scholarly journals Riwayat pemberian ASI eksklusif dan MPASI dini sebagai prediktor terjadinya stunting pada baduta di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur

Author(s):  
Asweros Umbu Zogara ◽  
Hamam Hadi ◽  
Tony Arjuna

<p>ABSTRACT</p><p>Background: Stunting is a chronic nutrition problem that reflects failure in growth accumulated before and after birth. Many factors affect the incidence of stunting, among others are exclusive breastfeeding and early introduction of complementary food. The result of a survey carried out by FAO, WFP, and UNICEF in 2010 showed the prevalence of stunting in children under five years old at Timor Tengah Selatan District was 61%.</p><p>Objectives: To find out whether history of exclusive breastfeeding and early introduction of complementary food were predictors of stunting in children under two years old at Timor Tengah Selatan District.</p><p>Methods: This was observational study by cross sectional design used quantitative and qualitative methods. Qualitative data obtained from focus group discussion. Subject of the study consisted of 408 children 6 to 24 months from 14 villages at Amanuban Barat and Kie Subdistrict selected through simple random sampling technique. Retrieval of data used a structured questionnaire. Stunting in children under two years old measured by indicators of body length by age. Data were analysed by chi square and logistic regression tests with 95% confident interval.</p><p>Results: The proportion of stunting in children under two years old at Amanuban Barat and Kie Subdistrict was 49%. The proportion of exclusive breastfeeding was 61%, and early introduction of complementary food was 36,8%. Exclusive breastfeeding and early introduction of complementary food were not factors affecting the incidence of stunting in children under two years old. Factors more strongly affecting the incidence of stunting in children under two years old were energy intake and characteristics of parents that comprised education and occupation.</p><p>Conclusions: Exclusive breastfeeding and early introduction of complementary food were not predictors of stunting in children under two years old at Amanuban Barat and Kie Subdistrict.</p><p>KEYWORDS: stunting, exlusive breastfeeding, early introduction of complementary food, children under two years old</p><p>ABSTRAK</p><p>Latar belakang: Stunting merupakan masalah gizi kronis yang dapat memberikan gambaran kegagalan pertumbuhan yang terakumulasi sejak sebelum dan sesudah kelahiran. Faktor-faktor yang turut mempengaruhi kejadian stunting diantaranya pemberian ASI eksklusif dan pengenalan MPASI dini. Hasil survei yang dilakukan FAO, WFP, dan UNICEF tahun 2010 menunjukkan prevalensi stunting pada balita di Kabupaten Timor Tengah Selatan mencapai 61%.</p><p>Tujuan: Untuk mengetahui apakah riwayat pemberian ASI eksklusif dan MPASI dini merupakan prediktor terjadinya stunting pada anak di bawah dua tahun (baduta) di Kabupaten Timor Tengah Selatan.</p><p>Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional yang menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif yang diperoleh melalui focus group discussion. Sampel penelitian sebanyak 408 anak berusia 6-24 bulan yang berasal dari 14 desa di Kecamatan Amanuban Barat dan Kie yang dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner terstruktur. Stunting pada baduta diukur menggunakan indikator panjang badan menurut umur (WHO 2005). Analisis data menggunakan uji chi square dan regresi logistik dengan 95% confident interval.</p><p>Hasil: Proporsi baduta yang mengalami stunting sebesar 49%. Proporsi pemberian ASI eksklusif pada baduta sebesar 61% dan proporsi pemberian MPASI dini sebesar 36,8%. Pemberian ASI eksklusif dan MPASI dini bukan merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting pada baduta. Faktor-faktor yang lebih kuat pengaruhnya terhadap terjadinya stunting pada baduta adalah asupan energi dan karakteristik orang tua yang meliputi pendidikan dan pekerjaan orang tua.</p><p>Kesimpulan: Pemberian ASI eksklusif dan MPASI dini bukan merupakan prediktor terjadinya stunting pada baduta di Kecamatan Amanuban Barat dan Kie.</p><p>KATA KUNCI: stunting, ASI eksklusif, MPASI dini, baduta</p>

2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 13
Author(s):  
Armina Analinta

Background: Diarrhea is an endemic disease in Indonesia and often cause death. In 2015 there were eighteen times the outbreak of diarrhea spread in eleven provinces, eighteen districts / cities, with the number one patient. 213 people and 30 deaths (CFR 2.47%). According to Surabaya City Health Office, there were 65.447 cases of diarrhea in 2015, in other words there were 23 cases of diarrhea in 1000 population. Objectives: This study aimed to analyze the relationship between exclusive breastfeeding and diarrhea  in RW XIII and RW XIV Kelurahan Ampel, Subdistrict Semampir, City of Surabaya in  2017. Methods: This was observational analytics study with cross sectional design. The population in this research were all the children under five in the area in RW XIII and RW XIV in Kelurahan Ampel. Sampling technique used was  simple random sampling involving 39 respondents. Primary data were collected by interview with questionnaire, Focus Group Discussion (FGD). Data were analyzed statistically using Fisher’s Exact Test. Results: The result of this this study, there was relationship between exclusive breastfeeding and diarrhea (p=0.000). Conclusion: There was a significant relationship between exclusive breastfeeding and diarrhea.ABSTRAKLatar Belakang: Diare adalah penyakit endemis di Indonesia dan sering menyebabkan kematian. Pada tahun 2015 terjadi delapan belas kali kejadian luar biasa diare yang  tersebar di sebelas provinsi, delapan belas kabupaten/kota, dengan jumlah penderita satu. 213 orang dan kematian 30 orang (CFR 2,47%). Menurut Dinas Kesehatan Kota Surabaya, pada tahun 2015 terdapat 65.447 kasus diare, dengan kata lain terdapat 23 kasus diare pada 1000 penduduk. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan asi eksklusif dengan diare pada balita di RW XIII dan RW XIV Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir,  Kota Surabaya  2017.Metode: Jenis penelitian adalah analitik observasional dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh balita yang berada di wilayah di RW XIII dan RW XIV di Kelurahan Ampel. Teknik pengambilan data menggunakan simple random sampling didapatkan 39 responden. Data Primer dikumpulkan dengan wawancara dengan kuesioner, Focus Group Discussion (FGD). Analisis data menggunakan uji statistik Fisher’s Exact.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan pemberian ASI eksklusif  memiliki hubungan dengan kejadian diare (p=0,000).Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare.


2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 94
Author(s):  
Nisa Agestazhar Rhapsodia ◽  
Sri Andari ◽  
Sri Sumarmi

Background: Exclusive breastfeeding program is important because breastfeeding is an important stage for baby's growth. However, exclusive breastfeeding coverage is still low. The role of posyandu cadres is important to increase the coverage of exclusive breastfeeding by giving education to posyandu participants about exclusive breastfeeding.Objective: To study the relationship between cadre activeness and mother’s participation with the coverage of exclusive breastfeeding at the posyandu located in the work area of Waru Public Health Center, Sidoarjo.Methods: Analytic research with cross sectional design was carried out in July-September 2018. The sample size of 51 posyandu was randomly selected using the stratified random sampling method. The research variables were exclusive breastfeeding coverage, the implementation of posyandu activities, the level of activity of cadres and the participation of mother of children under five were obtained from secondary data posyandu. The location was in the Waru region. To strengthen the results, FGD (Focus Group Discussion) was conducted with mothers of children under five in 5 randomly selected posyandu. Analysis used the Spearmen test.Results:Out of 51 posyandu there was no exclusive breastfeeding coverage that meets the target of 80%. The target D / S coverage was 87%, 44 posyandu (86.27%) did not meet the target while 7 posyandu (13.73%) had met the target. All cadres belong to the category of active cadres. Posyandu activities that run routinely were 83.31% while 15.69% were not routine. No relationship was found between mother’s participation in infants (p = 0.077) and cadre activeness (p = 0.691) with exclusive breastfeeding coverage at posyandu activities. There was a relationship between Posyandu activities and exclusive breastfeeding coverage (p = 0.004). From the FGD, the results that affect the coverage of exclusive breastfeeding were knowledge, formula feeding and working mothers.Conclusion: Mother’s participation and activeness of posyandu cadres are not related to exclusive breastfeeding coverage, but posyandu activities are connected with exclusive breastfeeding coverage. From the FGD results, it is found that the factors that influenced the exclusive breastfeeding coverage are knowledge, formula feeding and working mothers. It needs to increase the implementation of posyandu activities and socialization for posyandu participants.ABSTRAKLatar Belakang: Program ASI eksklusif penting dikarenakan pemberian ASI merupakan tahap penting bagi tumbuh kembang bayi, akan tetapi cakupan ASI eksklusif masih rendah. Peran kader posyandu penting untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif dengan memberikan edukasi kepada peserta posyandu mengenai ASI eksklusif.Tujuan: Mempelajari hubungan antara keaktifan kader dan partisipasi ibu dengan cakupan ASI eksklusif pada posyandu yang berada pada wilayah kerja puskesmas Waru Sidoarjo.Metode: Jenis penelitian analitik dengan desain cross sectional dilaksanakan pada bulan Juli-September 2018. Besar sampel 51 posyandu dipilih secara acak dengan metode stratified random sampling. Variabel penelitian adalah cakupan ASI eksklusif, pelaksanaan kegiatan posyandu, tingkat keaktifan kader dan partisipasi ibu balita diperoleh dari data sekunder posyandu yang berada di wilayah Waru. Untuk memperkuat hasil dilakukan FGD (Focus Group Discussion) dengan ibu balita di 5 posyandu yang dipilih secara acak. Analisis menggunakan Spearmen test.Hasil: Dari 51 posyandu tidak ada cakupan ASI eksklusif yang memenuhi target sebesar 80%. Target cakupan D/S adalah 87%, sebesar 44 posyandu (86,27%) tidak memenuhi target sedangkan 7 posyandu (13,73%) telah memenuhi target.  Semua kader termasuk kategori kader aktif. Kegiatan posyandu yang berjalan secara rutin sebesar 83,31% sedangkan sebesar 15,69% tidak rutin. Tidak ditemukan hubungan antara partisipasi ibu balita (p=0,077) dan keaktifan kader (p=0,691) dengan cakupan ASI eksklusif pada kegiatan posyandu. Ada hubungan kegiatan posyandu dengan cakupan ASI eksklusif (p= 0,004). Dari FGD didapatkan hasil yang mempengaruhi cakupan ASI eksklusif adalah pengetahuan, pemberian susu formula dan ibu yang bekerja.Kesimpulan: Partisipasi ibu dan keaktifan kader posyandu tidak berhubungan dengan cakupan ASI eksklusif, namun kegiatan posyandu berhubungan dengan cakupan ASI eksklusif. Hasil FGD didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi cakupan ASI eksklusif adalah pengetahuan, pemberian susu formula dan ibu yang bekerja. Perlu ditingkatkan pelaksanaan kegiatan posyandu dan sosialisasi pada peserta posyandu.


Sari Pediatri ◽  
2016 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 117
Author(s):  
Yenny Purnama ◽  
Eddy Fadlyana ◽  
Nanan Sekarwana

Latar belakang. Peran serta dan penerimaan ibu mengenai imunisasi ulangan difteria-tetanus diperlukan untuk menunjang upaya pencegahan penyakit tersebut.Tujuan. Mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap sikap ibu murid SD kelas I mengenai imunisasi ulangan difteria-tetanus.Metode. Subjek penelitian adalah ibu murid SD kelas I di Kotamadya Bandung, menggunakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Rancangan penelitian kuantitatif berupa survei cross-sectional dimulai bulan November sampai Desember 2007. Sampel diambil secara cluster random sampling. Analisis statistik dilakukan untuk melihat pengaruh pengetahuan ibu murid SD kelas 1 terhadap sikap imunisasi ulangan difteria-tetanus dengan menggunakan analisis jalur. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki oleh ibu mengenai penyebab, gejala, pengobatan, penularan, dan pencegahan tentang penyakit difteria-tetanus. Sikap adalah respons ibu terhadap penyakit difteria-tetanus mengenai penyebab, gejala, pengobatan, penularan, dan pencegahannya. Rancangan penelitian kualitatif berupa focus group discussion dengan analisis deskriptif, untuk menilai pengetahuan dan sikap ibu mengenai imunisasi ulangan difteria-tetanus yang tidak tergali dengan penelitian kuantitatif. Sampel diambil sebanyak 5-10 orang dari ibu yang telah ikut dalam penelitian kuantitatif.Hasil. Didapatkan 226 ibu dengan rata-rata usia 35 tahun. Hasil analisis jalur, didapatkan pengetahuan secara signifikan dipengaruhi oleh pendidikan ibu dan jumlah anak. Sikap signifikan dipengaruhi oleh pendidikan ibu dan pengetahuan (95%CI: -t<+1,96>t). Hasil analisis jalur didapatkan pengaruh total pendidikan ibu dan pengetahuan terhadap sikap adalah cukup. Pengaruh total pendidikan ibu dan jumlah anak terhadap pengetahuan adalah kurang. Analisis focus group discussion tergambarkan bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan tinggi lebih bersikap mandiri terhadap pelaksanaan imunisasi ulangan difteria-tetanus.Kesimpulan. Pengetahuan ibu berpengaruh positif terhadap sikap ibu mengenai imunisasi ulangan difteria-tetanus


2013 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 62
Author(s):  
Eka Putri Rahmadhani ◽  
Gustina Lubis ◽  
Edison Edison

AbstrakPemberian ASI eksklusif merupakan salah satu upaya untuk mencapai tumbuh kembang optimal dan terlindungi dari penyakit seperti diare. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian ASI eksklusif dengan angka kejadian diare akut pada bayi usia 0-1 tahun di Puskesmas Kuranji Kota Padang. Penelitian ini dilaksanakan secara observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah bayi usia 0-1 tahun yang berkunjung ke posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kuranji Kota Padang dengan menggunakan simple random sampling. Jumlah bayi dengan kelompok usia 0-5 bulan 29 hari sebanyak 69 orang (51,1%) dan usia 6-12 bulan sebanyak 66 orang (48,9%). Dari hasil penelitian didapatkan bayi usia 0-5 bulan 29 hari yang masih mendapat ASI saja sebanyak 41 bayi (30,4%) dan yang sudah mendapat campuran lain selain ASI sebanyak 28 bayi (20,7%). Jumlah bayi usia 6-12 bulan dengan ASI eksklusif sebanyak 34 bayi (25,2%) dan 32 bayi lainnya (23,7%) non ASI eksklusif. Sebanyak 57 bayi (42,2%) pernah diare dan 78 bayi lainnya (57,8%) tidak pernah. Analisis chi square mendapatkan p=0,001 dan hasil ini signifikan (p<0,5). Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan harus ditingkatkan karena mempunyai hubungan dengan angka kejadian diare akut.Kata kunci: Bayi, ASI Exclusif, diareAbstractExclusive breastfeeding is an effort to achieve optimal growth and development and can be protected from diarrhea. The purpose of this study was to determine the relationship of exclusive breastfeeding with the incidence of acute diarrhea in infants aged 0-1 years in the Kuranji Public Health Center Padang. This study conducted a cross sectional observational study. The sample was a baby aged 0-1 years who visited posyandu in the Kuranji Public Health Center working area using simple random sampling. The result showed 41 infants (30.4%) aged 0-5 months 29 days which is still breastfed only and other than breast milk were 28 infants (20.7%). Number of 6-12 months infants are exclusively breastfed as many as 34 babies (25.2%) while the other 32 babies (23.7%) were not exclusively breastfed. A total of 57 infants (42.2%) had suffered from diarrhea and the other 78 infants (57.8%) had never. Chi square analysis got p = 0.001 and the results are significant (p <0.5). Exclusive breastfeeding for 6 months should be improved because it has relation with diarrhea.Keywords:Baby, Exclusive breastfeeding, diarrhea


Author(s):  
Jane Gakii Marete; Dr. Dorcas Githaiga; Dr. James Kay

The study sought to examine the role of problematic internet usage in the risk of addiction to online gambling among undergraduate students in universities in Kenya. The study utilized Behaviourist Theory and Social Learning Theory. Ex-post facto research design was used for this study. The target population for the study was 97284 comprising all the undergraduate students in four universities and the accessible population was 2nd and 3rd year students comprising of 18911. The sample size comprised of 391 undergraduate students, 16 peer counsellors and four (4) student counsellors making a total of 411 participants. Data was collected by use of a questionnaire, an in-depth interview schedule and focus group discussion. Each focus group discussion comprised of four participants. Purposive sampling was used to select the universities of study. Purposive and simple random sampling was used to select the respondents. One university with similar characteristics with the sampled universities was purposively selected for piloting to ensure reliability of the research instruments. Descriptive statistics of frequencies, percentages and means were used to analyse data.  Chi square was used to test the null hypotheses while t-test was used to compare the study variables. Quantitative data was analysed using Statistical Package for Social Sciences (SPSS) Version 23. Qualitative data was coded and thematically analysed. The pre-test was administered to and the instruments were modified accordingly. According to the study findings, problematic internet usage was significant to online gambling the reliability coefficient of problematic internet usage was 0.829, online gambling was 0.875.


2021 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 262-269
Author(s):  
Putri Aisyah Mirza ◽  
Delmi Sulastri ◽  
Dessy Arisany

Latar Belakang: Stunting adalah salah satu masalah gizi yang sering dijumpai pada anak. Stunting dapat menimbulkan gangguan pada pertumbuhan fisik serta perkembangan mental dan kecerdasan. Objektif: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara panjang badan lahir dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada anak usia 7-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional pada anak usia 7-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Seberang Padang yang dipilih melalui simple random sampling. Data yang digunakan adalah data hasil wawancara kuesioner dan hasil pengukuran panjang badan anak menggunakan infantometer. Analisis data dilakukan dengan uji chi square. Hasil: Penelitian ini menemukan total 78 anak dengan prevalensi stunting sebanyak 22 (28,2%), anak yang memiliki panjang badan lahir kurang sebanyak 28 (35,9%), dan anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif sebanyak 45 (57,7%). Analisis uji statistik menunjukkan hubungan yang tidak signifikan antara panjang badan lahir dengan stunting (p-value = 0,464; 95% CI: 0,19-1,70), dan hubungan yang tidak signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting (p-value = 0,681; 95% CI: 0,51-3,89). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara panjang badan lahir dan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting.     Kata kunci:  stunting, panjang badan lahir, ASI eksklusif   Background: Stunting is one of nutritional problems that commonly found in children. Stunting could affect to physical growth and also mental and intelligence development. Objective: To determine the association of birth length and exclusive breastfeeding with stunting in children aged 7-24 months in the working area of Seberang Padang Public Health Center. Methods: This is an observasional study used a cross sectional approach on children aged 7-24 months in the working area of Seberang Padang Public Health Center who were selected by simple random sampling. Data was collected from administered questionnaire and measurement of height using infantometer. Data was analyzed by chi square test. Results: We found total 78 children with prevalence for stunting was 22 (28,2%), children had short birth length was 28 (35,9%), children had not gotten exclusive breastfeeding was 45 (57.7%). Statistical analysis showed no significant relationship between birth length and stunting (p-value = 0,464; 95% CI: 0,19-1,70), and no significant relationship between exclusive breastfeeding and stunting (p-value = 0,681; 95% CI: 0,51-3,89). Conclusion: There was no significant relationship between birth length and given exclusive breastfeeding with stunting. Keyword: stunting, birth length, exclusive breastfeeding


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 42-47
Author(s):  
Muthmainnah Zakiyyah ◽  
Mega Silvian Natalia ◽  
Tutik Ekasari

Emo Demo or Emotional Demonstration is an active activity based on behavior change in the target community groups (pregnant women and nursing mothers) developed by the Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN). ASI complementary food (MPASI) is a food transition from breast milk to family foods that contain nutrients, given to children aged 6-24 months to meet their nutritional needs other than breast milk. In 2018 the proportion of food consumption varies among children aged 6-23 months in East Java Province by 46.6%. This is still below the government's target of 52%. Based on a preliminary survey conducted on December 24, 2018 to 10 BADUTA, 5 of whom received menus in the form of rice only, 3 BADUTA were given rice and vegetables, and 2 others in the form of rice, vegetables and side dishes. Therefore, the purpose of this study was to determine the effect of the emo demo on giving the MPASI menu to BADUTA. This research method used analytic with cross sectional design. The sampling technique was simple random sampling, which is 46 mothers who had BADUTA. The statistical test used Chi Square. The statistical test resulted obtained p value = 0.003 so that it can be interpreted that there was the Effect of Emo Demo on giving the MPASI menu to BADUTA.  Keywords: Emo Demo, Menu, ASI Complementary Food. ABSTRAK   Emo Demo atau Emotional Demonstration adalah kegiatan aktif berbasis pada perubahan perilaku pada kelompok masyarakat target (ibu hamil dan ibu menyusui) yang dikembangkan oleh Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN). Makanan pendamping ASI (MPASI) merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga yang mengandung zat gizi, diberikan pada anak berumur 6–24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya selain dari ASI. Pada tahun 2018 proporsi konsumsi makanan beragam pada anak usia 6-23 bulan di Propinsi Jawa Timur sebesar 46,6%. Hal ini masih di bawah target pemerintah yaitu 52%. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 24 Desember 2018 kepada 10 BADUTA, 5 diantaranya mendapat menu berupa nasi saja, 3 BADUTA diberikan nasi dan sayuran, dan 2 lainnya berupa nasi, sayuran dan lauk. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh emo demo terhadap pemberian menu MPASI pada BADUTA. Metode penelitian ini menggunakan analitik dengan rancang bangun cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan simple random sampling, yakni 46 orang ibu yang mempunyai BADUTA. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,003 sehingga dapat diartikan bahwa ada Pengaruh Emo Demo terhadap pemberian menu MPASI pada BADUTA.   Kata Kunci : Emo Demo, Menu, Makanan Pendamping ASI.


2016 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Dina Athanmika

<p>Merokok adalah perilaku penggunaan .Wabah tembakau atau rokok telah meracuni dan membunuh 4 juta penduduk dunia setiap tahunnya.  Berdasarkan laporan WHO tahun 2008 ditemukan 24,1% remaja pria Indonesia adalah perokok. Konsumsi rokok di Indonesia meningkat lebih cepat dibandingkan negara-negara lain. Pada kelompok umur 10-14 tahun, jumlah perokok meningkat dari 0.3% menjadi 1.4% dalam kurun waktu 18 tahun (1995-2013), dan pada kelompok umur 15-19 tahun terjadi peningkatan dari 7,1% ke 18,3%.  Hasil Riskesdas 2013, menunjukkan bahwa terdapat 30,3% perokok aktif di Sumatera Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok didalam rumah Kelurahan Tarok Kecamatan Payakumbuh Utara Tahun 2014.Penelitian menggunakan desain <em>cross sectional</em>. Populasi dalam penelitian ini adalah kepala keluarga  perokok yang berada di Kelurahan Tarok Kecamatan Payakumbuh   Utara   dengan   jumlah   sampel   162   responden   dan   dipilih menggunakan teknik Simple Random Sampling. Pengolahan data menggunakan analisis univariat dan bivariat (Uji Chi-Square).Hasil analisis univariat didapatkan sebagian besar (89,5 %)  responden mempunyai perilaku merokok, 62,3% responden memiliki sikap negatif, terdapat 51,2% responden memiliki <em>perceive behavioral </em>yang tinggi, dan 56,8 % responden memiliki peran ibu rumah tangga yang tidak optimal. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peran ibu rumah tangga (p = 0,032 ; OR = 3,6), tidak ada hubungan sikap (p = 0,958 ; OR =1,18) dan <em>perceive behavioral </em>(p = 0,152 ; OR = 2,5) dengan perilaku merokok didalam rumah.penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan peran ibu rumah tangga terhadap perilaku merokok. menjalin kerjasama dengan tokoh masyarakat   dalam memberikan informasi dan pengetahuan kepada warga berupa penyuluhan kesehatan tentang merokok agar dapat menghentikan kebisaan merokok didalam rumah.</p>


2018 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
Author(s):  
Erike Yunicha Viridula

ABSTRAKGangguan pertumbuhan bayi pada usia dini menyebabkan bayi diberikan MP-ASI terlalu dini dan ibunya tidak memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pada awal kehidupan bayi. Dari hasil studi pendahuluan pada bayi berusia 6-11 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif hampir sepenuhnya meragukan perkembangan. Jika ini terus berlanjut, bayi tidak dapat berkembang dengan baik di usia berikutnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan perkembangan pada bayi usia 6-11 bulan yang mendapat ASI eksklusif dan ASI non eksklusif di Puskesmas kecamatan kecamatan Durenan Trenggalek tahun 2017.Desain penelitian ini adalah studi inferensial dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah ibu dengan bayi 6-11 bulan pada bulan Oktober di Puskesmas kecamatan kecamatan Durenan Trenggalek pada tahun 2017 berjumlah 40 responden yang diambil menggunakan metode probability sampling dari jenis sistem simple random sampling. Data dianalisis dengan analisis univariat bahwa distribusi frekuensi variabel independen dan dependen dan analisis bivariat menggunakan Mann-Whitney U.Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 responden 95% yang mendapatkan ASI eksklusif memiliki perkembangan yang sesuai, 5% memiliki perkembangan yang meragukan, 0% mengalami gangguan perkembangan. Sementara 20 responden diberi 40% menyusui non eksklusif memiliki perkembangan yang sesuai, 60% memiliki perkembangan yang meragukan, dan 0% mengalami gangguan perkembangan. Hasil analisis statistik menunjukkan ada perbedaan perkembangan pada bayi usia 6-11 bulan yang mendapat ASI eksklusif dan ASI non eksklusif di Puskesmas kecamatan Durenan Trenggalek tahun 2017.Jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan perkembangan pada bayi usia 6-11 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif dan ASI non eksklusif di Puskesmas kecamatan Durenan Trenggalek tahun 2017. Sehingga diharapkan bayi mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan pertama dan dilanjutkan hingga 2 tahun dengan makanan pendamping (MP-ASI).Kata kunci : ASI eksklusif, ASI tidak eksklusif, pengembangan ABSTRACTDisorder of Infant growth in early life caused baby are given Complementary feeding (MP-ASI) too early and the mother didn’t give exclusive breastfeeding for 6 months in early life of baby. From the results of preliminary studies in infants aged 6-11 months who get non exclusive breastfeeding had almost entirely dubious developments. If this continues, the baby can’t develop properly in the next age. The purpose of this study to determine development differences in infants aged 6-11 months who get exclusive breastfeeding  and non- exclusive breasfeeding in community health center sub district Durenan Trenggalek district in 2017. The design of this study is inferential study with cross sectional approach.  Samples which taken in this study were mothers with infants 6-11 months in October in community health center sub district Durenan Trenggalek district in 2017 amounted to 40 respondents drawn using probability sampling method of the type system simple random sampling.  Data were analyzed by univariate analysis that the frequency distribution of independent and dependent variables and bivariate analysis using Mann-Whitney U. The results showed that of the 20 respondents 95% who get exclusive breastfeding had appropriate development, 5% had dubious developments, 0% had disorder development. While 20 respondents were given 40% non exclusive breastfeeding had appropriate development, 60% have dubious development, and 0% had disorder development. Statistical analysis showed there are differences development in infants aged 6-11 months who get exclusive breastfeeding and non-exclusive breasfeeding in community health center sub district Durenan Trenggalek in 2017. So can be concluded that there are differences development in infants aged 6-11 months who get exclusive breastfeeding and non-exclusive breasfeeding in community health center sub district Durenan Trenggalek in 2017.So expected the babies got exclusive breastfeeding for the first 6 months and continued to 2 years with complementary foods (MP-ASI).Key Words : exclusive breastfeding, non exclusive breastfeding, development


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 235
Author(s):  
Dian Sari

<p><em>Pulmonary Tuberculosis is one of the infectious diseases that become the main problem of Indonesian society. Based on a survey conducted at Andalas Public Health Centre obtained PMO (supervisor taking medicine) TB Lungless provide support to the patient of Pulmonary TB.. This study aims to determine the relationship of knowledge and attitude with the support of family as the PMO of Pulmonary TB patients. The study was conducted at the Andalas Public Health Centre Padang in 2017. The type of descriptive analytic research using a cross-sectional approach with a sample of 59 people taken from a population of 145 people PMO using simple random sampling systematic techniques. The results showed that 27.1% of PMO was not good at providing support, 32.2% knowledge was low, and 37.3% had a negative attitude. Chi-square test concluded that there is a significant correlation between knowledge (p = 0,036), and attitude (p = 0,000), with family support as PMO in Public health centre working area Andalas Padang of the year 2017. The result of this research can be used as a reference in improving TB program Lung so it can reduce the incidence of Pulmonary TB in Public health centre working area Andalas Padang.</em><em></em></p><p> </p><p><em>Tuberkulosis Paru merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah utama masyarakat Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan di Puskesmas Andalas Kota Padang didapatkan sebahagian PMO (pengawas minum obat) TB Paru kurang memberikan dukungan kepada penderita TB Paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan dukungan keluarga sebagai PMO penderita TB Paru.Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2017. Jenis penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectionaldengan sampel sebanyak 59 orang yang diambil dari populasi 145 orang PMO menggunakan teknik sistematik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan 27,1% PMO kurang baik dalam memberikan dukungan, 32,2% pengetahuan rendah, dan 37,3% mempunyai sikap negatif. Uji chi-square disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan (p= 0,036), dan sikap (p=0,000), dengan dukungan keluarga sebagai PMO di Wilayah kerja Puskesmas Andalas Padang Tahun 2017. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam meningkatkan program TB Paru sehingga dapat menurunkan angka kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang</em></p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document