scholarly journals Brain Gym Effectively Reduces Anxiety in School-and Preschool-Aged Children in Hospitals

2021 ◽  
Vol 24 (3) ◽  
pp. 140-148
Author(s):  
Arbianingsih Arbianingsih ◽  
Huriati Huriati ◽  
Nur Hidayah ◽  
Syarifah Musnayni ◽  
Nuravia Afiifah ◽  
...  

Hospitalization-induced anxiety in children can impede healing and lengthen hospitalization. As such, appropriate interventions are needed to reduce their anxiety during hospitalization. For example, brain exercise has been shown to reduce anxiety in children in diverse settings and developmental stages. This study was performed to compare the effect of brain exercise on anxiety in hospitalized school-and preschool-aged children. A pre-experimental pre/ posttest design was used, and 32 children were selected by consecutive sampling. Brain gym was given twice a day for 2 consecutive days. Data were collected from school-aged children by using a modified Zung Sel-Rating Anxiety Scale and Tailor Manifest Anxiety Scale and from preschoolers by utilizing a modified Hamilton Anxiety Rating Scale observation sheet. Wilcoxon test results showed that brain gyms were effective in reducing anxiety in school-aged children (p = 0.016) and preschoolers (p = 0.006). Movements during brain exercises could activate the neocortex and parasympathetic nerves that can ease psychic and physical tension. Therefore, brain gym can be an effective intervention to decrease anxiety in preschoolers and school-aged children. Abstrak Brain Gym Efektif Menurunkan Kecemasan Pada Anak Usia Sekolah dan Pra Sekolah di Rumah Sakit. Kecemasan akibat rawat inap pada anak dapat menghambat penyembuhan dan memperpanjang rawat inap. Dengan demikian, intervensi yang tepat diperlukan untuk mengurangi kecemasan mereka selama dirawat di rumah sakit. Misalnya, latihan otak telah terbukti mengurangi kecemasan pada anak-anak dalam berbagai pengaturan dan tahap perkembangan. Penelitian bertujuan untuk membandingkan pengaruh senam otak terhadap kecemasan pada anak usia sekolah dan prasekolah yang dirawat di rumah sakit. Penelitian menggunakan desain pre-eksperimen pre/posttest, dan 32 anak dipilih dengan sampel konsekutif. Senam otak diberikan dua kali sehari selama dua hari berturut-turut. Data yang dikumpulkan dari anak-anak usia sekolah menggunakan modifikasi Zung Sel-Rating Anxiety Scale dan Tailor Manifest Anxiety Scale, sedangkan data anak-anak prasekolah menggunakan lembar observasi modifikasi Hamilton Anxiety Rating Scale. Hasil uji Wilcoxon menunjukkan bahwa senam otak efektif menurunkan kecemasan pada anak usia sekolah (p = 0,016) dan anak prasekolah (p = 0,006). Gerakan pada saat senam otak dapat mengaktifkan neokorteks dan saraf parasimpatis yang dapat meredakan ketegangan psikis dan fisik. Oleh karena itu, senam otak dapat menjadi intervensi yang efektif untuk menurunkan kecemasan pada anak prasekolah dan usia sekolah. Kata Kunci: kecemasan, prasekolah, senam otak, usia sekolah

e-GIGI ◽  
2013 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Harfika Boky

Kecemasan merupakan suatu keadaan yang normal dari manusia untuk menghadapi situasi tertentu, tetapi juga dapat berubah menjadi gangguan mental jika berlebihan dan tidak sebanding dengan situasi. Dalam bidang kedokteran gigi gejala kecemasan sering ditemukan pada pasien tindakan pencabutan gigi. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk mengetahui "Gambaran tingkat kecemasan pasien terhadap tindakan pencabutan gigi di puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado".Penelitian ini menggunakan metode penelitian crossectional studi dengan pengambilan data secara total sampling. Data penelitian dikumpulkan dengan mewawancarai responden dimana lembar skoring terdiri atas 2 bagian. Bagian pertama digunakan untuk mengidentifikasi data demografi.Bagian kedua digunakan untuk pengukuran tingkat kecemasan menggunakan skala HAM-A (Hamilton Anxiety Scale).Hasil penelitian menunjukan tingkat kecemasan pasien pencabutan gigi di puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado berdasarkan penilaian Hamilton Anxiety Rating Scale yaitu sebanyak 27 orang (43,6%) dari total 62 subjek dinyatakan menderita kecemasan baik ringan maupun sedang. Pasien dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak yang cemas dibandingkan dengan pasien dengan jenis kelamin laki-laki. Pasien usia 18-40 tahun lebih merasakan cemas dibandingkan kelompok usia yang lebih tua. Diharapkan operator lebih memperhatikan kecemasan pasien dan mengetahui bagaimana penangannya.Kata kunci : kecemasan, tindakan pencabutan gigiABSTRACTAnxiety is a normal condition of the human beeing to deal with certain situation, but it also can turn into mentally disorder, if excessive and not comparable. In dental, symptoms anxiety often found in teeth extraction patient. Anxiety experienced should have seriously attention because influence the performance of dentist. So researcher interested to know about "Description of the patient's level anxiety to teeth extraction at Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado".The reaserch use s a type of descriptive research, data is collected by interviewing the respondent where there are two sheets. The first sheet is used to identify the demographic data., the second part is used for the measurement of the level of anxiety HAM-A (Hamilton Anxiety Scale)Result show the leve of anxiety teeth extraction in Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang kota Manado based on assesment Hamilton anxiety rating scale is 27 patients (43,6%) from 62 total subject expressed suffer or moderate anxiety. Patient with gender women more anxious than men. Patient with ages 18-40 years are more anxious than older age groups. Sugest to spend more attention to anxiety patient and knowing the handling.Key word : Anxiety, teeth extraction


2021 ◽  
Author(s):  
Ashar Prima ◽  
Amzal Mortin Andas ◽  
Syifa Hanifah

ABSTRACTPatients with cancer will experience limitations in meeting their daily needs and face physical problems (pain, fatigue, sleep problems, coughing, etc.), psychological problems, spiritual problems, and financial problems. Therefore karerna nursing intervention is needed to overcome these problems, one of them with foot reflexology massage. Study of this literature aims to determine the effectiveness of foot reflexology massage in cancer patients with anxiety problems. The design in this scientific paper is literature review, searches are carried out in Pubhmed and Google Scholar. The key word in searching is cancer and anxiety and foot reflexology. With the criteria of the last 10 years of publication, full text, international or national, articles do not pay. The results have been found 3 articles, namely 2 articles from Google Scholar and 1 article from Pubhmed. The inclusion criteria used were using intervention journals to overcome anxiety problems with cancer problems that can be accessed full text. The journal year that is used is limited from 2010-2020. Based on literature review in 3 journals, it is found that foot reflexology therapy can be given to cancer patients by doing massage on the foot using tools in accordance with SOP reflexology foot massage. Anxiety scale assessment can use the HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) questionnaire. The results of the literature review indicate that foot reflexology massage therapy can reduce the anxiety scale in cancer patients.Keywords : Cancer, Foot Reflexyology, AnxietyABSTRAKPasien dengan kanker akan mengalami keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan hariannya dan menghadapi masalah fisik (nyeri, kelelahan, masalah tidur, batuk, dan lain-lain), masalah psikologis, masalah spiritual, dan masalah financial. Oleh karerna itu dibutuhkan intervensi keperwatan untuk mengatasi masalah tersebut, salah satunya dengan pijat refleksi kaki, Telaah literatur ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pijat refleksi kaki pada pasien kanker dengan masalah kecemasan. Desain dalam karya tulis ilmiah ini adalah literature review, pencarian dilakukan dalam pubhmed dan google scholar. Kata kunci dalam melakukan pencarian adalah cancer and anxiety and foot reflexology. Dengan kriteria 10 tahun terakhir publikasi, full text, internasional atau nasional, artikel tidak berbayar. Hasil telah ditemukan 3 artikel yaitu 2 artikel dari google scholar dan 1 artikel dari pubhmed. Kriteria inklusi yang digunakan yaitu menggunakan jurnal intervensi untuk mengatasi masalah kecemasan dengan permasalahan kanker yang dapat diakses full text. Tahun jurnal yang digunakan dibatasi dari 2010-2020.Berdasarkan telaah literatur pada 3 jurnal didapatkan bahwa terapi pijat refleksi kaki dapat diberikan kepada pasien kanker dengan cara melakukan pemijatan pada bagian kaki menggunakan alat sesuai dengan SOP pijat refleksi kaki. Penilaian skala kecemasan dapat menggunakan kuesioner HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Hasil telaah literatur menunjukkan bahwa terapi pijat refleksi kaki dapat mengurangi skala kecemasan pada pasien kanker.Kata kunci : Kanker, Pijat Refleksi Kaki, Cemas.


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Dewi Aprilia Ningsih. I ◽  
Metha Fahriani

Selama proses kehamilan  ibu akan mengalami perubahan fisik dan psikologis, perubahan  psikologis yang terjadi pada masa kehamilan salah satunya adalah  kecemasan. Pendidikan kesehatan diharapkan dapat membantu menurunkan kecemasan pada ibu hamil. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh penggunaan media tatap muka dan penggunaan sosial media dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang persalinan terhadap kecemasan ibu hamil trimester III. Jenis Penelitian adalah pre eksperimental dengan pendekatan two group pre-post test design. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester III di Kecamatan Selebar Kota Bengkulu berjumlah 100 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 responden, dengan subyek masing-masing kelompok sebanyak 40 orang ibu hamil trimester III yang memenuhi kriteria inklusi. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner kecemasan menurut HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale), yang dilakukan  sebelum dan sesudah  diberikan pendidikan kesehatan. Data dianalisis secara univariat dan analisis bivariat menggunakan uji Wilcoxon Test dan Mann-Whitney (U test). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pendidikan kesehatan tentang persalinan melalui metode tatap muka dengan kecemasan ibu hamil Trimester III. Ada hubungan pendidikan kesehatan tentang persalinan melalui metode sosial media dengan kecemasan ibu hamil Trimester III. Ada perbedaan kecemasan pada ibu hamil Trimester III sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang persalinan dengan metode tatap muka dan metode sosial media. Penggunaan metode pendidikan kesehatan ini dapat digunakan sebagai media penyampaian informasi kepada ibu hamil.


2021 ◽  
pp. 221049172098333
Author(s):  
Arezoo Samadi ◽  
Razieh Salehian ◽  
Danial Kiani ◽  
Atefeh Ghanbari Jolfaei

Background: In this study, we want to search the effectiveness of Duloxetine on the severity of pain and quality of life in patients with chronic low back pain who had posterior spinal fixation. Methods: In this randomized, placebo-controlled trial done in 6 months 50 patients who had CLBP and were candidates for PSF surgery selected and divided into two groups (drug and placebo). They filled the VAS, SF-36, and Hamilton questionnaires before surgery and after 6 weeks from using 30 mg of duloxetine or placebo. Results: Significant differences were evidenced among groups for the Visual Analogue Scale (P = 0.005) and Verbal Analogue Scale (p = 0.003). Patients in the Duloxetine group have more visual and verbal pain scores than the placebo group. In the quality of life, there was a significant difference between the two groups before the intervention. Also, significant differences were evidenced among groups for the Hamilton Anxiety Rating Scale (p = 0.17). After the intervention, only the Hamilton Anxiety Rating Scale (p = 0.001) and ‘bodily pain’ and ‘general health’ subscales of quality of life (p = 0.008, 0.004, respectively) have a significant difference between the two groups. There was a significant difference between pre and post-intervention in the Hamilton Anxiety Rating Scale only in the duloxetine group. Also, in terms of quality of life, the subscales of ‘physical role’, ‘emotional role’, ‘physical pain’ and ‘total score of quality of life’ in the duloxetine and placebo groups were significantly different between pre and post-intervention. However, the subscales of ‘physical function’ and ‘general health’ were significantly different only in the duloxetine group between pre and post-intervention. Conclusion: The results suggest that the use of duloxetine in patients who had spinal surgery can help to better control back pain, on the other hand, it can cause a better psychological condition that affects the quality of life.


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 77
Author(s):  
Mario Carl Joseph ◽  
Monty P. Satiadarma ◽  
Rismiyati E. Koesma

Kekerasan dalam rumah tangga adalah bentuk kekerasan yang paling banyak dialami oleh perempuan berusia 25 – 40 tahun. Kecemasan merupakan salah satu bentuk reaksi emosional yang menyertai perempuan ketika mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Kecemasan pada perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga diukur dengan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dan melihat gejala kecemasan dari segi kognitif, somatis, motorik dan afektif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menggambarkan kecemasan dan metode kuantitatif untuk melihat penurunan tingkat kecemasan dengan terapi seni pada perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga. Subyek penelitian ini adalah dua perempuan yang telah bercerai dan mengalami kekerasan dalam rumah tangga dalam bentuk fisik, seksual, psikis atau verbal dan penelantaran rumah tangga. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling. Pemberian terapi seni pada masing-masing subyek dilakukan sebanyak tujuh sesi. Dalam penelitian ini, terapi seni telah terbukti dapat mengurangi kecemasan pada perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga dengan menunjukan perubahan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah intervensi. Keberhasilan terapi seni ini juga dipengaruhi oleh adanya kesadaran pada masing-masing subyek untuk konsisten menjalani terapi.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 61-67
Author(s):  
Widiharti Widiharti ◽  
Wiwik Widiyawati ◽  
Widya Lita Fitrianur

Tekanan darah adalah faktor penting dalam sistem sirkulasi tubuh manusia. Tekanan darah dapat dengan mudah berubah meski dalam hitungan detik (Sasmalinda, Syafriandi, & Helma, 2013). Pada 2 Maret 2020, pemerintah Indonesia pertama kali mengumumkan dua kasus pasien postif Covid-19. (Pranita, 2020). Pasien tidak berani melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, sehingga jika ada keluhan yang tidak begitu berat mereka akan membeli obat di apotik tanpa mengetahui tekanan darahnya. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena tekanan darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi lain seperti stroke. Tujuan penelitian menganalisis faktor yang berhubungan dengan tekanan darah. Desain penelitian analitik observasional, dengan pendekatan Cross Sectional (Notoatmodjo, 2012). Pelaksanaan bulan  Maret – Mei 2020. Populasi dari Seluruh warga  babatan RT 8 RW 2 Kelurahan Babatan Kecamatan Wiyung sebanyak 110 orang. Teknik Sampel total sampling. Variabel independen; jenis kelamin, beban kerja, pendapatan, tingkat kecemasan dan riwayat keluarga. Variabel dependen; tekanan darah. Instrument penelitian; timbangan injak digital, tensi digital, dan kuesioner. Variabel Tingkat kecemasan  menggunakan HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Dianalisis uji statistik Chi Square dengan nilai p value <0.05. Hasil penelitian chi square  beban kerja nilai p-value 0,004<0,005 ada hubungan beban kerja dengan  tekanan darah. Hasil  p – value 0,002<0,05 ada hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah.  Hasil p value 0,463<0,05 tidak ada hubungan antara tingkat kecemasan, hasilnya p – value 0,000<0,05 ada hubungan riwayat keluarga dengan tekanan darah. Kesimpulan faktor yang berhubungan dengan tekanan darah yaitu jenis kelamin, beban kerja, pendapatan, riwayat keluarga sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan tekanan darah yaitu kecemasan


Author(s):  
Yoga Setia Kurniawan ◽  
Yuliarni Syafrita ◽  
Restu Susanti

Introduction : Anxiety is one of the most non-motorized symptoms in patients with Parkinson's which greatly affects the quality of life, but in clinical practice it is often neglected. Anxiety in patients with Parkinson's can accelerate motor deterioration / disability and also increase mortality. Methods: This cross-sectional study was conducted at the Neurology polyclinic Dr. M Djamil Padang from July to December 2020 in patients who had been diagnosed with Parkinson's Disease (PD) by excluding secondary Parkinson's and a history of stroke. Anxiety was measured using the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). The research subjects were 60 people. Univariate analysis to present baseline characteristics and bivariate tests assessed factors associated with anxiety and the relationship between variables. A p value <0.05 was considered statistically significant. Results: Most of the subjects were male (55%) with a mean age of 58.05 ± 9.7 years and disease duration of 6.35 ± 5.29 years. By examining the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), it was obtained 38.3% of Parkinson's sufferers with anxiety. There is a significant relationship between marital status, duration of illness and degree of disease with the incidence of anxiety (p <0.05) and there is no significant relationship between age and sex with the incidence of anxiety in patients with Parkinson's. Conclusion: There is a significant relationship between marital status, duration of illness and degree of disease with the incidence of anxiety in patients with Parkinson's and there is no relationship between age and sex with the incidence of anxiety in patients with Parkinson's.


Author(s):  
Sheina Orbell ◽  
Havah Schneider ◽  
Sabrina Esbitt ◽  
Jeffrey S. Gonzalez ◽  
Jeffrey S. Gonzalez ◽  
...  

Author(s):  
PADMA PRIYA CHANDRAN ◽  
SINDHU S. ◽  
NAVANEETHAKRISHNAN S. ◽  
SASIKUMAR S. ◽  
KARTHIK S.

Objective: Anxiety disorders are the most common group of psychiatric illnesses in children. This study is to observe the effectiveness of Paroxetine in anxiety disorder among teenagers in South India population using Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A) and to screen the possible risk for paroxetine in anxiety disorder among teenagers. Methods: This study is a prospective observational study that was conducted for a period of 6 mo. Of 84 teenage patients with anxiety disorder assessed using Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A) were followed-up in an outpatient psychiatric ward. Study population includes both sexes, age group between 13 to 19 y, Teenage patient receiving paroxetine for anxiety disorder were included and patients unwilling to give written informed consent or assent form were excluded. Results: Out of 84 patients the prevalence of symptoms before the drug treatment, 65 patients were falling in very severe category, which was assessed by HAM-A scale. Then reassessed with drug Paroxetine at week 4 and week 8. There was a drastic reduction in the prevalence of symptoms in week 8 than compared to week 4. A significant reduction in body weight was also observed during the study period. Among various side effects, nausea was the prominent risk found during the study. Conclusion: The present study demonstrated that paroxetine is effective and well-tolerated for the treatment of various types of anxiety disorder in teenagers with few side effects.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document