scholarly journals Effects of Collagen Concentration Variation toward Characteristics of Bacterial Cellulose-Collagen Biocomposites as Candidate of Artificial Dura Mater

Author(s):  
Adanti Wido Paramadini ◽  
Prihartini Widiyanti ◽  
Djoni Izak Rudyardjo

Traffic accident is the highest cause of head injury. In the field of neurosurgery, it is closely related to the defect of duramater (outer layer of the brain). This study aims to perform artificial duramater synthesis from bacteria cellulose that is composited with collagen in order to find the precise composition. Bacteria cellulose was synthesized by fertilizing Acetobacter xylinum bacteria into coconut water. In addition, bacteria cellulose pellicle membrane immersed into collagen solution with various concentration such as 0.4% w/v, 0.5% w/v, 0.6% w/v and 0.7% w/v. The dried sample was characterized by Fourier Transform Infra Red (FTIR), tensile tester, Scanning Electron Microscope (SEM) and swelling test procedure. Result showed that the best sample was ‘Sample A’ (bacteria cellulose-collagen 0.4% w/v) that obtained 8% elongation and 185 μm for the average thickness. Based on the entire result, the biocomposite of bacteria celluose-collagen has a high potential as a candidate of artificial duramater.

Arena Tekstil ◽  
2014 ◽  
Vol 29 (1) ◽  
Author(s):  
Rizka Yulina ◽  
Srie Gustiani ◽  
Wulan Septiani

Selulosa bakterial mempunyai sifat mekanik yang baik untuk digunakan sebagai membran pada proses pengolahan air limbah tekstil. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan dan karakterisasi serat hollow dari bahan baku selulosa bakterial nata de coco dengan penambahan nanopartikel ZnO sebagai fotokatalis terimmobilisasi. Selulosa bakterial disintesis menggunakan bakteri Acetobacter xylinum di dalam medium air kelapa dan gula. Selulosa bakterial dilarutkan bersama dengan nanopartikel ZnO menggunakan pelarut cuprietilen diamina (Cuen) dengan variasi selulosa bakterial 2,25% dan 2,50%. Serat berbentuk hollow dihasilkan dari proses wet spinning menggunakan koagulan NaOH. Serat hollow yang telah melalui koagulan kemudian direndam dalam larutan asam, gliserol, dan alkohol, dengan variasi waktu perendaman asam selama 1 dan 2 hari. Uji kekuatan tarik menunjukkan hasil yang terbaik yakni sebesar 815,72 gf pada konsentrasi selulosa bakterial 2,50% dan perendaman asam selama 2 hari. Dari hasil uji gugus fungsi menggunakan spektroskopi Fourier Transform Infra Red (FTIR), terdapat beberapa gugus fungsi yang menunjukkan keberadaan selulosa dan nanopartikel ZnO. Proses dekolorisasi fotokatalitik terhadap air limbah tekstil artifisial yang mengandung zat warna reaktif Remazol Black 5 (RB5) menunjukkan bahwa pH optimum proses penyisihan warna yakni pada pH 9 dan dihasilkan persen penyisihan warna yang tertinggi yaitu 90,32%. Pada kondisi yang sama, proses dekolorisasi RB5 menggunakan serat hollow tanpa nanopatikel ZnO hanya menghasilkan persen penyisihan warna sebesar 32,10%. Berdasarkan laju penyisihan zat warna, aktivitas degradasi fotokatalitik terbesar (k’ = 0,2615) diperoleh pada konsentrasi ZnO 10% dan konsentrasi zat warna RB5 10 ppm.


Arena Tekstil ◽  
2013 ◽  
Vol 28 (1) ◽  
Author(s):  
Maya Komalasari ◽  
Bambang Sunendar

Partikel nano TiO2 berbasis air dengan pH basa telah berhasil disintesis dengan menggunakan metode sol-gel dan diimobilisasi pada kain kapas dengan menggunakan kitosan sebagai zat pengikat silang. Sintesis dilakukan  dengan prekursor TiCl4 pada konsentrasi 0,3 M, 0,5 M dan 1 M, dan menggunakan templat kanji dengan proses kalsinasi pada suhu 500˚C selama 2 jam. Partikel nano TiO2 diaplikasikan ke kain kapas dengan metoda pad-dry-cure dan menggunakan kitosan sebagai crosslinking agent. Berdasarkan hasil Scanning Electron Microscope (SEM),diketahui bahwa morfologi partikel TiO2 berbentuk spherical dengan ukuran nano (kurang dari 100 nm). Karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan adanya tiga tipe struktur kristal utama, yaitu (100), (101) dan (102) dengan fasa kristal yang terbentuk adalah anatase dan rutile. Pada karakterisasi menggunakan SEM terhadap serbuk dari TiO2 yang telah diaplikasikan ke permukaan kain kapas, terlihat adanya imobilisasi partikel nano TiO2 melalui ikatan hidrogen silang dengan kitosan pada kain kapas. Hasil analisa tersebut kemudian dikonfirmasi dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red) yang hasilnya memperlihatkan puncak serapan pada bilangan gelombang 3495 cm-1, 2546 cm-1, dan 511 cm-1,  yang masing-masing diasumsikan sebagai adanya vibrasi gugus fungsi O-H, N-H dan Ti-O-Ti. Hasil SEM menunjukkan pula bahwa kristal nano yang terbentuk diantaranya adalah fasa rutile , yang berdasarkan literatur terbukti dapatberfungsi sebagai anti UV.


Author(s):  
Fitrianti Darusman ◽  
Sundani N Soewandhi ◽  
Rachmat Mauludin

Telah dilakukan kokristalisasi glimepirid (GMP) dengan asam oksalat (AO) menggunakan metode penggilingan dan pelarutan (menggunakan pelarut aseton). Diagram fase sistem biner GMP-AO digunakan untuk identifikasi awal pembentukan interaksi antar kedua komponen serta ditegaskan kembali dengan analisis mikroskopik menggunakan alat pemanas (hot stage) yang dihubungkan dengan mikroskop polarisasi. Padatan hasil kokristalisasi dikarakterisasi dengan metode analisis termal (Differential Scanning Calorymetry), difraktometri sinar-X serbuk (Powder X-Ray Diffraction), spektrofotometri inframerah (Fourier Transform-Infra Red) dan mikroskopi (Scanning Electron Microscope). Hasil identifikasi dan karakterisasi menunjukkan interaksi eutektik antara kedua fase kristalin GMP-AO dalam keadaan padat pada perbandingan molar 3:7, dengan titik eutektik pada temperatur 128,7°C. Selanjutnya, uji kelarutan dan laju disolusinya menggunakan media dapar fosfat pH 7,4. Kelarutan dan laju disolusi GMP hasil kokristalisasi meningkat dibandingkan dengan campuran fisika dan senyawa tunggalnya.Kata kunci : glimepirid, kokristalisasi, eutektik, kelarutan dan laju disolusi.


2007 ◽  
Vol 546-549 ◽  
pp. 1515-1520
Author(s):  
Zhuo Zhang ◽  
Hong Jun Guo ◽  
Wei He ◽  
Wen Xion Zhang

The thermotropic liquid crystalline copolyamide (TLCPa) was synthesized and the in situ composites for TLCPa/Polyamides 66 (PA66) were prepared by melting extrusion. As revealed by differential scanning calorimeter (DSC), depression of the melting point and the crystallinity of PA66 indicated that the miscibility was enhanced via intermolecular H-bonds. Characteristic absorption shifts of C=O groups of TLCPa/PA66 in Fourier transform infra-red spectra (FTIR) confirmed the existence of H-bonds. Scanning electron microscope (SEM) observation showed that the shape of TLCPa phase change in matrix with increasing TLCPa content. Mechanical properties of blends were significantly improved by good interface adhesion and TLCPa fibrils generation.


2021 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 27-32
Author(s):  
Ida Nur Apriani Apriani ◽  
Jarnuzi Gunlazuardi

Telah dilakukan sintesis fotokatalis N/TiO2 bermofologi nanotube dengan metode anodisasi  menggunakan ammonium nitrat (NH4NO3) sebagai sumber dopan pada berbagai variasi konsentrasi (0,5M , 1M, 2M), dilanjutkan dengan kalisinasi pada suhu 4500C selama 2 jam untuk mendapatkan fasa kristal anatase. Karakterisasi dilakukan menggunakan Scanning Electron Miscroscopy (SEM), Fourier Transform Infra Red (FT-IR), X-ray Diffraction (XRD), dan DRS (Diffused Reflectant Spectrometry) UV-Vis. Pengujian Linear Sweep Voltametri dan Multi Pulse Anperiometri pada fotokatalis­ N/TiO2 telah berhasil diterapkan untuk degradasi senyawa Rhodamin B menggunakan sinar UV maupun sinar tampak. Aplikasi dari uji fotoelektrokatalisis menggunakan sinar tampak untuk N/TiO2-NT memberikan hasil eliminasi sebesar 47,86%, sedangkan bila menggunakan TiO2 nanotube tanpa dopan eleminasi hanya sebesar 25,49%. Hal ini menunjukkan bahwa proses doping yang dilakukan telah berhasil menyisipkan nitrogen kedalam matrik TiO2 nanotube dan memperbaiki kinerja fotokatalisis nya di daerah sinar tampak.


2016 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1 ◽  
Author(s):  
Oktaviani Oktaviani ◽  
Emil Budianto ◽  
Sugiarto Danu

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kopolimerisasi cangkok akrilonitril pada selulosa bakteri (SB) dengan inisiasi radiasi serta penambahan hidroksilamin untuk menghasilkan gugus amidoksim. Pencangkokan akrilonitril pada SB diharapkan dapat meningkatkan ketahanan termal SB. Sedangkan SB yang bersifat sebagai pengkelat ion-ion logam berat, diharapkan dapat dihasilkan melalui penambahan hidroksilamin. Film selulosa bakteri telah berhasil dibuat dari air kelapa yang diinokulasi dengan bakteri Acetobacter xylinum. Film selulosa bakteri (SB) selanjutnya diiradiasi dengan berkas elektron pada rentang dosis 15-120 kGy, laju dosis 15 kGy/pass pada suhu 30 + 1 0C. Setelah diiradiasi, SB tersebut dikopolimerisasi cangkok dengan monomer akrilonitril. Kondisi optimum untuk kopolimerisasi cangkok akrilonitril pada SB adalah pada dosis 75 kGy, suhu 600C, waktu 3 jam, dan konsentrasi akrilonitril 30% b/b. Derajat pencangkokan tertinggi yang diperoleh adalah 56,03 %. Selulosa bakteri tercangkok akrilonitril (SB tercangkok PAN) selanjutnya diamidoksimasi. Amidoksimasi dilakukan dengan penambahan hidroksilamin hidroklorida 6 % b/v dalam pelarut metanol:air = 50:50 v/v pada pH 7, dan diperoleh waktu optimum selama 2 jam dengan densitas gugus amidoksim sebesar 5,425 mmol/ g. Hasil karakterisasi dengan Fourier Transform Infrared (FTIR) menunjukkan adanya spektrum spesifik gugus siano setelah proses pencangkokan akrilonitril pada SB dan intensitasnya menurun setelah diamidoksimasi. Hal tersebut diperkuat dengan hasil uji Scanning Electron Microscopy (SEM) yang memperlihatkan adanya gugus siano yang menempel setelah pencangkokan, dan gugus tersebut tidak terlihat lagi setelah amidoksimasi. Dari hasil uji dengan X-ray Diffraction (XRD), indeks kristalinitas SB tercangkok PAN akan semakin rendah dengan meningkatnya derajat pencangkokan dan pengujian dengan Thermal Gravimetry Analysis (TGA) menunjukkan bahwa ketahanan panas SB tercangkok PAN meningkat.


2014 ◽  
Vol 17 (3) ◽  
pp. 80-85
Author(s):  
Nur Dwi Lestari ◽  
Pardoyo Pardoyo ◽  
Agus Subagio

Telah dilakukan penelitian sintesis dan karakterisasi CNT (Carbon Nanotube) dengan doping logam kobalt. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakter CNT sebelum dan setelah didoping dengan variasi konsentrasi logam 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah impregnasi basah yang meliputi perendaman pada larutan logam dan kalsinasi. Hasil impregnasi dianalisis menggunakan Fourier Transform-Infra Red (FT-IR), GSA (Gas Sorption Analysis), Scanning Electron Microscopy (SEM) dan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS). Analisis FT-IR menunjukkan adanya vibrasi ulur dari ikatan Co-C dan Co-O.  Hasil GSA menunjukkan bahwa CNT loading 30% mempunyai luas permukaan tertinggi yaitu 69,192 m2/g. Hasil SEM-EDS menunjukkan bahwa morfologi permukaan dinding CNT ditutupi aggregat-aggregat kobalt. Pada hasil EDS fraksi kobalt dihasilkan adalah 1,96 % yang nilainya tidak jauh berbeda dari fraksi Fe yaitu 1,49%. Hal ini menunjukkan bahwa CNT doping logam Co menggunakan metode impregnasi basah tidak efektif.


Arena Tekstil ◽  
2016 ◽  
Vol 28 (1) ◽  
Author(s):  
Srie Gustiani ◽  
Rifaida Eriningsih

Poliester mempunyai beberapa keunggulan seperti tahan kusut, mudah pemeliharaannya dan relatif awet, namun kurang nyaman dipakai terutama pada kondisi tropis karena daya serapnya rendah dengan moisture regain (MR) 0,4%. Tujuan penelitian ini adalah merubah sifat hidrofob kain poliester menjadi hidrofil untuk meningkatkan daya serapnya. Proses dilakukan dengan cara melapisi selulosa bakterial melalui proses perendaman kain dalam bakteri selulosa (Acetobacter xylinum) dalam medium air kelapa, selama 3 hari, 6 hari, 9 hari dan 12 hari. Selanjutnya dilakukan proses fiksasi dan pemurnian dengan NaOH 3%. Produk yang dihasilkan kemudian dilakukan pencucian berulang dengan mesin lounder O-meter sebanyak 1, 2 dan 3 kali atau setara dengan 5, 10 dan 15 kali pencucian dengan mesin cuci rumah tangga. Dari beberapa pengujian diketahui bahwa semakin lama waktu perendaman, MR dan daya serapnya semakin meningkat, namun kekuatan tarik mengalami sedikit penurunan. Dari analisa morfologi dengan Scanning Electron Microscope terlihat bahwa  dengan perendaman selama 6 hari sudah jelas terlihat lapisan selulosa bakterial yang menyelubungi serat dengan rata yang juga dibuktikan pada serapan gugus fungsinya pada Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) dan hasil pencelupan dengan zat warna reaktif. Kondisi optimum diperoleh pada perendaman 6 hari dan setelah pencucian berulang 2 kali dengan mesin lounder O-meter (setara dengan10 kali pencucian rumah tangga), yaitu MR meningkat dari 0,4 % menjadi 1,02 % dan waktu penyerapan  dari 96,64 detik menjadi 4,22 detik.


2017 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 58
Author(s):  
Dian Arrisujaya

The Adsorption Efficiency of Atap Fruit Shell (Arenga pinnata Merr) on remove Chromium Metal Ions from aSolution        Arenga pinnata fruit shell was dried, pulverized, and used for biosorption of Cr(III) and Cr(VI) from a solution. Column experiments were conducted to investigate the affected parameters of pH solution, particle size, chromium metal ion concentration, flow rate and amount of mass biosorbent. The maximum adsorption efficiency of metal ions Cr(III) and Cr(VI), was 47.79% and 41.47% respectively, initial metal ion concentrations of 75-100 mg/L at initial pH of 3 for Cr(VI) and initial pH of 4 for Cr(III) with the particlesize ≤180μm and flow rate of 1-2 mL/min. Adsorption capacity will increase with increasing the number of mass biosorbent, however adsorption efficiency will decrease. An FTIR examination revealed changes between the natural and heavy metals-loaded biomaterial. Scanning electron micrograph (SEM) also revealed changes in the surface morphology of thebiomass as a result of heavy metal adsorption. Based on these results, it could be concluded that the Arenga pinnata was effective in removing heavy metal from aqueous solution and needed  consideration for scaled-up apllication.Keywords : Arenga pinnata, heavy metals, biosorption, fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), and scanning electron microscope (SEM) ABSTRAK        Kemampuan penyerapan kulit buah atap (Areng pinnata) terhadap ion logam Cr(III) dan Cr(VI) dalam larutan. Metoda kolom digunakan dalam proses biosorpsi dengan parameter yang mempengaruhi efisiensi penyerapan yaitu pH larutan, ukuran partikel, konsentrasi ion logam, laju alir dan massabiosorben. Efisiensipenyerapan maksimum ion logam Cr(III) dan Cr(VI) oleh kulit buah atap masing-masing adalah 47.79% dan 41.47 % dengan konsentrasi ion logam 75-100 mg/L pada pH 3 untuk Cr(VI) dan pH 4 untuk Cr(III), ukuran partikel biosorben ≤180µm serta pada laju alir 1-2 mL/menit.Efisiensi penyerapan akan meningkat dengan penambahan massa biosorben, namunkapasitas penyerapannya akan menurun. Analisis FTIR (Fourier Transform Infra Red)digunakan untuk mengetahui membandingkan biomaterial sebelum dan sesudah berikatan dengan ion-ion logam berat.perubahan gugus fungsi pada kulit buah atap dianalisis dengan FTIR (Fourier Transform Infra Red). Sedangkan untuk melihat perubahan permukaan pada kulit buah atap digunakan SEM (Scanning Electron Microscope).Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bahan biomaterial kulit buah atap efektif dalam menyerap logam berat dalam larutan dan biomaterial ini dapat dipertimbangkan untuk skala yang lebih lanjut.Kata kunci : Buah atap, Arenga pinnata, logam massa, biosorpsi, fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), dan scanning electron microscope (SEM)


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document