Naditira Widya
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

127
(FIVE YEARS 32)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Badan Penelitian Dan Pengembangan Kemdikbud

2548-4125, 1410-0932

2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 143-154
Author(s):  
Eka Asih Putrina Taim

Kutai Lama merupakan salah satu kota lama yang terdapat di daerah aliran Sungai Mahakam. Salah satu bukti hubungan antara Kutai Lama dengan dunia luar adalah banyaknya sebaran pecahan keramik asing, terutama dari Cina, yang padat di sepanjang tepian sungai. Tujuan penelitian ini adalah memahami keberadaan keramik kuno di daerah aliran Sungai Mahakam. Adapun sasaran penelitian ini adalah bentuk dan variasi keramik, sehingga diketahuifungsi serta peranan keramik Cina pada masa itu. Penelitian ini dilakukan karena belum ada penelitian terdahulu yang mengulas tentang besarnya pengaruh eksistensi keramik Cina dalam perkembangan kebudayaan di kawasan Kutai Lama. Situs Kutai Lama merupakan kawasan penting bagi rekonstruksi sejarah awal perkembangan Islam di Kutai Kartanegara. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif, dan perbandingan-perbandingan berdasarkan literatur keramik Cina. Hasil analisis morfologi dan kronologi menunjukkan bahwa keramik Dinasti Song-Yuan mendominasi populasi temuan keramik di Kutai Lama. Hal ini menjadi indikasi komoditi dagang tersebut dihargai sebagai suatu hadiah, sehingga menjadi barang berharga yang dimiliki oleh kalangan tertentu atau tokoh masyarakat. Kutai Lama is one of the old towns located in the Mahakam River catchment. One of the items of evidence of the relationship between Kutai Lama and the outside world is a large number of fragments of foreign ceramic, especially from China, which was densely found along the banks of the river. The objective of this study was to understand the existence of old ceramics in the Mahakam River catchment. The target of this research was the form and variation of ceramics, thus providing information on the purpose and role of Chinese ceramics then. This research was conducted because there were no previous studies that reviewed the magnitude of the influence of the existence of Chinese ceramics in the cultural development in the Kutai Lama region. The Kutai Lama site is an important area for the reconstruction of the early history of Islamic development in Kutai Kartanegara. The research method used was qualitative-descriptive, and comparative based on Chinese ceramics literature. The results of the morphological and chronological analyses showed that the Song-Yuan Dynasty ceramics dominate the population of ceramic findings in Kutai Lama. This is an indication that such trade commodity was also valued as gifts, therefore, it became valuable items owned by certain groups or community leaders.


2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 113-128
Author(s):  
Lengkong Sanggar Ginaris ◽  
Widya Nayati

Penelitian ini membahas arti khusus yang terdapat pada permakaman Belanda Peneleh di Kota Surabaya. Permakaman Belanda Peneleh dipilih sebagai objek penelitian karena permakaman tersebut memiliki makam dan prasasti lama dengan berbagai bentuk dan usia yang relatif utuh. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui arti khusus yang terdapat pada permakaman Belanda Peneleh. Berdasarkan arti khusus yang terdapat pada makam Belanda Peneleh dapat dipahami cara kita menjaga, melindungi dan mengembangkannya. Data tentang nilai penting diperoleh dari hasil pengamatan lapangan dan studi pustaka, baik tentang kompleks makam maupun yang berkaitan dengan kota Surabaya kuno serta tentang perkembangan agama di Surabaya. Data dianalisis lalu diintepretasi untuk mengetahui arti khusus dari permakaman Belanda Peneleh. Data nisan yang bisa dibaca dianalisis tentang bahannya, kondisi kerusakan, isi inskripsi yang ada, serta hiasan yang digunakan. Data tersebut dikorelasikan dengan data sejarah yang diperoleh dari kajian pustaka. Hasil analisis menunjukkan bahwa permakaman Belanda Peneleh memiliki arti khusus sejarah, ilmu pengetahuan, agama, dan kebudayaan yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk masyarakat. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan bahwa permakaman Belanda Peneleh dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan yang dapat diakses semua kalangan dan memberi pemahaman mengenai sejarah, masyarakat, dan budaya orang-orang Belanda di Indonesia, serta relevansinya pada masa sekarang.This study discusses the significance of the Peneleh Dutch Cemetery in Surabaya. The Peneleh Dutch Cemetery was chosen as the object of research due to the feature of old tombs and inscriptions, in various shapes and ages, that are relatively complete. The purpose of this study was to determine the special meaning of the Peneleh Dutch Cemetery. The significance of the Peneleh Dutch Cemetery may enlighten on the means to protect and develop it. Data on the importance of value were obtained from field observations and literature studies, both about the tomb complex and those related to the ancient city of Surabaya as well as about the development of religion in Surabaya. The data were analyzed and then interpreted to find out the special meaning of the Peneleh Dutch Cemetery. The legible data of the headstones were analyzed with regard to the material, the condition of damage, the content of the inscriptions, and the decorations. The data were compared to historical data extracted from literature reviews. Analysis results suggest the Peneleh Dutch Cemetery has special historical, scientific, religious, and cultural meanings that can be used as learning materials for the community. It is hoped that the Dutch Cemetery can be used for educational purposes that can be accessed by all groups and provide an understanding of the history, society and culture of the Dutch people in Indonesia and their relevance today.


2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 99-112
Author(s):  
Agni Mochtar ◽  
Firman Setiawan ◽  
Shinatria Adhityatama

Aplikasi metode geofisika menggunakan side scan sonar dalam penelitian arkeologi bawah air belum banyak dilakukan di Indonesia. Tulisan ini memaparkan penggunaan side scan sonar untuk pemetaan dasar sungai dan identifikasi tinggalan arkeologi di dasar sungai dalam penelitian “Sungai Brantas dalam Perspektif Lanskap Kultur Maritim”, serta interpretasi hasil survei side scan sonar tersebut dalam konteks kesejarahan. Selain itu, dalam tulisan ini akan dibahas potensi pengembangan penggunaan side scan sonar dalam penelitian arkeologi bawah air di Indonesia, terutama di perairan sungai. Akuisisi data dilakukan dengan menggunakan side scan sonar Starfish 450H dengan sistem posisi GNSS Trimble R8s. Sementara itu, interpretasi diperoleh dengan melakukan analisis terhadap data peta dan arsip Belanda untuk memahami konteks temporal dari objek yang dideteksi oleh alat side scan sonar. Survei berhasil menunjukkan sedimen di dasar sungai berupa lempung dan lanau, serta beberapa objek yang diduga sebagai bangkai kapal, yang diperkirakan berasal dari pasca abad ke-19 Masehi. Hasil survei side scan sonar menunjukkan tingkat akurasi cukup hingga tinggi dan dapat menjadi pendukung penelitian arkeologi bawah air yang efisien, terutama di perairan yang keruh. Side scan sonar survey as one of the geophysics methods is still scarcely applied in underwater archaeological research in Indonesia. This paper describes the application of side scan sonar survey in mapping riverbed and identifying underwater archaeological remains in the “Sungai Brantas in the Perspective of Maritime Cultural Landscape” project, as well as interpreting its historical context based on survey results. This paper also explores the development of utilizing side scan sonar in underwater archaeological research in Indonesia, particularly in rivers. Data was acquisitioned by using the side scan sonar Starfish 450H and GNSS Trimble R8s positioning system. The interpretation was drawn by analysing related Dutch old maps and archives to understand the historical context of the survey findings. The result shows clay and silt sediment covering most of the riverbed and a number of objects, possibly shipwrecks, estimated as from the nineteenth century. The survey result has a medium to high accuracy. Thus, this method is able to serve as an efficient instrument for underwater archaeological research, especially in the low-visibility waters.


2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 129-142
Author(s):  
Sabinus Beni ◽  
Blasius Manggu ◽  
Yosua Damas Sadewo ◽  
Tomas Aquino

Penelitian dilakukan di Dusun Serukam, Desa Pasti Jaya, Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat, yaitu di lokasi Pos Intai Belanda Bukit Van Dering. Keberadaan pos intai tersebut masih belum diketahui secara luas oleh masyarakat baik yang berada di sekitar Kabupaten Bengkayang maupun di luar daerah Kabupaten Bengkayang. Saat ini, kondisi bangunan pos intai cukup memprihatinkan dan terkesan dilupakan keberadaannya baik oleh masyarakat mapun pemerintah setempat. Tujuan penelitian untuk memahami rencana pemugaran kawasan Pos Intai Belanda Bukit Van Dering di Serukam sebagai kawasan pariwisata peninggalan sejarah kolonial Belanda di Bumi Sebalo Bengkayang. Metode penelitian bersifat kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam terkait Pos Intai Belanda terhadap narasumber yang dapat dipercaya serta ditunjang dengan data dari dinas terkait. Hasil penelitian menunjukkan belum adanya perhatian pemerintah dalam menginventarisasi dan merevitalisasi peninggalan sejarah Pos Intai Belanda di Bukit Van Dering Serukam serta belum ada upaya untuk memperkenalkan kawasan pariwisata sejarah Pos Intai Bukit Van Dering. Lokasi Pos Intai tersebut berada pada kawasan Bukit Van Dering dengan keindahan alam sangat alami dan lestari yang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi sebuah kawasan pariwisata khas Kabupaten Bengkayang tetapi belum tersentuh oleh pembangunan pariwisata. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa harus ada kerjasama dengan pelibatan setiap unsur pemangku kepentingan dalam upaya merevitalisasi situs Pos Intai Van Dering, serta dapat memanfaatkannya sebagai sumberdaya pariwisata dan materi pembelajaran muatan lokal di Kabupaten Bengkayang.The research was conducted in Dusun Serukam, Desa Pasti Jaya, Kecamatan Samalantan, Kabupaten Bengkayang in the Province of West Kalimantan, which was at the location of the Dutch Lookout Post of Bukit Van Dering. Not many people, either in or outside Bengkayang, know about the existence of this lookout post. Presently, the condition of the construction of the lookout post is devastating and seems to have been forgotten by the community and the local government. The objective of this study was to determine the plan to restore the area of the Dutch Lookout Post of Bukit Van Dering in Serukam as a tourism area of the Dutch colonial history and heritage of Bumi Sebalo in Bengkayang. This research used a qualitative method and carried out by in-depth interviews related to the Dutch Lookout Post and supported by data obtained from relevant agencies. The results suggest that the government has not conducted inventory and revitalization of the Dutch Lookout Post of Bukit Van Dering in Serukam. There has not been attempt also to introduce this historical tourism area. The lookout post was built on Bukit Van Dering surrounded by natural beauty and potential for the development of a tourism area.


2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 71-86
Author(s):  
Waridah Muthiah ◽  
Agus Sachari ◽  
Pindi Setiawan

Pemujaan terhadap Parwati mendapatkan tempat yang penting pada era Hindu-Buddha di nusantara, sehubungan dengan kedudukan Parwati sebagai śakti dari dewa tertinggi dalam Śiwaisme, Dewa Śiwa. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan arca-arca dewi dan arca perwujudan ratu, yang beberapa di antaranya menjadi koleksi Museum Nasional di Indonesia. Akan tetapi, asal waktu dan identitas tokoh pada kebanyakan arca ini belum dapat diidentifikasi. Mahkota atau hiasan kepala sebagai bagian dari atribut (lakṣana) arca dapat digunakan sebagai sumber informasi melalui kajian terhadap gaya atau langgam estetika. Penelitian ini merupakan upaya untuk memahami variasi mahkota arca Parwati yang berasal dari era Majapahit, khususnya abad ke-14 M dan 15 M, berdasarkan identifikasi gaya seni dan kecenderungan penggambaran pada masa tersebut. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif-komparatif dengan pendekatan ikonografi dan morfologi estetis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua kecenderungan penggambaran mahkota Parwati. Patung dari Kediri dan Blitar cenderung menggambarkan mahkota Parwati dengan bentuk yang mendekati langgam Klasik Awal (Jawa Tengah), dengan menampilkan mahkota semata-mata sesuai kanon Manasara, seperti jatāmakuta, kesabandha, dan kuntala. Kecenderungan kedua menampilkan Parwati mengenakan kirīṭamakuta, yang merupakan atribut Wisnu, dan penyejajaran sifat dan kedudukannya sebagai sosok pemelihara.The worship of Parvati has an important place in the Hindu-Buddhist era in the Indonesian archipelago, with regard to Parvati's position as the spouse of the supreme god in Shivaism, Shiva. This is indicated by the presence of goddess statues and statues of the embodiment of a queen, which some are in the collections of the National Museum in Indonesia. However, the chronology and identity of the National Museum statues collection have not been distinguished. Information on both aspects of a statue can be achieved by means of the study of style or aesthetic of a crown or headdress as a feature of lakṣana (statue attribute). This research is an attempt to understand the varieties of the crowns of the Parwati statue from the Majapahit era, especially the 14th and 15th centuries, based on the identification of the art style and depiction tendencies during this period. This research was conducted using a descriptive-comparative method with approaches of iconography and aesthetic morphology. The results indicate that there are two trends in depicting Parwati’s crown. The statues from Kediri and Blitar tend to depict Parvati's crown in a form similar to those of the Early Classical (Central Javanese) style, by displaying the crown solely according to the scripture of Manasara, such as jatāmakuta, kesabandha, and kuntala. The second trend presents Parvati wearing the kirīṭamakuta, which is an attribute of Vishnu, which correlates to her nature and position as a guardian.


2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 87-98
Author(s):  
Soni Sadono ◽  
Didit Endriawan

Tulisan ini membahas situs-situs Candi Agung, Tiang Mahligai Junjung Buih, dan Pertapaan Pangeran Suryanata di Taman Purbakala Candi Agung, Provinsi Kalimantan Selatan. Tujuan penelitian ini adalah memahami akulturasi budaya asli dan asing yang telah terjadi pada ketiga situs tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan arkeologi dan semiotika budaya dengan mengelaborasi aspek-aspek kualitatif datanya. Aspek-aspek yang dibahas adalah bentuk dan fungsi candi, nama dan fungsi situs pemandian dan pertapaan, nama-nama tokoh legenda yang terkait dengan keberadaan candi, dan peristiwa-peristiwa dalam legenda. Subjek kajian terdiri atas dua aspek dokumentasi, yaitu visual (foto-foto situs) dan verbal (legenda). Subjek visual berupa dokumentasi pribadi pada tahun 2010. Subjek verbal terdiri atas buku-buku dan jurnal-jurnal yang membahas subjek penelitian, yaitu Hikayat Banjar, Hikayat Lambung Mangkurat, dan Tutur Candi. Hasil penelitian menunjukkan adanya akulturasi budaya Jawa dan Kalimantan, baik dalam bentuk bangunan candi, keberadaan situs pertapaan, nama-nama tokoh legenda, dan juga peristiwa.This paper discusses the sites of Candi Agung, Tiang Mahligai (bathing) Junjung Buih, and Pertapaan (hermitage) Pangeran Suryanata in the Archaeological Park of Candi Agung, South Kalimantan Province. The purpose of this study is to understand the acculturation between native and foreign cultures that had occurred at the three sites. This research uses the archaeological and cultural semiotics approach by elaborating the qualitative aspects of the data. The aspects discussed are the form and function of the temple, the name and function of the bathing and hermitage sites, the names of the legendary figures associated with the existence of the temple, and the events mentioned in the legend. The subject of the study consists of two aspects of documentation, i.e. visual (photos of the site) and verbal (legends). Visual subjects were of personal documentation obtained in 2010. Verbal subjects consist of books and journals that discuss the research subject, i.e. Hikayat Banjar, Hikayat Lambung Mangkurat, and Tutur Candi. Research results showed the occurrence of acculturation of Javanese and Kalimantan cultures, both in the form of temple buildings, the existence of hermitage sites, names of legendary figures, and cultural events.


2021 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 1-14
Author(s):  
Muhamad Alnoza

Orang asing di Jawa telah diketahui keberadaannya melalui penyebutan wargga kilalan di prasasti. Prasasti  pada masa Airlangga hingga Majapahit dengan gamblang menyebutkan keberadaan orang-orang asing yang dalam hal ini pada konteks penarikan pajak terhadap orang-orang asing tersebut. Salah satu bangsa asing yang mendiami Jawa pada masa Jawa Kuno adalah orang Khmer. Keunikan kasus bermukimnya orang Khmer di Jawa disebutkan pula dalam sumber epigrafi Khmer. Dalam prasasti-prasasti Khmer disebutkan fenomena pemukiman orang Khmer di Jawa, dan diberitakan pula bahwa salah satu raja Khmer pernah menetap di Jawa selama beberapa tahun. Kajian ini berusaha untuk menjawab permasalahan dinamika pendudukan orang Khmer di Jawa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kedudukan kasus menetapnya orang Khmer di Jawa sebagai suatu fenomena diaspora atau bukan. Tahapan penelitian dilakukan dengan pengumpulan data, analisis, dan interpretasi, dengan data utama berupa prasasti. Kajian ini menghasilkan pemahaman mengenai dinamika motivasi perpindahan tempat bermukim orang Khmer ke Jawa, letak daerah bermukim orang Khmer di Jawa, dan bentuk interaksi orang Khmer dengan orang Jawa. Meskipun demikian, belum ada bukti-bukti yang menguatkan fenomena tersebut sebagai suatu diaspora.


2021 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 31-42
Author(s):  
Churmatin Nasoichah ◽  
Dwi Widayati ◽  
Mulyadi

The problem of this research is how the PAN traces at the phonological, morphological, and syntactic levels on the Gunung Tua Inscription (Lokanātha). The purpose of this study was to determine the PAN traces at the phonological, morphological, and syntactic levels of the inscription. The method used is descriptive qualitative method. Based on the analysis carried out on that inscription, it is known that at the phonological level there are two words, namely /juru/ 'clever person' and /pāṇḍai/ 'clever, skilled’. The word /juru/ 'clever person' is a loan word from Sanskrit while the word /pāṇḍai/ 'clever, skilled' has the form PAN */paṇḍai/ 'clever, skilled'. Based on the morphological level, there are two words, namely {barbwat} 'making' and {tatkāla} 'when'. The word {barbwat} is formed from the free morpheme {bwat} 'make' and the second {bar-} bound morpheme is a PAN derivative. Meanwhile {tatkāla} 'when' is not a derivative of PAN but a loan word from Sanskrit which consists of two morphemes, namely {tāt} 'so' and {kālá} 'time' so that it becomes {tātkālá}. Based on the syntactic level, it can be concluded that BMK has a grammatical structure consisting of FAdv as adverb of time, FN as subject and object, and FV as predicate that are transitive in form.


2021 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 59-70
Author(s):  
Nainunis Aulia Izza ◽  
Ari Mukti Wardoyo Adi ◽  
Nugrahadi Mahanani
Keyword(s):  

Penelitian ini dilakukan atas dasar hipotesis tentang keberadaan tinggalan-tinggalan masa klasik yang berada di Daerah Aliran Sungai Batanghari. Kecamatan Sarolangun dipilih karena hingga kini belum pernah diteliti potensinya tentang tinggalan pemukiman arkeologi klasik. Tinggalan arkeologi klasik yang pernah dilaporkan hanyalah arca Ganesha yang saat ini disimpan di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang. Penelitian ini dilakukan dengan metode predictive modelling dengan menggunakan perangkat Sistem Informasi Geografis untuk dapat membantu memperkirakan titik-titik yang mengandung potensi tinggalan arkeologi. Variabel prediksi yang digunakan adalah laporan temuan, model lokasi situs, informasi masyarakat, serta potensi temuan permukaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa lokasi di Kecamatan Sarolangun yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap tinggalan arkeologi klasik. Sensitivitas tinggalan arkeologi ini kemudian diturunkan dalam bentuk peta potensi. Tujuan utama dari pembuatan peta tersebut adalah agar dapat menentukan strategi riset lanjutan.


2021 ◽  
Vol 15 (1) ◽  
pp. 43-58
Author(s):  
Pratamanita Widi Rahayu ◽  
Andi Putranto

Penelitian ini merupakan kajian museologi dengan pokok bahasan konservasi koleksi museum, terutama penggunaan bahan perekat terhadap koleksi museum. Permasalahan yang dibahas adalah dampak penggunaan bahan perekat terhadap koleksi fosil di Museum Manusia Purba Sangiran. Tujuan penelitian adalah untuk memahami metode konservasi fosil serta mengetahui jenis bahan perekat yang paling baik untuk digunakan dalam kegiatan konservasi fosil. Penelitian ini bersifat deskriptif-eksploratif dan menggunakan metode penalaran induktif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi pustaka. Analisis data dilakukan dengan mengamati sampel yang diperoleh dengan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fosil yang direkatkan dengan epoksi resin mengalami perubahan warna menjadi gelap kehitaman dan terdapat endapan residu resin pada permukaan fosil. Sementara itu, terdapat residu transparan mengilap di permukaan fosil yang direkatkan dengan lem cyanoacrylate.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document