Konseling Kelompok Cognitive Behaviour Teknik Thought Stopping untuk Mengurangi Anxiety Academic terhadap Skripsi

2021 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 117
Author(s):  
Dewi Lianasari ◽  
Purwati Purwati

<p>Kuantitas kelulusan tepat waktu mahasiswa menjadi hal yang penting bagi penilaian akreditasi program studi dan mahasiswa. Salah satu penyebab keterlambatan dalam kelulusan tepat waktu mahasiswa adalah kecemasan akademik terhadap skripsi atau sering disebut dengan <em>anxiety academic</em>. Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah membantu mahasiswa untuk mengurangi <em>anxiety academic</em> terhadap skripsi melalui konseling kelompok pendekatan <em>cognitive behaviour therapy</em> teknik <em>thought stopping</em>. Metode dalam penelitian ini adalah pre eksperimen <em>one group pre test post test design</em> dengan teknik pengambilan sampel <em>purposive sampling</em>. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling kelompok pendekatan <em>Cognitive Behavior Therapy</em> teknik <em>Thought Stopping </em>mampu mengurangi <em>anxiety acedemic</em> mahasiswa terhadap skripsi dibuktikan dengan hasil uji statistik perhitungan <em>Paired Samples test</em> menunjukkan t-<sub>hitung </sub>= 13.132 &gt; t-<sub>tabel</sub>= 2.015.</p>

Author(s):  
Claudia Wuri Prihandini ◽  
Ni Komang Matalia Gandari ◽  
Ni Wayan Bunter

Halusinasi adalah merasakan segala sesuatu dalam keadaan sadar yang tampak nyata, namun sebenarnya hanya diciptakan oleh persepsi pikiran sendiri. Pasien dengan halusinasi pendengaran jika tidak segera ditangani akan berakibat kehilangan kontrol seperti bunuh diri, membunuh, bahkan merusak lingkungan. Terapi keperawatan yang direkomendasikan adalah Cognitive Behaviour Therapy (CBT). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh CBT terhadap penurunan tingkat kekambuhan halusinasi dengar. Penelitian ini menggunakan desain one group pre test post test dengan jumlah sampel sebanyak 63 orang dengan menggunakan teknik sampling purposive. Instrumen untuk mengumpulkan data menggunakan instrumen Psychotic Syndrome Rating Scale. Data dianalisis dengan uji paired-t. Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan pemberian terapi CBT memberi pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap tingkat kekambuhan halusinasi pada pasien dengan halusinasi dengar dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 30-37
Author(s):  
Ira Aini Dania

Cognitive Behaviour Therapy (CBT) in the first schizophrenia was developed to provide additional treatment forresidual symptoms arising and also used in patients experiencing anxiety and depression. Rapid progress willgain from the CBT session when trust has built-in several meeting sessions through increasing mutualunderstanding and doing reality tests as in CBT, need to develop. The stages do run slowly following thecognitive deficits and ongoing symptoms such as hallucinations or sedentary. This article discusses the historyand development of cognitive behavior therapy, depictions, procedures, and techniques of CBT and its processesin the treatment of schizophrenia.


2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 83-90
Author(s):  
Nuria Muliani

Skizofrenia adalah ganguan jiwa yang dimanifestasikan dengan penurunan dan ketidakmampuan berkomunikasi, gangguan realita, afek tumpul, gangguan kognitif serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari. Tanda dan gejala negatif yang muncul mengakibatkan isolasi sosial, dan tanda gejala positif yang muncul mengakibatkan halusinasi. Tujuan penanganan kasus ini adalah diketahuinya perubahan tanda gejala dan kemampuan klien isolasi sosial dan halusinasi setelah diberikan tindakan keperawatan ners, social skill trainingdan cognitive behaviour therapy.Desain penulisan adalah studi kasus dengan responden empat orang. Penanganan kasus tentang topik yang sama sudah pernah dilakukan, namun yang membedakan dengan kasus ini adalah pendekatan teori yang digunakan yaitu teoriadaptasi Stuart dan interpersonal Peplau. Data dikumpulkan sebelum dan sesudah klien diberikan tindakan keperawatan ners, social skill training dan cognitive behavior therapy. Hasil penanganan kasus menunjukan bahwa terjadi penurunan tanda gejala isolasi sosial dan halusinasi serta peningkatan kemampuan klien bersosialisasi, kognitif dan perilaku setelah diberikan tindakan keperawatan ners, social skill training dan cognitive behaviour therapy.


Ners Muda ◽  
2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 93
Author(s):  
Nur Cahyo Sasongko ◽  
Eni Hidayati

Gangguan jiwa harus tertangani agar manusia mencapai derajat kesehatan jiwa yang baik, salah  satunya adalah mengatasi perilaku  kekerasan seseorang dengan  gangguan jiwa. Pemberian terapi musik, dzikir dan rational emotive cognitive behavior therapy merupakan terapi yang sering dilakukan untuk mengatasi perilaku kekerasan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh terapi  musik, dzikir dan rational emotive cognitive behavior therapy  kepada pasien dengan resiko/perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondohutomo Semarang. Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan proses asuhan keperawatan. Subyek penelitian diambil secara acak sejumlah 2 pasien dengan halusinasi dimana akan dilakukan terapi aktifitas kelompok relaksasi musik alam, dzikir dan rational emotive cognitive behaviour therapy (RECBT). Evaluasi dilakukan menggunakan kuesioner. Hasil menunjukan adanya penurunan nilai ambang marah sebelum dan sesudah terapi yaitu nilai ambang marah sebelum terapi adalah 8 untuk kasus I dan 10 untuk kasus II, sesudah terapi ambang marah turun menjadi 2 pada kasus I dan 3 pada kasus II. Semakin rendah ambang marah maka semakin bagus pasien dalam mengontrol marah. Terapi musik, dzikir dan rational emotive cognitive behaviour terbukti menurunkan ambang marah, memberikan ketenangan dan meningkatkan berfikir positif klien. 


2019 ◽  
Vol 19 (3) ◽  
pp. 688
Author(s):  
Wisdia Lola Erwinda ◽  
Susmiati Susmiati ◽  
Heppi Sasmita

Background: Dharmasraya District is very prone and vulnerable to drug circulation cases because Dharmasraya district consists of various ethnic and is a cross-Sumatran crossing area so it is necessary to prevent the behavior of abuse NAPZA on adolescent. Purpose: This study aimed to determine the influence of the Group Cognitive Behaviour Therapy (GCBT) on the change of adolescent behaviour at risk of drugs based on residential status in Dharmasraya District in 2019. Method: The design of this research is the Quasi experiment of PreTest PostTest With Control Group by the amounts of samples 64 consisting of 32 control groups and 32 intervention groups. Results: Research on the intervension group and adolescent living with parents showed significant influence on adolescent behaviour changes. Whereas in the control group and adolescent who do not live with parents showed no significant influence on adolescent behaviour changes Conclusion: Group Cognitive Behavior Therapy can be used to change adolescent behavior at risk of drugs abuse and Hopefully the implementation of cognitive behaviour therapy can be applied at schools in cooperation with health service and parents to prevent risky behaviour.


2010 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 26-31
Author(s):  
Heppi Sasmita ◽  
Budi Anna Keliat ◽  
Budiharto Budiharto

AbstrakSeseorang yang mengalami skizoprenia sering diawali dengan masalah harga diri rendah dengan gejala: konsentrasi dan perhatian kurang, kepercayaan diri kurang, rasa bersalah, tidak berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis. Tujuan penelitian ini menilai efektivitas cognitive behaviour therapy (CBT) untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan perilaku klien harga diri rendah. Metode penelitian: quasi eksperimen dengan penerapan cognitive behaviour therapy dengan pendekatan pre-post test. Analisis yang digunakan dependen dan independent sample t-Test, regresi linier sederhana, chi-square dan Anova. Penelitian dilakukan di salah satu RS Jiwa terhadap 58 klien yaitu 29 orang kelompok intervensi dan 29 orang kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan cognitive behavior therapy meningkatkan kemampuan kognitif dan perilaku klien skizoprenia dengan harga diri rendah secara bermakna (p<0.05, α=0.05). Efektifitas CBT meningkatkan kemampuan kognitif sebesar 29,31% dan kemampuan perilaku sebesar 22,4%. Penelitian ini merekomendasikan CBT sebagai salah satu terapi spesialis pada klien skizoprenia dengan masalah harga diri rendah. AbstractPatient with schizophrenia in the beginning is experiencing low self esteem with the following symptoms: concentration difficulty, attention deficit, low self confident, guilty and worthless feelings, and pessimistic. Cognitive behavior therapy is the solutions to enhance cognitive ability as well as to treat behavior of patient with low self esteem. The research aims to study about the effectiveness of cognitive behavior therapy. Method of the research was quasi experiment with pre and post- tests design. The analysis of the research was dependent and independent sample t- test, simple linear regression, chi square, and anova. The research was conducted in mental health hospital with 58 respondents, divided into 29 respondents as intervention group and 29 respondents as control group. The research demonstrated that cognitive behavior therapy has significantly enhanced cognitive ability and treated behavior of patient with low self esteem (p<0.05, α=0.05). The research shown the effectiveness to enhance cognitive ability about 29.31 percent, while the effectiveness to treat behavior about 22.4 percent. This study recommended cognitive behavior therapy as specialty treatment for patient schizophrenia with low self esteem.


2018 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
Author(s):  
Puspa Sari Muraidandini

Abstrak  PUSPA SARI M. Penerapan Cognitive Behaviour Therapy terhadap perilaku menarik diri klien “B” penyandang disabilitas tubuh Kelurahan Campaka Kecamatan Andir Kota Bandung. Penyandang disabilitas tubuh merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial  yang memiliki kecenderungan memiliki perilaku menarik diri. Dengan banyak nya pola pikir yang terdistorsi yang menyebabkan perilaku mereka pun menjadi mal adaptif. Menarik diri yang nampak pada pada penelitian ini adalah perilaku menarik diri dengan aspek-aspek di dalamnya seperti : mengasingkan diri, membesar-besarkan kekurangan dirinya, mudah tersinggung dan apatis terhadap aktivitas kegiatan di masyarakat atau di sekolah.  Cognitive Behaviour Therapy adalah terapi yang  efektif  dapat menolong klien untuk dapat merubah kognitif yang terdistorsi dan mengakibatkan perilaku yang mal adapif. Penyandingan  terapi realitas dan positive reinforcement dalam menerapkan cognitive behavior therapy pada klien dengan masalah menarik diri dirasakan sangat membantu klien untuk menemukan permasalahan dirinya, apa yang sudah dilakukannya, rencana klien kedepannya, evaluasi dan komitmen klien terhadap masa depannya. Positive reinforcement merupakan pembentukan tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuatitatif dengan metode penelitian single subject design dengan model A-B-A. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara angket atau kuisioner, observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Adapun pengujian hipotesis dilakukan dengan cara perhitungan rumus dua standart deviasi (2SD). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan cognitive behavior therapy yang dikolaborasikan dengan terapi realitas dan positive reinforcement untuk menolong klien B dengan masalah menarik diri sangat efektif dilakukan dan dapat mengurangi perilaku menarik diri tersebut.  Kata Kunci : Menarik Diri, Penyandang Disabilitas Tubuh, Cognitive Behavior Therapy, Terapi Realitas.


2017 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 32
Author(s):  
Dian Hapsari ◽  
Kamsih Astuti ◽  
Sriningsih Sriningsih

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari Cognitive Behavior Therapy (CBT) untuk meningkatkan efikasi diri anak-anak muda di panti asuhan M Klaten. Pemberian program ini berdasarkan teori dari Driffin, dkk. (Matthys & Lochman, 2010) dalam bentuk perilaku manajemen, modeling, ketrampilan pemecahan masalah, restructuring dan relaksasi kognitif. Subjek berjumlah 10 anak muda laki-laki yang tinggal di panti asuhan dan memiliki self estem yang rendah berdasarkan pada skor dari Coopersmith Self Esteem Inventory (CSEI). Hasil dari hipotesis pertama dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan self esteem antara KE dan KK (Z=-0.329; p>0.05) dan hipotesis kedua pada penelitian ini terbukti bahwa hasil dari analisis menunjukkan perbedaan self esteem antara KE dan KK sebelum dan sesudah diberikanCBT (Z=-2.070; p>0.05). 


2017 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 141
Author(s):  
Pradipta Christy Pratiwi

Kekerasan dalam pacaran, sering dijumpai pada dewasa muda, dapat terjadi dalam bentuk kekerasan fisik, kekerasan psikologis, dan kekerasan seksual. Dampak signifikan dari kekerasan dalam pacaran adalah rendahnya <em>self-esteem</em> penyitas. Hal ini juga yang menyebabkan penyitas sulit keluar dari siklus kekerasan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan intervensi <em>Cognitive Behavior Therapy</em> (CBT) pada dewasa muda penyitas kekerasan dalam pacaran untuk meningkatkan <em>self-esteem</em> mereka. Desain penelitian ini adalah <em>one-group pre</em><em>-test-post-test design (</em>kuasi eksperimen). Jumlah sampel ialah tiga orang, diperoleh dengan teknik <em>purposive sampling</em>. Efektivitas terapi dilihat dari evaluasi kualitatif (penambahan skor RSES, observasi, dan wawancara). Alat ukur yang digunakan adalah <em>Rosenberg Self-esteem Scale</em> (RSES) untuk mengukur <em>self-esteem</em> dan <em>Revised</em> <em>Conflict Tactics Scale</em> (CTS2) untuk mengetahui karakteristik kekerasan yang dialami penyitas. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan skor pada RSES. Selain itu, evaluasi kualitatif juga menunjukkan peningkatan positif aspek kognitif, afektif, dan perilaku subjek penelitian. Oleh karena itu, CBT dapat dikatakan efektif meningkatkan <em>self-esteem </em>pada penyitas kekerasan dalam pacaran.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document