Majalah Kedokteran UKI
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

22
(FIVE YEARS 22)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By UKI Press

2798-0677, 0216-4752

2021 ◽  
Vol 37 (1) ◽  
pp. 9-12
Author(s):  
Gevo T. J. Salakory ◽  
Ida B. E. U. Wija

AbstrakPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara anemia yang terjadi pada ibu hamil dengan tingkat kejadian stunting di Rumah Sakit Marthen Indey Jayapura dengan Insuline-like Growth Factors (IGF) sebagai salah satu faktor penyebab. Menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain studi retrospective dan didapatkan 30 sampel dari total 80 populasi ibu hamil yang mengalami anemia. Didapatkan 15 (50%) sampel yang memiliki panjang badan bayi 36 – 40 cm, 13 (43,3%) sampel yang memiliki panjang badan bayi 41 – 45 cm dan 2 (6,7%) sampel yang memiliki panjang badan bayi > 45 cm dengan nilai p=0,004 (p<0,05) dari hasil uji statistik chi square. Ditemukan hubungan antara anemia pada ibu hamil terhadap tingkat kejadian stunting di Rumah Sakit Marthen Indey Jayapura. Kata Kunci: Anemia pada Ibu Hamil, Insuline-like Growth Factors, StuntingThe Relationship of Anemia in Pregnant Women to Stunting at Marthen Indey Hospital, Jayapura, 2018-2019AbstractThis study was conducted to determine wheter there is a relationship between anemia that occurs in pregnant women and the incidence of stunting at Marthen Indey Hospital, Jayapura with Insuline-like Growth Factors (IGF) as a contributing factor. The study was conducted using a descriptive analytical method with a retrospective study design and obtained 30 samples from a total of 80 population of pregnant women with anemia. The result showed that 15 (50%) sample had a baby body length 36 – 40 cm, 13 (43,3%) sample had a baby length 41 – 45 cm and 2 (6,7%) samplea had a baby body length > 45 cm with p value = 0,004 (p<0,05) from the result of the chi square statistical test. From the analysis, it was found that there was a relationship between anemia in pregnant women and the incidence of stunting at Marhen Indey Hospital, Jayapura.Keywords: Anemia in Pregnant Women, Insuline-like Growth Factors, Stunting


2021 ◽  
Vol 37 (1) ◽  
pp. 3-8
Author(s):  
Bona Simanungkalit

Abstrak Kepatuhan masyarakat menjalankan protokol kesehatan berpengaruh menekan penularan Covid-19. Perilaku physical distancing mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta hanya 55,9%.1 Perilaku hand wash mahasiswa Universitas Muhammadiyah Magelang 52,6%.2 Untuk mengetahui kepatuhan mahasiswa dalam melakukan tes kesehatan mandiri, pemeriksaan suhu, penggunaan masker, faceshield, hand hygiene, menjaga jarak, waktu berada di kampus, konsumsi vitamin C, dan membersihkan diri setelah pulang. Desain penelitian adalah deskriptif. Pengambilan data menggunakan kuesioner, pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling, jumlah sampel 269 mahasiswa. Kepatuhan mahasiswa dalam menjalankan tes kesehatan mandiri 56,3%; pemeriksaan suhu 94%; penggunaan masker 98,9%; faceshield 46,1%; hand hygiene 80,7%; physical distancing 52,4%; berada di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia dalam waktu singkat 95,1%; konsumsi vitamin C 28,6%; membersihkan diri 73,6%. Sebanyak 93,5% mahasiswa tidak patuh dalam menjalankan protokol kesehatan. Kata Kunci: Kepatuhan, Mahasiswa FK UKI, Protokol Kesehatan, Covid-19


2021 ◽  
Vol 37 (1) ◽  
pp. 26-35
Author(s):  
Mildi Felicia ◽  
Beto Suhartono

Disorder of Sex Development (DSD) is a congenital disorder that occurs in the development of chromosomes, gonads, and internal or external genital organ. DSD of 46 XY is a condition where the children with XY genotype is not able to have complete virilization of external genital. Determination phase is an initial phase of reproductive system development. Disruption of this phase may potentially lead to DSD.  Optimal care for children with Disorder of Sex Development requires a multidisciplinary team starting since neonatal period. Family and pregnancy history, complete physical examination and assessment of genital organ are the first step of ensuring the diagnose. Management of children with DSD are focusing on gender determination, hormone support therapy and surgical management. On the other hand, Children with XY genotype should be raised as a boy however if there is no responsive evidence in administration of androgen the children should be raised as a girl. Subsequent to prescribe the gender of the children, surgical management is a required treatment for removing unnecessary genital afterward. Keywords: Disorders of Sex Development, DSD, 46 XY DSD


2021 ◽  
Vol 36 (3) ◽  
pp. 92-97
Author(s):  
Bona Simanungkalit ◽  
Forman E Siagan

ABSTRAK Latar belakang: Computer Vision Syndrome (CVS) merupakan gangguan penglihatan yang disebabkan karena penggunaan komputer. Gejala yang paling umum terjadi terkait CVS adalah mata tegang, sakit kepala, pandangan buram, mata kering, dan sakit pada leher serta bahu. Computer Vision Syndrome (CVS) dapat muncul segera setelah pemakaian gadget dalam jangka waktu lama atau lebih dari 4 jam namun, terdapat beberapa orang yang mengalami CVS beberapa hari kemudian. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Penggunaan Gadget dengan Keluhan Subjektif Computer Vision Syndrom (CVS). Metode: Metode penelitian ini merupakan survey analitik dengan desain penelitian cross sectional. Pengambilan data digunakan dengan menggunakan kuesioner dan pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik non random sampling, yaitu purposive sampling yang dipilih berdasarkan kriteria ekslusi dan kriteria inklusi. Hasil: Dari 245 responden didapatkan sebagian besar responden tidak mengalami Computer Vision Syndrome (CVS) sebanyak 209 responden (85,3%) dan sebanyak 36 responden (14,7%) mengalami Computer Vision Syndrome (CVS), didapatkan sebagian besar responden menggunakan hadphone / tablet, komputer/laptop sebanyak 226 responden (92,2%) dan 19 responden (7,8%) hanya menggunakan handphone / tablet terdapat hubungan penggunaan gadget terhadap keluhan subjektif Computer Vision Syndrome. Kesimpulan: Dari hasil penelitian didapatkan bahwa durasi penggunaan gadget berpengaruh terhadap timbulnya keluhan subjektif Computer Vision Syndome sebesar 17,3%. Kata kunci: Computer Vision Syndrome (CVS), gadget, durasi.


2021 ◽  
Vol 36 (3) ◽  
pp. 85-91
Author(s):  
Bona Simanungkalit

Abstrak Kesehatan Reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan status kesehatan fisik, mental, dan sosial; meliputi semua aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya, termasuk bebas dari penyakit dan cacat. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja adalah faktor berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku seksualitas remaja. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan 8% remaja laki-laki dan 2% remaja perempuan yang belum menikah pernah melakukan hubungan seksual pada usia 20-24 tahun. Mahasiswa berada pada masa transisi antara berakhirnya masa remaja dan berawalnya kedewasaan, pada usia 18 - 25 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran seksualitas mahasiswa di salah satu Fakultas Kedokteran Swasta Jakarta mengenai seksualitas pada era saat ini. Desain penelitian ini deskriptif kuantitatif. Pengambilan data penelitian ini menggunakan kuesioner, pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling, dengan jumlah sampel 295 orang. Pengetahuan mahasiswa tentang seksualitas rendah (92,5%), mahasiswa memiliki sikap negatif tentang seksualitas (96,9%), mahasiswa yang memiliki perilaku seksualitas kurang aman (49,5%), dan tidak aman (38,3). Sebagian besar mahasiswa memiliki pengetahuan rendah tentang seksualitas (92,5%), hampir seluruh mahasiswa memiliki sikap negatif mengenai seksualitas (96,9%), Sebagian mahasiswa memiliki perilaku seksual kurang aman (49,2%), dan  tidak aman (38,3%).   Kata Kunci : Seksualitas, Mahasiswa, Pengetahuan, Sikap, Perilaku.


2021 ◽  
Vol 36 (3) ◽  
pp. 103-106
Author(s):  
Sri R. Prasetyo

AbstractThe finding of the autoantibodies to islet cells (ICAs) in type-1 diabetes patients is important for developing the fine tuning of individualized therapy. Antibody to Glutamate decarboxylase 2 (GAD65Ab) is the most reliable sign, since it has the most stable sensitivity as diagnostic tool for detecting type-1diabetes. As a key enzyme in gamma-Aminobutyric acid (GABA) synthesis, GAD65 damage caused by GAD65 antibodies (GAD65Abs) would lead to decrease in the amount of GABA vesicles released by b-cells. Decrease of GAD65 induced by GAD65Ab may endanger the paracrine or autocrine function of GABA, that mediated by γ-aminobutyric acid type A receptors (GABAAR) would depolarized the b-cells. The depolarization then increases intracellular Calsium (Ca2+) concentration that is needed for insulin release. The effect of GABA on b-cells is also important for proliferation and anti-apoptosis of b-cells. Moreover, decrease in GABA release also impairs the inhibiting effect of GABA on T-cell proliferation and inflammatory cytokines release that may end up with escalation of GAD65 damage.Keywords: Type-1 diabetes, autoantibody, GAD65Peran Autoantibodi GAD65 dalam Perkembangan Diabetes Tipe-1AbstractPenemuan autoantibodi terhadap sel pulau atau islet cells (ICA) pada pasien diabetes tipe-1 penting untuk mengembangkan penyesuaian terapi individual. Antibodi terhadap Glutamat dekarboksilase 2 (GAD65Ab) adalah tanda yang paling dapat diandalkan, karena memiliki sensitivitas yang paling stabil sebagai alat diagnostik untuk mendeteksi diabetes tipe-1. Sebagai enzim kunci dalam sintesis asam gamma-aminobutirat (GABA), kerusakan GAD65 yang disebabkan oleh antibodi GAD65 (GAD65Abs) akan menyebabkan penurunan jumlah vesikel GABA yang dilepaskan oleh sel. Penurunan GAD65 yang diinduksi oleh GAD65Ab dapat membahayakan fungsi parakrin atau autokrin GABA, yang dimediasi oleh reseptor asam γ-aminobutirat tipe A (GABAAR) akan mendepolarisasi sel. Depolarisasi kemudian meningkatkan konsentrasi kalsium (Ca2+) intraseluler yang diperlukan untuk pelepasan insulin. Efek GABA pada sel beta juga penting untuk proliferasi dan anti-apoptosis sel beta. Selain itu, penurunan pelepasan GABA juga merusak efek penghambatan GABA pada proliferasi sel T dan pelepasan sitokin inflamasi yang mungkin berakhir dengan peningkatan kerusakan GAD65.Kata kunci: Diabetes tipe-1, autoantibodi, GAD65


2021 ◽  
Vol 36 (3) ◽  
pp. 98-102
Author(s):  
Lina Marlina ◽  
Bambang S.R. Utomo ◽  
Fransiskus H. Poluan

AbstrakFraktur pada wajah dapat menyebabkan defisit fungsional dan estetika jika tidak ditangani dengan baik. Tatalaksana akut yang tepat dari fraktur wajah harus didasarkan pada evaluasi cepat dan menyeluruh. Keberhasilan rekontruksi wajah merupakan keadaan darurat yang perlu dievaluasi dalam waktu 24 jam dari trauma. Berbagai jenis reduksi dan fiksasi tergantung pada fungsi, lokasi, jenis fraktur, dan usia pasien. Kasus ini diajukan untuk memperlihatkan keberhasilan tatalaksana trauma akut maksilofasial. Dilaporkan seorang laki-laki 37 tahun dengan panfasial fraktur yang dilakukan reduksi dan fiksasi 3 hari setelah trauma dengan pemasangan plat dan sekrup, serta fiksasi mukoginggival kombinasi antara arch bardan quickfix. Reduksi, reposisi dan fiksasi dilakukan setelah edema mukosa hebat disertai kombinasi antara arch bar dan quickfix pada mukoginggival merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi risiko perdarahan dan memudahkan reposisi.Kata kunci: fraktur wajah, panfasial fraktur,edema mukosa.Management of Maxillofacial Traumawith Panfacial FractureAbstractFacial fractures can cause functional and aesthetic deficits if not treated properly. Appropriate acute management of facial fractures should be based on a rapid and thorough evaluation. Successful facial reconstruction is an emergency that needs to be evaluated within 24 hours of trauma. Different types of reduction and fixation depend on the function, location, type of fracture, and the age of the patient. This case is presented to demonstrate the success of acute maxillofacial trauma management. Reported a 37-year-old man with a facial fracture who underwent reduction and fixation 3 days after trauma with plate and screw installation, and combination mucogingival fixation between arch bar and quickfix. Reduction, reposition and fixation performed after severe mucosal edema accompanied by a combination of arch bar and quickfix on the mucogingival is an alternative to reduce the risk of bleeding and facilitate repositioning.Keywords: facial fracture, panfacial fracture, mucosal edema.


2021 ◽  
Vol 37 (1) ◽  
pp. 13-19
Author(s):  
Kusmana Pratama Putra

Escherichia coli (E.coli) pada kondisi tertentu dapat diobati dengan ampisilin. Namun ampisilin saat ini mulai ditinggalkan karena tingginya kasus E.coli yang resisten ampisilin. Salah satu cara untuk mengatasi masalah resistensi ini adalah dengan mengkombinasi ekstrak rimpang kunyit (ERK) dan ampisilin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antimikroba dan efek sinergis kombinasi ERK (Curcuma domestica Val.) dan ampisilin terhadap E.coli secara in vitro. Penelitian ini menggunakan desain uji esksperimental laboratorik sungguhan secara in vitro dengan metode agar diffusion. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan dinalisis secara deskriptif. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ERK (Curcuma domestica Val.) konsentrasi 165, 330, 660 µg/ml tidak didapatkan zona inhibisi terhadap E.coli. Persentasi peningkatan zona inhibisi pada MHA-ERK-ampisilin 165, 330, 660 µg/ml : 24,11%; 38,79% ; 47,39% lebih besar dibanding ampisilin tunggal. Simpulan dari penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) 165 µg/ml, 330 µg/ml, dan 660 µg/ml tidak memiliki efek antimikroba terhadap Escherichia coli secara in vitro sedangkan kombinasi ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) dan ampisilin memiliki efek sinergis terhadap Escherichia coli secara in vitro.


2021 ◽  
Vol 37 (1) ◽  
pp. 20-25
Author(s):  
Dyah R. Anggarini ◽  
Sarah D. Pasaribu

AbstrakEritroderma merupakan peradangan kulit mengenai 90% atau lebih permukaan kulit biasanya disertai skuama. Pasien laki-laki berusia 60 tahun datang ke RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo dengan keluhan muncul bercak merah disertai rasa gatal dan kulit mengelupas di seluruh tubuh sejak 1 hari yang lalu. Gatal lebih dirasakan saat berkeringat. Dijumpai sisik berwarna putih teraba kasar di bagian wajah dan sisik kekuningan di bagian kepala. Diketahui ada riwayat alergi pemakaian antibiotik dan analgesik pasca operasi. Pasien juga memiliki riwayat rawat inap berulang lebih dari 5 kali dengan keluhan yang sama, dilakukan biopsi kulit terhadap pasien. Tujuan biopsi untuk mengetahui penyebab eritroderma, mencegah kekambuhan dan memberikan tatalaksana yang tepat bagi pasien. Hasil biopsi kulit ditemukan sel parakeratosis dan sel spongiosis, namun tidak ditemukan sel-sel ganas.Kata Kunci: Eritroderma, Alergi Obat, Biopsi KulitCase Report: A 60 years old man with Erythroderma ec. Seborrhoic DermatitisAbstractErythroderma is a skin inflammation that affects 90% or more on the surface of the skin, usually accompanied by scaly. A 60-years-old male patient came to Wahidin Sudiro Husodo General Hospital with complaints red patches itchy and flaking skin all over the body since 1 day ago. Itching is more felt when sweating. Found rough scaly patches of erythema all over the faces and yellow scale around head’s patient. There is a history of allergies to antibiotics and postoperative anesthetics. Patient also has a repeated hospitalization for more than 5 times with the same complaint. Biopsies have been performed with the aim of determining the cause of erythroderma, preventing recurrence and proper treatment. Examination of skin biopsy results found parakeratosis cells and spongiosis cells, but no malignant cells were found.Keyword: Erythroderma, Drug Eruption, Skin Biopsy


2021 ◽  
Vol 36 (3) ◽  
pp. 79-84
Author(s):  
Hardi Hutabarat ◽  
Ida B. E. U. Wija Wija ◽  
Forman E. Siagian ◽  
Retno Wahyuningsih

AbstrakMikrobiota terbesar pada tubuh manusia terdapat pada saluran cerna (70%).Mikrobiota normal saluran cerna tersusun atas komposisi mikroorganisme yang unik dan berada dalam keadaan seimbang, didalamnya termasuk Candidaspp., yang hidup sebagai komensal. Data tentang keberadaan Candida dalam usus terutama berasal dari orang dewasa, sedangkan data pada anak sangat jarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman spesies Candida dan bebannya pada saluran cerna anak. Untuk menghitung beban jamur, sebanyak 0,2 g tinja ditanam pada agar sabouraud dekstrosa (ASD). Beban jamur dihitung berdasarkan koloni yang tumbuh dan disesuaikan menjadi per gram tinja (colony forming unit – CFU/g tinja). Identifikasi Candida dilakukan berdasarkan koloni yang tumbuh pada medium CHROMagar Candida (Paris, France). Populasi penelitian adalah anak umur 0-18 tahun (sesuai kriteria WHO). Sampel berasal dari RT 10 dan 11, Kampung Pluis, Jakarta Selatan dan RT 4, 6 dan 9, Kelurahan Cawang. Sebanyak 61 sampel tinja ditanam pada medium, dan didapat 72 isolat dari 43 pertumbuhan yang berasal dari 54 anak sehat dan tujuh anak sakit, yang dirawat di Departemen Kesehatan Anak RS UKI dengan berbagai sebab. Isolat yang didapat terdiri atas Candida tropicalis, Candida albicans, Candida parapsilosis, dan Candida glabrata. Beban jamur 1-50 CFU ditemukan pada 18 pasien, diikuti oleh beban jamur 151-200 CFU pada tujuh pasien. Selain itu, ditemukan infeksi campuran (dua spesies) pada sembilan sampel dan 3 spesies pada tujuh sampel. Tinja anak sakit didominasi C. tropicalis, empat sampel memiliki campuran C. tropicalis dengan C. albicans, dan C. tropicalis dengan C. parapsilosis. Kata Kunci: Candida, spesies, CFU, beban jamurCandida Load in the Children’s Gastrointestinal TractAbstractThe largest microbiota in the human body is found in the digestive tract (70%). The microbiota in the digestive tract is normally composed of a unique composition of microorganisms and is in a balanced state, including Candida spp., which live as commensals. Data on the presence of Candida in the intestine, especially coming from an adult, while the data in children are very rare. This study aims to determine the diversity of Candida species and fungal burden on the children’s digestive tract. To calculate the fungal load, 0.2g of faeces were planted on sabouraud dextrose agar (ASD). The fungal load was calculated based on the growing colonies and adjusted to be per gram of faeces (colony forming unit - CFU/g of faeces). Candida identification was carried out based on the colonies that grew on the CHROMagar Candida medium (Paris, France). The study population was children aged 0-18 years (according to WHO criteria). Samples came from RT 10 and 11, KampungPluis, South Jakarta and RT 4, 6 and 9, Cawang. A total of 61 stool samples were planted on the medium, and obtained 72 isolates from 43 growths from 54 healthy children and seven children who were treated at the Children’s Health Department of UKI Hospital for various reasons. The isolates obtained consisted of Candida tropicalis, Candida albicans, Candida parapsilosis, and Candida glabrata. 1-50 CFU fungal burden was found in 18 patients, followed by 151-200 CFU fungal burden in seven patients. In addition, there were mixed infections (two species) in nine samples and three species in seven samples. The stool of the sick children was predominantly C. tropicalis, four samples had a mixture of C. tropicalis with C. albicans, and C. tropicaliswith C. parapsilosis.Keywords: Candida, species, CFU, fungal burden


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document