scholarly journals Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Pembayaran Iuran BPJS Kesehatan Mandiri di Kelurahan Bontomanai Kabupaten Gowa

2021 ◽  
pp. 1145-1152
Author(s):  
Siti Nurjannah ◽  
Andi Surahman Batara ◽  
Haeruddin

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pembayaran iuran BPJS Kesehatan Mandiri di Kelurahan Bontomanai Kabupaten Gowa. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta BPJS mandiri sebanyak 665 jiwa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah proportional stratified sampling dengan sampel sebanyak 100 orang. Metode analisis data menggunakan Uji Bivariat dengan Uji kolerasi chi square. Dari hasil penelitian diperoleh adalah variabel pendidikan, pekerjaan, persepsi, dan motivasi tidak terdapat hubungan sedangkan variabel pengetahuan terdapat hubungan dengan kepatuhan pembayaran iuran BPJS Kesehatan mandiri di Kelurahan Bontomanai. Saran pada penelitian ini adalah diharapkan pada peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan pembayaran iuran BPJS Kesehatan mandiri.

2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 302
Author(s):  
Noor Cholifah ◽  
Rusnoto Rusnoto ◽  
Rizka Himawan ◽  
Trisnawati Trisnawati

Latar Belakang :. Wanita mengalami kehilangan  zat besi akibat menstruasi sehingga zat besi yang harus diserap adalah 1,4 mg per hari menyebabkan meningkatnya kebutuhan rata-rata zat besi setiap harinya. Rendahnya IMT mempengaruhi durasi atau lamanya menstruasi. Tujuan :Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan siklus menstruasi dan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Di SMK Islam Jepara. Metode :Jenis penelelitian Survey Analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Peneliti menggunakan stratified sampling dengan mengambil jumlah populasi di SMK Islam Jepara sebanyak 401 siswi, maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu menggunakan rumus Slovin sekitar 81 siswi. Analisa Bivariat menggunakan uji Chi Square dan Instrumen menggunakan lembar kuesioner dan cheklist sedangkan alat ukur yamg digunakan GcHb dan Timbangan. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara Indeks Massa Tubuh dengan kejadian Anemia didapatkan nilai p value sebesar 0,019 < (α = 0,05) yang berarti Ho ditolak maka Ha diterima .Tidak ada hubungan bermakna antara siklus menstruasi dengan kejadian Anemia didapatkan nilai p value sebesar 0,749 > (α = 0,05) yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Kesimpulan : Ada hubungan indeks massa tubuh dengan kejadian anemia di SMK Islam Jepara. Tidak ada hubungan siklus menstruasi dengan kejadian anemia di SMK Islam Jepara.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 41-45
Author(s):  
Mery Sambo ◽  
Ni Wayan Riskyanti ◽  
Neni Sombo Bamba

Remaja sangat mudah mengalami stress. Dampak dari stress adalah remaja akan terlihat cemas, gelisah, bingung, mudah tersinggung dan cenderung mudah marah karena hal-hal yang sepele. Stres merupakan suatu reaksi baik secara fisik maupun emosional terhadap rangsangan atau perubahan yang terjadi disekitarnya. Salah satu perubahan yang memiliki dampak besar bagi para remaja ialah social distancing. Aturan social distancing yang disebabkan oleh pandemi membuat remaja tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari mereka seperti biasanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara social distancing dengan tingkat stres pada remaja usia sekolah. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain cross sectional study. Pengambilan sampel menggunakan propotional stratified sampling dengan jumlah 76 responden. Instrumen yang digunakan untuk mengukur  persepsi social distancing adalah  Short Social Participation Questionnaire-Lockdowns (SSPQ-L), untuk mengukur tingkat stress menggunakan kuesioner DASS-42. Uji statistic menggunakan uji chi-square dan diperoleh p=0.000 (?=0.05), yang berarti social distancing memiliki hubungan dengan tingkat stres pada remaja usia sekolah SMP Frater Mamasa. Social distancing merupakan keadaan yang dapat mempengaruhi tingkat stres pada remaja usia sekolah


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 34
Author(s):  
Ummul Khair Binti Amir ◽  
I gde Yasa Asmara ◽  
Rifana Cholidah

Pendahuluan: Dispepsia merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek klinis sehari-hari. Selain pada orang dewasa, dispepsia juga umum ditemui pada anak-anak dan remaja. Meskipun dispepsia jarang menimbulkan kematian, sebagian besar pasien mengalami nyeri perut signifikan yang mengganggu aktivitas mereka sehari-hari. Banyak pasien melaporkan gejala yang mereka alami terkait dengan konsumsi makanan. Selain itu, perilaku makan juga dikaitkan dengan dispepsia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara diet iritatif dan ketidakteraturan makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada remaja santri Madrasah Aliyah Al-Aziziyah Putri. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang dirancang secara analitik menggunakan metode cross sectional. Responden penelitian adalah 202 orang remaja perempuan berusia 10-19 tahun yang bersekolah di Madrasah Aliyah Al-Aziziyah Putri dan tinggal di asrama Pondok Pesantren Al-Aziziyah. Responden diambil menggunakan teknik proportionate stratified sampling. Data diperoleh melalui kuesioner yang telah diisi oleh responden. Uji statistik yang digunakan adalah uji chi square. Hasil: Responden yang memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman iritatif sebanyak 47%. Responden yang memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan secara tidak teratur sebanyak 46%. Angka kejadian sindrom dispepsia yang didapatkan sebanyak 60%. Berdasarkan hasil uji chi square, tidak terdapat hubungan antara diet iritatif dengan kejadian sindrom dispepsia (p=0,239) dan tidak terdapat hubungan antara ketidakteraturan makan dengan kejadian sindrom dispepsia (p=0,216). Kesimpulan: Angka kejadian sindrom dispepsia yang didapatkan sebanyak 60%. Tidak terdapat hubungan antara diet iritatif dan ketidakteraturan makan dengan kejadian sindrom dispepsia pada remaja santri Madrasah Aliyah Al-Aziziyah Putri


2020 ◽  
pp. 44-50
Author(s):  
Yusrah Taqiyah ◽  
Rizqy Iftitah Alam ◽  
Jusmawati Jusmawati

Remaja adalah suatu tahap transisi antara masa kanak-kanak kemasa dewasa. Remaja akan mengalami masa pubertas, salah satu tanda pubertas remaja yaitu menstruasi. Obesitas adalah penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan, sehingga meningkatkan kadar prostaglandin dalam tubuh dan memicu terjadinya dismenore. Tujuan penelitian ini, mengetahui hubungan kejadian obesitas dengan tingkat dismenore pada remaja putri di SMAN 20 Bone. Desain penelitian yang di gunakan adalah obeservasional analitik dengan pendekatan Cross sectional study. Dilaksanakan di SMAN 20 Bone pada bulan Agustus 2019. Populasi penelitian ini, semua siswi kelas X dan XI jurusan IPA dan IPS yaitu sebanyak 115 siswi. Adapun penentuan perkiraan jumlah sampel yang akan diambil digunakan rumus slovin dengan teknik Stratified Sampling yaitu sebanyak 90 sisiwi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswi yang obesitas dan mengalami tingkat dismenore (tidak nyeri, ringan, sedang, berat dan sangat berat) sebanyak 40 sisiwi. Uji hubungan dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi-Square, dengan tingkat kemaknaan, nilai ρ=value 0,003 (<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini, menunjukkan bahwa ada hubungan kejadian obesitas dengan tingkat dismenore pada remaja putri di SMAN 20 Bone. Teenagers are a transitional stage between childhood and adulthood. Teenagers will experience puberty, one sign of adolescent puberty is menstruation. Obesity is excessive accumulation of body fat tissue, thereby increasing prostaglandin levels in the body and triggering dysmenorrhea. The purpose of this study was to determine the relationship of the incidence of obesity with the level of dysmenorrhea in young women at SMAN 20 Bone. The research design used was observational analytic with cross sectional study approach. Conducted at 20 Bone High School in August 2019. The population of this study, all students of class X and XI majoring in Natural Sciences and Social Sciences as many as 115 students. The determination of the estimated number of samples to be taken used the Slovin formula with the Stratified Sampling technique of 90 students. The results showed that students who were obese and experienced levels of dysmenorrhea (painless, mild, moderate, severe and very severe) were 40 students. The relationship test was performed using the Chi-Square statistical test, with significance level, the value of ρ = value 0.003 (<0.05). The conclusions of this study, show that there is a relationship between the incidence of obesity with the level of dysmenorrhea in young women at SMAN 20 Bone.


2018 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Sugiatmi Sugiatmi ◽  
Dian Rini Handayani

Penyakit degeneratif atau penyakit non infeksi merupakan salah satu implikasi kesehatan yang dapat terjadi kepada seseorang di masa depan sebagai akibat dari perilaku kesehatan di masa remaja. Oleh karena itu, sangat penting mengidentifikasi faktor penentu obesitas agar dapat diketahui upaya pencegahannya pada remaja. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui faktor penentu obesitas di kalangan siswa SMA di Tangerang Selatan. Data diperoleh dari survei cross sectional yang dilakukan di SMAN 7 Tangerang Selatan terhadap 131 siswa SMA yang dipilih dengan teknik sampling proportional stratified sampling. Responden dinilai obesitas jika Z-score IMT/U (kg/m2) lebih dari 2 standar deviasi dari standar acuan pertumbuhan. Analisis bivariat menggunakan uji chi square. Regresi logistik ganda digunakan untuk menganalisis faktor penentu obesitas. Hasil penelitian ini menunjukkan risiko obesitas lebih tinggi pada siswa yang memiliki aktivitas fisik rendah (OR = 2.39), rendahnya pengetahuan gizi (OR = 2.89), dan tingginya konsumsi makanan cepat saji (OR = 2.74). Penentu obesitas adalah pengetahuan gizi dan frekuensi konsumsi makanan cepat saji. Risiko tertinggi adalah di kalangan siswa yang memiliki pengetahuan gizi rendah. Sekolah sebaiknya melakukan pelatihan tentang gizi dan makanan sehat secara teratur kepada siswa serta mengintegrasikan pengetahuan gizi ke dalam kurikulum sekolah untuk meningkatkan pengetahuan gizi siswa. Kata kunci: obesitas, remaja, pengetahuan


2020 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 76
Author(s):  
Reny Indrayani ◽  
Prehatin Trirahayu Ningrum ◽  
Ellyke Ellyke ◽  
Isa Marufi ◽  
Anita Dewi Moelyaningrum ◽  
...  

Mild Cognitive Impairment (MCI) adalah fase prodromal dari penurunan kognitif yang dapat mendahului munculnya Alzheimer’s Disease (AD). Populasi yang paling berisiko adalah petani yang mengaplikasikan pestisida pada tanamannya. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara usia, masa kerja, dan penggunaan pestisida (frekuensi dan lama penyemprotan) dengan kejadian MCI pada petani tembakau di Kabupaten Jember. Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional dengan sampel 200 petani di wilayah Kabupaten Jember, dengan metode stratified sampling. Analisis data menggunakan uji statistik chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden paling banyak berusia ≥45 tahun dan sebagian besar responden memiliki masa kerja >10 tahun. Sebagian besar responden melakukan penyemprotan pestisida 3-4 kali dalam 1 bulan dan lama penyemprotan terbagi rata menjadi dua kelompok yakni ≤2 jam dan >2 jam. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa pada responden penelitian, tidak terdapat hubungan antara usia, masa kerja, dan frekuensi penyemprotan pestisida dengan MCI, tetapi terdapat hubungan antara lama penyemprotan pestisida (p = 0,026) dengan MCI. Berdasarkan hasil ini, perlu dilakukan edukasi pada petani tembakau khususnya di Kabupaten Jember tentang bahaya pestisida dan untuk memperpendek lama penyemprotan pestisida.


2020 ◽  
Vol 63 (6) ◽  
pp. 2016-2026
Author(s):  
Tamara R. Almeida ◽  
Clayton H. Rocha ◽  
Camila M. Rabelo ◽  
Raquel F. Gomes ◽  
Ivone F. Neves-Lobo ◽  
...  

Purpose The aims of this study were to characterize hearing symptoms, habits, and sound pressure levels (SPLs) of personal audio system (PAS) used by young adults; estimate the risk of developing hearing loss and assess whether instructions given to users led to behavioral changes; and propose recommendations for PAS users. Method A cross-sectional study was performed in 50 subjects with normal hearing. Procedures included questionnaire and measurement of PAS SPLs (real ear and manikin) through the users' own headphones and devices while they listened to four songs. After 1 year, 30 subjects answered questions about their usage habits. For the statistical analysis, one-way analysis of variance, Tukey's post hoc test, Lin and Spearman coefficients, the chi-square test, and logistic regression were used. Results Most subjects listened to music every day, usually in noisy environments. Sixty percent of the subjects reported hearing symptoms after using a PAS. Substantial variability in the equivalent music listening level (Leq) was noted ( M = 84.7 dBA; min = 65.1 dBA, max = 97.5 dBA). A significant difference was found only in the 4-kHz band when comparing the real-ear and manikin techniques. Based on the Leq, 38% of the individuals exceeded the maximum daily time allowance. Comparison of the subjects according to the maximum allowed daily exposure time revealed a higher number of hearing complaints from people with greater exposure. After 1 year, 43% of the subjects reduced their usage time, and 70% reduced the volume. A volume not exceeding 80% was recommended, and at this volume, the maximum usage time should be 160 min. Conclusions The habit of listening to music at high intensities on a daily basis seems to cause hearing symptoms, even in individuals with normal hearing. The real-ear and manikin techniques produced similar results. Providing instructions on this topic combined with measuring PAS SPLs may be an appropriate strategy for raising the awareness of people who are at risk. Supplemental Material https://doi.org/10.23641/asha.12431435


Author(s):  
Sandrine Roussel ◽  
Alain Deccache ◽  
Mariane Frenay

Introduction: The implementation of Therapeutic Patient Education (TPE) remains a challenge. An exploratory study highlighted two tendencies among practitioners of TPE, which could hamper this implementation: an oscillation between identities (as caregivers versus as educators) and an inclination towards subjective psychological health objectives. Objectives: To verify whether these tendencies can be observed among an informed audience in TPE. Next, to explore the variables associated with one or other of these tendencies. Method: A quantitative cross-sectional survey by a self-administered questionnaire was carried out among 90 French-speaking healthcare professionals. Statistical analyses (chi-square, logistic regression) were then conducted. Results: Sixty percent of respondents displayed identity oscillation, which was found to be linked to task oscillation, patient curability, scepticism towards medicine and practising in France. Fifty-six percent pursued subjective psychological health objectives, which was found to be associated with health behaviour objectives and a locus of power in the healthcare relationship distinct from those seen in the pre-existing health models (biomedical, global). This tendency seems to constitute an alternative model of TPE. Discussion & conclusion: Identity oscillation and subjective psychological health objectives can be both observed. This study stresses the need to deliberate on the form(s) of TPE that is/are desired.


Author(s):  
Arip Ambulan Panjaitan

Introduction: Adolescent are at high risk of unwanted pragnency, including abortion, STIs, HIV/AIDS. Risky sexual behavior is one of the entrance transmissions of unwanted pregnancy. Such behavior can be influenced by various factors, beyond and within the individual factors. Teens need the support and motivation in deciding not to do risky sexual behavior. The purpose of this study was to investigate the determinants of adolescent behavior in the prevention of unwanted pregnancy.Methods: This research used cross-sectional design. The populations were students of senior high school in District Sintang. The were 123 respondents chosen by cluster sampling technique for this study. All data were collected using questionnaires and then analysed using bivariate (chi square) and multivariate analysis (logistic regression).Results: The results showed that the majority of respondents did not have good knowledge about the prevention of unwanted pregnancy. Related variable is the level of parental education (p=0.001), the support of parents/guardians (p=0.009), support teachers (p=0.005), peer support (p=0.039), residency (p=0.009), a pastime activity (p=0.000), knowledge of adolescents about reproductive health (p=0.016), perception ability of adolescents (p=0.006) and attitude of adolescents (p=0.049). Adolescent self-perception abilities are variables that most influence on the behavior of adolescents in the prevention of unwanted pregnancy.Conclusions: Efforts to improve reproductive health programs should be early and adolescent have responsibilities as well as healthy behaviors.


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 217-222
Author(s):  
Dhio Emerko Ginting ◽  
Fani Ade Irma ◽  
Sri Rezeki Arbaningsih ◽  
Siti Hajar

WHO telah menetapkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah perokok terbesar ketiga. Ada tiga zat kimia yang paling sangat berbahaya, yaitu tar, nikotin, karbon monoksida yang terkandung dalam rokok. Hasil penelitian di Inggris menunjukkan kepada kita bahwa kurang lebih 50% perokok yang merokok sejak remaja mengalami kematian akibat penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh asap rokok dengan proses kaskade clotting time. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain cross-sectional. Penelitian ini menggunakan sampel populasi laki-laki di Fakultas Kedokteran di UMSU yang diwawancara untuk mengetahui bahwa mereka merokok atau tidak, setelah itu, sampel diperiksa clotting time dan bleeding time. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan p = 0,000 bahwa ada hubungan merokok dengan clotting time dan bleeding time pada perokok berat dan sedang. Pada perokok berat dan moderat terdapat hubungan bermakna antara penurunan bleeding time dan peningkatan clotting time dengan merokok. Tidak ada hubungan antara clotting time dan merokok pada perokok ringan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document