scholarly journals PIJAT BAYI DAPAT MENINGKATKAN BERAT BADAN BAYI

2020 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 383-387
Author(s):  
Bunga Tiara Carolin ◽  
Siti Syamsiah Syamsiah ◽  
Mita Mauliah Khasri

ABSTRACT  Background: Weight problems in babies are very sensitive, as evidenced by World Health Organization (WHO) data stating the incidence of infant weight in the world is still below the standard of more than 5% with the prevalence of underweigh in southeast asia 26.9% (WHO, 2017). One of the efforts to optimize weight gain in infants in addition to the nutrition provided by the women, one of which needs to be the stimulation of stimuli or commonly known as baby massage.  Puprose: This study aims to determine the effect of infant massage on infant weight in the Alanda Care working area of Pangkalpinang City, Bangka Belitung Province.  Methods: The study used the Quasy Experiment method with Two Group pretest and postest Design. The population in this study is infants aged 2-5 months. The sample in this study are 30 respondens. Data were analyzed using paired t-test and Independen T-Test. Results: The results showed that there were 793 grams of infant weight in the intervention group and 400 grams in the control group. There were differences in the results of the pretest and posttest in each of the intervention groups (p=0,000) and the control group (p=0,000) and there is an effect of baby massage on baby weight (p=0,000). Conclusion: Although both of them gained weight in the intervention group and the control group, the weight gain in the intervention group almost doubled compared to the control group and there was also the effect of massage on baby weight.  Suggestion: It is expected that health workers can provide education about baby massage and its benefits to parents, especially those who have babies, so that public participation in the health sector can be increased  Keywords: Baby, Massage, Weight   ABSTRAK  Latar Belakang: Permasalahan berat badan pada bayi sangatlah sensitif, terbukti dari data World Health Organization (WHO) tahun 2017 menyatakan angka kejadian berat badan bayi di dunia masih di bawah standar yaitu lebih dari 5% dengan prevalensi underweigh di asia tenggara 26,9%. Salah satu upaya untuk mengoptimalkan berat badan pada bayi di samping nutrisi yang diberikan oleh ibu, salah satunya perlu juga adanya rangsangan stimulus atau yang biasa di kenal dengan pijat bayi.  Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pijat bayi terhadap berat badan bayi di wilayah kerja Alanda Care Kota Pangkalpinang Provinsi Bangka Belitung.  Metode: Penelitian menggunakan metode Quasy Experimen dengan Two Group pretest and postest Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi 2-5 bulan. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 responden yang dibagi menjadi dari 2 kelompok. Data dianalisa dengan Paired t test dan Independen T-Test. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kenaikan berat badan bayi pada kelompok intervensi sebanyak 793 gram dan pada kelompok kontrol sebanyak 400 gram. Terdapat perbedaan hasil pretest dan posttest pada masing-masing kelompok intervensi (p=0,000) dan kontrol (p=0,000) dan terdapat pengaruh pemberian pijit bayi terhadap berat badan bayi (p=0,000). Kesimpulan: Walaupun sama-sama terdapat kenaikan berat badan bayi pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol, tetapi kenaikannya berat pada kelompok intervensi mencapai hampir dua kali lipat daripada kelompok control dan juga ada pengaruh pijat terhadap berat badan bayi.  Saran: Diharapkan bagi petugas kesehatan dapat memberikan pendidikan tentang pijat bayi dan manfaatnya kepada para orangtua terutama yang memiliki bayi agar peran serta masyarakat di bidang kesehatan dapat meningkat.  Kata Kunci: Bayi, Pijat, Berat Badan

2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 1-7
Author(s):  
Kristiana Prasetia Handayani

Hipertensi menjadi penyebab penyakit kardiovaskuler seperti stroke, infark miokard dan gagal ginjal. World Health Organization (WHO) menyebutkan insiden hipertensi diprediksi meningkat mencapai 1,6 miliar orang dewasa di seluruh duniapada tahun 2025. Tehnik relaksasi genggam jari dapat menurunkan tekanan darah pasien hipertensi. Tujuan penelitian untuk mengetahui efek relaksasi genggam jari terhadap tekanan darah pasien hipertensi. Sebuah Pre-eksperimental design dengan rancangan pre-post testwith out control group design. Jumlah sampel penelitian berjumlah 52 orang dengan teknik purposive sampling. Pemberian teknik relaksasi genggam jari dilakukan selama 30 menit dalam 1 hari. Sampel diberikan perlakuan selama 5 hari.Tekanan darah diukur dengan tensimeter digital yang telah di tera.Data pre test merupakan tekanan darah pasien sebelum perlakuan (hari ke 0), dan post test adalah hasil pengukuran tekanan darah hari ke 6 atau 1 hari setelah perlakuan ke 5 dilakukan. Data di analisis dengan spss 23 dengan uji paired T test danα 0,05. Hasiluji analisis menunjukkan perbedaan means tekanan darah antara sebelum dan sesudah perlakuan (p 0,00) baik pada tekanan darah sistole, maupun diastole. Tehnik relaksasi genggam jari dapat menurunkan tekanan darah pasien karena dapat merangsang pengeluaran hormon endorfin. Ada efek teknik relaksasi genggam jari terhadap tekanan darah pasien hipertensi.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Mira Agusthia ◽  
Rachmawati M. Noer ◽  
Intan Susilawati

Berat badan bayi merupakan salah satu hal pertama yang dinilai untuk mengambarkan derajat atau status kesehatan bayi baru lahir, oleh karena itu Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dapat menjadi permasalahan. Menurut World Health Organization (WHO) diperkirakan sebanyak 20,6 juta bayi lahir setiap tahunnya adalah BBLR, dan hampir sepertiganya meninggal sebelum status kesehatannya stabil atau dalam 12 jam pertama kehidupan bayi. Untuk dapat mencapai kondisi kesehatan stabil dan berat badan normal, BBLR membutuhkan upaya pelestarian suhu tubuh, pemberian nutrisi dan pencegahan dari infeksi. Perawatan Metode Kanguru merupakan salah satu metode yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Perawatan Metode Kanguru terhadap peningkatan berat badan BBLR diruang Perinatologi RSUD Muhammad Sani. Desain penelitian yang digunakan Quasi-eksperimen pre test post test without control. Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi dengan berat badan lahir 1500 - 2500 gram. Sampel sebanyak 17 bayi dengan menggunakan teknik Total Sampling.. Data di kumpulkan dengan lembaran observasi, diolah dan dianalisa secara komputerisasi. Hasil analisa univariat diketahui rerata berat badan bayi sebelum dilakukan Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah 173,652 gram, dan sesudah dilakukan PMK interminten 2 jam perhari selama 7 hari, rerata berat badan meningkat menjadi 1861,76 gram. Terdapat perbedaan rerata berat badan sebelum dan sesudah sebesar 129,118 gram. Hasil uji paired t test adalah p = 0,000 >0,05. Disimpulkan bahwa ada pengaruh PMK terhadap peningkatkan berat badan BBLR di Ruang Perinatologi RSUD Muhammad Sani Tahun 2019. Diharapkan Rumah Sakit menerapkan semua Komponen Perawatan Metode Kanguru dan mengevalusi atas implementasinya.


2018 ◽  
Vol 16 (3) ◽  
Author(s):  
Dina Rakhmawati ◽  
Nurhaidah . ◽  
Suprijandani .

Makanan jajanan menurut WHO (World Health Organization) adalah makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan tempat-tempat yang ramai atau tempat-tempat umum yang dapat dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan lebih lanjut. Selama ini masih banyak makanan jajanan yang berpotensi dapat mengganggu kesehatan, seperti keracunan makanan. Dalam upaya menghindari terjadinya keracunan makanan maka perlu meningkatkan pengetahuan dan sikap anak usia sekolah tentang makanan jajanan menggunakan alat bantu atau media promosi, seperti media leaflet dan media video. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penyuluhan menggunakan media leaflet dengan video tentang pengetahuan dan sikap siswa materi makanan jajanan.Jenis penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimen one group pre-post test design. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 51 siswa kelas V pada responden kelompok media leaflet dan 51 siswa kelas V pada responden kelompok media video. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara analitik menggunakan paired t test pada program komputer.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan rata-rata nilai tingkat pengetahuan tentang makanan jajanan sebelum dengan sesudah dilakukan penyuluhan pada kelompok media leaflet dengan p value (0,032) < α (0,05), sedangkan pada sikap kelompok media leaflet dan pengetahuan serta sikap kelompok media video tidak terdapat perbedaan yang signifikan p value > α (0,05).Kesimpulan dalam penelitian ini diketahui bahwa penggunaan media leaflet dalam penyuluhan lebih baik dibandingkan dengan media video  terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap responden. Disarankan agar sekolah melakukan penyuluhan secara berkala menggunakan bantuan media leaflet.Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Media Leaflet dan Video


2020 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 123-129
Author(s):  
Porina Reski ◽  
Wira Ekdeni A ◽  
Fajar Sari T

Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. World Health Organization / WHO (2016), memperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan Diabetes Mellitus International Diabetic Foundation (IDF) menyatakan bahwa terdapat 382 juta orang didunia hidup dengan Diabetes Mellitus, di Klinik Pratama Alifa juga merupakan pasien terbanyak mengalami Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus merupakan kunci dari terjadinya komplikasi. Daun kersen dipercaya sebagai alternatif dalam menurunkan kadar gula darah tidak puasa (sewaktu) secara non-farmakologi. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui pengaruh pemberian rebusan daun kersen (muntingia calabura L.) terhadap kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe II di Klinik Pratama Alifa. Penelitian ini menggunakan metode Quasy experiment dengan rancangan One group pretest and post design. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 48 orang pasien yang mengalami Diabetes Mellitus Pemilihan sampel menggunakan metode Purposive Sampling. Besar sampel adalah 11 orang. Variable independen dalam penelitian ini adalah pemberian rebusan daun kersen (Muntingia Calabura L.), variable dependen dalam penelitian ini adalah penurunan kadar gula darah. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan mengobservasi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan menggunakan lembar checklis dan alat ukur kadar gula darah Digital GlucoDr, analisa menggunakan uji paired t-test dengan level signifikan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden sebelum diberikan intervensi sebanyak 63,6%, sesudah diberikan intervensi 90,9%. Adanya pengaruh pemberian rebusan daun kersen terhadap penurunan kadar gula darah (p = 0,009). Daun kersen mengandung saponin dan flavonoid yang dapat menghambat peneyerapan gula darah dari usus, sehingga karbohidrat tidak banyak diserap oleh usus. Rebusan daun kersen terbukti dapat menurunkan kadar gula darah dan dapat dijadikan obat herbal untuk penderita DM.  Bagi responden hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam upaya pengobatan diabetes mellitus secara non farmakologi atau herbal


2020 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 118-124
Author(s):  
Monica Regina Ngantung ◽  
Rita Dewi ◽  
Jojor Lamsihar Manalu

Pendahuluan: Hiperlipidemia merupakan penyebab 18% penyakit kardiovaskular dan 56% penyakit jantung iskemik di seluruh dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2017, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian pertama di seluruh dunia. Pada perannya terhadap penyakit kardiovaskuler, teh hijau dan teh hitam dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif dalam menurunkan kadar trigliserida.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo. Penelitian ini menggunakan 16 tikus Rattus norvegicus galur Sprague-Dawley yang telah dikondisikan menjadi hiperlipidemia dengan minyak babi dan kuning telur puyuh mentah dan dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan yaitu kelompok teh hijau dan teh hitam. Perlakuan dilakukan selama 17 hari dan pengecekan trigliserida dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan menggunakan alat dan strip test merek Lipid Pro. Data dikumpulkan dan dianalisis menggunakan uji Saphiro-Wilk, paired t-test, dan unpaired t-test.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (uji Saphiro-Wilk p>0,05). Perlakuan teh hijau dan teh hitam selama 17 hari menyebabkan terjadinya penurunan trigliserida yang signifikan (uji paired t-test p<0,05), terdapat perbedaan efektivitas penurunan trigliserida antar kelompok perlakuan (Uji unpaired t-test p<0,05).                                                                                                                                            Simpulan: Terdapat penurunan trigliserida tikus yang bermakna pada pemberian teh hijau maupun teh hitam. Teh hijau lebih efektif dibandingkan dengan teh hitam dalam menurunkan kadar trigliserida Rattus norvegicus model hiperlipidemia.


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 55-59
Author(s):  
Susi Hartati ◽  
Desmariyenti Desmariyenti

Anemia merupakan masalah kesehatan seluruh dunia, menurut World Health Organization (WHO) secara global, kasus anemia mempengaruhi 1,62 miliar orang atau setara dengan 24,8% dari populasi. Anemia pada remaja dapat menyebabkan menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar, menghambat pertumbuhan fisik dan kecerdasan otak, meningkatkan risiko infeksi, menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit, menurunkan semangat, konsentrasi dan prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tablet besi (Fe)terhadap status anemia remaja putri di Wilayah Kerja Puskesmas Kerumutan Kabupaten Pelalawan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Desain penelitian adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yakni seluruh siswi SMA Sederajat dengan jumlah 153 orang di Wilayah Kerja Puskesmas Kerumutan, Sampel yang diambil 15 orang responden. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berupa variabel independen  menggunakan Hb digital dan dependen adalah lembar observasi. Analisis penelitian ini menggunakan uji paired t test dependent. Hasil uji diketahui terdapat pengaruh pemberian tablet besi (Fe)  terhadap status anemia remaja putri, yang ditunjukkan nilai p value< ? yaitu 0,000  < 0,05.


2017 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Dyeri Susanti ◽  
Hesti Wulandari ◽  
Ryka Juaeriah ◽  
Sari Puspa Dewi

Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Pemantauan tumbuh kembang dan pencegahan penyakit pada balita merupakan aspek penting dalam meningkatkan kesehatan balita. Pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini masih dilakukan oleh profesi tunggal, sedangkan World Health Organization (WHO) merekomendasikan pelayanan kesehatan dengan praktik kolaborasi. Bekal tentang kolaborasi dapat diterapkan sejak tahap pendidikan melalui Interprofessional Education (IPE). IPE terjadi ketika dua atau lebihprofesi belajardengan, dari dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kerjasama dan hasil kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan sikap ibu tentang kesehatan balita setelah penerapan IPE pada Kelas Ibu Balita. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode observasional menggunakan rancangan one group pre-post test design. Sampel penelitianadalah ibu rumah tangga sebanyak 120 orang yang memiliki Balita usia 24-59 bulan, dan mahasiswa dari Program Studi Kebidanan, Keperawatan, Gizi, dan Kesehatan Lingkungan yang berjumlah 48 orang. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2016-Januari 2017 selama 7 minggu di RW 04, 11, 13 dan 15 wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah. Analisis dalam penelitian ini menggunakan Paired t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan sikap ibu terhadap kesehatan balita sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan, dengan nilai rata-rata pretest -0,02 menjadi 2,46 nilai rata-rata posttest. Simpulan pada penelitian ini adalah pembelajaran IPE dalam bentuk kuliah umum, diskusi, dan praktik lapangan di komunitas pada Kelas Ibu Balita oleh mahasiswa tenaga kesehatan dapat meningkatkan sikap ibu terhadap kesehatan balita.Kata Kunci: Interprofessional Education, Kesehatan Balita, Sikap Ibu Balita


Author(s):  
Adeleh Sadeghloo ◽  
Parna Shamsaee ◽  
Elham Hesari ◽  
Golbanhar Akhondzadeh ◽  
Hamid Hojjati

Abstract Introduction Thalassemia, as the most common chronic hereditary blood disorder in humans, can impose many adverse effects on parents and their affected children. On the other hand, positive thinking is the method or the result of a positive focus on a constructive issue, so by teaching positive thinking, we can improve physical and social function, and promote emotional health and overall quality of life. The aim of this study was to determine the effect of positive thinking training on the quality of life of parents of adolescents with thalassemia. Methods This quasi-experimental study was performed on 52 parents of adolescents with thalassemia who attended Taleghani Hospital in Golestan province, Iran in 2017. Samples were randomly assigned into two groups of intervention and control. The positive thinking training (based on the theory of Martin Seligman) was carried out in the intervention group in 10 (45–60 min) sessions over a 5-week period. Data collection tools in this study were the World Health Organization (WHO) quality of life questionnaire (WHOQOL-BREF) and a demographic information questionnaire. Data were analyzed by SPSS-16 software using independent t-test, the paired t-test and a covariance test. Results The results of paired t-test showed a significant difference in the score of quality of life in intervention group before and after the intervention (p < 0.001). However, this test did not show any significant difference in the control group (p = 0.11). The covariance test, after removing the pre-test score, showed a significant difference between the intervention and control groups in terms of the score of quality of life, so that 13% of the changes after the intervention were due to the intervention (p = 0.009, η = 0.13). Conclusion The positive thinking training increased the quality of life of parents of adolescents with thalassemia. Therefore, using this program can be an effective way of improving the quality of life of parents. Thus, positive thinking training is suggested to be used as an effective strategy for increasing the quality of life of parents with ill children.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 39-51
Author(s):  
Anisa Fitriani ◽  
Fuad Nashori ◽  
Indahria Sulistyarini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan regulasi emosi untuk meningkatkan kualitas hidup caregiver skizofrenia. Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan pretest-posttest control group design dan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Subjek terdiri atas dua puluh caregiver laki-laki dan perempuan berusia 47-63 tahun yang dibagi dalam kelompok eksperimen dan kontrol. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan pengukuran kualtias hidup dengan skala World Health Organization of Quality of Life-BREF. Data dianalisis menggunakan anava campuran untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup kelompok eksperimen dan kontrol saat prates, paskates, dan tindak lanjut. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan pada skor kualitas hidup kelompok eksperimen setelah diberi pelatihan regulasi emosi. Skor kualitas hidup mengalami peningkatan kembali saat pengukuran tindak lanjut, sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat peningkatan yang signifikan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pelatihan regulasi emosi efektif dalam meningkatkan kualitas hidup caregiver skizofrenia.


2018 ◽  
Vol 4 (5) ◽  
pp. 492-501
Author(s):  
Umi Solikhah ◽  
Hari Kusnanto ◽  
Fitri Haryanti ◽  
Yayi Suryo Prabandari

Background: One of the efforts in the health sector for programs to reduce infant and under-five mortality and morbidity rates is by the competence-based integrated management childhood illness (CB-IMCI) program. However, the program has been poorly implemented by health workers at the health center. Thus, the involvement of cadres is needed and their competency remains important to be improved.Objective: To quantitatively analyze cadre knowledge and competencies in the CB-IMCI program, and its relationship with the implementation of CB-IMCI, as well as to qualitatively explore and analyze the responses of cadres, health workers, and the community to the addition of cadre roles to the management of sick children.Methods: This was a mixed methods study with randomized controlled trials and qualitative method. For randomized controlled trials, 100 cadres were selected, which 50 randomly assigned in the intervention and control group. And for quantitative methods, informants included 10 cadres, 4 health workers, and 20 mothers. Paired t-test and independent t-test were employed for quantitative analysis, and triangulation was used for qualitative analysis.Results: The improvement of knowledge in the intervention group was better (I=14.42/C=4.44/p-value 0.00). The intervention group was more competent in the management of child illness (p-value 0.00). In addition, the cadres have additional competencies assisted by health workers to confidently detect cases earlier, and health center services reach a wider coverage in the community.Conclusion: The addition of cadres roles and competencies in the management of child illness in the community can be implemented in Banyumas Regency. It is suggested that the implementation of this program should be followed up in other health centers by the health department of Indonesia.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document