Eruditio : Indonesia Journal of Food and Drug Safety
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

11
(FIVE YEARS 11)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Badan Pengawas Obat Dan Makanan

2747-2493, 2747-2493

2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 20-29
Author(s):  
Maria A E D Sihotang ◽  
Yola Eka Erwinda ◽  
Eniek Suwarni ◽  
Erita Lusianti

Daging tikus got (Rattus norvegicus) merupakan salah satu bahan yang kadang-kadang digunakan untuk campuran bakso sapi dan pangan olahan lain untuk menekan harga produksi. Hal ini sangat merugikan konsumen, baik dari segi kesehatan maupun kehalalan produk pangan. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, pengembangan metode uji untuk mendeteksi daging tikus got dalam pangan olahan sangat diperlukan. Salah satu metode yang mudah dan cepat dalam mengidentifikasi daging tikus got dalam pangan olahan adalah metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Pengembangan metode endpoint PCR telah dilakukan, namun metode tersebut masih memiliki beberapa kekurangan dari segi spesifisitas dan kecepatan dalam perolehan hasil. pengembangan metode deteksi daging tikus got dengan metode real-time PCR perlu dikombinasikan dengan TaqMan probe yang lebih sensitif dan spesifik, sehingga dapat menjadi alternatif untuk pendeteksian daging tikus got dalam pangan olahan. Desain primer dan probe merupakan langkah awal dalam pengembangan metode deteksi dengan real-time PCR.  Penelitian ini bertujuan mendesain primer dan probe untuk deteksi gen mt-Co1 pada tikus got lalu dianalisis in silico. Sekuens gen mt-Co1 Rattus norvegicus (NC_001665.2) diperoleh dari pangkalan data National Center of Biotechnology Information (NCBI). Primer didesain menggunakan perangkat lunak Primer3Plus. Selanjutnya, beberapa kandidat primer dan probe dianalisis spesifisitasnya terhadap gen mt-CoI secara in silico menggunakan beberapa perangkat lunak, antara lain Primer-BLAST dan Nucleotide-BLAST. Primer dan probe yang spesifik terhadap gen mt-CoI pada tikus got (Rattus norvegicus) berhasil dikonstruksi dengan sekuens primer forward ATGAGCAAAAGCCCACTTTG; sekuen primer reverse CGGCCGTAAGTGAGATGAAT; dan probe GCAGGGATACCTCGTCGTTA. Primer dan probe ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan metode deteksi daging tikus pada bakso atau pangan olahan lain menggunakan real-time PCR dan TaqMan probe.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 1-5
Author(s):  
Alfi Sophian ◽  
Andi Syukur

Analysis of the purity and concentration of isolated DNA in the manufacture of standard rat DNA was carried out to see whether the isolation carried out could produce good quality DNA. The purpose of this study is to provide information on the manufacture of raw DNA in species DNA testing where the raw material that has been purchased so far made from synthetic materials can be more economical if using DNA material derived from the meat raw material of the target species. The DNA extraction method used is the column spin method or column centrifuge using the Intron Patho Gene-Spin (Viral DNA/RNA) extraction kit. Analysis method of concentration and purity of isolated DNA was analyzed based on the average value of concentration and purity which was read using a nanophotometer. Based on the results of the research conducted, the results of the isolated DNA concentration values ​​were in the concentration range of 41,250 ng/ mL to 42,300 ng/mL, with the average concentration of isolated DNA was 41,777 ng/mL. For the value of the purity of the isolated DNA whose absorbance was read using a nanophotometer at a wavelength of A260/A280, the results were between 2,301 to 2,384 with the average value of purity being at 2,326. This study concludes that all the extracted samples that showed the results of the DNA analysis produced were included in the good DNA category.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 36-43
Author(s):  
Angelia Puspita Nugraheni ◽  
Sarmauli Purba ◽  
Devi Riani ◽  
Wahyuri ◽  
Nurizati

Bagi pengusaha, iklan/promosi adalah sarana untuk memperkenalkan produk, dan bagi masyarakat adalah sarana untuk medapatkan informasi mengenai suatu produk, sehingga masyarakat menjadi sangat tergantung pada iklan/promosi. Data dari BPS menunjukan terjadi lonjakan tajam penjualan online selama masa pandemi Corona Virus Disease-19 (COVID-19) yang antara lain dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah untuk membatasi aktivitas di luar rumah. Kebutuhan suplemen kesehatan meningkat selama masa pandemi COVID-19, beberapa kali terjadi kekosongan stok karena panic buying. Momentum tersebut dapat dimanfaatkan pelaku usaha untuk mengiklankan/mempromosikan produk yang tidak sesuai ketentuan untuk meningkatkan penjualan produk, sehingga kemungkinan mengakibatkan tingkat pelanggaran iklan/promosi yang berbeda signifikan dengan sebelum pandemi COVID-19. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hasil pengawasan iklan/promosi suplemen kesehatan sebelum pandemi COVID-19 (Tahun 2018-2019) dan selama pandemi COVID-19 (Tahun 2020-Juli 2021) untuk mengetahui tingkat signifikansi perbedaan pelanggaran iklan/promosi sebelum dan selama pandemi, jenis media yang paling banyak dilaporkan melanggar selama masa pandemi COVID-19, jenis pelanggaran iklan/promosi dan 5 daerah di Indonesia yang melaporkan tingkat pelanggaran terbesar. Data yang dianalisis merupakan data sekunder hasil pengawasan iklan/promosi di seluruh Indonesia yang dikumpulan dari Tahun 2018 sampai 5 September 2021, yang dipeoleh dari Direktorat Pengawasan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan. Data diolah secara deskriptif dan dengan metode chi-square untuk melihat signifikansi, dengan hasil terdapat perbedaan bermakna pelanggaran iklan/promosi sebelum dan selama pandemi COVID-19, media yang yang paling banyak melakukan pelanggaran adalah media internet, dengan jenis pelanggaran tertinggi adalah mengiklankan/mempromosikan produk dengan klaim berlebihan. Dua daerah di Indonesia yang masuk dalam sepuluh daerah pelanggaran terbesar sebelum dan selama pandemi COVID-19 adalah Jakarta dan Makassar.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 1-14
Author(s):  
Perdhana Ari Sudewo

Seiring dengan target Indonesia untuk menjadi Negara maju tahun 2045, reformasi struktural sektor Industri di Indonesia terus dilakukan dengan target pada tahun 2030 mampu memberikan kontribusi 30% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Dalam reformasi struktural, Industri Obat dan Makanan menjadi Industri prioritas dimana hal tersebut menuntut kebijakan Pengawasan Obat dan Makanan yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk mampu mendukung peningkatan daya saing melalui penciptaan ekosistem bisnis yang mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Studi ini bertujuan untuk melakukan analisis terkait tantangan kebijakan Pengawasan Obat dan Makanan dalam meningkatkan daya saing Industri Obat dan Makanan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja, dan menciptakan ekosistem bisnis yang baik di Indonesia. Studi dilakukan menggunakan data sekunder melalui studi pustaka dari buku, jurnal, laporan, hasil kajian, artikel, dan dokumen internal BPOM. Hasil studi menunjukkan BPOM harus siap dan adaptif untuk menghadapi berbagai pengawasan, termasuk tantangan yang belum pernah dihadapi BPOM sebelumnya dampak dari tuntutan Pemerintah, digitalisasi sektor Industri dan perkembangan Ilmu Pengetahuan bidang Obat dan Makanan. Penyusunan kebijakan yang tepat, dan penyiapan sumber daya yang memadai perlu dilakukan BPOM untuk mampu menghadapi berbagai tantangan tersebut. Studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengambil kebijakan dan pegawai di BPOM dan pemangku kepentingan terkait dalam menyiapkan, menyusun, dan menetapkan kebijakan yang tepat dalam mendukung daya saing, ekonomi, dan bisnis di Indonesia.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 44-56
Author(s):  
Fauqi Elfarabi ◽  
Fuji Handayani ◽  
Yovia Rizki Arrahman ◽  
Ari Andriano Santoso
Keyword(s):  

Tren temuan obat ilegal yang beredar di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun 2008 – 2018. Pada periode tersebut, obat golongan kelas terapi disfungsi ereksi menjadi data yang mendominasi dengan frekuensi temuan paling banyak. Hal ini juga diperkuat oleh data Public Warning BPOM dan laporan Post Market Alert System tahun 2015 – 2017 dimana pada periode tersebut obat tradisional mengandung bahan kimia obat golongan disfungsi ereksi marak ditemukan. Penyusunan penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif dengan tujuan untuk mengidentifikasi situasi peredaran (termasuk pengguna), menggambarkan potensi nilai peredaran obat disfungsi ereksi ilegal di Indonesia, dan potensi penyimpangan distribusi bahan baku obat disfungsi ereksi. Penelitian dilakukan pada 8 (delapan) kota di Indonesia, yaitu Jabodetabek, Serang, Padang, Bandung, Semarang, Surabaya, Bali, dan Samarinda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peredaran obat disfungsi ereksi secara luring melalui kios permanen/lapak/gerobak di Indonesia masih banyak ditemukan dan peredaran obat disfungsi ereksi secara daring juga mengalami peningkatan dengan adanya perluasan pasar melalui website, media sosial, dan e-commerce.  Profil pengguna obat golongan disfungsi ereksi berada pada kelompok usia produktif (30 – 45 tahun) dengan tingkat penghasilan antara Rp 2.000.000,- hingga Rp 4.000.000,- serta merk yang paling banyak dikonsumsi adalah  Viagra. Potensi diversi peredaran bahan baku obat disfungsi ereksi terjadi pada proses importasi bahan baku dan penyaluran dari masing – masing PBF/importir kepada industri farmasi.


Author(s):  
Nur Aini ◽  
Maria Purba ◽  
Sitoresmi Triwibowo ◽  
Nenden Sholihatul ◽  
Ratna Wulandari

Keberadaan mikroorganisme tertentu dalam produk obat dapat berpotensi mengurangi bahkan menginaktifkan aktivitas terapeutik dan berbahaya bagi kesehatan pasien. Persyaratan kualitas mikrobiologi pada produk obat tercantum dalam monografi sesuai acuan Farmakope yang berlaku. Salah satunya adalah parameter cemaran P. aeruginosa yang tidak boleh ada dalam sediaan obat. Farmakope menyatakan bahwa metode deteksi mikroba harus mampu mendeteksi mikroba dengan jumlah tidak lebih dari 100 koloni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rentang Limit of Detection (LOD) dan sensitivitas metode P. aeruginosa pada produk obat. Metode deteksi P.aeruginosa mengacu pada pengujian mikroba spesifik Farmakope Indonesia VI (2020).  Deteksi P.aeruginosa di lakukan terhadap 8 produk obat yang mewakili 5 bentuk sediaan yang telah dikontaminasi dengan P. aeruginosa ATCC 9027 dengan tiga tingkat konsentrasi, yaitu ± 1 sampai 4, ±5, dan ±10 koloni per gram atau ml sampel. Berdasarkan hasil pengujian ditetapkan nilai rentang LOD dan sensitivitas metode deteksi P. aeruginosa pada produk obat, dan dianalisis secara deskriptif kualitatif.  Metode deteksi P. aeruginosa sesuai farmakope dapat mendeteksi P. aeruginosa dalam berbagai matriks sediaan obat dengan batas deteksi antara 1-10 koloni dan sensitivitas 100%. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan nilai LOD dalam verifikasi metode deteksi P. aeruginosa dalam produk obat.     


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 63-82
Author(s):  
Sri Surati

Improving food safety and quality remains a major challenge in worldwide. Modern society tends to choose the foods that are fresh tasting, free of chemical additives, rich in nutrients and has been introduced to minimally processed. Bacteriocins as new natural preservatives could be produced by Gram-positive bacteria and Gram-negative bacteria, even though it is mostly originated from Lactic Acid Bacteria (LAB). Bacteriocin-producing bacteria as well as bacteriocin has long been used in some countries as alternatives to replace chemical additives.  The use of these antimicrobial agents has been proven effective in food manufacturing and distribution chain, especially in increasing shelf life of food products. Other potential from the use of bio-preservatives in various types of food is still huge. However, approval of bio-preservatives and their commercially applications is still limited. This study will review the selection criteria for bacteria used, the mechanism of action, its potential application in the food and pharmaceutical industries and its potential as an anti-cancer agent. In addition, this study will explore the main challenges faced including its stability and the possible risk of resistance to microorganisms. This review will also describe a series of processes for identification, characterization, and approval of the use of bacteriocins before they are commercially marketed. In addition, the safety issue of using bacteriocin-producing bacteria, especially as probiotics, also needs to be considered as a fundamental for quality control and the improvement of drug and food safety.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 48-62
Author(s):  
Iin Febrianti Sende ◽  
Adin Wira Pramudita ◽  
M. Gafur Salafuddin ◽  
Edi Priyo Yunianto

Whitening cosmetics are still popular in Indonesia, along with the stigma that white skin is idealized skin color. Woman with white skin acknowledges as beautiful woman. The increasing public demand for whitening cosmetics is exploited by crime offenders who produce and distribute illegal whitening cosmetics. The study was conducted by collecting inspection data and law enforcement data carried out by the Indonesian FDA and other criminal justice systems, direct research in the field, and online mapping through cyber patrol and Google Trends analysis to capture the distribution model of illegal whitening cosmetics in Indonesia, both those distributed offline as well as distributed online. The result of the study shows that illegal whitening cosmetics are produced then distributed offline and online in all provinces in Indonesia with various types of modus operandi, in line also with the high interest of searching for whitening cosmetics in online media. Illegal whitening cosmetics are known to have no marketing authorization and also contain prohibited ingredients, such as mercury, hydroquinone, tretinoin, and steroid. Many factors influence the supply chain stages of this illegal whitening cosmetics from upstream/supply (producers and distributors) to downstream/demand (consumers). Indonesian FDA must take the strategic step to minimize or reduce each of these factors, with repressive actions towards manufacturers and distributors, and preventive actions against consumers of illegal whitening cosmetics or through system/policy intervention.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 11-18
Author(s):  
Yola Eka Erwinda

The potency of stem cells in treatment or therapy is widely known due the properties of stem cells to differentiate into specialized cell type in the body. Application stem cells in medicine and therapy is mostly used for alternative treatment of diseases that could not be cured using chemical or other biological drugs, such as non-communicable diseases. In general, stem cells are classified in three types, namely Adult Stem Cells (ASC), Human Embryonic Stem Cells (hESC), and Induced Pluripotent Stem Cells. Each type of the cells has advantages and drawbacks for application in medicine and therapy. This review investigates whether iPS is the best approach for non-communicable disease treatment among other stem cell types.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 19-37
Author(s):  
Tofa Apriansyah ◽  
Khusnul Khotimah ◽  
Adis Imam Munandar

Potensi ancaman masuknya Obat dan Makanan tanpa izin edar masih menunjukan menunjukan dominasi yang mengkhawatirkan, dengan rata-rata per-tahun sebesar 70,5% dari 13 jenis perkara Obat dan Makanan pada periode tahun 2015-2017. Pemahaman PPNS BPOM menjadi krusial pada fungsi penindakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemahaman PPNS BPOM dan memformulasikan strategi yang tepat dalam pengawasan post border. Penelitian menggunakan pendekatan mixed methods dengan metode survei dan studi kasus. Regulatory Impact Analysis (RIA) Framework digunakan sebagai pola pikir dengan pendekatan analisa intelijen. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemahaman PPNS BPOM masih harus ditingkatkan hingga diperoleh pemahaman yang sama dan merata di seluruh Indonesia. Asimetris informasi antar BPOM dan DJBC dihilangkan dengan melakukan pelatihan bersama. Kesadaran akan pentingnya kerjasama dengan DJBC dan kebutuhan informasi sebelum Obat dan Makanan keluar dari kawasan pabean menunjukan perlunya langkah strategi kolaborasi pengawasan post border. Pertukaran informasi intelijen merupakan strategi prioritas pengawasan post border yang dapat dibangun dari kolaborasi BPOM dan DJBC.   Potential threat of non-registered entry of imported Drug and Food showed alarming domination, with an average annual rate of 70.5% of 13 types of Drug and Food cases in the 2015-2017 period. Understanding of Indonesian-FDA investigator is crucial in the enforcement function. This study aims to analyze the understanding of Indonesian-FDA investigator and formulate an efficient and effective control strategy. The study uses a mixed-methods approach using survey methods and case studies. The Regulatory Impact Analysis (RIA) Framework is used as a mindset with an intelligence analysis approach. The results show that the understanding of Indonesian-FDA investigators still needs to be improved so that an understanding is equal and evenly distributed throughout Indonesia. Asymmetric information between Indonesian-FDA and DGCE is eliminated by conducting joint training. Awareness of the importance of collaboration with DGCE and the need for information before Drug and Food leave the customs area shows the need for collaborative post-border surveillance strategic steps. The exchange of intelligence information is a priority strategy for post border control that can be built from the collaboration of Indonesian-FDA and DGCE.  


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document