scholarly journals Metode Pijat Oksitosin, Salah Satu Upaya Meningkatkan Produksi ASI Pada Ibu Postpartum

2021 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Kurniati Devi Purnamasari ◽  
Yudita Ingga Hindiarti

Pemberian ASI (Air Susu Ibu) eksklusif selama enam bulan di seluruh dunia belum sesuai dengan rekomendasi World Health Organization (WHO). Terlepas dari manfaat ASI, masalah masalah dalam pemberian ASI eksklusif salah satu kendala utamanya yakni produksi ASI yang tidak lancar. Secara klinis pemberian terapi obat diberikan pada post partum untuk memperlancar ASI. Sayangnya, metode ini memiliki efek ketergantungan pada ibu. Pijat Oksitosin merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan produksi ASI dan bersifat non invasif untuk ibu. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pijat oksitosin terhadap pengeluaran ASI pada ibu post partum. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan eksperimen semu. Populasi pada penelitian ini berjumlah 86 orang. Sampel diambil secara purposive sampling berjumlah 60 orang ibu post partum yang dibagi menjadi 2 kelompok secara randomisasi yaitu 30 orang kelompok intervensi yang diberikan pijat oksitosin selama 30 menit dan 30 orang kelompok kontrol yang diberikan pijat oksitosin selama 15 menit. Hasil Uji statistik diperoleh p-value= 0,000 (p-value ≤0,05) yang berarti ada pengaruh signifikan antara pijat oksitosin pada kelompok intervensi terhadap produksi ASI pada ibu post partum.  Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pelayanan bagi tenaga kesehatan terutama bidan sebagai pelaksana sehingga dapat memberikan edukasi kepada ibu akan manfaat pijat oksitosin dan dapat memotivasi ibu dan keluarga untuk melakukan pijat oksitosin.

2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 149
Author(s):  
Sherly Mutiara ◽  
Dini Qurrata Ayuni ◽  
Rika Astria Rishel

Badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa prevalensi ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar 40%, hal ini semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Kadar hemoglobin normal pada ibu-ibu hamil adalah 11 gr/ mmHg. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas konsumsi rumput laut (eucheuma spinosum) terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Naras Kota Pariaman tahun 2020. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperiment dengan pendekatan menggunakan rancangan post tes only control group desain. Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Naras pada tanggal .Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling, Teknik pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan SPSS. Hasil analisis univariat ditemukan dari 25 responden terdapat 42% responden mengalami anemia (pre test), 44% tidak mengalami anemia (post test) di wilayah kerja puskesmas naras. Hasil analisis bivariat didapatkan adanya efektivitas konsumsi rumput laut (eucheuma spinosum) terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil (p value = 0,000) Di Wilayah Kerja Puskesmas Naras Tahun 2020.Hasil penelitian ini menunjukan bahwa adanya efektivitas konsumsi rumput laut (eucheuma spinosum) terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil. Diharapkan pada petugas kesehatan hendaknya lebih meningkatkan lagi memberikan penyuluhan kepada penderita anemia, seperti memberikan leafleat atau selebaran-selebaran yang berisikan informasi tentang hal-hal yang mempengaruhi kadar hemoglobin). 


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 1-6
Author(s):  
Dedi Mahyudin Syam ◽  
Andi Bungawati ◽  
Tjitrowati Dja'afar ◽  
Maryam Maryam ◽  
Ros Arianty ◽  
...  

Asupan gizi  yang tidak dapat diserap akan  menimbulkan tekanan osmotik dalam rongga usus bertambah, sehingga menyebabkan perpindahan air serta elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan sehingga menyebabkan diare. World Health Organization (WHO) diare merupakan pemicu kematian nomor 2 pada anak di dunia, nomor 3 pada balita, serta nomor 5 untuk seluruh usia, ±1, 5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya di sebabkan diare. Observasi pendahuluan lewat wawancara dengan 5 orang anak sekolah kala habis bermain cuci tangan kadangkala dilaksanakan dan kadangkala tidak dilaksanakan. Tujuan studi ini adalah diketahuinya hubungan hygiene perorangan anak umur sekolah dengan penyakit diare di Kecamatan Bonobogu Kabupaten Buol Kategori riset ini ialah studi analitik dengan pendekatan case control. Populasi dalam studi ini yaitu anak umur sekolah yang alami diare berjumlah 20 orang dan 20 orang tidak alami diare. Prosedur pengambilan sampel memakai purposive sampling. Analisis yang digunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil analisis statistik Terdapat hubungan hygiene perorangan anak umur sekolah dengan  penyakit diare di Kecamatan Bonobogu Kabupaten Buol dengan p-value 0, 001. Nilai OR 1, 286, maksudnya anak yang hygiene perorangan yang kurang baik berpeluang mengidap diare 1, 286 kali dibandingkan dengan hygiene perorangan baik. Dianjurkan warga Kecamatan Bonobogu Kabupaten Buol menerapkan hygiene perorangan untuk menghindari kejadian diare. Jenis penelitian  ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan case control. Populasi dalam penelitian ini anak usia sekolah menderita diare berjumlah 20 orang dan 20 orang bukan penderita diare. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. Analisis yang digunakan analisa univariat dan bivariat. Ada hubungan hygiene perorangan anak usia sekolah dengan kejadian penyakit diare di Kecamatan Bonobogu Kabupaten Buol dengan p value 0,001. Nilai OR 1,286, artinya anak yang hygiene perorangan yang kurang baik berpeluang menderita diare 1,286 kali dibanding dengan  hygiene perorangan baik. Disarankan masyarakat Kecamatan Bonobogu Kabupaten Buol menerapkan  hygiene perorangan untuk mencegah kejadian diare.


2020 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 41
Author(s):  
Mina Yumei Santi ◽  
Sabar Santoso ◽  
Nasyiatush Sholihah

United Nation Childrens Fund dan World Health Organization merekomendasikan pemberian ASI eksklusif untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas bayi.  Ibu bekerja cenderung tidak memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Kurangnya dukungan tempat kerja menjadi salah satu faktor penyebab kegagalan ASI eksklusif pada ibu bekerja. Cakupan ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Sewon II menurun dari tahun 2015 ke 2016 dan menjadi salah satu puskesmas dengan cakupan terendah di Kabupaten Bantul. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan dukungan tempat kerja dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja di wilayah kerja Puskesmas Sewon II. Metode yang digunakan observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling dan melibatkan 70 responden yaitu ibu balita yang bekerja. Pengambilan data menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Analisis data menggunakan uji statistik chi-square. Hasil studi menunjukkan terdapat hubungan antara dukungan tempat kerja dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja dengan p-value 0,011 (α = <0,05) dan keeratan hubungan rendah dengan coefficient contingency 0,291. Karakteristik responden yang berhubungan dengan ASI eksklusif yaitu pendidikan, paritas, dan durasi kerja. Tempat kerja diharapkan memberikan waktu, sarana prasarana, dan kebijakan yang mendukung ASI eksklusif pada ibu bekerja sesuai dengan peraturan pemerintah.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 136-145
Author(s):  
Setiawati Setiawati ◽  
Lidya Aryanti ◽  
Santy Anggraini

ABSTRACT: EFFECT OF SUPPLEMENTARY RECOVERY FEEDING (PMT-P) ON MALNUTRITION STATUS OF TODDLERS IN THE WORKING AREA OF SEGALA MIDER HEALTH CENTER BANDAR LAMPUNG  Backrgound: Nutritional problems of toddlers need attention. The World Health Organization (WHO) reports that there are 99 million toddlers suffering from malnutrition. Data in Indonesia in 2018 states that the percentage of malnutrition among children aged 0-59 months is 3.9%, while the percentage of malnutrition is 13.8%. Data in Lampung Province states that the percentage of malnutrition and malnutrition among children aged 0-59 months is 3.1% for malnutrition and 12.8 for malnutrition. Data from the Bandar Lampung Health Service in 2019, it was found that there were targets for malnourished toddlers, namely as many as 1,277 toddlers and the largest was at the Segala Mider Health Center, as much 76 toddlers.Purpose: To determine the effect of supplementary recovery feeding (PMT-P) on under-nutrition status in children under five.Method: This type of research is quantitative, with a one group pretest posttest design. The population was all malnourished toddlers who received PMT-P in the work area of the Puskesmas All Mider Bandar Lampung, with a total sample of 30 children. The sampling technique used purposive sampling. The analysis in this study used a dependent t-test. Dependent t-test / paired sample t-test..Results: The results of the univariate analysis showed that the mean z-score before the supplementary feeding recovery (PMT-P) program was -2,391 ± 0,214  and after the PMT-P program increased to -1,431 ± 0.476.The results of the difference between the two mean z-score increases before and after the PMT-P program were implemented of 0,959 and obtained  p-value = 0,000. The conclusions from the results of the study showed there is an effect of supplementary recovery feeding (PMT-P) on malnutrition status in children under five. So it is hoped that health workers can be more routine in providing health education to people who have toddlers, especially about toddler nutrition and provide leaflets on fulfilling toddler nutrition. Keywords : PMT-P, malnutrition status, toddlers     INTISARI: PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN (PMT-P) TERHADAP STATUS GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEGALA MIDER BANDAR LAMPUNG  Latar Belakang: Masalah gizi balita parlu mendapat perhatian. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa terdapat 99 juta Balita menderita gizi kurang. Data di Indonesia tahun 2018, menyebutkan persentase gizi buruk pada balita usia 0-59 bulan adalah sebesar 3,9%, sedangkan persentase gizi kurang adalah 13,8%. Data di Provinsi Lampung, menyebutkan persentase gizi buruk dan gizi kurang pada balita usia 0-59 bulan  yaitu sebesar 3,1% untuk gizi buruk, dan  12,8 untuk gizi kurang. Data Dinas Kesehatan Bandar Lampung tahun 2019, diperoleh bahwa terdapat sasaran balita gizi kurang yaitu sebanyak 1.277 balita dan terbanyak yaitu di Puskesmas Segala Mider yaitu 76 balita.Tujuan: Diketahui pengaruh pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) terhadap status gizi kurang pada balita.Metode: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dengan rancangan one group pretest posttest. Populasi yaitu seluruh balita gizi kurang yang mendapatkan PMT-P di wilayah kerja Puskesmas Segala Mider Bandar Lampung, dengan jumlah sampel sebanyak 28 balita. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Analisis pada penelitian ini menggunakan uji-t dependen. Uji t dependen/ paired sample t-test.Hasil: Hasil analisis univariat bahwa rerata nilai z-skore sebelum dilakukan program pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) yaitu -2,391 ± 0,214 dan setelah dilakukan program PMT-P meningkat menjadi -1,431 ± 0,476. Hasil nilai beda dua mean peningkatan z-skore sebelum dan sesudah dilaksanakan program PMT-P sebesar 0,959 dan diperoleh p-value=0,000. Kesimpulan dari hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) terhadap status gizi kurang pada balita. Sehingga diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat lebih rutin lagi dalam memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat yang memiliki balita khususnya tentang asupan gizi balita serta memberikan leaflet tentang pemenuhan gizi balita. Kata Kunci   : PMT-P, status gizi kurang, balita


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Fera Riswidautami Herwandar ◽  
Russiska Russiska ◽  
Intan Maharani Fakhrudin

Permasalahan kesehatan pada remaja yang menduduki persentasi terbesar dibanding yang lainnya adalah gangguan menstruasi. Gangguan pada siklus menstruasi (durasi perdarahan yang lebih lama dan ketidakteraturan siklus) disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya ialah stres. Stres diketahui sebagai faktor-faktor penyebab (etiologi) terjadinya gangguan siklus menstruasi. Stres akan memicu pelepasan hormon kortisol dimana hormon kortisol ini dijadikan tolak ukur untuk melihat derajat stres seseorang. Hormon kortisol diatur oleh hipotalamus otak dan kelenjar pituitari, dengan dimulainya aktivitas hipotalamus, hipofisis mengeluarkan FSH dan proses stimulus ovarium akan menghasilkan estrogen. Penelitian yang dilakukan oleh Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dibawah naungan World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa permasalahan remaja di Indonesia adalah seputar permasalahan yang mengenai gangguan menstruasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswa kebidanan tingkat I di STIKES Kuningan tahun 2019. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa kebidanan tingkat I di STIKES Kuningan tahun 2019 sebanyak 41 responden. Analisis yang digunakan analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswa kebidanan tingkat I di STIKES Kuningan, dari 41 responden terdapat 18 (44%) responden yang mengalami stres sedang, pada siklus menstruasi yang tidak teratur terdapat 25 (61%) responden. Hasil uji rank spearman,  yakni p value = 0,01 (<0,05) yang ada hubungan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi. Berdasarkan hasil penelitian penulis dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan siklus menstruasi pada mahasiswa kebidanan tingkat I di STIKES Kuningan tahun 2019. Bagi institusi Pendidikan khususnya Program Studi Diploma III Kebidanan diharapkan dapat membuat sebuah program edukasi mengenai manajemen stres pada remaja yang bisa dilakukan secara rutin di luar jadwal perkuliahan.  


Author(s):  
Dini Kesumah Dini Kesumah

ABSTRACT According to World Health Organization Health Organization (WHO) in 2005 showed 49% of deaths occur in children under five in developing countries. Nutritional problems can not be done with the medical and health care approach alone. Causes related to malnutrition that maternal education, socioeconomic families, poor environmental sanitation, and lack of food supplies. This study aims to determine the relationship between education and socioeconomic status of families with nutrition survey using a cross sectional analytic approach, with a population of all mothers of children under five who visited the health center in Palembang Keramasan Accidental sampling Sampling the number of samples obtained 35 respondents. Variables include the study independent and dependent variables and univariate analysis using Chi-Square test statistic with a significance level α = 0.05. The results from 35 respondents indicate that highly educated mothers earned as many as 16 people (45.7%), and middle and upper income families as many as 12 people (34.3%) and bivariate test results show that highly educated respondents toddler nutritional status good for 81.3% (13 people) is larger than the less educated respondents balitanya good nutritional status 26.3% (5 persons) as well as respondents who have middle and upper socioeconomic families with good nutritional status of children at 91.7% ( 11 people) is larger when compared to respondents who have family socioeconomic medium with good nutritional status of children at 30.4% (7 people). Statistical tests show that education has a significant relationship with nutritional status of children P value = 0.004 and socioeconomic families have a meaningful relationship with nutritional status of children P value = 0.002. Based on the results of the study suggested the health professionals in the health center should further improve the education, information about the importance of nutrition to the development of the child in the mothers through the selection and processing of good food and a good diet through health centers and integrated health.   ABSTRAK  Menurut badan kesehatan World Health Organization (WHO) tahun 2005 menunjukkan 49% kematian yang terjadi pada anak dibawah umur lima tahun di negara berkembang. Masalah gizi ini tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab yang berhubungan dengan kurang gizi yaitu pendidikan ibu, sosial ekonomi keluarga, sanitasi lingkungan yang kurang baik,dan kurangnya persediaan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan sosial ekonomi keluarga dengan status gizi balita dengan menggunakan metode survei analitik pendekatan secara Cross Sectional, dengan populasi semua ibu yang memiliki anak balita yang berkunjung ke Puskesmas Keramasan Palembang dengan pengambilan sampel secara Accidental Sampling diperoleh jumlah sampel 35 responden. Variabel penelitian meliputi variabel independen dan dependen serta analisis univariat menggunakan uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 35 responden didapatkan ibu yang berpendidikan tinggi sebanyak 16 orang  (45,7%), dan keluarga yang berpenghasilan menengah keatas sebanyak 12 orang (34,3%) dan hasil uji bivariat menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan tinggi status gizi balitanya baik sebesar 81,3% (13 orang) lebih besar bila dibanding responden yang berpendidikan rendah status gizi balitanya baik 26,3% (5 orang) serta responden yang mempunyai sosial ekonomi keluarga menengah keatas dengan status gizi balita baik sebesar 91,7% (11 orang) lebih besar bila dibanding responden yang mempunyai sosial ekonomi keluarga menengah kebawah dengan status gizi balita baik sebesar 30,4% (7 orang). Uji statistik menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi balita P value = 0,004 dan sosial ekonomi keluarga mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi balita P value = 0,002. Berdasarkan hasil penelitian disarankan pada petugas kesehatan di Puskesmas hendaknya lebih meningkatkan penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya gizi terhadap tumbuh kembang anak pada ibu-ibu melalui cara pemilihan dan pengolahan bahan makanan yang baik serta pola makanan yang baik melalui kegiatan Puskesmas dan Posyandu.


2019 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
Author(s):  
Dina Ardyana ◽  
Erma Puspita Sari

Latar belakang: Berdasarkan data World Health Organization (WHO) setiap tahunnya kira-kira 3%(3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia,hampir 1 juta bayi ini meninggal. Di Amerika diperkirakan 12.000 bayi meninggal atau menderita kelainan akibat asfiksia perinatal.Sebagian kasus Asfiksia Neonatorum pada bayi baru lahir merupakan kelanjutan dari asfiksia intrauterin. Maka dari itu,diagnosa dini pada penderita Asfiksia merupakan arti penting dalam merencanakan resusitasi yang akan dilakukan.Setelah bayi lahir, diagnosa asfiksia dapat dilakukan dengan menetapkan nilai APGAR. Tujuan: diketahuinya hubungan lilitan tali pusat,partus lama dan plasenta previa dengan kejadian Asfiksia neonatorum di Rumah Sakit “P” Palembang Tahun 2018. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian seluruh ibu bersalin di zal kebidanan di Rumah Sakit “P” Palembang pada tahun 2018 yang berjumlah 820 orang. Hasil: Hasil analisis univariat diketahui yang mengalami asfiksia neonatorum sebanyak 20 responden (22,5%),yang mengalami plasenta previa sebanyak 15 responden(16,9%),yang mengalami partus lama sebanyak 20 responden (22,5%) dan yang mengalami lilitan tali pusat sebanyak 27 responden (30,3%).Sedangkan hasil uji chi square menunjukan ada hubungan plasenta previa dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000,ada hubungan partus lama dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000,dan ada hubungan lilitan tali pusat dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000. Saran: kepada Pimpinan Rumah Sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya mengenai bahaya asfiksia neonatorum. Kata kunci : Lilitan Tali Pusat,Partus Lama,Plasenta Previa,Asfiksia Neonatorum


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 39-51
Author(s):  
Anisa Fitriani ◽  
Fuad Nashori ◽  
Indahria Sulistyarini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan regulasi emosi untuk meningkatkan kualitas hidup caregiver skizofrenia. Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan pretest-posttest control group design dan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Subjek terdiri atas dua puluh caregiver laki-laki dan perempuan berusia 47-63 tahun yang dibagi dalam kelompok eksperimen dan kontrol. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan pengukuran kualtias hidup dengan skala World Health Organization of Quality of Life-BREF. Data dianalisis menggunakan anava campuran untuk mengetahui perbedaan kualitas hidup kelompok eksperimen dan kontrol saat prates, paskates, dan tindak lanjut. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan pada skor kualitas hidup kelompok eksperimen setelah diberi pelatihan regulasi emosi. Skor kualitas hidup mengalami peningkatan kembali saat pengukuran tindak lanjut, sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat peningkatan yang signifikan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pelatihan regulasi emosi efektif dalam meningkatkan kualitas hidup caregiver skizofrenia.


2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 240-247
Author(s):  
Kresna Latafodes Wicaksana ◽  
Riky Riky ◽  
Nur Aini Hidayah Khasanah

Data WHO (World Health Organization) Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara perokok terbanyak. Rokok adalah hasil olahan tembakau dan dalam sebatang rokok mengandung 4000 bahan kimia yang sangat berbahaya dan tiga kandungan rokok yang paling berbahaya adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Paparan asap rokok terus menerus menimbulkan berbagai penyakit seperti kerusakan fungsi hati. Hati merupakan organ penting yang berfungsi untuk melakukan proses metabolisme dan detoksifikasi. Kerusakan hati dapat diketahui dengan meningkatnya kadar SGPT dalam aliran darah. SGPT merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar SGPT perokok aktif pada usia 17 - 25 tahun dengan lama merokok <10 tahun. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain penelitian Croos Sectional. Tekhnik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Hasil penelitian ini menunjukan 11 sampel memiliki kadar SGPT yang normal termasuk perokok ringan – sedang dan 4 sampel yang mengalami peningkatan kadar SGPT yang termasuk kedalam kategori perokok berat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan gambaran kadar SGPT perokok aktif pada usia 17 – 25 tahun dengan lama merokok <10 tahun bahwa perokok aktif dalam kategori ringan hingga sedang berada dalam batas normal, sedangkan perokok aktif kategori berat mengalami peningkatan kadar SGPT.Kata Kunci : kadar SGPT, perokok aktif, usia 17 – 25 tahun, lama merokok < 10 tahun 


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 57
Author(s):  
Jumiati Jumiati

Pendahuluan : Abortus menjadi masalah yang penting dalam kesehatan masyarakat karena berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas maternal. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2016, sekitar 830 wanita meninggal akibat komplikasi terkait kehamilan di seluruh dunia setiap hari. Selama 2010–2014, diperkirakan 56 juta abortus terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Tujuan : untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan abortus di RSU Mutia Sari Duri periode 2017. Metode : penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami abortus di RSU Mutia Sari Duri periode 2017 yang berjumlah 86 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah total sampling  yaitu seluruh populasi. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik Chi-square. Hasil : data yang diperoleh dari hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan jarak kehamilan dengan abortus didapat hasil p value 0,04 (p<0,05), tidak ada hubungan usia dengan abortus didapat hasil p value 0,48 (p>0,05), ada hubungan paritas dengan abortus didapat hasil p value 0,03 (p<0,05), dan ada hubungan pekerjaan dengan abortus didapat hasil p value 0,04 (p<0,05).Kesimpulan : penelitian ini adalah ada hubungan jarak kehamilan, paritas dan pekerjaan ibu hamil dengan abortus dan tidak ada hubungan usia ibu hamil dengan abortus di RSU Mutia Sari Duri periode 2017.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document