scholarly journals Pengaruh abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid pada remaja putri

2021 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 47-54
Author(s):  
Yumnun Nisak ◽  
Harnanik Nawangsari ◽  
Agustina Maunaturrohmah

Menstruasi merupakan perdarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi. Keluhan yang sering muncul pada saat menstruasi adalah nyeri haid (dismenore). Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid pada remaja putri di SMK kesehatan BIM Jombang. Desain penelitian ini menggunakan Pra experimental One Group Pra Test – Post Test Design. Populasi penelitian ini adalah semua remaja putri yang mengalami nyeri haid (dismenore) dengan jumlah sampel sebanyak 56 responden dengan teknik sampling cluster random sampling. Variabel independen latihan abdominal stretching dan variabel dependen intensitas nyeri haid pada remaja putri. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrument Numeric Pain Rating Scale (NRS ) sebelum dan sesudah pemberian latihan abdominal stretching. Pengolahan data dengan editing, koding, skoring, tabulating dan analisis dengan menggunakan Uji Wilcoxon dengan tingkat kesalahan alpha 0,05. Hasil penelitian menunjukkan sebelum diberikan latihan abdominal stretching hampir setengah responden mengalami nyeri sedang sebanyak 23 responden (41%) dan sesudah diberikan latihan abdominal stretching hampir setengah responden mengalami tidak nyeri sebanyak 24 responden (43%). Hasil uji Wilcoxon didapatkan nilai p = 0,000 lebih kecil dari alpha 0,05 sehingga H1 diterima. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid pada remaja putri.

2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 270
Author(s):  
Ulfa Husna Dhirah ◽  
Aris Natri Sutami

Salah satu tanda seorang perempuan telah memasuki masa pubertas adalah terjadinya menstruasi. Salah satu gangguan yang berhubungan dengan menstruasi yaitu dismenorea. Dismenorea adalah nyeri pada bagian perut, kram, dan sakit punggung bawah sbelum dan selama menstruasi. Di SMAS Inshafuddin Banda Aceh terdapat 37 siswi yang mengalami dismenorea. Untuk mengetahui pengaruh pemberian kompres hangat terhadap penurunan intensitas dismenorea. Rancangan penelitian ini adalah Quasi-Eksperiment dengan desain One- Group Pre-Post   Test Design. Jumlah sampel yang digunakan adalah 37 responden. Alat yang digunakan adalah wong baker face pain Rating Scale untuk mengetahui intensitas nyeri. Analisa yang digunakan adalah wilcoxon karena hasil sebaran data berdistribusi tidak normal dengan hasil p = 0,000, dengan tingkat kemaknaan p<0,05. Nialai rata-rata dismenorea sebelum diberikan kompres hangat adalah 4,70 dan nilai rata-rata setelah pemberian kompres hangat adalah 0,70. Terdapat Penurunan intensitas dismenorea diperoleh nilai p = 0,000(< α 0,05). Ada pengaruh kompres hangat terhadap penurunan intensitas dismenorea. Diharapkan bagi institusi pendidikan Universitas Ubudiyah Indonesia dapat dijadikan sebagai bahan untuk kegiatan proses pembelajaran tentang terapi kompres hangat untuk menurunkan intensitas dismenorea.Kata kunci : Dismenorea, Kompres hangat, Remaja Putri.


2019 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 22
Author(s):  
Evelin Malinti ◽  
Febri A Nabuasa

CRYOTHERAPY DAN INTENSITAS NYERI PADA INJEKSI INTRAKUTAN Abstrak Cryotherapy merupakan aplikasi terapi suhu rendah atau dingin yang digunakan untuk berbagai keperluan seperti mengurangi pembengkakan pada trauma, peradangan dan mengurangi nyeri. Cryotherapy juga telah digunakan untuk menangani nyeri pada prosedur penyuntikan seperti penyuntikan subkutan dan intravena. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi perbedaan efek dari cryotherapy kering dan basah pada intensitas nyeri injeksi intrakutan. Metode: yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi ekperimen dengan post-test design. Pemilihan sample menggunakan teknik purposive sampling untuk memperoleh total 54 responden yang dibagi kedalam dua kelompok. Penelitian ini membandingkan intensitas nyeri kedua kelompok menggunakan numerical pain rating scale. Masing-masing kelompok mendapatkan aplikasi cryotherapy pada area penyuntikan selama 5 menit sebelum dilakukan injeksi intrakutan. Kelompok I diberikan aplikasi cryotherapy dalam bentuk es batu dalam plastik es yang dibungkus kantong kain. Kelompok II diberikan aplikasi washlap yang telah dicelupkan dalam air es. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata intensitas nyeri pada kelompok I berada pada kategori nyeri sedang, dan kelompok II berada pada kategori nyeri berat terkontrol. Uji t-independen menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada intensitas nyeri diantara kedua kelompok (p<0.05). Dengan demikian aplikasi cryotherapy dengan es batu selama 5 menit lebih efektif mengurangi intensitas nyeri pada injeksi intrakutan. Aplikasi cryotherapy dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri pada injeksi intrakutan. CRYOTHERAPY AND PAIN INTENSITY ON INTRACUTANEOUS INJECTION  Abstract Cryotherapy is an application of low or cold temperature therapy that is used for various purposes such as reducing swelling in trauma, inflammation and reducing pain. Cryotherapy has also been used to treat pain in injection procedures such as subcutaneous and intravenous injections. In particular, this study aimed to evaluate the differences in the effects of dry and wet cryotherapy on the pain intensity of intracutaneous injection. The method used in this study is quasi experiment with post-test design. The sample selection uses a purposive sampling technique to obtain a total of 54 respondents divided into two groups. This study compared the intensity of pain between the two groups using the numerical pain rating scale. Each group received an application of cryotherapy in the injection area for 5 minutes before intracutaneous injection. Group I was given the application of cryotherapy in the form of ice cubes in ice plastic wrapped in a cloth bag. Group II was given the washlap application which had been dipped in ice water. The results showed that the average pain intensity in group I was in the moderate pain category, and group II was in the category of heavily controlled pain. Independent t-test showed that there were significant differences in pain intensity between the two groups (p <0.05). Thus the application of cryotherapy with ice cube for 5 minutes is more effective in reducing pain intensity in intracutaneous injection. The application of cryotherapy can be done to reduce pain in intracutaneous injection.  


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 110
Author(s):  
Zeny Fatmawati ◽  
Elis Fatmawati

ABSTRAKDismenorea merupakan rasa nyeri pada daerah perut bagian bawah sampai kepanggul, yang disebabkan oleh produksi zat kimia yang bernama prostaglandin yang dinyatakan dapat meningkatkan nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Jus remakuda terhadap penurunan Intensitas dismenore pada remaja putri. Desain penelitian yang digunakan adalah pra eksperimen one group pre test post test design Populasi adalah semua siswi SMPN 1 Tembelang, Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah sampel  60 remaja putri SMPN 1 Tembelang Penelitian dilaksanakan pada tanggal 01-30 September 2021 di SMPN I Tembelang Kabupaten Jombang. lembar observasi skala nyeri Numeric Ratting Scale (NRS) dan Wong Baker Pain Rating Scale untuk mengukur intensitas dimenore, data di analisa menggunakan uji WilcoxonHasil : Setelah di berikan pemberian jus Remakuda selama 5 hari pada remaja putri yang sedang menstruasi dan mengalami dismenore di dapatkan  nilai Z :-7.103 dan p: 0.000  Jus Remakuda berpengaruh terhadap Penurunan Intensitas Dismenore pada remaja putri, Kata Kunci: jus remakuda; dismenore; remaja ABSTRACT Dysmenorrhea is pain in the lower abdomen to the pelvis, which is caused by the production of a chemical called prostaglandin which is stated to increase pain. The research design was a pre-experimental one group pre-test post-test design. The population was all students of State Junior High School 1 of  Tembelang. The sampling technique used in this study was purposive sampling with a sample of 60 young women at State Junior High School 1 of  Tembelang. The study was conducted on 01-30 September 2021. at SMPN I Tembelang, Jombang Regency. This research instrument used an observation sheet for the Numeric Rating Scale (NRS) pain scale and the Wong Baker Pain Rating Scale to measure the intensity of dysmenorrhea, the data were analyzed using the Wilcoxon test. After being given Remakuda juice for 5 days, young women who are menstruating and experiencing dysmenorrhea get Z value: -7.103 and p: 0.000 Remakuda juice has an effect on reducing the intensity of dysmenorrhea in adolescent girls. Keyword : remakuda juice; dysmenorrhea; adolescents


2021 ◽  
Vol 7 (4) ◽  
pp. 292-295
Author(s):  
Roland Prethipa P ◽  
Jimsha V K ◽  
Jonathan Daniel M

Pain intensity is a common outcome domain assessed in pain clinical trials. The patient’s self-report is the gold standard and it appears to be embedded in everyday clinical practice. Most often pain assessment is considered to be the cornerstone for ideal treatment.The aim of this study was to assess the dental patients’ level of pain using Full Cup Test (FCT) and Numeric Pain Rating Scale (NPRS), and to compare and validate the Full Cup Test in the assessment of orofacial pain with Numeric Pain Rating Scale.A total of sixty patients presenting with various forms of orofacial pain were included in this cross-sectional study. Data collected include the patient demographic details and the diagnosis of each case was made after proper history taking, clinical examination and radiographic investigation. Pain assessment was done for each patient using both numeric pain rating scale and full cup test.All the data were analysed using inferential statistics Mann Whitney test and the analysis was carried out with SPSS 17.The comparison of mean pain scores using full cup test and numeric pain rating scale shows there was significant differences between acute and chronic pain with P- value of 0.023 and 0.005 respectively. FCT had shown 83 percent sensitivity and 94 percent specificity.Patients who presented with either acute or chronic dental conditions experienced moderate to severe level of pain. FCT is useful for both evaluating and discerning changes in pain and it can be used as a tool in pain assessment.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 75-85
Author(s):  
Ika Subekti Wulandari ◽  
Endar Setyaningsih ◽  
Anissa Cindy Nurul Afni

Pada masa perawatan di rumah sakit, anak prasekolah dapat mengalami hospitalisasiakibat adanya tindakan invasif seperti pemasangan infus. Pemasangan infus merupakantindakan yang sering menimbulkan nyeri pada anak. Diperlukan terapi nonfarmakologidengan teknik distraksi bercerita agar anak bisa lebih kooperatif dalam pemasangan infus.Storytelling dengan boneka tangan dapat menurunkan nyeri fisiologis, stres dan kecemasandalam mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pengaruh metode storrytelling dengan boneka jari terhadap tingkat nyerianak usia prasekolah saat pemasangan infus di rawat inap Puskesmas Weru. Penelitian iniadalah quasi eksperimental design dengan rancangan post test only design. Pengambilansampel dengan incidental sampling sejumlah 19 anak kelompok perlakuan dan 19 anakkelompok kontrol. Tingkat nyeri diukur dengan wong-baker faces pain rating scale. Analisisdata menggunakan uji mann withney. Hasil uji analisis mann withney didapatkan nilai pvalue 0,000 artinya ada perbedaan tingkat nyeri antara kelompok perlakuan dan kelompokkontrol. Kesimpulannya adalah ada pengaruh memberikan perlakuan strorytelling denganboneka jari terhadap tingkat nyeri anak usia prasekolah saat pemasangan infus. Bagiperawat atau tenaga kesehatan lainnya diharapkan untuk melakukan teknik distraksibercerita sebagai terapi nonfarmakologi saat melakukan tindakan invasif agar tingkat nyerianak lebih rendah atau berkurang.


2020 ◽  
Vol 161 (11) ◽  
pp. 419-424
Author(s):  
László Földvári-Nagy ◽  
Johanna Takács ◽  
Judit Réka Hetthéssy ◽  
Ágnes Andrea Mayer ◽  
Noémi Szakács ◽  
...  

Absztrakt: Bevezetés: A De Quervain-féle tendinopathia a csukló-kéz régióját érintő betegség. A hüvelykujj mozgatása fájdalmassá válik, a kéz funkciója jelentősen romlik. A betegség a legújabb kutatások szerint inkább degeneratív, semmint gyulladásos eredetű. Első lépésként a kéz sínezése, nemszteroid gyulladáscsökkentő szerek és különböző fizikoterápiás kezelések alkalmazása javasolt. Hatástalanságuk esetén további lehetőség az ínhüvelybe fecskendezett szteroidinjekció és a műtéti úton végzett ínhüvelybemetszés. Célkitűzés: Kutatásunkban megvizsgáltuk, hogy az excentrikus tréninggel kibővített konzervatív kezelés megfelelő alternatíváját nyújthatja-e a jelenleg elfogadott kezelési lehetőségeknek. Módszer: Az excentrikus tréning 8 hétig tartott, melyet indokolt esetben 12 hetesre bővítettünk. A betegek (n = 9) a betanítást követően naponta többször végezték a tréninget, amit a heti találkozók alkalmával kontrolláltunk. Az 1., a 8., valamint a 12. heti találkozó során az inspekciót követően mértük az ízületi mozgástartományt, az izomerőt, a fájdalmas régiók számát, illetve elvégeztük a ’Numeric Pain Rating Scale’, a ’Quick Disabilities of the Arm, Shoulder and Hand’, valamint a ’Patient-Rated Wrist Evaluation’ kérdőívek felvételét. A méréseket páros mintás t-teszttel és ismételt méréses varianciaanalízissel elemeztük. Az elemzéseket IBM SPSS Statistics 25.0 és Microsoft Office Excel Professional Plus 2016 programmal végeztük; p<0,05 esetén tekintettük statisztikailag szignifikánsnak eredményeinket. Eredmények: Szignifikáns javulást mértünk a fájdalom intenzitása (’Numeric Pain Rating Scale’ p = 0,005, n = 9) és a kéz, valamint a csukló funkciója terén (’Quick Disabilities of the Arm, Shoulder and Hand Outcome Measure’ kérdőív 1. rész p<0,001, 2. rész p<0,001, ’Patient-Rated Wrist Evaluation’ kérdőív p<0,001; n = 9). Következtetés: Eredményeink alapján megfelelő betegbeválasztás mellett az excentrikus tréninggel kibővített konzervatív kezelés valós alternatívája lehet a jelenleg alkalmazott kezeléseknek. Orv Hetil. 2020; 161(11): 419–424.


2019 ◽  
Vol 40 (01) ◽  
pp. 11-17 ◽  
Author(s):  
Prasert Sakulsriprasert ◽  
Roongtiwa Vachalathiti ◽  
Pathaimas Kingcha

Background: Clinical outcomes are very important in clinical assessment, and responsiveness is a component inside the outcome measures that needs to be investigated, particularly in chronic nonspecific low back pain (CNSLBP). Objective: This study aimed to investigate the responsiveness of pain, functional capacity tests, and disability in individuals with CNSLBP. Methods: Twenty subjects were assessed in pain using the following methods: visual analog scale (VAS) and numeric pain rating scale (NPRS), functional capacity tests: functional reach test (FRT), five-time sit-to-stand test (5 TSST), and two-minute step test (2 MST), and disability level: modified Oswestry Disability Questionnaire (MODQ), Thai version before and after 2-week intervention session. For interventions, the subjects received education, spinal manipulative therapy, and individual therapeutic exercise twice a week, for a total of two weeks. The statistics analyzed were change scores, effect size (ES), and standardized response mean (SRM). Results: The most responsive parameter for individuals with CNSLBP was pain as measured by numeric pain rating scale (NPRS) (ES [Formula: see text]0.986, SRM [Formula: see text]0.928) and five-time sit-to-stand test (5 TSST) (SRM [Formula: see text]0.846). Conclusion: This study found that NPRS pain and 5 TSST were responsive in individuals with CNSLBP at two weeks after the beginning of interventions.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document