scholarly journals KEYAKINAN PERILAKU DAN SIKAP TERHADAP VCT PADA LSL DI SUKOHARJO

2020 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 102-106
Author(s):  
CAHYO NUGROHO ◽  
Tanjung Anitasari Indah Kusumaningrum

Pada tahun 2017 LSL merupakan kelompok risiko HIV tertinggi di Kabupaten Sukoharjo. VCT merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keyakinan perilaku, dan sikap pada pemanfaatan Klinik VCT pada LSL di Sukoharjo. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam kepada lima LSL yang pernah melakukan VCT dan dua informan triangulasi terdiri dari satu PE (Peer Educator) dan satu KL (Koordinator Lapangan) yang diambil dengan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh LSL sudah pernah melakukan VCT namun hanya 4 LSL yang melakukannya secara rutin. Faktor-faktor yang mempengaruhi LSL dalam melakukan VCT secara rutin setiap 3 bulan adalah keyakinan perilaku dan sikap. Namun faktor yang mendasari dalam melakukan VCT adalah keyakinan perilaku bahwa VCT memiliki keuntungan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan kerugiannya. Sehingga peneliti menyarankan kepada petugas penanggulangan HIV/AIDS untuk meningkatkan jangkauan kepada LSL yang masih hidden agar VCT secara rutin setiap 3 bulan sekali.

2018 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 50-59
Author(s):  
Wahyu Ratri Sukmaningsih ◽  
Sri Achadi Nugraheni ◽  
Apoina Kartini

Permasalahan seksualitas pada remaja terjadi karena rendahnya pengetahuan kesehatan reproduksi dan umur berpacaran pertama kali pada umur 15-17 tahun, sehingga dikhawatirkan mereka berisiko melakukan perilaku seks pranikah yang berdampak pada kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, penyakit menular seksual, dan HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh film pendek melalui peer educator terhadap tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik remaja SMA terkait kesehatan reproduksi. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental, pendekatan kuasi eksperimen dengan Nonequivalent Control Group Design. Populasi yaitu seluruh siswa kelas XI SMA Negeri di Kota Semarang berdasarkan kriteria. 100 sampel kelompok perlakuan dan 100 sampel kelompok tanpa perlakuan diambil secara Purposive Sampling. Variabel bebas adalah pemberian film pendek melalui peer educator dan variabel terikat adalah tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik. Uji Mann Whitney digunakan sebagai analisis data. Diperoleh hasil ada perbedaan tingkat pengetahuan (p= 0,001), sikap (p= 0,023), dan praktik (p= 0,001) remaja SMA terkait kesehatan reproduksi setelah diberikan media antara kelompok perlakuan dan kelompok tanpa perlakuan. Ada perbedaan perubahan tingkat pengetahuan (p= 0,004), sikap (p= 0,019), dan praktik (p= 0,001) remaja SMA terkait kesehatan reproduksi antara kelompok perlakuan dan kelompok tanpa perlakuan. Nilai rata-rata pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan kelompok tanpa perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian film pendek melalui peer educator dan leaflet lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik remaja SMA terkait kesehatan reproduksi dibandingkan dengan pemberian leaflet. Perubahan praktik responden dapat dilihat dalam waktu minimal dua bulan. Metode dalam upaya pencegahan perilaku seksual berisiko ini diharapkan dapat diterapkan di sekolah.


2017 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Tri Nurhudi Sasono

Abstract : Indicator of the health welfare through Sustanable Development Goals (SDGs) is to reduce the incidence of HIV-AIDS, decrease the rate of the epidemic and maintain the quality of life of people living with HIV-AIDS (PLWHA). Trend cases of HIV-AIDS is the most recent spread among people, especially housewives. In Malang until 2015 found 278 Housewife of 409 cases of AIDS. The prevalence of HIV-AIDS in Malang Regency is ranked second after Surabaya city in East Java. For the importance of public participation and citizen care AIDS Cahaya Care Turen take responsibility for the condition. Determination Rule Goverment number 2 2015 year on the Participation of the community response to HIV-AIDS in Malang as a legal rule. Concerned Citizens activities AIDS (WPA). WPA Cahaya Care Turen is increases HIV risk and quality of life PLWHA. The purpose of this study was to determine the role of Citizens AIDS Cahaya Care Quality of Care Turen against people living with HIV in Puskesmas Turen Malang. The study design using a quasi-experimental, with purposive sampling using a sampling technique. Total number of research subjects 23. Based on test results obtained with the Wilcoxon p value <0.005, which means that there is a significant difference before and after PLWHA joining participated in the WPA Cahaya Care Turen. The conclusion of this study is WPA activities involving people living with HIV and at risk groups can optimize compliance with antiretroviral drugs that have an impact on improving the quality of life of PLHIV. Suggestions in this research is done WPA Program activities are structured and ongoing cross-sector in order to improve the quality of life and empower PLWHA.Keywords : WPA Cahaya Care Turen, Quality of life, PLWHA Abstrak : Salah satu indikator kesejahteraan kesehatan melalui Sustanable Development Goals (SDGs) adalah menekan angka kejadian HIV-AIDS, menurunkan laju epidemik dan mempertahankan kualitas hidup Orang dengan HIV-AIDS (ODHA). Trend kasus HIV-AIDS terkini terbanyak adalah menjangkit dikalangan masyarakat khususnya pada ibu rumah tangga. Kabupaten Malang sampai dengan tahun 2015 ditemukan 278 Ibu Rumah Tangga dari 409 kasus AIDS. Prevalensi HIV-AIDS di Kabupaten Malang ini merupakan peringkat kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Untuk itu pentingnya peran serta masyarakat dan warga peduli AIDS Cahaya Care Turen ikut bertanggung jawab terhadap kondisi tersebut. Penetapan Peraturan Bupati Malang no.2 th.2015 tentang Peran serta masyarakat penanggulangan HIV-AIDS di Kabupaten Malang diharapkan dapat mengurangi risiko penularan HIV dan meningkatkan kualitas hidup ODHA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Peran Warga Peduli AIDS Cahaya Care Turen terhadap Kualitas ODHA Di Wilayah Kerja Puskesmas Turen Kabupaten Malang. Desain penelitian menggunakan quasi eksperimen, dengan teknik sampling menggunakan purposive sampling. Jumlah subyek penelitian sejumlah 23. Berdasarkan hasil uji dengan Wilcoxon didapatkan nilai p value < 0.005 yang berarti bahwa terdapat perbedaan bermakna sebelum dan sesudah ODHA bergabung mengikuti kegiatan WPA Cahaya Care Turen. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kegiatan WPA dengan melibatkan ODHA dan kelompok beresiko dapat mengoptimalkan kepatuhan obat ART sehingga berdampak terhadap peningkatan kualitas hidup ODHA. Saran dalam penelitian ini adalah dilakukannya Program kegiatan WPA yang terstruktur dan berkesinambungan lintas sektor guna meningkatkan kualitas hidup dan memberdayakan ODHA.     Kata kunci : WPA Cahaya Care Turen, kualitas hidup, ODHA


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Nunu Harison ◽  
Agung Waluyo ◽  
Wati Jumaiyah
Keyword(s):  

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mendalam tentang pemahaman pengobatan dan kendala kepatuhan terapi ARV pasien HIV/AIDS. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak sembilan orang. Hasil penelitian menujukan pemahaman pasien tentang pengobatan ARV masih kurang dan kendala kepatuhan terapi ARV diantaranya adalah jadwal konsultasi dokter, biaya, dukungan keluarga dan kendala efek samping obat.


Author(s):  
Ranti Suciati ◽  
Mujiati Mujiati ◽  
Novianti Novianti

Abstrak Semakin meningkatnya jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia, berdampak tidak hanya pada masalah kesehatan, memacu pemerintah untuk melibatkan masyarakat sipil dalam Organisasi Berbasis Komunitas (OBK) untuk ikut berperan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS. Pentingnya identifikasi kendala atau hambatan yang dihadapi oleh OBK memunculkan strategi atau alternatif solusi untuk mengatasi kendala, serta memberikan gambaran model intervensi yang lebih sinkron antara pemerintah dan masyarakat. Desain penelitian adalah kualitatif dengan melakukan studi kasus di dua LSM Peduli AIDS di Jakarta. Informan dipilih secara purposive sampling yaitu pengurus, anggota/petugas, dan dampingan dari dua OBK. Pengumpulan informasi dengan wawancara mendalam berdasarkan pedoman wawancara dan diolah menggunakan metode content analysis. Kendala yang dihadapi OBK yaitu alur rujukan BPJS yang mengikuti domisili sehingga memberatkan pasien, kurang optimalnya koordinasi dan kerjasama antara OBK dengan Puskesmas, belum meratanya kualitas dan kapasitas SDM anggota OBK, persoalan administratif organisasi, sumber dana yang tidak selalu kontinu, adanya perbedaan kepentingan antara OBK dengan pihak kepolisian, serta masih tingginya stigma masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS. Solusi mengatasi kendala OBK dilakukan dengan peningkatan efektifitas pelaksanaan program pemerintah melalui OBK, antara lain dengan penerapan fleksibilitas pengelolaan dana berdasarkan kinerja OBK, peningkatan kapasitas SDM, pemantapan sistem manajerial, pemahaman alur layanan kesehatan di Puskesmas, serta social support bagi penderita HIV/AIDS. Kata kunci: organisasi berbasis komunitas, LSM, HIV/AIDS Abstract The increasing number of HIV/AIDS cases in Indonesia that impact not only on health issues, spur the Government to involve civil society in community-based organizations (OBK) to play a role in HIV/AIDS prevention program. Identification of constraints or obstacles faced by OBK do as they can generate alternative strategies or solutions to overcome these constraints, and provide a more synchronous model of intervention between the government and the community. This type of research is a case study at two AIDS Awareness NGOs in Jakarta. The informants were chosen by purposive sampling ie the board, members/officers, and assistants from the two NGOs. Information collection with by in-depth interview based on interview guideline and processed using content analysis method. Constraints faced by the OBK is the issue of referral flow pathways that follow the domicile so burdensome patients, less optimal coordination and cooperation between OBK with primary health care, uneven quality and capacity of human resources of NGO members, organizational administrative issues, sources of funds that are not always continuous, different interests between the OBK with the police department, and the stigma. Reduction of obstacles faced by OBK can be done by increasing the effectiveness of government program implementation through OBK, among others by applying flexibility of fund management based on OBK performance, human resource capacity building, managerial system strengthening, understanding of health service flow in primary health care, and social support for patient HIV/AIDS. Keywords: community-based organizations, NGOs, HIV/AIDS


2018 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 101
Author(s):  
Cahyo Nugroho ◽  
Tanjung Anitasari Indah Kusumaningrum

Latar Belakang: Berdasarkan data Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2017, Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) merupakan kelompok risiko HIV tertinggi. Voluntary Counselling and Testing (VCT) merupakan salah satu strategi deteksi dini HIV dan sebagai pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku pemanfaatan Klinik VCT oleh LSL di Sukoharjo.   Metode: Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus terhadap lima LSL sebagai informan utama yang rutin dan tidak pernah tes HIV.  Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara mendalam kepada informan utama dan dua informan triangulasi terdiri dari satu orang Peer Educator dan satu orang Koordinator Lapangan.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh informan sudah pernah melakukan VCT walaupun dengan mandatory melalui perkumpulan LSL, namun hanya empat orang yang melakukannya secara rutin. Faktor-faktor yang menjadi penyebab informan rutin dalam melakukan VCT setiap 3 bulan adalah persepsi kerentanan yang besar, persepsi keseriusan yang tinggi, persepsi manfaat tes yang cukup besar, persepsi hambatan terhadap tes yang rendah, serta cukup banyaknya isyarat untuk bertindak yang terpapar kepada informan dan tingginya persepsi kemampuan diri untuk tes. Tetapi bila didalami lagi banyaknya isyarat bertindak yang dialami informan terutama adalah contoh yang diperlihatkan oleh teman sebaya. Sedangkan bagi informan yang tidak melakukan VCT secara rutin penyebabnya adalah rendahnya kemampuan diri untuk tes. Sehingga peneliti menyarankan kepada petugas perlu peer educator yang rajin untuk memotivasi kelompoknya untuk melakukan tes dan memberikan informasi yang lebih lengkap terhadap dampak penularan HIV kepada LSL dan pasangannya untuk mencegah penularan serta mengurangi stigma dan diskriminasi oleh petugas kesehatan dalam layanan kesehatan.Kata Kunci: HIV/AIDS, Lelaki Seks dengan Lelaki, tes HIV, persepsi, HBM


2020 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 99-105
Author(s):  
Fachry Amal ◽  
Flora Niu
Keyword(s):  

Data tentang kasus HIV/AIDS di Kabupaten Jayapura pada tahun 2017 secara kumulatif sebanyak 2756 kasus, yang terdiri dari kasus HIV sebanyak 1294 kasus (46,9%) dan kasus AIDS sebanyak 1462 kasus (53%), kasus HIV pada ibu hamil dari Januari sampai dengan Desember tahun 2017 terdapat 36 penderita HIV (1,2%) dari 2820 ibu hamil yang melakukan testing HIV (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, 2017). Data dari Puskesmas Harapan pada tahun 2017 terdapat 12 ibu hamil yang positif HIV dan pada tahun 2018 terdapat 16 ibu hamil yang positif HIV (Laporan VCT Puskesmas Harapan, 2018). Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan petugas Puskesmas Harapan didapatkan informasi bahwa sampai saat ini belum ada media informasi tentang cara pencegahan penularan HIV/AIDS dari Ibu ke anak. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan rancangan quasy experiment. Populasi berjumlah 64 orang, sedangkan sampel berjumlah 30 orang, masing-masing 15 orang yang mendapatkan buku saku dan 15 orang yang tidak mendapatkan buku saku, teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS, uji statistik yang digunakan adalah uji Mann-Whitney pada α=0,05. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 14 orang responden yang tidak tahu tentang pencegahan HIV/AIDS dari ibu ke anak, sedangan 16 orang responden tahu, terdapat perbedaan pengetahuan antara kelompok yang diberikan buku saku dengan kelompok yang tidak diberikan buku saku p=0.000


2021 ◽  
Vol 8 (01) ◽  
pp. 22-30
Author(s):  
Salami Salami ◽  
Annisa Ayu Muvira ◽  
Perla Yualita

HIV/AIDS merupakan penyakit kronis yang dapat menimbulkan dampak negatif berupa masalah fisik, psikis, sosial, dan spiritual sehingga mengakibatkan orang dengan HIV/AIDS hidup dengan penuh tekanan karena isu negatif dan stigmatisasi. Hal ini dapat menjadi masalah bagi kejiwaan penderitanya sehingga memerlukan mekanisme koping ke arah adaptive. Strategi koping menentukan keberhasilan individu dalam menghadapi tekanan. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi strategi koping pada penderita HIV AIDS dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data menggunakan teknik in-depth interview terhadap 6 partisipan secara purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analysis interactive Miles dan Huberman. Hasil penelitian didapatkan 6 tema yaitu Pasrah pada Tuhan; Tidak ingin memikirkan penyakit; pengalihan masalah; Berupaya untuk bangkit; Upaya mengatasi masalah; dan Menyembunyikan status kesehatan. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keenam partisipan memiliki kecenderungan melakukan emotion-focused coping. Bagi perawat diharapkan dapat menjalankan strategi intervensi dengan memberikan konseling maupun edukasi strategi koping yang adaptif kepada penderita dan keluarganya.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 1-10
Author(s):  
Ahmad Kusnaeni ◽  
Widyoningsih Wied ◽  
Yuni Sapto Edhy Rahayu

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, intelektual. Pada masa remaja seorang anak juga mengalami kematangan biologis, dan sifat khas remaja yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang begitu besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung resiko tanpa didahului pemikiran yang matang . Salah satu perubahan biologis yang terjadi adalah adanya hasrat seksual. Hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran yang tepat. Banyak faktor yang dapat memicu munculnya hasrat seksual remaja yang membutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual, yaitu seks bebas yang dapat mengarah pada penyebab tingginya HIV/AIDS. Beberapa karakteristik remaja adalah  perilaku seks bebas terdiri dari kondisi perkawinan orangtua , memiliki pacar atau tidak , lama pacaran, film yang sering ditonton. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik remaja dengan prediktor perilaku seks bebas, Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling dan metode  pengambilan sampel clauster sampling, Data diambil dengan memberikan kuesioner kepada 107 siswa SMK, dengan analisis menggunakan Chi-Square. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan antara kondisi perkawinan orang tua dengan risiko perilaku seksual (pv = 0,044), tidak ada hubungan antara status pacaran dengan risiko perilaku seksual (pv = 0,404), tidak ada hubungan antara lama pacaran dengan risiko perilaku seksual ( pv = 0,710), tidak ada hubungan antara film blue  dengan risiko perilaku seksual (pv = 0,154)  


2017 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 46
Author(s):  
Dewi Mayang Sari

Latar Belakang: Jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia setiap tahunnya terus bertambah. Menurut laporan tahunan terbaru dari Badan Dunia untuk penanggulangan HIV/AIDS atau UNAIDS, Indonesia kini berada diurutan nomor satu. Terkait laju peningkatan kasus HIV di Indonesia pada tahun 1998 jumlah kasus HIV baru 591 orang, tetapi pada bulan September 2007 jumlahnya telah mencapai 5.904 orang. Tujuan Penelitian: Mengetahui persepsi terapi ARV (Anti Retroviral Virus) pada orang yang terinfeksi HIV/AIDS di Kota Salatiga. Metode Penelitian: Jenis penelitian menggunakan pendekatan fenomenologi. Rancangan fenomenologi ini dilaksanakan dengan berpedoman pada tahapan deskriptif yaitu tahapan intuitif analisis dan deskriptif. Jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak 3 orang penderita HIV/AIDS di Kota Salatiga atau sampai saturasi data. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Hasil penelitian: Persepsi  dalam menjalani terapi ARV (Anti Retroviral Virus) di Kota Salatiga sudah baik, mereka mengetahui tentang ARV dan mengetahui tentang  efek samping yang ditimbulkan dari terapi ARV. Upaya orang yang terinfeksi HIV/AIDS dalam menjalani terapi ARV (Anti Retroviral Virus) di Kota Salatiga. ODHA mengatasi efek samping dengan konsultasi ke dokter dan minum obat yang diberikan dokter. Dukungan petugas manajemen kasus dalam menjalani  terapi ARV (Anti Retroviral Virus) di Kota Salatiga sudah baik. Dukungan  kelompok sebaya terhadap orang yang terinfeksi HIV dalam menjalani terapi ARV (Anti Retroviral Virus) di Kota Salatiga baik. Dukungan suami terhadap istri yang dalam menjalani terapi ARV (Anti Retroviral Virus) di Kota Salatiga baik. Kata kunci            :   Persepsi; ARV; sikap; HIV/AIDS; kelompok sebaya  PERCEPTION THERAPY ARV (ANTI-RETROVIRAL VIRUS) IN PEOPLE INFECTED WITH HIV / AIDS IN THE CITY SALATIGA ABSTRACT Background: The number of people living with HIV / AIDS in Indonesia each year continues to grow. According to the latest annual report of the World Agency for HIV / AIDS or UNAIDS, Indonesia now comes out number one. Related to the rate of increase in HIV cases in Indonesia in 1998, the number of new HIV cases 591 people, but in September 2007 the number had reached 5,904 people. Objective Research: Knowing perception of antiretroviral therapy (Anti Retroviral Virus) in people infected with the H IV / AIDS in Salatiga. Methods: Type research using a phenomenological approach. draft of this phenomenology is guided by the descriptive stage stages intuitive and descriptive analysis. The number of participants in this study were 3 people with HIV / AIDS in Salatiga or until saturation of data. The sampling technique used was purposive sampling. Results of the study: Perception in therapy ARV (Anti-Retroviral Virus) in Salatiga has been good, they know about the drugs and find out about the side effects of antiretroviral therapy. Efforts of people infected with HIV / AIDS in antiretroviral therapy (Anti Retroviral Virus) in Salatiga. PLWHA cope with the side effects consult a doctor and take medicine that doctors prescribe. Support case management officer in antiretroviral therapy (Anti Retroviral Virus) in Salatiga has been good. peers Support against people infected with HIV in antiretroviral therapy (Anti Retroviral Virus) in Salatiga well. Support husbands against wives in antiretroviral therapy (Anti Retroviral Virus) in Salatiga well. Keywords    : Perception; antiretroviral therapy; attitude; HIV / AIDS; officers peer  


2021 ◽  
pp. 341-350
Author(s):  
Nur Ihwani ◽  
Fatmah Afrianty Gobel ◽  
Arman

Salah satu hambatan dari usaha pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS adalah munculnya stigma dan diskriminasi yang diberikan masyarakat kepada pengidap HIV/AIDS. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan stigma ibu rumah tangga pada ODHA di RW 4 Kelurahan Banyorang Kecamatan Tompobulu. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Jumlah populasi sebanyak 75 ibu rumah tangga dengan menggunakan rumus slovin diperoleh menjadi 63 sampel dengan teknik sampling dengan cara non-probability sampling dengan metode purposive sampling. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel persepsi dengan stigma ibu rumah tangga terhadap ODHA (p-value = 0,013). Sedangkan variabel pengetahuan, pendidikan, dan umur tidak berhubungan dengan stigma ibu rumah tangga terhadap ODHA karena masing-masing variabel tersebut memiliki nilai p di atas nilai α=0,05. Hasil uji statistik antara hubungan ketiga variabel tersebut dengan stigma ibu rumah tangga terhadap ODHA adalah pengetahuan (p-value = 1,000), pendidikan (p-value =1,000), dan umur (p-value = 0,786). Melihat masih tingginya stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap pengidap HIV/AIDS maka disarankan agar memberikan informasi yang akurat dan memperbanyak penyuluhan tentang penyakit HIV/AIDS secara merata kepada masyarakat supaya tidak lagi memunculkan stigma kepada para pengidap HIV/AIDS sehingga pengobatan dan perawatan dapat terlaksana secara menyeluruh.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document