scholarly journals Efek Antimikroba Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Isolat Bakteri Penyebab Acne vulgaris Secara Invitro

Author(s):  
Meiskha Bahar ◽  
Hany Yusmaini

Acne vulgaris adalah suatu kondisi inflamasi umum pada unit polisebaseus, ditandai dengan komedo, papul, pustul atau nodul. Penyakit kulit ini bukan merupakan penyakit yang berbahaya tetapi mempunyai dampak yang besar secara fisik maupun psikologik. Prinsip penanganan acne antara lain  menurunkan populasi Propionibacterium acne dan menekan inflamasi. Dari penelitian sebelumnya ditemukan adanya mikroorganisme lainnya dalam lesi yang mungkin berperan selain Propionibacterium acne yaitu Staphylococcus aureus, S. epidermidis dan Pityrosporum ovale. Beberapa sumber melaporkan ada beberapa manfaat Aloe vera untuk kecantikan dan perawatan kulit. Aloe vera juga digunakan secara eksternal untuk mengobati berbagai kondisi kulit seperti luka, nyeri dan menekan proses inflamasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek antimikroba ekstrak Aloe vera konsentrasi 25%,50% dan 75% terhadap isolat bakteri penyebab Acne vulgaris secara invitro dengan menggunakan metode difusi. Sebelum pengujian dilakukan isolasi dan identifikasi bakteri dari lesi. Bakteri yang ditemukan dari lesi penderita tergolong bakteri golongan Gram positif yaitu  Staphylococcus aureus dan Propionibacterium acne. Hasil uji One-way Anova  menunjukan terdapat perbedaan bermakna efektivitas ekstrak lidah buaya terhadap S.aureus dan P.acne. Uji Post Hoc terhadap S.aureus  menunjukan terdapat perbedaan bermakna ELB 25%, 50% dan 75% dengan kontrol (+) dan kontrol (-), tidak terdapat perbedaan bermakna antara ELB 25% dengan 50% dan 50% dengan 75%. Sedangkan antara 25% - 75% berbeda bermakna. Sedangkan Uji Post Hoc terhadap P.acne menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara  ELB 25%, 50% dan 75% dengan kontrol positif. Kesimpulan : Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera)  mempunyai efek antimikroba terhadap isolat bakteri penyebab Acne vulgaris yaitu Propionibacterium acne dan Staphylococcus aureus  pada konsentrasi 25%, 50% dan 75% secara invitro.

2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 641
Author(s):  
Alan Mustaqim ◽  
Aswiyanti Asri ◽  
Almurdi Almurdi

Indometasin dikonsumsi untuk mendapatkan efek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi, namun memiliki efek samping yang menyebabkan kerusakan mukosa gaster. Gel lidah buaya (Aloe vera) mungkin dapat memperbaiki mukosa gaster. Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh pemberian gel lidah buaya (Aloe vera) terhadap gambaran histopatologi gaster tikus wistar. Penelitian ini dilakukan dari Juli 2015 sampai Januari 2016 di Animal House FK Unand dan Laboratorium Patologi Anatomi FK Unand. Penelitian ini dilakukan pada tikus putih strain Wistar jantan (n=24) dan dibagi dalam 4 kelompok perlakuan yaitu kontrol (indometasin 30 mg/kgBB), perlakuan 1 (indometasin + gel lidah buaya 1 ml), perlakuan 2 (indometasin + gel lidah buaya 2 ml), perlakuan 3 (indometasin + gel lidah buaya 3 ml). Pengamatan dilakukan pada hari ke-14. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik One- way Anova dilanjutkan Post Hoc LSD dengan α=0,05. Pemeriksaan histopatologi gaster menunjukkan bahwa kerusakan mukosa paling berat ditemukan pada kelompok kontrol dengan skor rata-rata integritas mukosa 1,80, kemudian kelompok perlakuan 3 (1,23), kelompok perlakuan 1 (0,93), dan paling sedikit kerusakan pada kelompok 2 (0,77). Terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) antara kelompok kontrol dengan perlakuan 1 ataupun perlakuan 2, sementara antara kelompok kontrol dengan perlakuan 3 tidak signifikan. Simpulan penelitian ini ialah terdapat pengaruh pemberian gel lidah buaya (Aloe vera) terhadap perbaikan kerusakan mukosa gaster tikus wistar yang diinduksi indometasin dengan dosis gel 1ml dan 2ml.


2018 ◽  
Vol 15 (01) ◽  
pp. 12
Author(s):  
Suhaimi Suhaimi ◽  
Teti Indrawati ◽  
Shirly Kumala

INTISARI   Ekstrak kering lidah buaya dan ekstrak kental daun sirih merah mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan fenol yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri penyebab jerawat. Penelitian ini bertujuanUntuk menentukan konsentrasi ekstrak kering lidah buaya  (Aloe vera (L) brum f), untuk menentukan ekstrak kental daun sirih merah (Piper crotacum ruiz dan pav)  mempunyai daya hambat ter terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus penyebab jerawat dan untuk menentukan konsentrasi kombinasi ekstrak kering lidah buaya  (Aloe vera (L) brum f)  dan ekstrak kental daun sirih merah  (Piper crotacum ruiz dan pav)mempunyai daya hambat terterhadap bakteri  Propionibacterium acnes  dan  Staphylococcus aureus  penyebab jerawat.Tahap-tahap penelitian yaitu determinasi tanaman lidah buaya dan daun sirih merah, pembuatan ekstrak, pemeriksaan ekstrak meliputi organoleptik, pH, uji skrining fitokimia serta pengujian aktivitas masing-masing ekstrak kering lidah buaya dengan konsentrasi 10%, 15%, 20%, 25%, 30% dan 35%, ekstrak kental daun sirih merah dengan konsentrasi 25%, 12,5%, 7,16%, 3,13%, 1,78% dan 0,78% serta kombinasi ekstrak kering lidah buaya dan ekstrak kental daun sirih merah dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 7,16%, 3,13%,  dan 1,56 terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus. Kombinasi ekstrak kering  lidah buaya  dan ekstrak kental daun sirih merah   memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri  Staphylococcus aureus  pada konsentrasi 1,56 % dan Propionibacterium acne   pada konsentrasi  3,13  Kata kunci : Lidah buaya, daun sirih merah, Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus.  ABSTRACT  Dried aloe vera extract and thick red betel leaf extract contains alkaloid compounds, flavonoids, tannins, saponins and phenols that have activity as an antibacterial cause of acne. The aim of this study was to determine the concentration of Aloe vera (L) brum f) extract, to determine the thick red betel leaf extract (Piper crotacum ruiz and pav) to have the inhibitory effect against the bacteria Propionibacterium acnes and Staphylococcus aureus causes acne and  to determine the concentration of Aloe vera (L) brum f) and red thick betel leaf extract (Piper crotacum ruiz and pav) have inhibitory effect on bacteria Propionibacterium acnes and Staphylococcus aureus cause acne. The research stages are the determination of aloe vera and red betel leaf, extract preparation, extract examination including organoleptic, pH, phytochemical screening test and activity test of dry aloe vera extract with concentration 10%, 15%, 20%, 25% , 30% and 35%, thick red betel leaf extract with concentration of 25%, 12.5%, 7.16%, 3.13%, 1.78% and 0.78%, and combination of aloe vera extract and viscous extract red betel leaves with concentrations of 50%, 25%, 12.5%, 7.16%, 3.13%, and 1.56 against the bacteria Propionibacterium acnes and Staphylococcus aureus. The combination of dry extract of aloe vera and thick red betel leaf extract have antibacterial activity against Staphylococcus aureus bacteria at concentration 1.56% and Propionibacterium acne at concentration 3,13 %. Keywords: aloe vera, red betel leaf extract, Propionibacterium acnes, Staphylococcus aureus


2018 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Andita Fitriani ◽  
Erni Setiyorini ◽  
Farach Khanifah

Pendahuluan : Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi. Pemberian antibiotik merupakan upaya pengendalian terhadap infeksi yang dapat menyebabkan resisten. Bakteri Staphylococcus aureus telah resisten terhadap antibiotik ampisilin, amoksisilin-asam klavulanat, amoksisilin, penisilin G, sulbenisilin, kloramfenikol dan siprofloksasin sehingga penanganan terhadap infeksi Staphylococcus aureus relatif sulit. Daun Srikaya diketahui mengandung senyawa flavonoid, saponin dan tannin yang memiliki efek antimikroba. Metode Penelitian : Dalam penelitian ini ditentukan Kadar Hambat Minimum (KHM) dengan menggunakan metode dilusi padat.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen analitik dengan post test only control group design. Sampel dalam penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus yang merupakan stok kultur milik Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ekstrak daun srikaya (Annona squamosa L.) dengan konsentrasi 3%, 6%, 12% dan 24%. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus. Data dianalisis dengan uji one way ANOVA dilanjutkan uji Post Hoc LSD dengan nilai probabilitas (p)<0,05. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus yang berbanding terbalik dengan peningkatan konsentrasi ekstrak daun srikaya mulai dari konsentrasi 3% hingga 24%.Kesimpulan : Kesimpulan pada penelitian ini yaitu ekstrak daun srikaya mempunyai efek antimikroba terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan KHM terletak pada konsentrasi dua kali lipat dari konsentrasi 24%. Saran : Sebagai referensi bakteri yang dapat menyebabkan infeksi dan dapat menangsninys dengan antimikroba alami yang minimefek samping disbanding dengan BKOKata Kunci: Antimikroba, Ekstrak Daun Srikaya, , Kadar Hambat Minimum (KHM), Staphylococcus aureus


2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 641 ◽  
Author(s):  
Alan Mustaqim ◽  
Aswiyanti Asri ◽  
Almurdi Almurdi

Indometasin dikonsumsi untuk mendapatkan efek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi, namun memiliki efek samping yang menyebabkan kerusakan mukosa gaster. Gel lidah buaya (Aloe vera) mungkin dapat memperbaiki mukosa gaster. Tujuan penelitian ini adalah melihat pengaruh pemberian gel lidah buaya (Aloe vera) terhadap gambaran histopatologi gaster tikus wistar. Penelitian ini dilakukan dari Juli 2015 sampai Januari 2016 di Animal House FK Unand dan Laboratorium Patologi Anatomi FK Unand. Penelitian ini dilakukan pada tikus putih strain Wistar jantan (n=24) dan dibagi dalam 4 kelompok perlakuan yaitu kontrol (indometasin 30 mg/kgBB), perlakuan 1 (indometasin + gel lidah buaya 1 ml), perlakuan 2 (indometasin + gel lidah buaya 2 ml), perlakuan 3 (indometasin + gel lidah buaya 3 ml). Pengamatan dilakukan pada hari ke-14. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik One- way Anova dilanjutkan Post Hoc LSD dengan α=0,05. Pemeriksaan histopatologi gaster menunjukkan bahwa kerusakan mukosa paling berat ditemukan pada kelompok kontrol dengan skor rata-rata integritas mukosa 1,80, kemudian kelompok perlakuan 3 (1,23), kelompok perlakuan 1 (0,93), dan paling sedikit kerusakan pada kelompok 2 (0,77). Terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) antara kelompok kontrol dengan perlakuan 1 ataupun perlakuan 2, sementara antara kelompok kontrol dengan perlakuan 3 tidak signifikan. Simpulan penelitian ini ialah terdapat pengaruh pemberian gel lidah buaya (Aloe vera) terhadap perbaikan kerusakan mukosa gaster tikus wistar yang diinduksi indometasin dengan dosis gel 1ml dan 2ml.


2021 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 152-161
Author(s):  
Ovelia Yolanda ◽  
Sekar Dorojati Yuliana ◽  
Yudhi Nugraha

AbstrakBerbagai penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa kolagen merupakan biomaterial ideal dalam aktivitas penyembuhan luka. Senyawa bioaktif pada madu dan Aloe vera dapat membantu meningkatkan pembentukan kolagen. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan pengaruh aplikasi topikal madu, gel Aloe vera, dan Moist Exposed Burn Ointment (MEBO) terhadap kepadatan kolagen pada proses penyembuhan luka bakar derajat dua pada tikus. Luka bakar dibuat pada 28 ekor tikus dan dibagi menjadi empat kelompok yang dipilih secara acak serta dilakukan aplikasi topikal harian dengan NaCl, madu, gel Aloe vera, dan MEBO secara berurutan. Biopsi kulit dilakukan pada hari ke-7, kemudian dilakukan pembuatan sediaan histopatologi kulit dan dihitung kepadatan kolagennya. Uji One Way ANOVA menunjukkan kepadatan kolagen berbeda secara signifikan antar masing-masing kelompok (p= 0,009). Uji Post Hoc Bonferroni menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok NaCl dengan madu (p= 0,024) dan NaCl dengan MEBO (p= 0,024). Penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi madu dan MEBO secara topikal pada luka bakar derajat dua dapat meningkatkan pembentukan kolagen, sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Madu, Aloe vera, dan MEBO dapat dijadikan sebagai terapi alternatif dalam penyembuhan luka bakar. AbstractVarious scientific studies have proven that collagen is an ideal biomaterial in wound healing activities. The bioactive compounds in honey and Aloe vera can help increase collagen formation. This study was conducted to compare the effect of topical application of honey, Aloe vera gel, and MEBO (Moist Exposed Burn Ointment) on collagen density in the healing process of second-degree burns in rats. Burns were made on 28 rats which were further randomly divided into four groups to receive daily topical application of NaCl, Aloe vera, honey, and MEBO respectively. Skin biopsy was carried out on the seventh day, then histopathological preparation of the skin was made and collagen density was calculated. Result of One Way ANOVA test showed that collagen density differed significantly between groups (p= 0.009). The Post Hoc Bonferroni test resulted in significant difference between NaCl with honey group (p= 0.024) and NaCl with MEBO (p= 0.024). This study found that topical application of honey and MEBO to second-degree burns could increase collagen formation, thus accelerating wound healing process. Honey, Aloe vera, and MEBO can be used as alternative therapies for healing burns.


2021 ◽  
Vol 1 (11) ◽  
Author(s):  
Dimas Adrianto ◽  
Shirly Kumala ◽  
Teti Indrawati

Jerawat (Acne vulgaris) merupakan penyakit inflamasi kronik yang terjadi pada unit pilosebaseus. Infeksi dapat disebabkan oleh Propionibacterium acne dan Staphylococcus aureus. Daun sirsak dan Herba meniran diketahui dapat menghambat pertumbuhan jerawat dan mampu membunuh bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas sediaan gel kombinasi kedua ekstrak dalam menghambat pertumbuhan bakteri penyebab jerawat (Propionibacterium acne dan Staphylococcus aureus), melakukan analisa parameter fisik, kimia dan stabilitas sediaan pada suhu dan waktu penyimpanan, serta uji iritasi akut dermal terhadap kelinci. Masing-masing ekstrak dilakukan uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji dengan metode difusi cakram dengan konsentrasi 50%; 25%; 12,5%; 6,25%; 3,0%; 1,5%; 0,75%, kontrol positif (klindamisin) dan kontrol negatif (DMSO). Selanjutnya dilakukan pengukuran zona hambat dan penetapan konsentrasi zona hambat minimum dari kedua ekstrak. Kombinasi ekstrak diformulasi dalam sediaan gel dengan eksipien Na-CMC, Gliserin, Propilenglikol, Phenoxyetanol, dan Aquadest. Uji aktivitas antibakteri sediaan gel menggunakan metode cakram dengan kontrol positif gel mediklin. Evaluasi sediaan gel meliputi parameter fisik, kimia dan mikrobiologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan gel kombinasi herba meniran dan daun sirsak memiliki aktivitas terhadap bakteri P. acne dan S. aureus pada konsentrasi 4,5% dan 3,0% termasuk kategori kuat. Formula gel dapat memenuhi parameter fisik dan kimia serta stabil terhadap suhu 4oC, 27oC, 40oC dan waktu penyimpanan selama 12 minggu. Hasil indeks iritasi primer diperoleh sebesar 0,40 (kategori respon sangat ringan).


2019 ◽  
pp. 50-56
Author(s):  
Vector Stephen Dewangga ◽  
Ardy Prian Nirwana

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri penyebab bakteremia. Bakteremia dapat diatasi dengan menggunakan pengobatan tradisional yang lebih aman, salah satu alternatifnya dengan menggunakan daun Annona squamosa L. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol daun A. squamosa L. dan mengetahui konsentrasi optimal dari ekstrak etanol daun A. squamosa L. dalam menghambat pertumbuhan S. aureus. Penelitian menggunakan desain analitik eksperimental dengan pendekatan Post Test with Control. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi STIKES Nasional Surakarta pada bulan Februari hingga Mei 2018. Sampel penelitian adalah ekstrak etanol daun A. squamosa L. dengan konsentrasi 12,5%, 25% dan 50%. Teknik sampling yang digunakan adalah quota sampling. Hipotesis dilakukan dengan One-way Anova, dilanjutkan uji Post Hoc dengan metode Duncan’s Multiple Range Test. Dari penelitian dijumpai diameter zona radikal 8,17 mm pada konsentrasi 12,5%; 9,57 mm pada konsentrasi 25%, dan 10,58 mm pada konsentrasi 50%. Uji Anova diperoleh hasil signiÞ kan yang artinya terdapat beda nyata diantara semua perlakuan. Ekstrak etanol daun A. squamosa L. mampu menghambat pertumbuhan S. aureus, namun belum seoptimal ciprofloxacin. Kata kunci: Uji daya hambat, ekstrak etanol, daun Annona squamosa L., Staphylococcus aureus, ciprofloxacin Staphylococcus aureus is one of bacteria that can cause bacterimia. Bacterimia can be prevented with traditional medicine which is safer, one of which is using the leaves of Annona squamosa L. The purpose of this research is to discover the inhibition test of ethanol extract of A. squamosa L. leaves and knowing the optimal concentration of ethanol extracts with A. squamosa L. leaves in inhibiting the growth of S. aureus. This study is an analytic experimental design and post test with control. The research was done during February to May 2018 at Bacteriological Laboratory of STIKES Nasional. The sample of this research is ethanol extract of A. squamosa L. leaves in 12,5%, 25%, and 50% concentration. Hypothesis test is done with One-way Anova, post hoc test followed by Duncan’s Multiple Range Test method. The result of this study has been found radical zone diameter in 12,5%, 25%, 50% concentration are 8,77 mm, 9,57 mm, 10,58 mm. The result Anova test is found to be signiÞ cant, which means there is real difference between all variance treatment. Ethanol extract of A. squamosa L. leaves has inhibition power against the growth of S. aureus with well diffusion method. Although there is no concentration more optimal than positive control (ciprofloxacin). Keywords: Inhibition test, ethanol extract, Annona squamosa L. leaves, Staphylococcus aureus, ciprofloxacin.


Author(s):  
Yola Anggraeni ◽  
Tika Ambarwati ◽  
Irmas Miranti ◽  
Erza Genatrika

Jerawat  didefinisikan  sebagai  peradangan  kronik  dari  folikel  polisebasea  yang disebabkan  oleh  beberapa  faktor  dengan  gambaran  klinis  yang  khas.  Salah  satu tanaman  yang  dapat  mengatasi  jerawat  yaitu semangka.  Kulit buah semangka (Citrullus lanatus (Thunb.) Matsum & Nakai) memiliki   senyawa antibakteri di antaranya  alkaloid,  fenol,  saponin,  dan  terpenoid.  Dalam penelitian ini ekstrak limbah  kulit  buah semangka diformulasikan   dalam   sediaan   gel.   Tahap   penelitian   yang menggunakan  rancangan  acak  lengkap ini meliputi  penyiapan  dan  pengumpulan simplisia   limbah   kulit   buah   semangka,   ekstraksi,   uji kandungan senyawa, formulasi gel, evaluasi sifat fisik sediaan gel, dan uji aktivitas antibakteri  terhadap  bakteri  Propionibacterium acnes  dan  Staphylococcus  aureus. Ekstraksi yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode maserasi dengan penyari kloroform. Uji kandungan senyawa dilakukan dengan menggunakan metode penapisan fitokimia meliputi uji alkaloid, uji triterpenoid, uji fenol, dan uji saponin. Ekstrak kulit buah semangka dengan konsentrasi 5, 10, dan 15% kemudian diformulasikan dengan carbopol 940 dan dilanjutkan dengan evaluasi sifat fisik gel, di antaranya uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat, uji pH, dan uji viskositas. Uji aktivitas antibakteri dari formulasi ekstrak kulit buah semangka dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar. Hasil formulasi terbaik pada formulasi gel menghasilkan gel yang homogen, lekat, menyebar, pH yang cocok dengan kulit, dan memiliki viskositas yang cukup baik. Hasil terbaik dari zona hambat uji antibakteri pada bakteri Propionibacterium acnes yaitu 5,23 mm dan pada bakteri Staphylococcus  aureus yaitu 5,80 mm.


2015 ◽  
Vol 59 (8) ◽  
pp. 4497-4503 ◽  
Author(s):  
Katie E. Barber ◽  
Jordan R. Smith ◽  
Cortney E. Ireland ◽  
Blaise R. Boles ◽  
Warren E. Rose ◽  
...  

ABSTRACTAnnually, medical device infections are associated with >250,000 catheter-associated bloodstream infections (CLABSI), with up to 25% mortality.Staphylococcus aureus, a primary pathogen in these infections, is capable of biofilm production, allowing organism persistence in harsh environments, offering antimicrobial protection. With increases inS. aureusisolates with reduced susceptibility to current agents, ceftaroline (CPT) offers a therapeutic alternative. Therefore, we evaluated whether CPT would have a role against biofilm-producing methicillin-resistantS. aureus(MRSA), including those with decreased susceptibilities to alternative agents. In this study, we investigated CPT activity alone or combined with daptomycin (DAP) or rifampin (RIF) against 3 clinical biofilm-producing MRSA strains in anin vitrobiofilm pharmacokinetic/pharmacodynamic (PK/PD) model. Simulated antimicrobial regimens were as follows: 600 mg of CPT every 8 h (q8h) (free maximum concentration of drug [fCmax], 17.04 mg/liter; elimination half-life [t1/2], 2.66 h), 12 mg/kg of body weight/day of DAP (fCmax, 14.7 mg/liter;t1/2, 8 h), and 450 mg of RIF q12h (fCmax, 3.5 mg/liter;t1/2, 3.4 h), CPT plus DAP, and CPT plus RIF. Samples were obtained and plated to determine colony counts. Differences in log10CFU/cm2were evaluated by analysis of variance with Tukey'spost hoctest. The strains were CPT and vancomycin susceptible and DAP nonsusceptible (DNS). CPT displayed activity throughout the experiment. DAP demonstrated initial activity with regrowth at 24 h in all strains. RIF was comparable to the drug-free control, and little benefit was observed when combined with CPT. CPT plus DAP displayed potent activity, with an average log10CFU/cm2reduction of 3.33 ± 1.01 from baseline. CPT demonstrated activity against biofilm-producing DNS MRSA. CPT plus DAP displayed therapeutic enhancement over monotherapy, providing a potential option for difficult-to-treat medical device infections.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document