scholarly journals Pengaruh Pengetahuan Terhadap Sikap Ibu Mengenai Imunisasi Ulangan Difteria-Tetanus

Sari Pediatri ◽  
2016 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 117
Author(s):  
Yenny Purnama ◽  
Eddy Fadlyana ◽  
Nanan Sekarwana

Latar belakang. Peran serta dan penerimaan ibu mengenai imunisasi ulangan difteria-tetanus diperlukan untuk menunjang upaya pencegahan penyakit tersebut.Tujuan. Mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap sikap ibu murid SD kelas I mengenai imunisasi ulangan difteria-tetanus.Metode. Subjek penelitian adalah ibu murid SD kelas I di Kotamadya Bandung, menggunakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Rancangan penelitian kuantitatif berupa survei cross-sectional dimulai bulan November sampai Desember 2007. Sampel diambil secara cluster random sampling. Analisis statistik dilakukan untuk melihat pengaruh pengetahuan ibu murid SD kelas 1 terhadap sikap imunisasi ulangan difteria-tetanus dengan menggunakan analisis jalur. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki oleh ibu mengenai penyebab, gejala, pengobatan, penularan, dan pencegahan tentang penyakit difteria-tetanus. Sikap adalah respons ibu terhadap penyakit difteria-tetanus mengenai penyebab, gejala, pengobatan, penularan, dan pencegahannya. Rancangan penelitian kualitatif berupa focus group discussion dengan analisis deskriptif, untuk menilai pengetahuan dan sikap ibu mengenai imunisasi ulangan difteria-tetanus yang tidak tergali dengan penelitian kuantitatif. Sampel diambil sebanyak 5-10 orang dari ibu yang telah ikut dalam penelitian kuantitatif.Hasil. Didapatkan 226 ibu dengan rata-rata usia 35 tahun. Hasil analisis jalur, didapatkan pengetahuan secara signifikan dipengaruhi oleh pendidikan ibu dan jumlah anak. Sikap signifikan dipengaruhi oleh pendidikan ibu dan pengetahuan (95%CI: -t<+1,96>t). Hasil analisis jalur didapatkan pengaruh total pendidikan ibu dan pengetahuan terhadap sikap adalah cukup. Pengaruh total pendidikan ibu dan jumlah anak terhadap pengetahuan adalah kurang. Analisis focus group discussion tergambarkan bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan tinggi lebih bersikap mandiri terhadap pelaksanaan imunisasi ulangan difteria-tetanus.Kesimpulan. Pengetahuan ibu berpengaruh positif terhadap sikap ibu mengenai imunisasi ulangan difteria-tetanus

2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 13
Author(s):  
Armina Analinta

Background: Diarrhea is an endemic disease in Indonesia and often cause death. In 2015 there were eighteen times the outbreak of diarrhea spread in eleven provinces, eighteen districts / cities, with the number one patient. 213 people and 30 deaths (CFR 2.47%). According to Surabaya City Health Office, there were 65.447 cases of diarrhea in 2015, in other words there were 23 cases of diarrhea in 1000 population. Objectives: This study aimed to analyze the relationship between exclusive breastfeeding and diarrhea  in RW XIII and RW XIV Kelurahan Ampel, Subdistrict Semampir, City of Surabaya in  2017. Methods: This was observational analytics study with cross sectional design. The population in this research were all the children under five in the area in RW XIII and RW XIV in Kelurahan Ampel. Sampling technique used was  simple random sampling involving 39 respondents. Primary data were collected by interview with questionnaire, Focus Group Discussion (FGD). Data were analyzed statistically using Fisher’s Exact Test. Results: The result of this this study, there was relationship between exclusive breastfeeding and diarrhea (p=0.000). Conclusion: There was a significant relationship between exclusive breastfeeding and diarrhea.ABSTRAKLatar Belakang: Diare adalah penyakit endemis di Indonesia dan sering menyebabkan kematian. Pada tahun 2015 terjadi delapan belas kali kejadian luar biasa diare yang  tersebar di sebelas provinsi, delapan belas kabupaten/kota, dengan jumlah penderita satu. 213 orang dan kematian 30 orang (CFR 2,47%). Menurut Dinas Kesehatan Kota Surabaya, pada tahun 2015 terdapat 65.447 kasus diare, dengan kata lain terdapat 23 kasus diare pada 1000 penduduk. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan asi eksklusif dengan diare pada balita di RW XIII dan RW XIV Kelurahan Ampel, Kecamatan Semampir,  Kota Surabaya  2017.Metode: Jenis penelitian adalah analitik observasional dengan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh balita yang berada di wilayah di RW XIII dan RW XIV di Kelurahan Ampel. Teknik pengambilan data menggunakan simple random sampling didapatkan 39 responden. Data Primer dikumpulkan dengan wawancara dengan kuesioner, Focus Group Discussion (FGD). Analisis data menggunakan uji statistik Fisher’s Exact.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan pemberian ASI eksklusif  memiliki hubungan dengan kejadian diare (p=0,000).Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare.


Author(s):  
Asweros Umbu Zogara ◽  
Hamam Hadi ◽  
Tony Arjuna

<p>ABSTRACT</p><p>Background: Stunting is a chronic nutrition problem that reflects failure in growth accumulated before and after birth. Many factors affect the incidence of stunting, among others are exclusive breastfeeding and early introduction of complementary food. The result of a survey carried out by FAO, WFP, and UNICEF in 2010 showed the prevalence of stunting in children under five years old at Timor Tengah Selatan District was 61%.</p><p>Objectives: To find out whether history of exclusive breastfeeding and early introduction of complementary food were predictors of stunting in children under two years old at Timor Tengah Selatan District.</p><p>Methods: This was observational study by cross sectional design used quantitative and qualitative methods. Qualitative data obtained from focus group discussion. Subject of the study consisted of 408 children 6 to 24 months from 14 villages at Amanuban Barat and Kie Subdistrict selected through simple random sampling technique. Retrieval of data used a structured questionnaire. Stunting in children under two years old measured by indicators of body length by age. Data were analysed by chi square and logistic regression tests with 95% confident interval.</p><p>Results: The proportion of stunting in children under two years old at Amanuban Barat and Kie Subdistrict was 49%. The proportion of exclusive breastfeeding was 61%, and early introduction of complementary food was 36,8%. Exclusive breastfeeding and early introduction of complementary food were not factors affecting the incidence of stunting in children under two years old. Factors more strongly affecting the incidence of stunting in children under two years old were energy intake and characteristics of parents that comprised education and occupation.</p><p>Conclusions: Exclusive breastfeeding and early introduction of complementary food were not predictors of stunting in children under two years old at Amanuban Barat and Kie Subdistrict.</p><p>KEYWORDS: stunting, exlusive breastfeeding, early introduction of complementary food, children under two years old</p><p>ABSTRAK</p><p>Latar belakang: Stunting merupakan masalah gizi kronis yang dapat memberikan gambaran kegagalan pertumbuhan yang terakumulasi sejak sebelum dan sesudah kelahiran. Faktor-faktor yang turut mempengaruhi kejadian stunting diantaranya pemberian ASI eksklusif dan pengenalan MPASI dini. Hasil survei yang dilakukan FAO, WFP, dan UNICEF tahun 2010 menunjukkan prevalensi stunting pada balita di Kabupaten Timor Tengah Selatan mencapai 61%.</p><p>Tujuan: Untuk mengetahui apakah riwayat pemberian ASI eksklusif dan MPASI dini merupakan prediktor terjadinya stunting pada anak di bawah dua tahun (baduta) di Kabupaten Timor Tengah Selatan.</p><p>Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional yang menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif yang diperoleh melalui focus group discussion. Sampel penelitian sebanyak 408 anak berusia 6-24 bulan yang berasal dari 14 desa di Kecamatan Amanuban Barat dan Kie yang dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Pengambilan data menggunakan kuesioner terstruktur. Stunting pada baduta diukur menggunakan indikator panjang badan menurut umur (WHO 2005). Analisis data menggunakan uji chi square dan regresi logistik dengan 95% confident interval.</p><p>Hasil: Proporsi baduta yang mengalami stunting sebesar 49%. Proporsi pemberian ASI eksklusif pada baduta sebesar 61% dan proporsi pemberian MPASI dini sebesar 36,8%. Pemberian ASI eksklusif dan MPASI dini bukan merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya stunting pada baduta. Faktor-faktor yang lebih kuat pengaruhnya terhadap terjadinya stunting pada baduta adalah asupan energi dan karakteristik orang tua yang meliputi pendidikan dan pekerjaan orang tua.</p><p>Kesimpulan: Pemberian ASI eksklusif dan MPASI dini bukan merupakan prediktor terjadinya stunting pada baduta di Kecamatan Amanuban Barat dan Kie.</p><p>KATA KUNCI: stunting, ASI eksklusif, MPASI dini, baduta</p>


2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 94
Author(s):  
Nisa Agestazhar Rhapsodia ◽  
Sri Andari ◽  
Sri Sumarmi

Background: Exclusive breastfeeding program is important because breastfeeding is an important stage for baby's growth. However, exclusive breastfeeding coverage is still low. The role of posyandu cadres is important to increase the coverage of exclusive breastfeeding by giving education to posyandu participants about exclusive breastfeeding.Objective: To study the relationship between cadre activeness and mother’s participation with the coverage of exclusive breastfeeding at the posyandu located in the work area of Waru Public Health Center, Sidoarjo.Methods: Analytic research with cross sectional design was carried out in July-September 2018. The sample size of 51 posyandu was randomly selected using the stratified random sampling method. The research variables were exclusive breastfeeding coverage, the implementation of posyandu activities, the level of activity of cadres and the participation of mother of children under five were obtained from secondary data posyandu. The location was in the Waru region. To strengthen the results, FGD (Focus Group Discussion) was conducted with mothers of children under five in 5 randomly selected posyandu. Analysis used the Spearmen test.Results:Out of 51 posyandu there was no exclusive breastfeeding coverage that meets the target of 80%. The target D / S coverage was 87%, 44 posyandu (86.27%) did not meet the target while 7 posyandu (13.73%) had met the target. All cadres belong to the category of active cadres. Posyandu activities that run routinely were 83.31% while 15.69% were not routine. No relationship was found between mother’s participation in infants (p = 0.077) and cadre activeness (p = 0.691) with exclusive breastfeeding coverage at posyandu activities. There was a relationship between Posyandu activities and exclusive breastfeeding coverage (p = 0.004). From the FGD, the results that affect the coverage of exclusive breastfeeding were knowledge, formula feeding and working mothers.Conclusion: Mother’s participation and activeness of posyandu cadres are not related to exclusive breastfeeding coverage, but posyandu activities are connected with exclusive breastfeeding coverage. From the FGD results, it is found that the factors that influenced the exclusive breastfeeding coverage are knowledge, formula feeding and working mothers. It needs to increase the implementation of posyandu activities and socialization for posyandu participants.ABSTRAKLatar Belakang: Program ASI eksklusif penting dikarenakan pemberian ASI merupakan tahap penting bagi tumbuh kembang bayi, akan tetapi cakupan ASI eksklusif masih rendah. Peran kader posyandu penting untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif dengan memberikan edukasi kepada peserta posyandu mengenai ASI eksklusif.Tujuan: Mempelajari hubungan antara keaktifan kader dan partisipasi ibu dengan cakupan ASI eksklusif pada posyandu yang berada pada wilayah kerja puskesmas Waru Sidoarjo.Metode: Jenis penelitian analitik dengan desain cross sectional dilaksanakan pada bulan Juli-September 2018. Besar sampel 51 posyandu dipilih secara acak dengan metode stratified random sampling. Variabel penelitian adalah cakupan ASI eksklusif, pelaksanaan kegiatan posyandu, tingkat keaktifan kader dan partisipasi ibu balita diperoleh dari data sekunder posyandu yang berada di wilayah Waru. Untuk memperkuat hasil dilakukan FGD (Focus Group Discussion) dengan ibu balita di 5 posyandu yang dipilih secara acak. Analisis menggunakan Spearmen test.Hasil: Dari 51 posyandu tidak ada cakupan ASI eksklusif yang memenuhi target sebesar 80%. Target cakupan D/S adalah 87%, sebesar 44 posyandu (86,27%) tidak memenuhi target sedangkan 7 posyandu (13,73%) telah memenuhi target.  Semua kader termasuk kategori kader aktif. Kegiatan posyandu yang berjalan secara rutin sebesar 83,31% sedangkan sebesar 15,69% tidak rutin. Tidak ditemukan hubungan antara partisipasi ibu balita (p=0,077) dan keaktifan kader (p=0,691) dengan cakupan ASI eksklusif pada kegiatan posyandu. Ada hubungan kegiatan posyandu dengan cakupan ASI eksklusif (p= 0,004). Dari FGD didapatkan hasil yang mempengaruhi cakupan ASI eksklusif adalah pengetahuan, pemberian susu formula dan ibu yang bekerja.Kesimpulan: Partisipasi ibu dan keaktifan kader posyandu tidak berhubungan dengan cakupan ASI eksklusif, namun kegiatan posyandu berhubungan dengan cakupan ASI eksklusif. Hasil FGD didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi cakupan ASI eksklusif adalah pengetahuan, pemberian susu formula dan ibu yang bekerja. Perlu ditingkatkan pelaksanaan kegiatan posyandu dan sosialisasi pada peserta posyandu.


Author(s):  
Shireen Bhatti ◽  
Muhammad Asif Shaikh

The goal of this study was to evaluate the competition anxiety and self-esteem among male volleyball players. Cross sectional study design, followed by qualitative investigation, was used in the current study. The participants in this study were 20 male volleyball players from the urban areas of the Province of Sindh Public Boys College. Both volleyball players at college and provincial level participated in the volleyball game. The player was between 16 and 20 years of age. Two questionnaires were used in the current study: (1) the Sports Performance Anxiety Test was used to consider performance anxiety and (2) the self-esteem of Rosenberg was used to describe self-esteem and (3) the focus group discussion. The results of the current study showed fluctuation in self-esteem level and anxiety level among players of different age groups regarding participation in volleyball competition. In Focus group discussion, regarding low self-esteem and higher competition anxiety, participants are of the view that low self-esteem and increase in anxiety undoubtedly have a greater negative effect on the team's psychology. Negative attitudes towards oneself, people's evaluation or opinion, fear of failure, risk of competitive climate, fear of adversary, low level of efforts, nervousness, negative feedback, rejection, criticism, nervousness, coach, team mates and high expectations of the audience are the factors that can contribute to low self-esteem and high anxiety. The study proposed some recommendations for future researchers.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 641-652
Author(s):  
Febie Karmani Putra ◽  
Robiana Modjo ◽  
Fatma Lestari

CoronaVirus Disease 19 (COVID-19) berdampak luas pada semua industri. Penerbangan menjadi industri yang paling berdampak. PT X sebagai Perusahaan Sertifikat Operator Udara tertua di Indonesia harus menjalankan usahanya di masa pandemi ini. Perusahaan ini berupaya menerapkan Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 untuk tetap bertahan. Kajian ini memberikan gambaran implementasi dan rekomendasi, strategi manajemen pencegahan dan pengendalian COVID-19 yang efektif. Desain penelitian adalah cross sectional study dengan menggunakan wawancara secara daring dan Focus Group Discussion (FGD). Penelitian dilakukan di Jakarta dengan menggunakan aplikasi online meeting pada bulan Februari 2021. Data akan dianalisis menggunakan metode Mix Ground Theory dan Analisis SWOT. Faktor Penghalang dan Tantangan seperti menjaga protokol kesehatan di daerah lokasi kerja, potensi risiko di daerah yang terbesar, sumber daya yang terbatas, terbatasnya operasionalnya penerbangan, kemudian Faktor Pendorong seperti adanya komitmen keselamatan dan kesehatan kerja serta keberlangsungan bisnis. Untuk Dampak yang dihasilkan, seperti rendahnya permintaan akan kebutuhan industri penerbangan, perubahan lingkungan kerja secara daring ­dan adanya tambahan biaya (additional cost) untuk tes COVID-19 didalam operasional penerbangan. Implementasi protokol kesehatan COVID-19 pada PT X secara umum sudah baik. PT X mengalami dampak yang cukup signifikan di operasional seperti pada umumnya perusahaan penerbangan lainnya.


2013 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 162-169
Author(s):  
Titis Rakhma Imtihani ◽  
Etika Ratna Noer

Latar Belakang : Salah satu penyebab peningkatan obesitas di kalangan remaja perkotaan adalah adanya peningkatan frekuensi konsumsi makanan cepat saji. Hal ini dikarenakan makanan cepat saji bersifat cepat, mudah, dan menarik untuk remaja serta faktor kenyamanan yang mendukung. Remaja yang mengkonsumsi makanan cepat saji akan mengkonsumsi energi, lemak, dan gula secara berlebihan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan pengetahuan, uang saku, dan peer group serta promosi dan motivasi dengan frekuensi konsumsi makanan cepat saji pada siswi di SMA Theresiana 1 Semarang. Metode : Studi cross sectional pada 95 siswi kelas X dan XI di SMA Theresiana 1  Semarang. Subjek diambil dengan metode consecutive sampling yang memenuhi kriteria inklusi. Data frekuensi konsumsi makanan cepat saji, pengetahuan, uang saku, dan peer group diperoleh dari pengisian kuisoner, sedangkan data motivasi dan promosi diperoleh dengan FGD (focus group discussion). Data kebiasaan makan sehari-hari diperoleh melalui FFQ (food frequency questionnaire). Uji normalitas menggunakan Kolmogorof-Smirnov. Data berdistribusi tidak normal pengujian menggunakan korelasi Rank spearman. Hasil : Frekuensi konsumsi makanan cepat saji subjek sebagian besar termasuk jarang (1-2x seminggu) yaitu 83,2%. Terdapat korelasi positif antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan uang saku (r = 0,279; p = 0,006). Tidak ditemukan korelasi antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan pengetahuan (r = 0,066; p = 0,527), dan frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan peer group (r = -0,005; p = 0,958). Informasi mengenai makanan cepat saji sebagian besar subjek dapatkan melalui iklan televisi. Sebagian besar subjek mengkonsumsi makanan cepat saji karena faktor praktis dan ingin mencoba rasanya. Kesimpulan : Terdapat hubungan bermakna antara frekuensi konsumsi makanan cepat saji dengan jumlah uang saku (p=0,006).


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Ipah Saripah ◽  
Nadia Aulia Nadhiroh ◽  
Pepi Nuroniah ◽  
Rina Nurhudi Ramdhani ◽  
Lucky Angkawidjaja Roring

Pendidikan seksual masih dianggap tabu oleh masyarakat, yang berdampak pada remaja memiliki pengetahuan tentang pendidikan seksual yang kurang. Akibatnya, remaja melakukan pencarian tentang “seks” dari sumber yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan pendidikan seksual remaja berdasarkan hasil survei persepsi pendidikan seksual remaja. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMA dan SMK di Bandung. Sampel penelitian diambil menggunakan sampel non-probabilitas dengan teknik random sampling, sehingga didapatkan 618 responden. Pengumpulan data didapatkan dari penyebaran instrumen persepsi pendidikan seksual pada remaja dan Focus Group Discussion (FGD) bersama guru-guru pada sekolah yang dijadikan responden. Analisis pengolahan data dilakukan dengan penentuan kelompok siswa dengan kategori dimulai dengan konversi skor mentah menjadi skor matang dan menggunakan batas ideal yang ditentukan serta berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD). Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa remaja SMA dan SMK di kota Bandung telah memiliki persepsi pendidikan seksual pada kategori sehat. Artinya, remaja memiliki persepsi yang positif terhadap pendidikan seksual. Sehingga remaja seyogyanya orang yang dianggap lebih dewasa mampu memberikan pendidikan seksual yang tepat guna memfasilitasi peningkatan dorongan atau hasrat seksual untuk disalurkan pada kegiatan yang lebih positif dalam pengembangan diri remaja.  Pendidikan seksual sehat harus berjalan beriringan dengan pertumbuhan, perkembangan remaja, nilai dan norama yang berlaku di masyarakat atau pendidikan sexsual secara konprehensif.


2019 ◽  
Author(s):  
Abdinasir Abdullahi Jama ◽  
Ayodele O Arowojolu ◽  
IkeOluwapo O Ajay

Abstract Background: Homebirth (home delivery) is a birth that takes place in a residence rather than in a hospital or a birth center. Aims: The aim of the study is to determine factors influencing obstetric home delivery and the outcomes among women of reproductive age in Dusmareb district, Somalia. Methods: The study was used a descriptive cross-sectional study in Dusamreb district of Somalia with both qualitative and quantitative techniques of data collections and random technique was used to select 228 women of reproductive age. Well-structured questionnaires were administered by the interviewer to participants who gave their consent and also two focus group discussion sessions were conducted with discussion guides. Data were analysed using the Statistical Package for Social Sciences version 20.0. Descriptive , and Inferential statistics were used to test association, with the level of significance set at 5%. Results: The findings of this study show that 41% have had at least one child delivery at home. The mean age of the respondents was 32.9 ± 8.1 years; 15(6.6%) had tertiary education and Women with 4 – 6 children were four times more likely to have a home delivery (OR = 3.65, p = 0.002), Women with employment were 59% less likely to have a home delivery (OR = 0.41, p = 0.009); the study also found as outcome of home delivery that 22% of the women reported their baby was not okay and have taken to hospital, while 41(73.2%) reported the child died within 28 days following delivery while 24 (42.8%), women experienced prolonged labour during their last delivery at home.in the focus group discussion the women reported that there is poor communication relationship between the mothers and health staff. Conclusion: the study is highly recommended the government to create employment for the women,also the hospital directors were recommended to monitor the relationship between the care giver and the pregnant mother.


2020 ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Adesola C. Odole ◽  
Olawale T. Agbomeji ◽  
Ogochukwu K.K. Onyeso ◽  
Joshua O. Ojo ◽  
Nse A. Odunaiya

Background: Athletes’ perceptions toward physiotherapy services have an impact on their general attitude toward these services and their willingness to work together with physiotherapists for rehabilitation. The study investigated athletes’ perspectives of physiotherapy services in sports injury management. Methods: A mixed-study design of a cross-sectional survey that involved 178 conveniently sampled athletes and an explanatory qualitative study (8 purposively-selected athletes) was used. The authors assessed the participants’ knowledge and perception of physiotherapy services using the modified versions of the Athletes’ Level of Knowledge Questionnaire, Matsuno Athletes Perception Scale, and focus group discussion. The data were analyzed using chi-square, Spearman correlation at P ≤ .05, and deductive reasoning thematic analysis. Results: The age of the participants for the cross-sectional survey (131 men and 47 women) was 22.50 (7.51) years. Our results showed that the majority (91.6%) of them had adequate knowledge and (78.7%) positive perception about the role physiotherapists play in sports injury management. The participants’ knowledge of physiotherapy services had a significantly positive correlation with age (ρ = .12; P = .01), sporting years (ρ = .17; P = .02), and duration in sports council (ρ = .19; P = .01), while their perception showed a negative correlation with age (ρ = −.15; P = .05), sporting years (ρ = −.16; P = .03), and duration in sports council (ρ = −.08; P = .02). However, no significant correlation existed between the participants’ knowledge; perception and level of education; level of competition; type of sport; and type, nature, and severity of sport injury. Seven themes were generated from the focus group discussion. Conclusion: The participants reported adequate knowledge and a positive perception of physiotherapy services. The correlates of participants’ knowledge and perception of physiotherapy services are age, sporting years, and duration in the sports council. From the qualitative component of the study, the authors identified the need to provide more physiotherapy services to athletes and more facilities for physiotherapy services.


2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 24-32
Author(s):  
Syahferi Anwar ◽  
Arif Rahman Aceh

Kesiapsiagaan adalah upaya-upaya yang memungkinkan pemerintah, masyarakat dan individu merespon secara cepat situasi bencana secara efektif dan salah satu cara meningkatkannya yaitu melalui focus group discussion. Tujuan dari penelitian ini untuk membuktikan adanya pengaruh sebelum dan sesudah dilakukannya  metode focus group discussion  terhadap kesiapsiagaan bencana gempa bumi di SMK Alo’oa Kota Gunungsitoli. Penelitian ini menggunakan desain one group pretest-posttest. Populasi penelitian ini seluruh siswa di SMK Negeri 1 Alo’oa sebanyak 200 siswa. Sampel penelitian adalah siswa kelas X dan XI sebanyak 15 orang. Pengambilan sampel menggunakan tekhnik probability sampling jenis systematic random sampling. Data Instumen penelitian menggunakan skala kesiapsiagaan bencana gempa bumi yang di kembangkan oleh LIPI. Data diolah dengan uji Wilcoxon test dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil Penelitian menunjukkan pengaruh metode focus group discussion terhadap kesiapsiagaan siswa menghadapi bencana gempa meningkat dengan nilai p value sebesar (0.001) dengan nilai hasil ≤ 0,05., Artinya ada pengaruh metode focus group discussion terhadap kesiapsiagaan bencana gempa bumi


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document