scholarly journals PENGARUH TERAPI RENDAM KAKI AIR HANGAT DAN MASSAGE TERHADAP KUALITAS TIDUR KOMUNITAS LANSIA DI KELURAHAN TUNJUNGSEKAR

2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 69-75
Author(s):  
Liyana Nurul Azmi ◽  
Nungki Marlian Yuliadarwati ◽  
Kurnia Putri Utami

Kualitas tidur merupakan respon tubuh yang menandakan status kesehatan pada lansia, kualitas tidur yang buruk dapat menimbulkan permasalah baik secara fisiologis maupun psikologis. Rendam kaki air hangat dan massage adalah salah satu intervensi untuk menangani kualitas tidur pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terapi rendam kaki air hangat dan massage terhadap kualitas tidur komunitas lansia di Kelurahan Tunjungsekar. Desain penelitian in adalah pre experiment one group pretest-posttest design. Responden dalam penelitian ini berjumlah 15 orang yang berada di Kelurahan Tunjungsekar. Dengan teknik purposive sampling menggunakan skala pengukuran kualitas tidur Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hasil penelitian membuktikan adanya pengaruh yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan intervensi terapi sendam kaki air hangat dan massage terhadap kualitas tidur lansia dengan menggunakan uji paired t-test didapatkan hasil nilai signifikasi 0,000 (P<0,05) yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Terdapat pengaruh terapi rendam kaki air hangat dan massage terhadap kualitas tidur komunitas lansia di Kelurahan Tunjungsekar.

2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 286
Author(s):  
Nina Setiawati ◽  
Lutfatul Latifah ◽  
Aprilia Kartikasari

Lebih dari separuh wanita hamil yang merasa tidak nyaman karena mual dan muntah dilaporkan telah mengalami gangguan tidur selama kehamilan. Durasi tidur yang tidak memadai dan kualitas tidur yang buruk selama kehamilan dapat meningkatkan kehamilan dengan risiko, termasuk gangguan pertumbuhan janin, dan depresi pascapersalinan. Yoga umumnya digunakan untuk relaksasi dan terbukti efektif untuk mengurangi stres dan kecemasan pada wanita hamil sehingga dimungkinkan untuk meningkatkan kualitas tidur bagi wanita hamil. Salah satu bentuk latihan yoga pada ibu hamil adalah pranayama dan postur yoga restoratif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pranayama dan postur yoga restoratif efektif untuk meningkatkan kualitas tidur pada wanita hamil. Studi quasy eksperimental dengan kelompok kontrol ini dilakukan pada 58 wanita hamil dengan mual muntah yang didapatkan dengan metode purposive sampling. Responden dibagi menjadi dua kelompok, 29 responden di setiap kelompok. Pranayama dan postur yoga restoratif diberikan pada kelompok intervensi dalam 30 menit selama 7 hari terus menerus. Kualitas tidur diukur oleh Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Hasil analisis data menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam skor kualitas tidur ibu hamil sebelum dan sesudah diberi pranayama dan postur yoga restoratif (p>0.05). Wanita hamil trimester kedua dan ketiga yang mengalami mual dan muntah dalam penelitian ini tampaknya tidak mengalami peningkatan kualitas tidur setelah melakukan pranayama dan postur yoga restoratif. Frekuensi dan keteraturan dalam melakukan yoga menjadi poin penting yang perlu diperhatikan untuk hasil yang lebih ba


2020 ◽  
Vol 26 (2) ◽  
Author(s):  
Mohamad Naim Bin Hasan ◽  
William William ◽  
Flora Rumiati

Kelebihan berat badan merupakan faktor independen yang berkontribusi terhadap kualitas tidur yang buruk. Sleep apnea merupakan timbulnya episode abnormal pada frekuensi napas yang berhubungan dengan penyempitan saluran napas atas pada saat tidur. Sleep apnea dapat berupa henti napas (apnea) atau menurunnya ventilasi yang akan menyebabkan gangguan bernapas saat tidur. Semakin besar nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) atau bertambahnya berat badan, kemungkinan untuk mengalami Obstructive Sleep Apnea (OSA) semakin tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara IMT dengan kualitas tidur pada mahasiswa kedokteran angkatan 2016 FKIK Ukrida. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian cross sectional dengan menggunakan studi komparatif, yaitu untuk mengetahui hubungan antara IMT dengan kualitas tidur pada mahasiswa golongan berat badan lebih dan berat badan normal. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sebanyak  88 responden berpartisipasi dalam penelitian ini, terdiri dari 44 mahasiswa yang mempunyai berat badan normal dan 44 mahasiswa yang mempunyai berat badan lebih. Responden mengisi kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).   Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 64 responden (72,7%) mempunyai kualitas tidur buruk, dan 24 responden (27,3%) memiliki kualitas tidur yang baik, serta durasi tidur terbanyak adalah < 6 jam.  Berdasarkan uji Chi-Square, disimpulkan adanya hubungan antara berat badan dengan kualitas tidur (p = 0,000, p < 0,05) pada mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan 2016 FKIK Ukrida.


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 47
Author(s):  
Fathaillah - Liestanto ◽  
Dina Fithriana

Peningkatan jumlah lansia akibat meningkatnya iusia harapan hidup tentunya akan menimbulkan beberapa masalah di bidang kesehatan, salah satunya adalah gangguan tidur. Tahun 2014 tercatat ada 19,2 juta jiwa lansia. Sedangkan tahun 2020 diperkirakan ledakan penduduk lansia menjadi 28,8 juta jiwa atau sebesar 11,34%. Peningkatan gangguan tidur sejalan dengan peningkatan jumlah lansia tersebut, sehingga dibutuhkan intervensi non fakmakologis yang aman untuk mengatasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Senam Tai Chi terhadap pemenuhan kebutuhan tidur lansia di Balai Sosial Lanjut Usia Mandalika Mataram. Penelitian ini merupakan penelian pre experimental  dengan rancangan one grup pretest-posttest. Populasi dalam penelitian berjumlah 87 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 19 orang. Alat ukur yang digunakan kuesioner instrumen baku PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index). Data dianalisis dengan statistik non parametrik dengan uji Wilcoxon. Hasil uji dengan ρ sebesar 0,000, menunjukkan ada pengaruh peningkatan kualitas tidur setelah dilakukan senam Tai Chi (α = 0,05). Dapat disimpulkan bahwa senam Tai Chi yang dilakukan oleh responden dapat meningkatkan kualitas tidur lansia


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 77-84
Author(s):  
Nungki Marlian Yuliadarwati ◽  
Tantia Dewi Harianto ◽  
Atika Yulianti Yulianti

Latar belakang: Di Indonesia angka kejadian diabetes melitus mencapai peringkat 5 dunia berdasarkan Federasi Diabetes Internasional. Diabetes melitus adalah kondisi kadar gula darah tinggi (hiperglikemi). Kadar gula darah tinggi menimbulkan gejala yang dapat mempengaruhi kualitas tidur pada malam hari. Lansia sering mengalami kualitas tidur buruk karena proses penuaan. Kualitas tidur buruk berdampak pada kemampuan aktivitas sehari-hari. Tujuan: untuk mengetahui hubungan kadar gula sewaktu dengan kualitas tidur pada lansia beresiko diabetes melitus di Posyandu Desa Kincang Wetan Kota Madiun.  Metode penelitian: penelitian bersifat desktriptif analitik menggunakan pendekatan observasional dengan disain penelitian cross sectional jumlah sampel 61 orang diambil dengan teknik Purposive Sampling dengan mengukur kadar gula darah sewaktu menggunakan glucotest dan memberikan kuisioner kualitas tidur Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dalam pengambilan data.  Hasil: hasil penelitian menggunakan Spearman rho didapatkan nilai signifikansi 0,001 atau p 0,05 sehingga H1 diterima dan H0 ditolak.  Kesimpulan: terdapat hubungan antara kadar gula darah sewaktu dengan kualitas tidur pada lansia beresiko diabetes melitus di Posyandu Desa Kincang Wetan Kota Madiun. Kata kunci: Kadar gula sewaktu, Kualitas tidur, Lansia, Diabetes Melitus


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 345-351
Author(s):  
Jessica Priscillia Gunawan ◽  
Herry Christian Palit ◽  
Debora Anne Yang Aysia

Pandemi COVID-19 tengah merebak di penjuru dunia, termasuk juga di Indonesia. Pemerintah terus berupaya untuk meminimalisir penyebaran dari virus ini, salah satunya dengan kebijakan pembelajaran daring untuk pelajar. Kebijakan ini menjadi kebiasaan baru di kalangan pelajar dan menuntut pelajar untuk mampu beradaptasi. Kebiasaan baru pelajar untuk melakukan pembelajaran secara daring merubah kebiasaan tidur dan mempengaruhi kualitas tidur pelajar. Kualitas tidur akan berdampak terhadap performansi pelajar pada bidang akademik. Kualitas tidur yang buruk menyebabkan sulit untuk berkonsentrasi, menjadi lebih emosional, dan menurunkan tingkat produktivitas. Sampel penelitian terdiri atas 200 pelajar siswa Sekolah Menengah Atas dan Mahasiswa Strata 1 yang melakukan pembelajaran daring yang berdomisili di beberapa daerah di Jawa Timur. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Pengukuran kualitas tidur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dalam Bahasa Indonesia, dan disebarkan secara daring dalam bentuk Google form. Pengolahan data menggunakan statistik deskriptif dengan tabulasi silang dan statistik non-parametrik dengan uji beda Mann-Whitney Test. Hasil penelitian menunjukkan 72,5% responden memiliki kualitas tidur buruk. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kualitas tidur tidak dipengaruhi oleh jenjang pendidikan dan durasi penggunaan gadget, namun dipengaruhi oleh jenis kelamin dan durasi tidur pada malam hari.


2021 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
Author(s):  
Ni Kadek Ayu Satya Dewanti ◽  
Putu Ayu Sita Saraswati ◽  
Luh Made Indah Sri Handari Adiputra ◽  
Ni Made Linawati

Lansia merupakan seseorang yang memasuki tahap usia 60 tahun ke atas. Saat memasuki tahap lansia, akan terjadinya proses degeneratif dari perubahan fisik maupun neurologis yang berkaitan dengan masalah kesehatan. Penyebab masalah kesehatan pada lansia salah satunya adalah kualitas tidur yang buruk. Kualitas tidur yang buruk dapat mempengaruhi fungsi sensorimotor pada tubuh lansia sehingga akan berdampak pada stabilitas posturalnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan stabilitas postural pada lansia di Desa Kukuh, Kerambitan, Tabanan. Desain penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional yang dilakukan pada bulan Februari-April 2021. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling. Total sampel penelitian ini sebanyak 66 orang. Variabel independen yang diukur adalah kualitas tidur yang diukur menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index. Variabel dependen yang diukur adalah stabilitas postural yang diukur menggunakan Time Up Go Test. Uji hipotesis yang digunakan adalah chi-square untuk menganalisis hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil analisis data diperoleh nilai p=0,000 sehingga p<0,05. Berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan antara kualitas tidur dengan stabilitas postural pada lansia di Desa Kukuh, Kerambitan, Tabanan. Sampel dengan kualitas tidur yang buruk (Global PSQI >=5) lebih dominan memiliki stabilitas postural berisiko jatuh (<=20 detik) dan sangat berisiko jatuh (<=30 detik), sedangkan sampel yang memiliki kualitas tidur yang baik (Global PSQI<5) memiliki stabilitas yang normal (<=10 detik). Kata kunci: Lansia, Stabilitas Postural, Tidur


2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Anggi Prasetia Arnata ◽  
Rosalina Rosalina ◽  
Puji Lestari

Lansia merupakan tahap akhir proses perkembangan. Lansia mengalami proses kemunduran baik dari aspek psikologis dan aspek fisiologis. Salah satu bentuk kemunduran yang terjadi adalah kualitas tidur. Ada dua jenis penatalaksanaan yang bisa dilakukan yaitu penatalaksanaan farmakologi dan non-farmakologi, penatalaksanaan non-farmakologi salah satunya adalah terapi Spiritual Emotional Freedom Technique(SEFT). Tujuan penelitian ini adalah menganalisa pengaruh terapi  SEFT  terhadap  peningkatan kualitas  tidur.  Desain  penelitian  ini  adalah Quasi-eksperimental dengan pendekatan Nonequivalent Control with Pretest and Posttest Design, populasi sebanyak 96 lansia dan jumlah sampel adalah 34 responden pada kelompok kontrol dan intervensi dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dengan  Instrumen Pittburgh Sleep Quality Index (PSQI). Analisis data menggunakan Independent t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi SEFT terhadap peningkatan kualitas tidur pre test dan post test pada kelompok intervensi dengan nilai p value 0,000, sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan dengan nilai p value 0,188. Berdasarakan hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan masyarakat menjadikan terapi SEFT sebagai penatalaksanaan non-farmakologi untuk meningkatkan kualitas tidur.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 344
Author(s):  
Raden Nety Rustikayanti ◽  
Ahmad Khaerul Anam ◽  
Yeti Hernawati

Gangguan tidur yang buruk dapat mengakibatkan komplikasi kehamilan. Gangguan tidur dapat berbeda pada setiap pada setiap ibu hamil bergantung pada aktivitas fisik. Tujuan penelitian untuk mengetahui korelasi aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada ibu hamil. Jenis penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian sebanyak 248, dengan tehnik  purposive sampling sebanyak 97 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Analisis data menggunakan Chi Square. Hasil penelitian didapatkan nilai p sebesar 0.003 (p<α). Disimpulkan bahwa aktivitas fisik berkorelasi dengan kualitas tidur pada ibu hamil.


2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 185
Author(s):  
Komang Hadpani ◽  
Desak Made Widyanthari ◽  
Made Oka Ari Kamayani

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif. Kualitas tidur yang buruk sering terjadi pada pasien DM tipe 2 akibat gangguan tidur. Salah satu upaya peningkatan kualitas tidur pada DM tipe 2 adalah dengan melakukan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian yang berjumlah 30 orang diperoleh dengan teknik purposive sampling. Data aktivitas fisik dan kualitas tidur diambil dengan menggunakan kuesioner International Physical Activity Questionnare dan Pittsburgh Sleep Quality Index. Hasil uji korelasi Spearman Rank menunjukkan ada hubungan positif antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada pasien DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas II Denpasar Barat (r = 0,817; p=0,01), yang berarti semakin rendah tingkat aktivitas fisik yang dilakukan maka kualitas tidur pada pasien DM tipe 2 akan semakin buruk. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam memperhatikan aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari untuk dapat meningkatkan kualitas tidur.


2019 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 63-73
Author(s):  
Adilla Eka Afriani ◽  
Ani Margawati ◽  
Fillah Fithra Dieny

Latar Belakang: Obesitas merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Tingkat stress, kualitas dan durasi tidur serta sindrom makan malam merupakan salah satu faktor risiko terjadinya obesitas. Tujuan: Menganalisis perbedaan tingkat stres, kualitas dan durasi tidur, serta sindrom makan malam pada mahasiswi obesitas dan non obesitas fakultas kedokteran. Metode: Penelitian ini menggunakan desain case-control, dengan jumlah responden sebanyak 36 subjek mahasiswi obesitas sebagai kelompok kasus dan 36 mahasiswi non obesitas sebagai kelompok kontrol di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Pengambilan subjek menggunakan metode simple random sampling. Data meliputi tingkat stress, durasi dan kualitas tidur, sindrom makan malam, asupan makan dan aktivitas fisik masing- masing diukur menggunakan Depression Anxiety Stres Scale 42 (DASS 42), Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), The Night Eating Questionnaire (NEQ), food recall, dan International Physical Activity Quetionnaire (IPAQ). Analisis data menggunakan uji independent t test dan Mann Whitney. Hasil: Rerata kualitas dan durasi  tidur  pada kelompok kasus sebesar 8,4±2,7 dan  5,9 ±1,3 jam, sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 7,1±2,3 dan 6,5±1,3 jam. Ada perbedaan durasi tidur (p=0,025), kualitas tidur (p=0,030), dan asupan protein (p=0,044) antara kelompok obesitas dan non obesitas. Namun, tidak terdapat perbedaan tingkat stress (p=0,768) dan sindrom makan malam (p=0,722) antara kelompok obesitas dan non obesitas). Kesimpulan: Terdapat perbedaan kualitas tidur, durasi tidur dan asupan protein pada kelompok obesitas dan non obesitas


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document