scholarly journals FORMULASI DAN UJI STABILITAS KRIM ASAM KOJAT DALAM PEMBAWA VESIKEL ETOSOM

2020 ◽  
Vol 24 (2) ◽  
pp. 49-53
Author(s):  
Sandra Aulia Mardikasari ◽  
Nurilliyyin Akib ◽  
Suryani Suryani

Asam kojat diketahui memiliki efektivitas untuk mencerahkan kulit. Tetapi asam kojat bersifat hidrofilik, sehingga sulit berpenetrasi ke dalam kulit oleh karena itu diperlukan sistem penghantaran etosom untuk meningkatkan penetrasi asam kojat dalam bentuk sediaan krim untuk memudahkan pengaplikasiannya di kulit. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula krim etosom asam kojat menggunakan kombinasi emulgator tween 80 dan span 80 dalam berbagai konsentrasi, serta menguji kestabilan fisik sediaan krim. Uji stabilitas krim dilakukan menggunakan metode cycling test dan centrifugal test. Metode cycling test meliputi pengamatan organoleptik, tipe krim, pH, viskositas, ukuran globul, daya sebar dan homogenitas krim, sedangkan metode centrifugal test dilakukan menggunakan alat sentrifugasi untuk melihat terjadinya pemisahan fase pada krim. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan nilai organoleptik, pH, viskositas, ukuran globul dan daya sebar namun tidak terjadi pemisahan fase setelah uji centrifugal test. Sehingga diperoleh krim yang paling stabil yaitu pada formula krim dengan konsentrasi emulgator 3%, memiliki nilai organoleptik yang baik, tipe krim m/a, pH 5,24, viskositas 22.200 cPs, ukuran globul berkisar 0,1-0,3 µm,  daya sebar 4,1 cm2, krim yang homogen, dan tidak terjadi pemisahan fase setelah uji sentrifugasi. Hasil penelitian ini menunjukkan etosom asam kojat dapat diformulasi menjadi sediaan krim yang stabil

2017 ◽  
Vol 3 (02) ◽  
pp. 90-95
Author(s):  
Nur Saadah Daud ◽  
Evi Suryanti
Keyword(s):  
Tween 80 ◽  

Minyak atsiri termasuk minyak nilam (Patchouli oil) diketahui memiliki aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri penyebab jerawat. Aktivitas ini menyebabkan minyak nilam berpotensi untuk dikembangkan ke dalam berbagai bentuk sediaan antijerawat, salah satunya adalah emulgel. Emulgel merupakan bentuk sediaan yang cocok untuk minyak nilam yang bersifat hidrofobik, dibandingkan bentuk sediaan lainnya. Sediaan emulgel dibuat dengan variasi konsentrasi minyak nilam yaitu 5%, 10% dan 15%. Tween 80 dan Span 80 digunakan sebagai bahan pengemulsi dan HPMC sebagai basis gel. Evaluasi yang dilakukan terhadap sediaan yaitu uji organoleptik (warna, bentuk dan aroma), uji pH, uji homogenitas, uji tipe emulsi, uji daya sebar, uji viskositas, uji iritasi dan uji stabilitas (cycling test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa emulgel yang dihasilkan berwarna putih-putih tulang, berbentuk semi padat (emulgel), beraroma khas minyak nilam, homogen tipe emulsi minyak dalam air (M/A) dengan pH berkisar 5,78-6,08 yang memenuhi syarat pH kulit normal dan tidak menyebabkan iritasi. Nilai daya sebar sediaan berkisar 3,5 – 6,8 cm. Nilai daya sebar ini berbanding terbalik dengan nilai viskositas sediaan yang berkisar 113,3-170,0 dPa.s. Semakin tinggi konsentrasi minyak nilam yang digunakan, nilai viskositas sediaan juga semakin tinggi. Hasil cycling test menunjukkan sediaan emulgel stabil. Formula C dengan konsentrasi minyak nilam 15% adalah formula emulgel terbaik.


2018 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 64-67 ◽  
Author(s):  
Nur Saadah Daud ◽  
Achnis Jum Akbar ◽  
Eny Nurhikma ◽  
Karmilah Karmilah

Acne is the condition of abnormal skin which is indicated by inflammation caused by the bacterial infection of Propionibacterium acnes. The natural one which can be used for the medical treatment of acne is the snail mucus (Achatina fulica). The achasin protein of it has antibacterial activity. That snail mucus was made to the emulgel form. This research has used an experimental method and the emulgel formulation used the various concentration of emulsifying agents and the gelling agent. They were Tween 80 1.76%, 2.44%, 3.12%, Span 80 2.24%, 4.06%, 5.88% and HPMC 3.5%, 4.5%, 5.5%. Other additives were propylene glycol, Methylparaben, Propylparaben, paraffin liquid, menthol, and aquadest. Those formulations were tested in physical evaluation during 4 weeks of storage in room temperature, irritation test, hedonic test, and cycling test. The organoleptic test showed that the emulgel were the milk-white color with a distinctive smell. All emulgel were homogenous, non-irritant, with emulsion type oil in water (o/w). This emulgel also met the normal skin of pH value and spread ability�s range. The emulgel viscosity shift was < 10%, with the viscosity value inversely proportional to spreadability. Formula C with 3.12% of Tween 80, 5.88% of Span 80 and 5.5% of HPMC was claimed as the most stable formula both in room temperature and after cycling test. It was also the most preferred by the panelist.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 67-77
Author(s):  
Muhammad Yusuf ◽  
Poppy Dwi Citra Jaluri ◽  
Yogie Irawan

Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah diatas normal. Tanaman kenikir (Cosmos caudatus) merupakan tanaman yang banyak dijumpai di lingkungan sekitar, serta tanaman yang sudah tidak asing lagi dan telah banyak dikonsumsi sebagai sayuran. Salah satu kandungan dalam kenikir adalah senyawa golongan flavonoid. Pada penelitian ini mikroemulsi ekstrak kenikir digunakan untuk menurunkan kadar asam urat pada tikus yang diinduksi hati ayam. Mikroemulsi dibuat dengan menggunakan virgin coconut oil (VCO) sebagai fase minyak, Tween 80 dan Span 80 sebagai surfaktan dan gliserin sebagai kosurfaktan. Penelitian menggunakan 15 ekor tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi jus hati ayam. Tikus dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif mikroemulsi placebo, kontrol positif mikroemulsi Allopurinol 3,6 mg/200 g BB tikus, serta kelompok perlakuan mikroemulsi daun kenikir  10 mg/200 g BB tikus yang diberikan secara peroral. Pengukuran kadar asam urat dilakukan pada hari ke-0 (kadar awal), hari ke-7 (kadar setelah induksi) dan hari ke-13(kadar setelah perlakuan). Persen penurunan kadar asam urat dalam darah dianalisis secara statistika dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil uji statistika menyatakan ada perbedaan antara kelompok kontrol negatif dan positif dengan kelompok perlakuan mikroemulsi daun kenikir memiliki nilai signifikansi 0,000. Sehingga mikroemulsi daun kenikir dapat menurunkan kadar urisemia tikus yang diinduksi ekstrak hati ayam namun memiliki kemampuan yang tidak sebaik mikroemulsi allopurinol. Kata Kunci : Mikroemulsi, Kenikir (Cosmos Caudatus), Hiperurisemia, Ekstrak Hati Ayam, Allopurinol.


WARTA FARMASI ◽  
2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 1-11
Author(s):  
Nur Saadah Daud ◽  
Musdalipah Musdalipah ◽  
Asriyanti Lamadari

ABSTRAK Aspirin termasuk dalam golongan Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAIDs) yang banyak digunakan pada pengobatan nyeri ringan sampai sedang, antipiretik, anti inflamasi, serta anti koagulan. Pada penggunaan secara oral dapat menurunkan efektifitas obat akibat metabolisme lintas pertama. Alternatif untuk mengatasi masalah tersebut yaitu membuat sediaan topikal nanoemulsi aspirin. Nanoemulsi yaitu sistem emulsi yang transparan, tembus cahaya dan merupakan d ispersi minyak air yang distabilkan oleh lapisan film dari surfaktan dan ko-surfaktan, yang memiliki ukuran droplet 20 nm-500 nm. Penelitian ini bertujuan untuk membuat nanoemulsi aspirin dengan variasi konsentrasi etanol 96 % sebagai ko-surfaktan. Nanoemulsi aspirin dibuat dengan Virgin Coconut Oil (VCO) sebagai fase minyak, tween 80 sebagai surfaktan,dan etanol 96 % sebagai ko-surfaktan. Hasil penelitian mendapatkan 5 formula nanoemulsi jernih beraroma khas dengan nilai pH berkisar pada range 4,0-4,5 yang telah memenuhi pH normal kulit. dengan konsentrasi etanol 96 % yaitu 10 %, 15 %, 20 %, 25 % dan 30 %, dan dibuat 3 replikasi. Hasil uji stabilitas fisik menunjukkan bahwa kelima formula menghasilkan nanoemulsi yang stabil dan tidak terjadi pemisahan fase sesudah uji sentrifugasi dan cycling test dilakukan. Kata Kunci     : Nanoemulsi, Aspirin, Etanol 96%, Ko-surfaktan   ABSTRACT Acetosal known to be a part of the group medications called Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAIDs) that was used for mild to moderate pain therapy, antipyretic, anti inflamation and anti coagulan. Oral administration of acetosal may decrease its effectiveness because of the first past metabolism problem. The purpose of this study was to formulate acetosal into nanoemulsion form for topical preparation as an alternative to avoid those problem with ethanol 96% as co-surfactant.  Nanoemulsion was an emultion system which transparent, glasslike, and comes from dispertion of water and oil stabilized by film-coated that made from surfactant and co-surfactant combination, which has droplet size around 20 nm-500 nm. Acetosal nanoemulsions were prepared with Virgin Coconut Oil (VCO) as oil phase, tween 80 as surfactant and ethanol 96 % as co-surfactant. There were 5 formulas of transparent acetosal nanoemultion. Their yield of pH were about 4,0-4,5 were met the normal skin’s pH. They were acetosal nanoemulsions with ethanol 96 % of 10%, 15%, 20%, 25%, and 30%. These five were stable and did not show the separation of phase after both centrifugation and cycling test. Keyword          : Nanoemulsion, Acetosal, Ethanol 96%, Co-Surfactan


2014 ◽  
Vol 27 (1) ◽  
pp. 46-50 ◽  
Author(s):  
Regina Kasperek ◽  
Krzysztof Galczynski ◽  
Magdalena Nalesniak ◽  
Karol Iwaniak ◽  
Ewa Poleszak

Abstract Suppositories with cocoa butter containing dehydroepiandrosterone (DHEA) without and with the addition of Span 80 and Tween 80 as surfactants with low and high HLB values were prepared. The physical properties and the drug content of all prepared suppositories were in accordance with the pharmacopoeial requirements. The release study tests in three dissolution media such as water, lactic acid solution at pH 4.2 and phosphate buffer at pH 7.4 were carried out. In acidic and alkalic media only about 10% and 27% of DHEA were released, respectively. The addition of Span 80 to the suppository mass did not improve the release process, but the addition of Tween 80 caused the increase in the amount of DHEA released in the acidic medium to about 35%. The data showed that rectal administration of suppositories with DHEA based on cocoa butter caused about 30% availability and after vaginal administration, only topical activity can be expected. By the addition of Tween 80 to the suppository mass availability of DHEA of about 35% from vaginal suppositories can be achieved.


Author(s):  
Tianqing Liu ◽  
Rong Guo ◽  
Wei Hua ◽  
Jing Qiu
Keyword(s):  
Tween 80 ◽  
Peg 6000 ◽  

RSC Advances ◽  
2015 ◽  
Vol 5 (84) ◽  
pp. 68881-68889 ◽  
Author(s):  
Xiaowei Fu ◽  
Weibo Kong ◽  
Yanyan Zhang ◽  
Liang Jiang ◽  
Jiliang Wang ◽  
...  

Polyurethane polymers were synthesized as novel solid–solid phase change materials (SSPCMs) by bulk polyaddition in the absence of organic solvents using Span 80 and Tween 80 as crosslinking agents for the first time.


2019 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
Author(s):  
Nadia Fauziah Rahmadiani ◽  
Aliya Nur Hasanah
Keyword(s):  
Tween 80 ◽  

Tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Indonesia memiliki banyak potensi sebagai bahan dasar produk kosmetika seperti produk antiaging. Sediaan antiaging adalah produk yang bermanfaat untuk menghambat proses kerusakan akibat bertambahnya usia pada kulit. Pengembangan dari formula berbagai sediaan anti aging yang berasal dari ekstrak tumbuhan telah banyak dilakukan, setiap formula pada jenis sediaan yang berbeda dievaluasi untuk mendapat formula terbaik yang memiliki karakteristik yang paling stabil dalam waktu penyimpanan tertentu. Oleh karena itu, pada review artikel ini, berbagai formulasi dan evaluasi pada sediaan krim, gel dan masker peel off antiaging dari ekstrak tumbuhan dikaji lebih lanjut untuk mendapatkan formula paling stabil dengan menggunakan  9 jurnal untuk membandingkan hasil formulasi dan evaluasi  dan 27 pustaka sebagai kajian teori. Hasil review menunjukan formula terbaik adalah formula krim yang menggunakan tween 80 dan span 80 dengan konsentrasi 5,11gr dan 0,25gr, formula masker peel off yang mengandung PVA 12% dan HPMC 2% dan formula gel yang menggunakan Na CMC 2% . Kata Kunci : Antiaging, Masker peel-off, krim, gel


2018 ◽  
Vol 8 (5-s) ◽  
pp. 341-347
Author(s):  
Shreyasi Sharma ◽  
Eisha Ganju ◽  
Neeraj Upmanyu ◽  
Prabhat Jain

Curcumin (diferuloylmethane) is a natural polyphenolic compound with potent anti-inflammatory, anticancer and antioxidant activities. However, its bioavailability is low as it is poorly absorbed in the gastrointestinal tract. Microemulsions offer the potential to improve the solubility and bioavailability of bioactive compounds; the present work investigated the topical delivery potential of microemulsion gel loaded with curcumas. Curcumin microemulsion was prepared by spontaneous emul­sification method using oil (Oleic acid), surfactant:cosurfactant (Smix) (Ethanol and Tween 80, Span 80 and n Butanol) and water. The optimized formulations of microemulsions were subjected to thermodynamic stability tests. After stability study, stable formulation was characterized for droplet size, pH determination, centrifugation, % drug content in microemulsion, zeta potential and vesicle size measurement and then microemulsion gel were prepared and characterized for spreadability, measurement of viscosity, drug content, In-vitro diffusion, in-vitro release data. Tween 80, Span 80 was selected as surfactant, ethanol, n Butanol as co surfactant and Oleic acid as oil component based on solubility study. The optimized formulation contained Curcumin (10 mg). The in vitro drug release from curcumin microemulsion gel was found to be considerably higher in comparison to that of the pure drug. The in-vitro diffusion of microemulsion gel was significantly good. Based on this study, it can be concluded the solubility and permeability of curcumin can be increased by formulating into microemulsion gel. Keyword: Curcumin, Microemulsion, In-vitro diffusion, Spreadability, Zeta potential, Stability, span 40


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document