scholarly journals Mempertahankan Eksistensi Desa Wisata dengan Kearifan Lokal (Studi kasus : Tracking Terbit Menoreh di Dusun Madigondo, Samigaluh, Kulon Progo)

2021 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 123-130
Author(s):  
Tutun Seliari

Abstrak Pada masa Covid-19 di Indonesia sektor yang mengalami dampak sangat besar yaitu sektor pariwisata, begitu juga yang dialami oleh Dusun Madigondo. Dusun Madigondo terletak di Desa Sidoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, berada pada kawasan program Jalur Bedah Menoreh yang dikembangkan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat ini di Dusun Madigondo dikembangkan Wisata Tracking Terbit Menoreh (TTM) yang mengintegrasikan spot-spot potensi di Dusun Madigondo, antara lain pemandangan alam, kebun kopi, sejarah dan religi, kearifan lokal, kuliner, dan industri kreatifnya. Saat masa pandemic Covid-19, eksistensi Dusun Madigondo dimana sektor pariwisata menjadi andalan untuk peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat menjadi terancam. Perlu strategi yang baik agar kondisi pariwisata di Dusun Madigondo ini tetap bertahan. Dusun Madigondo dengan atraksi Tracking Terbit Menoreh dipilih sebagai suatu wilayah yang menawarkan sumber daya alam dan budaya, di mana kearifan lokal  masih aktif digunakan, tetapi jarang dianggap sebagai aset yang dapat dinilai untuk bertahan dari bencana dan pengembangan masa depan. Tujuan penelitian ini mengeksplorasi kearifan lokal masyarakat sehingga dapat mempertahankan eksistensinya pada masa pandemi Covid-19. Tulisan ini juga mendokumentasikan inisiatif dan praktek lokal dalam kehidupan masyarakat di Dusun Madigondo pada saat masa pandemi Covid-19. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan (action research), melalui pemetaan swadaya, focus group discussion (FGD) dan participatory design (workshop). Hasil penelitian ini adalah kearifan lokal di masyarakat Dusun Madigondo berupa tanaman rempah empon-empon dan pengetahuan masyarakat dalam mengolahnya, menjadi bagian dari tatanan lanskap dan identitas wisata Tracking Terbit Menoreh. Partisipasi komunitas dan masyarakat Dusun Madigondo dalam mengidentifikasi permasalahan dan merumuskan solusi bersama menjadi aspek yang sangat penting dalam mempertahankan eksistensinya sebagai desa wisata yang berbasis ekowisata.Selain menjadi bagian dari lanskap atraksi wisata tanaman herbal empon-empon ini juga sebagai bagian dari pengembangan industri kreatif di Dusun Madigondo sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.  Kata kunci : Wisata Tracking, Ekowisata, Tanaman Empon-Empon, Kearifan Lokal, Eksistensi Destinasi                                                     Maintaining The Existence of a Tourist Village With Local Wisdom(Case Study : Tracking Terbit Menoreh in Madigondo Hamlet, Samigaluh, Kulon Progo) Abstract During the Covid-19 period in Indonesia, the sector that experienced a very large impact was the tourism sector, as was experienced by Madigondo Hamlet. Madigondo Hamlet is located in Sidoharjo Village, Samigaluh District, Kulon Progo Regency, Special Region of Yogyakarta, located in the “Jalur Bedah Menoreh” program area developed by the Yogyakarta Special Region Government. Currently, in Madigondo Hamlet, the Tracking Terbit Menoreh (TTM) attraction is being developed which integrates potential spots in Madigondo Hamlet, including natural scenery, coffee plantations, history and religion, local wisdom, culinary, and creative industries. During the Covid-19 pandemic, the existence of Madigondo Hamlet where the tourism sector was the mainstay for increasing community economic activities was threatened. A good strategy is needed so that the tourism condition in Madigondo Hamlet can survive. Madigondo Hamlet with the Tracking Terbit Menoreh (TTM) attraction was chosen as an area that offers natural and cultural resources, where local wisdom is still actively used but is rarely considered an asset that can be valued to survive disasters and future development. The purpose of this study is to explore the local wisdom of the community so that it can maintain its existence during the Covid-19 pandemic. This paper also documents local initiatives and practices in people's lives in Madigondo Hamlet during the Covid-19 pandemic. The method used is action research, through self-help mapping, focus group discussions (FGD), and participatory design (workshops). The results of this study are local wisdom in the Madigondo Hamlet community in the form of ‘empon-empon’ spice plants and community knowledge in processing them, becoming part of the landscape arrangement and tourist identity of Tracking Terbit Menoreh. Community and community participation in Madigondo Hamlet in identifying problems and formulating solutions is a very important aspect in maintaining its existence as an ecotourism-based tourism village. In addition to being part of the tourist attraction landscape, these ‘empon-empon’ herbal plants are also part of the development of the creative industry in Madigondo Hamlet so that it can improve the community's economy. Keyword: Tracking Tourism, Ecotourism, 'Empon-Empon' Plants, Local Wisdom, The Existence of Destinations

2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
Author(s):  
Siti Zunariyah ◽  
Akhmad Ramdhon ◽  
Argyo Demartoto

<p><em>Tourism sector has grown to be the superior one with the fastest growth in the world and has been a locomotive of economic growth. Setabelan, Surakarta attempts to develop a culture and locality-based tourism village. This action research aims to analyze the process of empowering villagers conducted in participative manner by involving stakeholders with Friedman’s community empowerment theory. The result of research shows that community empowering process was conducted through the stage of producing citizens’ knowledge on village’s history, potency, need, and problem. The result of knowledge production was used as the data to design workshop to citizens through Focus Group Discussion (FGD) mechanism. A series of workshops have been implemented because people have interest in packaging the village’s cultural potency as tourist attraction. Citizens’ cultural potency was packaged in the forms of village profile book, village diary, documentary video, village sketch, Open Street Map (OSM) and infographic published through website and social media in order to be accessible broadly. Thus, empowering village through the potency owned in cultural context will provide knowledge, belief, understanding, and custom or habit or ethics guiding human behavior in living within its community.  </em></p><p><strong><em>Keywords: Empowerment, Tourism Village, Culture and Locality</em></strong><em></em></p><p align="left"> </p><h1>Abstrak</h1><p>Sektor pariwisata telah tumbuh menjadi sektor unggulan dengan pertumbuhan tersepat di dunia dan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi. Setabelan, Surakarta berupaya mengembangkan kampung wisata berbasis budaya dan lokalitas. Action research ini bertujuan untuk menganalisa proses pemberdayaan warga kampung yang dilakukan secara partisipatif dan melibatkan para <em>stakeholders</em> dengan teori pemberdayaan masyarakat dari Friedman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui tahap produksi pengetahuan warga tentang sejarah, potensi, kebutuhan dan problem kampung. Hasil produksi pengetahuan digunakan sebagai data untuk merancang workshop bagi warga melalui mekanisme <em>Focus Group Discussion</em> (FGD). Rangkaian workshop terlaksana karena masyarakat punya kepentingan untuk mengemas potensi budaya kampung sebagai daya tarik wisata.  Potensi budaya warga dikemas dalam bentuk buku profil kampung, <em>diary</em> kampung, video dokumenter, sketsa kampung, peta <em>Open Street Map</em> (OSM) maupun infografis dipublikasikan melalui <em>website</em> dan media sosial agar dapat diakses secara luas. Dengan demikian memberdayakan kampung melalui potensi yang dimiliki dalam konteks budaya   akan memberi bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman  serta  adat  kebiasaan  atau  etika  yang menuntun  perilaku  manusia  dalam  kehidupan  di  dalam  komunitasnya</p><p align="left"><strong>Kata kunci: Pemberdayaan, Kampung Wisata, Budaya dan Lokalitas<em> </em></strong></p>


2016 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 103
Author(s):  
Edi Daenuri Anwar ◽  
Wahyudi Wahyudi ◽  
Joko Budi Purnomo

<p>It has been succesfully done the community services activity by using Participatory Action Research (PAR) entitled “Revitalisasi MI Nahdlotusy Syubban dengan pendekatan peran serta masyarakat (PSM) untuk meningkatkan kemandirian sekolah”. The object of this community services is MI Nahdlotusy Syubban Sarimulyo Winong Pati. To explore the problems in this Islamic Boarding School, 3 correlated actions have been formulated. They are Training on School Based Management, PAIKEM Training, and Focus Group Discussions (FGD) addressed to all school management people. The discussions are mainly about the interconnection of the Islamic School (madrasah) with the society in the field of management, feed-back, and school facilities.</p><p>The results are that the teachers already applied PAIKEM in the teaching learning process and the society can directly involved not only in providing the school facilities but also in implementing the control function to the <em>madrasah.</em>As for knowingthe targetandthe quality of graduates, avision, missionand quality standardsarebeing developedin theschool curriculum.</p><p> </p><p>Telah dilakukan pengabdian dengan metode PAR / Participatory  Action Research dengan judul  “Revitalisasi MI Nahdlotusy Syubban dengan pendekatan peran serta masyarakat (PSM) yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian sekolah”. Objek  pengabdian ini adalah MI Nahdlotusy Syubban Sarimulyo Winong Pati.  Untuk mengurai masalah-masalah di madrasah ini di rumuskan 3 tindakan  kegiatan yang saling berkaitan. Pelatihan Manajemen berbasis sekolah (MBS), dan untuk memperjelas komponen MBS dalam proses pembelajaran  diadakan pelatihan  pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan  menyenangkan (PAIKEM ) sedangkan komponen keuangan, sarpras dan hubungan dengan masyarakat yang merupakan penjabaran dari MBS dirangkum dalam<em> Focus Group Discussion  </em>( FGD) yang di ikuti oleh pemangku kepentingan madrasah meliputi Guru, kepala Sekolah, Yayasan, Komite dan masyarakat secara umum. Dalam FGD ini membahas keterkaitan antara madrasah dengan masyarakat baik dalam bidang manajemen, umpan timbal balik, dan pengadaan sarana dan Prasarana</p><p>Hasilnya guru-guru mulai menerapkan PAIKEM dalam pembelajarannya, dan ternyata masyarakat langsung membuktikan peran sertanya dalam pengadaan dan pembuatan sarana dan prasarana madrasah serta melaksankan fungsi kontrol terhadap madrasah. Sedangkan untuk mengetahui target dan mutu lulusan di susunlah visi misi dan standar mutu lulusan yang mulai  dikembangkan dalam kurikulum pembelajaran sekolah.</p>


Author(s):  
Anggaunita Kiranantika ◽  
Rina Natalia ◽  
Mei Rita Kumala

Perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh yang diberikan orangtua. Pola asuh yang diterapkan oleh setiap keluarga sangat bervariasi. Karakter anak akan ditentukan oleh lingkungan melalui pengalaman yang dibentuk dalam dunia sosialnya, sebagaimana diatur dalam UU no 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan Kebijakan 3-Ends pada 3 isu nasional yang memfokuskan penghapusan kekerasan, Traffiking, dan Rentan Ekonomi yang. Melalui fokus proiritas ini diharapkan semua kekuatan elemen, pemerhati persoalan ini bersinergi untuk mewujudkan dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, perlulah sekali diadakan sosialisasi 3 Ends di kalangan anak dan remaja dalam masyarakat untuk bisa memaksimalkan hak anak dan partisipasi anak dalam pembangunan yang berkelanjutan. Kegiatan ini dilakukan di Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Kegiatan dilakukan dengan Action Research menggunakan Focus Group Discussion kepada anak-anak, remaja dan pendamping yang hadir. Kegiatan ini merupakan pengetahuan baru bagi masyarakat sebagai upaya pemenuhan hak anak yang masih belum dipenuhi secara maksimal. Kegiatan ini diharapkan dapat dilakukan secara terjadwal untuk dapat menanggulangi masalah kekerasan dan human trafficking yang semakin rentan terjadi pada anak dan remaja di Kabupaten Banyuwangi.DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um032v1i12018p001


Author(s):  
Andi Surahman Batara ◽  
Muhammad Syafar ◽  
Sukri Palutturi ◽  
Stang Stang

Healthy cities merupakan isu yang sangat kompleks, melibatkan banyak sektor dan berbagai disiplin ilmu, olehnya itu healthy cities hanya bisa dicapai kalau semua sektor yang terlibat dapat berkolaborasi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara yang dinilai efektif untuk mewujudkan terminal sehat. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan participation action research (PAR). Pengumpulan data dilakukan melalui focus group discussion (FGD), wawancara mendalam. Informan penelitian yaitu ketua Persatuan Penyandang Disabilitas Sulawesi Selatan, Ketua Organisasi Angkutan Darat, perwakilan Solidaritas Perempuan Sulawesi Selatan, pengguna terminal, koordinator kebersihan Terminal, Humas Terminal, Direktur Operasional Terminal, ahli kesehatan masyarakat,  pedagang dan Direktur Utama Terminal. Hasil FGD berkesimpulan bahwa kolaborasi stakeholder adalah kunci sukses dalam mewujudkan konsep terminal sehat.Kata Kunci : Stakeholder, indikator terminal sehat 


2021 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 567-586
Author(s):  
Afifi Lateh ◽  
◽  
Mahdee Waedramae ◽  
Weahason Weahama ◽  
Supansa Suvanchatree ◽  
...  

This participatory action research aims to (1) construct a classroom research development model for Thai tertiary lecturers in the three southern border provinces and (2) evaluate their classroom research performance. Through voluntary participation, the target group comprises 40 lecturers in Thailand, specifically from Prince of Songkla University, Pattani Campus; Yala Rajabhat University; Princess of Naradhiwas University; Fatoni University; and Boromarajonani College of Nursing Yala. In-depth interviews were conducted with two university administrators, and a focus group discussion was held for 12 participants, including lecturer representatives and the researchers. Initial data on suggestions were collected to construct a draft classroom research development model which was subsequently assessed for quality by three purposively sampled experts. The selection criteria for these experts included having a research background in Education or having conducted at least three research titles on classroom research. The instruments were an in-depth interview form, a focus group discussion form, a model quality assessment, a self-assessment form, and a learning log. The data were analysed with content analysis and descriptive statistics.


2021 ◽  
Vol 5 (4) ◽  
pp. 1037
Author(s):  
Bakri Melpi

This research was motivated by the learning process which was still dominated by the teacher as a source of knowledge through conventional methods in the form of lecturing; as a result, students became passive during the learning process. Ideally, learning should be able to increase students' understanding about the material and their understanding about the relationship between the material and the student's environment. Referring to these problems, it was necessary to apply a method that helped teachers to improve the learning quality. It was hoped that focus group discussions improved the teachers’ ability to apply contextual learning. This research was a classroom action research. The research was carried out on teachers at SDN 019 Sungai Gantang from February to March 2020. The research subjects were 17 teachers and the instrument was an observation sheet. The results showed that the teachers’ ability to implement contextual learning through focus group discussions increased from 80.25% (with Good category) in cycle I to 84.45% (with Very Good category) in cycle increased II. Based on the results of this research, it was concluded that focus group discussions improved teachers’ ability in implementing contextual learning.


2018 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
Author(s):  
Anggun Dabella Ningrum

Abstrak Pusat Layanan Terpadu Anak Penyandang Disabilitas (PLTAPD) adalah Model PLTAPD diwujudkan bertujuan memberikan pelayanan sosial yang terarah, terintegrasi dan berkelanjutan bagi Anak Penyandang Disabilitas (APD) dan keluarga, serta masyarakat atau Lembaga Rujukan APD dalam penanganan APD. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji model pelayanan aksesibilitas bagi anak penyandang disabilitas melalui pusat layanan terpadu. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan desain penelitian tindakan (design action research). Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth interview), observasi partisipatif (participant observation), studi dokumentasi, dan Focus Group Discussion (FGD). Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan yaitu dengan uji kepercayaan (credibility), uji keteralihan (transferability), uji ketergantungan (dependability), dan uji kepastian (confirmability). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model PLTAPD sangat diperlukan oleh APD dan keluarga. PLTAPD didirikan untuk memberikan kemudahan bagi APD, sehingga pelayanan sosial yang dibutuhkan APD (pendidikan, kesehatan, terapi, sarana prasarana serta pengembangan potensi dan bakat) secara komprehensif, terpadu, terintegrasi, dan berkelanjutan dapat dijangkau. Model Pelayanan Aksesibilitas bagi APD melalui PLTAPD di Kota Pangkalpinang merupakan bentuk kepedulian dari Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang terhadap pemenuhan hak dan kepedulian terhadap APD.Kata kunci: aksesibilitas bagi APD, Pelayanan bagi APD, Pusat Layanan Terpadu


Populasi ◽  
2016 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
Author(s):  
Agus Joko Pitoyo

This study is aimed to investigate the mechanism of abroad apprenticeship labour program, including income rate, to understand the process of transferring knowledge, and to portray its implementation to regional development. There are at least three aspects will be discussed, firstly, to understand the process of apprenticeship overseas; secondly, to evaluate their income and economic activities after returning home; and thirdly, to evaluate how the local government involves in empowering ex-apprentice labour overseas. The research employed several methods for getting data such as structured interview by using questionnaire, focus group discussion, in-depth interview, tracking, and observation. This study indicated that (I) Apprenticeship process mechanism is not fully transparent yet; (2) Their income are relatively high, however, looking at their job they are still absorbed in 3D jobs (dirty, dangerous, difficult); (3) Several arising problems set the volunteer in low bidding position, and (4) process of transferring knowledge they got from overseas is vague.


Jurnal PEPADU ◽  
2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 235-244
Author(s):  
Mahrup Mahrup ◽  
IGM. Kusnartha ◽  
Padusung Padusung ◽  
Nyoman Soemenaboedy ◽  
Fahrudin Fahrudin

Bertani di lahan tegalan adalah suatu ikhtiar menantang alam. Pernyataan ini dapat diterima sebagai sebuah fakta, karena kendala yang dihadapai sangatlah kompleks. Ada tiga kendala utama pertanian lahan tegalan, yaitu: faktor biofisik lahan, iklim kering dan sumberdaya manusia. Biofisik lahan dicirikan oleh tipologi lahan sub-optimal secara fisika, kimia dan biologi. Iklim pada umumnya tergolong semi ringkai tropis (semi-arid tropic) dengan sifat hujan tidak menentu (erratic rainfall), dan sumberdaya manusia tergolong dalam klaster di bawah garis kemiskinan.  Kegiatan pengabdian terhadap petani lahan tegalan telah dilakukan terhadap salah satu kelompok tanai tegalan di dusun Rambitan-3, desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Kegiatan dilaksanakan secara berkala dan telah memasuki tahun ke-3 pada tahun 2019.Kelompok sasaran ditetapkan secara purposive sampling dan kegiatan dilaksanakan dengan metode diskusi kelompok terfokus (Focus Group Discussion, FGD). Eksekusi kegiatan masih pada level demonstrasi terbatas, melalui metode kaji tindak (action research), seperti: bertanam di pekarangan (home gardening), bertenak unggas disertai penetasan dan bertanam kelapa genjah sebagai penguat teras pekarangan.  Hasil kegiatan menujukkan beberapa hal spesifik sebagai berikut: (1) secara kultural kesetaraan gender dalam kelompok sasaran belum terwujud, sehingga anggota FGD harus dipisahkan berdasar jenis kelamin, (2) aktivitas pertanian masih bersifat subsisten (untuk mencukupi kebutuhan dasar pangan semata), dan (3) beraktivitas di lahan sendiri di tegalan adalah prioritas kedua, sedang aktivitas utama adalah sebagai buruh tani di lahan sawah. Kesimpulan  yang dapat dikemukakan adalah: (1) inovasi bidang pertanian bagi petani tegalan harus murah dan secara instan (waktu singkat) menjawab kebutuhan dasar, (2) harus ada dukungan para pihak,  dan Pemeritah Daerah untuk menginisiasi aktivitas dan (3) harus ada perubahan paradigma petani dalam  usahatani lahan tegalan.


2020 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 159
Author(s):  
An Ras Try Astuti

<p><em>This research aims to design an empowerment model that is appropriate to the character of the community in Wajo, South Sulawesi. The focus of this research-based empowerment activity is the development of the business of women fisherman Bale Bungo (oxyeleotris marmorata). This study uses a qualitative approach model with a participatory action research (PAR) method. The research subjects consisted of the head of the sub-district, the village head and the fisherman Women's Community. The data of this study were obtained by observation, interview and documentation techniques. The results of the study are as follows. (1) Identification of community needs through Brainstorming (2) Mapping of Village Potential (3) Planning and increasing the capacity of group members through a series of training and focus group discussions (FGD). Indicators of successful training include increasing knowledge and skills to process Bungo into value-added souvenirs. Fisherman women, as well as the increasing economic income of the surrounding community. In addition, it is expected that in the future there will be a Sustainability of women's empowerment program in developing business products in order to compete and compete at the national and international levels.</em></p><p> </p><p>Penelitian ini bertujuan untuk mendesain model pemberdayaan yang sesuai dengan karakter masyarakat di Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Fokus pada kegiatan pemberdayaan berbasis penelitian ini adalah pengembangan usaha perempuan nelayan Bale Bungo (oxyeleotris marmorata) Penelitian  ini  menggunakan model pendekatan kualitatif dengan metode  participatory  action  research  (PAR).Subjek  penelitian  terdiri  dari  kepala kecamatan dan Komunitas Perempuan nelayan.  Data penelitian ini diperoleh dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian adalah sebagai berikut. (1) Identifikasi kebutuhan masyarakat melalui Brainstorming (2) Pemetaan Potensi (3) Perencanaan dan melakukan peningkatan kapasitas anggota kelompok Melalui serangkaian pelatihan dan focus group discussion (FGD). Indikator keberhasilan pelatihan diantaranya adalah bertambahnya pengetahuan dan keterampilan untuk mengolah ikan bungo menjadi produk oleh-oleh yang bernilai tambah ekonomis. Perempuan nelayan, serta meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat sekitar. Selain itu, diharapkan kedepannya akan ada Keberlanjutan program pemberdayaan perempuan dalam pengembangan produk usaha agar dapat bersaing dan berkompetisi ditingkat nasional dan international <strong></strong></p><p> </p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document