scholarly journals FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA PADA IBU HAMIL (STUDI KASUS DI RSUD KABUPATEN BREBES TAHUN 2014)

2016 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 90 ◽  
Author(s):  
Nuning Saraswati ◽  
Mardiana Mardiana

Abstrak   Kejadian preeklampsia di Kabupaten Brebes meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 sebanyak 215 kasus (1.547 persalinan), tahun 2012 sebanyak 170 kasus (1.957 persalinan), tahun 2013 sebanyak 225 kasus (1.811 persalinan) dan tahun 2014 sampai dengan bulan September sebanyak 180 kasus (1.316 persalinan). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia pada ibu hamil di RSUD Kabupaten Brebes tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan case control . Sampel sejumlah 145 orang untuk masing-masing kelompok kasus dan kontrol yang diambil dengan teknik simple random sampling. Analisis data menggunakan uji chi square dengan derajat kemaknaan (α) = 0,05. Hasil penelitian menunujukan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia adalah umur (p value = 0,0001; OR = 15,731), status gravida (p value = 0,009; OR = 2,173), riwayat keturunan ( p value = 0,033; OR = 2,618), pemeriksaan antenatal ( p value = 0,0001; OR = 17,111), riwayat preeklampsia (p value = 0,0001; OR = 20,529), riwayat hipertensi ( p value = 0,0001; OR = 6,026). Variabel yang tidak berhubungan adalah jenis pekerjaan, tingkat pendidikan, riwayat diabetes mellitus, dan riwayat kehamilan ganda.   Abstract   The incidence of preeclampsia in Brebes District was increasing from year to year. In 2011 there were 215 cases (1,547 births), in 2012 there were 170 cases (1,957 births), in 2013 there were 225 cases (1,811 births) and until September 2014 there were 180 cases (2,316 births). The purpose of this research was to determine the risk factors associated with the incidence of preeclampsia in pregnant women from Brebes district hospital in 2014. This research was an analytical survey with case control approach. The total sample was 145 people for each case and control group which was taken with simple random sampling technique. The data was analyzed using chi-square test with α = 0,05. The results of this research showed that the risk factors associated with the incidence of preeclampsia was age (p value = 0,0001; OR = 15,731), gravida status (p value = 0,009; OR = 2,173), heredity profile (p value = 0,033; OR = 2,618), antenatal examination (p value = 0,0001; OR = 17,111), history of preeclampsia (p value = 0,0001; OR = 20,529), history of hypertension (p value = 0,0001; OR = 6,026). The variables that were not related was the type of work, level of education, history of diabetes mellitus, and history of multiple pregnancy.

2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 125-136
Author(s):  
Dessy Marlinda Cahaya ◽  
Munaya Fauziah

Based on the data reports of Riset Kesehatan Dasar, the national prevalence of CKD in Indonesia is 0.38%. The province of West Java is in the 8th rank of 34 other provinces, its prevalence is 0.48%. The number of new cases of CKD at the Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa Hospital in 2020 increased from 47 people to 51 people. The object of this study is to identify the risk factors that can affect the incidence of CRF in the Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa Hospital, the Year 2021. Case-control design with 91 respondents as the control group and 91 respondents as the case group, the source of the data come from the medical records of RST DD Hospital. The sampling technique used is simple random sampling. The data analysis technique used is the chi-square test with = 0.05. The influence of a history of diabetes mellitus (p-value = 0.002; OR :2.810; 95%CI: 1.493 – 5.287), history of hypertension (p-value = 0.005; OR :2.796; 95%CI: 1.407 – 5.557), history of obstructive nephropathy (p-value = 0.018; OR: 0.205; 95%CI: 0.056 – 0.744) against CKD. The risk factors that influence the incidence of CKD in the Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa Hospital are a history of diabetes Mellitus, hypertension, and obstructive nephropathy. The community must implement the Pola Hidup Bersih dan Sehat as their lifestyle. Health workers need to give an education on health to the community, especially for at-risk populations.


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 28-39
Author(s):  
Julianda Elbarini ◽  
Dwi Noerjoedianto ◽  
Willia Novita Eka Rini

Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang prevalensinya meningkat dan merupakan penyebab kematian, kesakitan, kecacatan di seluruh dunia. Penderita diabetes akan terus bertambah sejalan dengan perubahan pola makan dan gaya hidup. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan DM tipe II. Penelitian ini adalah observasional dengan rancangan case control.  Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi pada April 2018 dengan populasi kasus penderita DM tipe II. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan jumlah sampel 84 responden dan perbandingan 1:1. Variabel penelitian ini yaitu pola makan, riwayat keluarga, hipertensi, merokok, umur dan jenis kelamin. Analisis data dengan uji Chi Square dengan a=0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 84 responden yang berumur ≥45 tahun (73,8%), perempuan (64,3%), pola makan buruk (73,8%), memiliki riwayat keluarga (38,1%), hipertensi (17,9%), merokok (22,6%). Faktor yang berhubungan dengan DM tipe II adalah pola makan (nilai p value= 0,006; nilai OR= 5,032); riwayat keluarga dengan DM  (nilai p value= 0,043; nilai OR= 2,562); umur (nilai p value=0,000; nilai OR= 41,00). Faktor yang tidak berhubungan dengan DM tipe II adalah hipertensi (nilai p value= 0,154; nilai OR= 2,313); merokok (nilai p value=0,434; nilai OR= 0,663); jenis kelamin (nilai p value=0,820; nilai OR= 1,231). Ada hubungan antara pola makan, riwayat keluarga, umur dengan DM tipe II. Masyarakat perlu memperbaiki gaya hidup yaitu pola makan seimbang seperti mengkonsumsi serat sebanyak 5 porsi/hari, tidak konsumsi makanan berisiko dan tidak merokok.


2015 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
Author(s):  
Mamluatul Hikmah ◽  
Oktia Woro Kasmini H

Kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) di RSUD Tugurejo Semarang meningkat dari tahun 2012-2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian kematian akibat demam berdarah dengue (DBD). Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan case control. Sampel berjumlah 62 orang, 31 kelompok kasus dan 31 kelompok kontrol yang diambil dengan teknik simple random sampling. Analisis data menggunakan uji chi square dengan derajat kemaknaan (α) = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan kejadian kematian akibat demam berdarah dengue (DBD) adalah umur penderita (p value=0,022, OR=3,8), pendapatan (p value=0,022, OR=3,8), akses pelayanan kesehatan (p value=0,019), riwayat penyakit penyerta (p value=0,021, OR=3,9), keterlambatan pengobatan DBD (p value=0,042, OR=3,3) dan derajat beratnya penyakit (p value=0,021, OR=3,9). Variabel yang tidak berhubungan adalah jenis kelamin penderita (p value=0,611) dan riwayat pernah menderita DBD (p value=0,668). Saran bagi peneliti lain untuk menambah sampel penelitian dan menambah variabel lain yang ada kaitannya dengan faktor yang berhubungan dengan kematian akibat DBD. The mortality caused by Dengue Haemorhaege Fever (DHF) in RSUD Tugurejo Semarang incresed from 2012 to 2014. The objective of this study to find out factors of mortality that are caused by dengue. The research method of this study was analitic survey by case control. In this research, the sample was 62 people where 31 people were included in cases and the others were in controls. The sample was randomly taken by simple random sampling technique. The data analysis used chi-square with the level of independence (α) = 0,05. The result of this research showed that factors of mortality which were caused by dengue was age of patients (p value=0,022, OR=3,8), income (p value=0,022), access of health care (p value=0,019), case history (p value=0,021, medical tardiness of DHF (p value=0,042, OR=3,3) and degree of disease (p value=0,021, OR=3,9). The variables which were not related to factors of mortality were sex of patients  (p value=0,611) and case  history of  DHF (p value=0,668). Some suggestions for other researchers, they may develop the similar research in different dimensions such as adding the sample and variable which are related to factors of mortality that are caused by dengue.


2016 ◽  
Vol 31 (2) ◽  
pp. 83
Author(s):  
Marina De Deus Moura Lima ◽  
Zacarias Soares Brito-Neto ◽  
Heylane Oliveira Amaral ◽  
Cacilda Castelo Branco Lima ◽  
Marcoeli Silva de Moura ◽  
...  

Objective: The aim of this study was to determine the risk factors associated with early childhood caries (ECC).Methods: It was an observational retrospective case-control study. The case group consisted of all patients diagnosed with ECC in the records of an active program of maternal and child care. The control group was composed of an equal number of children, matched for gender and age, who attended the program and did not have ECC. The process of data collection consisted of completing a pre-established schedule to analyse variables related to the mother/caregiver and child.Statisticalanalysis was performed using the chi-squared and odds ratio (OR), with alpha (α) = 0.05.Results: History of caries in the mother (OR=2.61; CI 95%=1.45-4.67) and father (OR=1.72; CI 95%=1.02-2.89) were key determinants in the child being diagnosed with ECC.Conclusions: The risk factors associated with ECC were the following: no oral hygiene acceptance, nocturnal feeding duration of more than 16 months, a daily intake of sugar greater than 4 times a day, a Baume type II maxillary arch, fewer than 3 consultations with the program, and a history of decay in the parents.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 538-547
Author(s):  
Fitri Zulfa Hayati ◽  
Nurhapipa Nurhapipa ◽  
Nila Puspita Sari

Tuberkulosis Paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kejadian penyakit Tuberkulosis Paru di Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru merupakan kasus tertinggi di kota pekanbaru sebanyak 798 kasus. Tujuan penelitian ini secara umum untuk mengetahui hubungan kondisi fisik rumah dan status gizi dengan insiden penyakit tuberkulosis paru. Penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan pendekatan Case Control. Populasi kasus dalam penelitian ini yaitu seluruh penderita Tuberkulosis Paru. Sampel penelitian yaitu 18 responden kelompok kasus dan 72 responden kelompok kontrol dengan menggunakan teknik Simple random sampling. Lokasi penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru pada bulan Juli – Agustus 2020. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner, roll meter, lux meter, dan timbangan berat badan. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi Square. Hasil uji statistik hubungan dari setiap variabel semuanya berhubungan dengan insiden penyakit tuberkulosis paru, yaitu variabel luas ventilasi (p = 0,002, OR = 7,857), kepadatan hunian (p = 0,003, OR = 5,500), pencahayaan (p = < 0,05, OR = 8,500), dan status gizi (p = 0,001, OR = 10,818). Diharapkan kepada tim pencegah dan pengendalian penyakit tuberkulosis paru Puskesmas Rejosari meningkatkan penyuluhan atau pemahaman langsung kepada masyarakat penderita TB paru serta membentuk dan melatih kader – kader untuk penanggulangan Tuberkulosis Paru. Diharapkan masyarakat selalu membuka jendela agar udara dan cahaya dapat masuk ke dalam rumah serta menjaga pola makan yang seimbang dan sehat. Pulmonary Tuberculosis is an infectious disease caused by the bacteria Mycobacterium tuberculosis. The incidence of pulmonary tuberculosis in Rejosari Primary Health Center Pekanbaru City is the highest case in Pekanbaru city with 798 cases. The purpose of this study in general was to determine the relationship between the physical condition of the house and nutritional status with the incidence of pulmonary tuberculosis. This research is a quantitative analytic with a Case Control approach. The populations of cases were all patients with pulmonary tuberculosis. The research sample was 18 respondents in the case group and 72 respondents in the control group using the simple random sampling technique. The research location was carried out in the Rejosari Public Health Center, Pekanbaru City in July - August 2020. The measuring instruments used were questionnaires, roll meters, lux meters, and weight scales. Data analysis was performed univariate and bivariate using the Chi Square test. The statistical test results of the relationship between each variable were all related to the incidence of pulmonary tuberculosis, namely the variable area of ventilation (p = 0.002, OR = 7.857), occupancy density (p = 0.003, OR = 5,500), lighting (p =0.05, OR 8.5)and nutritional status (p = 0.001, OR = 10.818). It is hoped that the team for preventing and controlling pulmonary tuberculosis at the Rejosari Community Health Center will increase direct education or understanding to people with pulmonary tuberculosis and form and train cadres to control pulmonary tuberculosis. It is hoped that people will always open windows so that air and light can enter the house and maintain a balanced and healthy diet.


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 47-58
Author(s):  
Fadia Rifqi Ayu Firyal

Hipertensi merupakan penyebab penyakit kardiovaskular, stroke, gagal ginjal dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas baik pada pria maupun wanita. Peningkatan prevalensi terjadi pada negara maju, namun juga pada sejumlah negara berkembang di dunia. Prevalensi meningkat seiring bertambahnya usia terutama setelah wanita menopause. Peningkatan risiko pada wanita menopause dipengaruhi adanya perubahan hormonal, pengaruh pola konsumsi seperti konsumsi lemak, adanya obesitas dan juga kurangnya aktivitas fisik. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara konusmsi lemak, obesitas dan aktivitas fisik dengan hipertensi usia menopause. Penelitian ini menggunakan desain case control study dan jenis penelitian retrospektif dengan populasi penelitian yaitu pasien wanita ≥ 45 tahun di poli jantung RSU Haji Surabaya. Besar sampel penelitian ini adalah sejumlah 64 responden. Teknik sampling yang digunakan yaitu simple random sampling.   Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dengan kuesioner serta pengukuran BMI untuk mengukur berat badan dan tinggi badan. Analisis data dengan uji chi-square untuk menguji hubungan variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan konsumsi lemak (p value = 0,042) dan aktivitas fisik (p value = 0,046) bermakna secara signifikan (nilai p < 0,05) terhadap hipertensi usia menopause. Sedangkan variabel obesitas (p value = 0,614) menunjukkan hasil yang tidak bermakna secara signifikan.


2019 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 223
Author(s):  
Limsah Silalahi

Latar Belakang: Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyebab kematian nomor 6 di dunia. Diabetes Mellitus dengan komplikasi merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia. Provinsi Jawa Timur menempati jumlah perkiraan terbesar penderita Diabetes Mellitus yaitu 605.974 penderita. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan tindakan pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di SMA Muhammadiyah 7 Surabaya. Metode: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Desain yang digunakan yaitu cross sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 70 responden. Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Variabel independen yaitu pengetahuan tentang Diabetes Mellitus, sedangkan variabel dependen adalah tindakan pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil: Hasil penelitian ini menujukkan p value  0,0001<α=0,1 sehingga hasil p<α. Hal ini bermakna bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang Diabetes Mellitus tipe 2 dengan tindakan pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 pada siswa-siswi SMA Muhammadiyah 7 Surabaya. Kesimpulan: Pengetahuan Siswa-Siswi SMA Muhammadiyah 7 Surabaya berhubungan dengan upaya pencegahan penyakit Diabetes Mellitus tipe 2. 


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 870-881
Author(s):  
Rahmawati Azis ◽  
Muhammad Rifai ◽  
Ni Ketut Setiahati

Stunting merupakan suatu kondisi dimana terjadi gagal tumbuh pada anak balita (bawah lima tahun) disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, sehingga berpotensi mengakibatkan usia anak menjadi pendek. Berdasarkan data Dinkes Kota Palu Tahun 2020, menunjukkan bahwa Puskesmas Sangurara sebagai puskesmas yang memiliki kasus stunting cukup tinggi, yaitu sebanyak 373 (35,26%) kasus dibanding kasus penyakit lainnya. Tujuan penelitian untuk mengetahui tingkat risiko riwayat MP-ASI, usia ibu saat hamil, usia kehamilan ibu saat melahirkan, status pendidikan ibu, pendapatan keluarga, riwayat BBLR, riwayat diare balita, riwayat ISPA balita, sanitasi lingkungan, dan status gizi ibu saat hamil terhadap kejadian stunting pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Sangurara. Metode penelitian ini menerapkan pendekatan kuantitatif observasional analitik dengan desain case control. Populasi penelitian adalah keseluruhan balita yang datang berkunjung ke Puskesmas Sangurara sebanyak 373 balita. Sampel yang diteliti sebanyak 79 balita, 40 sampel diantaranya adalah kasus (stunting) dan 39 sebagai sampel control. Sampel ditetapkan dengan simple random sampling. Data penelitian dianalisis univariat menggunakan persentase frekuensi, analisis bivariat menerapkan uji Chi-square dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik. Hasil analisis Chi-square menunjukkan terdapat hubungan faktor risiko usia ibu saat hamil (ρ=0,001), status pendidikan ibu (ρ=0,018), pendapatan keluarga (ρ=0,007), riwayat diare balita (ρ=0,030), dan status gizi ibu saat hamil (ρ=0,002) dengan kejadian stunting anak balita. Sedangkan hasil analisis multivariat menggunakan uji Logistik Regresi menunjukkan bahwa faktor risiko usia ibu saat hamil p-value 0,008; Exp (B) 7,521; 95% TBB (1,690-33,467), risiko status pendidikan ibu p-value 0,022; Exp (B) 5,488; 95% TBB (1,281-23,503), risiko riwayat diare balita p-value 0,011; Exp (B) 0,155; 95% TBB (0,037-0,6511), dan risiko status gizi ibu saat hamil p-value 0,001; Exp (B) 0,041; 95% TBB (0,006-0,294) yang memengaruhi kejadian stunting anak balita. Simpulan penelitian disarankan bahwa untuk memperkecil risiko terjadinya stunting pada balita adalah memberi perhatian secara serius dan sungguh-sungguh terhadap usia ibu hamil, status pendidikannya, pendapatan keluarga, riwayat diare balita, dan status gizi ibu selama kehamilan, karena ternyata berisiko tinggi mengakibatkan balita stunting. Kata kunci: Balita,faktor Risiko, Ibu Hamil


2020 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 91-99
Author(s):  
Hayana Hayana ◽  
Nila Puspita Sari ◽  
Sri Rujiati

Data yang diperoleh dari UPT Puskesmas Kempas Jaya memiliki 12 Desa/Kelurahan. Salah satunya adalah Kelurahan Harapan Tani dengan jumlah suspek TB paru yang terbanyak yaitu 32 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kondisi lingkungan rumah dan perilaku anggota keluarga terhadap suspek TB paru di Kelurahan Harapan Tani Kabupaten Indragiri Hilir. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan desain case control. Penelitian dimulai dari bulan Agustus hingga Oktober tahun 2018 di Puskesmas Kempas Jaya. Populasi adalah seluruh pasien di Puskesmas Kempas Jaya dengan jumlah sampel sebanyak 74 kelompok kasus dan 74 kelompok kontrol, pengambilan sampel secara simple random sampling. Alat ukur yang digunakan adalah rekam medik, kuesioner, dan lembar ceklist. Analisa dilakukan secara univariat dan bivariat. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square diketahui variabel independen dan dependen yaitu terdapat hubungan antara kepadatan hunian (p-value =0,023, 95% CI: 1,227-7,499), kelembaban (p-value =0,011, 95% CI: 1,372-8,364), ventilasi (p-value= 0,029, 95% CI: 1,181-7,229), pencahayaan (p-value = 0,014, 95% CI: 1,322-8,066), pengetahuan (p-value =0,036, 95% CI: 1,137-6,967) dan sikap (p-value =0,024, 95% CI: 1,137-6,967) berhubungan dengan kejadian TB paru. Diharapkan pihak puskesmas dapat bekerja sama dengan dinas kesehatan untuk dapat merencanakan pengadaan rumah sehat dan memberikan memberikan penyuluhan yang bisa dilakukan oleh pihak Puskesmas yang bekerjasama dengan lintas sektoral mengenai bahaya TB paru.


2019 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
Author(s):  
Nur Fauziah ◽  
Umi Rahayu ◽  
Imam Thohari

Tindakan pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue dilakukan dengan pengendalian terhadap vektor melalui pemberantasan jentik nyamuk Aedes aegypti yang dapat dikombinasikan dengan perilaku menguras, menutup dan mengubur (3M) sehingga akan menjadi lebih efektif dalam mencegah penyakit DBD. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keberadaan kontainer dengan perilaku 3M (menguras, mengubur, menutup) penghuni terhadap kejadian penyakit DBD.Jenis penelitian ini adalah penelitian Analitik dengan menggunakan studi Case Control dan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tenggilis dengan besar sampel sebanyak 20 rumah penderita DBD tahun 2016 dan 20 rumah kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling yang kemudian dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi binary logistic dengan derajat kesalahan (α) sebesar 0,05.Hasil penelitian menunjukkan bahwa, variabel yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah kerja Puskesmas Tenggilis adalah Sikap (p value : 0,013<0,05) dan Tindakan (p value : 0,027<0,05)  terkait 3M serta Keberadaan Kontainer (p value : 0,038<0,05). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue adalah Pengetahuan terkait 3M (p value : 0.376>0,05). Variabel yang paling mempengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue adalah Sikap responden terkait 3M.Hendaknya masyarakat meningkatakan kepedulian terhadap kebersihan lingkungan dan kesadaran akan pentingnya menguras bak mandi secara rutin. Sedangkan bagi instansi Puskesmas dapat lebih sering memberikan edukasi dan informasi terkait penyakit demam berdarah dengue  kepada masyarakat. Kata kunci : DBD, Kontainer, 3M


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document