hasil penelitian dan diskusi: Terdapat perbedaan diameter testis dan jumlah tubulus seminiferus masing-masing dengan sig p=0,020 (p<0,05) dan sig p=0,00 (p<0,05), sedangkan pada berat testis tidak terdapat perbedaan dengan sig p=0,744 (p>0,05). Analisis korelasi diameter testis (p=0,001), (r=-0,613), jumlah tubulus (p=0,000), (r=0,828), kenaikan boraks menyebabkan penurunan diameter testis dan peningkatan jumlah tubulus. Analisis regresi R2 diameter testis= 0,376 dan R2 jumlah tubulus=0,685. Pada penelitian ini pengaruh boraks terlihat pada gambaran mikroskopis dibandingkan makroskopis, hal ini disebabkan oleh waktu paparan boraks yang kurang lama. Kesimpulan: Pemberian boraks peroral sub akut berpengaruh terhadap atrofi testis.Kata Kunci: Ekstrak rimpang temulawak, Staphylococcus aureus, KHM (Kadar Hambat Minimum), KBM (Kadar Bunuh Minimum).


2017 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Igede Sudarmanto

Abstract : Plants bilimbi (Averrhoa bilimbi Linn) has been utilized by the public as a traditional medicinal plants to cure various diseases. The content of natural chemicals from bilimbi fruits are known to have an antibacterial effect, namely, flavonoids and phenols. Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a gram-positive bacteria resistant to antibiotics semisintesis. This research aims to identify the differences in the number of colonies of Staphylococcus aureus bacteria at some concentrations of bilimbi fruit filtrate in vitro. The design of the research is a post test only control group design. Measurement of the activity of bacteria using a colony counter with dilution method. The average number of colonies of Staphylococcus aureus bacteria that grow at a concentration of bilimbi fruit filtrate 10% as much as 59.33 x 108 CFU / ml; at a concentration of 20% as much as 1.33 x 108 CFU / ml; at a concentration of 30%, 40% and 50% contained no bacterial colonies growing. At a concentration of 10 % is able to inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria, while at a concentration of 30 % has been able to kill the bacteria Staphylococcus aureus. There is a difference in the number of bacterial colonies of Staphylococcus aureus in some bilimbi fruit filtrate concentration (Averrhoa bilimbi Linn) in vitro (p = 0.000


2018 ◽  
pp. 29-33
Author(s):  
Dwi Anggita ◽  
Yusriani Yusriani ◽  
Dian Amelia Abdi ◽  
Vivin Desiani

Jatropha multifida L. contains alkaloids, tannins, flavonoids, saponins and phenolic acids that differ from each part of the plant and the content of these substances is what makes L. multifida Jatropha has a function as an antibacterial so that the leaf extract and the gap of chinese distance ( Jatropha multifida L.) allegedly capable of inhibiting the growth of Staphylococcus aureus bacteria. The aim of this research was to know the effectivity of leaf extract and gum of Jatropha multifida L. to the growth of Staphylococcus aureus bacteria in vitro.Penelitian used true experimental post test design. Using disc diffusion method with concentration 25; 50; 75; and 100% v / v leaf and gum china distance. Positive control was used Clindamycin 5μg drip antibiotic paper disc. The data were analyzed descriptively. The result of the research showed the difference of different inhibition zone between treatments. In chinese leaf extracts showed different mean diameters, at concentrations of 25%, 50%, 75% with inhibit zone formed respectively 0 mm, 9.32 mm, and 17.48 mm and the highest inhibition zone at concentration of 100% with an average diameter of 22.24 mm. In the gap of chinese distance showed a different mean diameter, at concentrations of 25%, 50%, 75% with the inhibit zone formed respectively 16.08 mm, 18.15 mm, and 18.63 mm and the highest inhibition zone at a concentration of 100% with an average diameter of 21.91 mm. Clindamycin positive controls show an average inhibit zone of 23.31 mm. It was concluded that there was an effect of leaf extract and resin of chinese distance plant (Jatropha multifida L.) on growth of Staphylococcus aureus bacteria, and the best concentration was 100% concentration and almost closer to the inhibitory zone of Clindamycin antibiotics as positive control.


e-GIGI ◽  
2016 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Oktovianus Pormes ◽  
Damajanty H.C. Pangemanan ◽  
Michael A. Leman

Abstract: Synthetic antibiotics have certain side effects, therefore, it is necessary to find alternative natural antibacterial materials which is easily available and to be cultivated, inter alia Amaranthus hybridus L. Its leaves contain active compounds, so they might have antibacterial potential. This study was aimed to determine the inhibitory effect of Amaranthus hybridus leaf extract on the growth of Staphylococcus aureus. This was a true experimental study using post test only control group design. This study was conducted at the Microbiology Laboratory of Faculty of Medicine and the Natural Phytochemical Laboratory of Faculty of Mathematics at Sam Ratulangi University. The modified Kirby-Bauer method was used with three wells, containing Amaranthus hybridus leaf extract, the positive control, and the negative control; and with 5 repetitions. The results showed that the average diameters of the inhibition zone of Amaranthus hybridus leaf extract and of the negative control were 0 mm meanwhile of erythromycin as the positive control was 38.8 mm. Conclusion: Amaranthus hybridus leaf extract had no inhibitory effect on Staphylococcus aureus. Keywords: inhibitory zone, Amaranthus hybridus L, Staphylococcus aureus Abstrak: Bahan antibiotik sintetik memiliki efek samping, sehingga perlu dicari bahan alternatif yaitu bahan alami yang mudah didapat dan dibudidayakan, salah satunya ialah bayam petik (Amaranthus hybridus L.). Daun bayam petik memiliki potensi antibakteri karena memiliki kandungan senyawa aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak daun bayam petik terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Jenis penelitian ialah eksperimental murni dengan post test only control group design. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Labaratorium Fitokimia Fakultas MIPA Unsrat. Metode pengujian yang digunakan ialah modifikasi Kirby-Bauer dengan menggunakan tiga buah sumuran yang diberi ekstrak daun bayam petik, kontrol positif, dan kontrol negatif, sebanyak 5 kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukan diameter rerata dari zona hambat yang terbentuk pada sumur dengan ekstrak daun bayam petik dan pada sumur dengan kontrol negatif ialah 0 mm, sedangkan pada sumur yang diberi kontrol positif amoksisilin terjadi resistensi sehingga diganti dengan eritromisin dan didapatkan rerata zona hambat ialah 38,8 mm. Simpulan: Ekstrak daun bayam petik (Amaranthus hybridus L.) tidak memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.Kata kunci: daya hambat, Amaranthus hybridus L, Staphylococcus aureus


e-GIGI ◽  
2016 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Pricillia T. Kaawoan ◽  
Jemmy Abidjulu ◽  
Krista V. Siagian

Abstract: Periodontal disease is preceded by a buildup of plaque that contains a collection of bacteria. The most common bacteria found in plaques are Porphyromonas gingivalis that cause periodontitis. There are several ways to treat periodontitis inter alia the usage of natural materials. Nutmeg (Myristica fragrans Houtt) contains volatile oil, saponins, and alkaloids known as antibacterials. This study aimed to investigate the inhibitory effect of nutmeg extract on Porphyromonas gingivalis. This was an experimental laboratory study in vitro with a post test only control group design. The testing method used in this study was a modified method of Kirby-bauer. Nutmeg was extracted by using maceration method with ethanol 96%. Porphyromonas gingivalis bacteria were ordered from University of Hasanuddin Makassar and then were rejuvenated in the Laboratory of Microbiology Pharmacy FMIPA University of Sam Ratulangi Manado. The results showed that the average inhibitory zone of nutmeg extract was 13,5 mm. Conclusion: Nutmeg (Myristica fragrans Houtt) extract had an inhibitory effect on the Porphyromonas gingivalis bacteria.Keywords: nutmeg (Myristica fragrans Houtt), inhibition zone, periodontitis, Porphyromonas gingivalisAbstrak: Penyakit periodontal berawal dari penumpukan plak yang mengandung kumpulan bakteri. Bakteri yang paling banyak ditemukan yaitu bakteri Porphyromonas gingivalis yang menyebabkan penyakit periodontitis. Terdapat beberapa cara untuk mengobati periodontitis, salah satunya dengan penggunaan bahan alami. Pala (Myristica fragrans Houtt) memiliki kandungan minyak atsiri, saponin, dan alkaloida yang diketahui berefek antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya daya hambat ekstrak buah pala terhadap bakteri penyebab periodontitis Porphyromonas gingivalis. Jenis penelitian ini ialah eksperimental laboratorik secara in vitro dengan post test only control group design. Metode pengujian yang digunakan yaitu modifikasi Kirby-bauer menggunakan sumuran. Sampel buah pala diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Bakteri Porphyromonas gingivalis yang digunakan dalam penelitian ini dikirim dari Universitas Hasanuddin Makassar yang telah diremajakan di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado. Hasil penelitian mendapatkan zona hambat ekstrak buah pala sebesar 13,5 mm. Simpulan: Ekstrak buah pala (Myristica fragrans Houtt) mempunyai daya hambat terhadap bakteri penyebab periodontitis Porphyromonas gingivalis.Kata kunci: pala (Myristica fragrans Houtt), zona hambat, periodontitis, porphyromonas gingivalis


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 176-183
Author(s):  
Yunita Yunita ◽  
Fitria Lestari ◽  
Yuli Febrianti

Staphylococcus aureus is a nosocomial problem that can cause skin infections. Treatment of skin infections can be done by using citronella (Cymbopogon nardus) which is antibacterial because it contains compounds such as flavonoids, steroids, terpenoids, saponins, and essential oils. This study aims to determine the antibacterial power of Cymbopogon nardus leaf starch essence against Staphylococcus aureus inhibition zone. This type of research is a laboratory experiment using a post-test only control group design. The results showed that the extract of Cymbopogon nardus leaves with a concentration of 5%, 10%, 15%, and 20% with positive control of ampicillin had different inhibitory zona against Staphylococcus aureus bacteria. The conclusion is that the concentration of Cymbopogon nardus leaf starch is the most effective and forms an inhibition zone with the largest average (16.28), namely a concentration of 20%.Keywords: Antibacterial, lemongrass, Staphylococcus aureus 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document