scholarly journals The Response of More Health Focused and Less Health Focused People to a Physical Activity Calorie Equivalent Label on Discretionary Snack Foods

Nutrients ◽  
2019 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 525 ◽  
Author(s):  
Claudia Hartley ◽  
Russell Keast ◽  
Djin Liem

A Physical Activity Calorie Equivalent (PACE) label shows the minutes of physical activity required to burn off the caloric content of a particular food. This study investigated the influence of PACE labelling on liking and consumption of discretionary snack foods in a group of more health focused and less health focused consumers. Participants (n = 97) tasted and rated (i.e., liking, prospective consumption) a range of snack foods with or without a PACE label. Total sampling consumption was also measured. Participants completed a shortened version of the International Physical Activity Questionnaire and the General Health Interest Scale questionnaire. Paired samples t-test, independent samples t-tests, a General Linear Model and Chi-Square tests were used to check for statistical significance. For more health focused participants (n = 57), the PACE label decreased only liking (p = 0.02). The PACE label was not effective in reducing liking (p = 0.49), prospective consumption (defined as the amount of the sample participants thought that they could consume) (p = 0.10) or consumption (p = 0.41) of energy-dense discretionary snack foods for less health focused individuals (n = 40). The level of participants’ physical activity did not facilitate the influence of PACE labelling on liking, consumption or prospective consumption. The PACE label was found to not be effective among less health focused individuals or the overall sample population. Therefore, the PACE label may not be an effective labelling strategy to reduce the liking or consumption of discretionary snack foods.

2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Natania Natania ◽  
Evelin Malinti

Peningkatan asam urat darah menjadi tanda perubahan fungsi metabolic dan hemodinamik. Faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan produksi asam urat adalah konsumsi makanan yang banyak mengandung purin dan asam urat, obesitas, penggunaan obat, aktivitas fisik dan penyakit tertentu dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kadar asam urat. Jenis penelitian adalah analisis deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah subjek pada penelitian ini adalah 71 orang dewasa laki-laki dan perempuan dengan rentang usia 25-45 tahun. Sampel dipilih dengan metode convenience sampling. Data meliputi karakteristik responden, aktivitas fisik tujuh hari terakhir, dan kadar asam urat. Aktivitas fisik diperoleh melalui pengisian international physical activity questionnaire (IPAQ). Pemeriksaan kadar asam urat menggunakan alat ukur digital (Autocheck) dan strip asam urat. Data dianalisis menggunakan Chi-Square Test. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kadar asam urat (p>.05). Kadar asam urat sebagian besar responden termasuk dalam kategori normal dan aktivitas fisik sebagian responden tinggi. Menjaga keseimbangan antara kadar asam urat melalui makanan yang dikonsumsi dengan aktivitas fisik yang dilakukan. Saran yang dapat diberikan kepada peneliti berikutnya ialah penggunaan metode purposive sampling, melakukan perhitungan calon sampel secara menyeluruh, serta mempertimbangkan variabel lain seperti pola makan,  tekanan darah, status gizi, indeks massa tubuh.


2015 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 443-449
Author(s):  
Linda Apriaty ◽  
Nuryanto Nuryanto

Latar Belakang: Obesitas merupakan sebuah keadaan dimana terjadi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi lemak dalam tubuh, ditunjukan dengan IMT ≥25 kg/m2. Prevalensi obesitas di Indonesia meningkat tiap tahunnya terutama pada wanita. Faktor risiko obesitas antara lain aktivitas fisik, asupan energi, asupan karbohidrat, asupan lemak, asupan protein, penggunaan alat kontrasepsi hormonal, dan status ekonomi keluarga. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor risiko obesitas ibu rumah tangga.Metode: Penelitian observational dengan desain case-control pada ibu rumah tangga di RW 02 Kelurahan Bendungan Kecamatan Gajahmungkur Kota Semarang. Pengambilan sampel dilakukan dengan consecutive sampling, 30 subjek pada tiap kelompok. Obesitas dikategorikan berdasarkan nilai IMT. Data identitas subjek, penggunaan alat kontrasepsi hormonal, dan status ekonomi keluargadiperoleh melalui kuesioner. Data asupan energi, karbohidrat, lemak, dan protein diperoleh melalui Food Frequency Questionnaire (FFQ) dan data aktivitas fisik diperoleh melalui International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Analisis menggunakan metode Chi Square dengan melihat Odds Ratio (OR).Hasil: Faktor risiko obesitas ibu rumah tangga adalah aktivitas fisik rendah (OR = 5.500; Cl 1.813-16.681; p = 0.002), asupan karbohidrat lebih (OR = 8.636; CI 2.566-29.073; p = 0.000), asupan karbohidrat lebih (OR = 4.030; CI 1.372-11.839; p = 0.010. Asupan lemak, asupan protein, penggunaan alat kontrasepsi hormonal, dan status ekonomi keluarga bukan merupakan faktor risiko kejadian obesitas.Kesimpulan: Aktivitas fisik rendah, asupan energi lebih, dan asupan karbohidrat lebih merupakan faktor risiko yang bermakna pada kejadian obesitas ibu rumah tangga.


2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 48-53
Author(s):  
Ikhsan Ikhsan ◽  
Nori Wirahmi ◽  
Samwilson Slamet

Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, dimulai dari awal kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua yang telah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa.Risiko jatuh yang dapat menyebabkan cidera bagi lansia,  jatuh pada lansia adalah suatu masalah utama yang sering dialami oleh lansia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubingan aktifitas fisik dengan rsiko jatuh pada lansia. Metodelogi penelitian Cross sectional dengan jumlah sampel 75 lansia, teknik sampling purposive.  Pengukuran aktifitas fisik menggunakan  kuesioner  IPAQ ( International Physical Activity Questionnaire) dan Morse fall scale untuk risiko jatuh .Didapatkan hasil distribusi aktifitas fisik lansia Ringan 31 (41,3%), Sedang 25 (33,3%) dan Berat 19 (25,3%) sedangkan Tingkat risiko jatuh 28 (37.3%) Tidak Berisiko, 24 (32%) Risiko rendah dan 23 (30%) Risiko Tinggi. Analisis Chi Square dengan p value 0,005 (<0,05)  diinterpretasikan ada hubungan antaktifitas fisik dengan risiko jatuh.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 344
Author(s):  
Raden Nety Rustikayanti ◽  
Ahmad Khaerul Anam ◽  
Yeti Hernawati

Gangguan tidur yang buruk dapat mengakibatkan komplikasi kehamilan. Gangguan tidur dapat berbeda pada setiap pada setiap ibu hamil bergantung pada aktivitas fisik. Tujuan penelitian untuk mengetahui korelasi aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada ibu hamil. Jenis penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian sebanyak 248, dengan tehnik  purposive sampling sebanyak 97 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Analisis data menggunakan Chi Square. Hasil penelitian didapatkan nilai p sebesar 0.003 (p<α). Disimpulkan bahwa aktivitas fisik berkorelasi dengan kualitas tidur pada ibu hamil.


2019 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 156-163
Author(s):  
Fidi Restutiwati ◽  
Etisa Adi Murbawani ◽  
Ayu Rahadiyanti

Latar Belakang: Kebiasaan merokok berdampak pada kualitas diet, aktivitas fisik dan status gizi. Rokok mengandung nikotin yang dapat menurunkan nafsu makan dan mengakibatkan penurunan kemampuan kardiorespirasi sehingga mengganggu aktivitas fisik seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kualitas diet dan aktivitas fisik menurut status gizi pada perokok dewasa awal.Metode: Rancangan penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah sampel 59 subjek yang berusia 20-24 tahun. Data meliputi karakteristik subjek, kualitas diet diperoleh dengan metode Semi Quantitative-Food Frequency Questionniare (SQ-FFQ), aktivitas fisik diperoleh dengan metode International Physical Activity Questionnaire-Short Form (IPAQ-SF), dan status gizi diukur menggunakan lingkar pinggang dan/atau Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP). Analisis data dengan uji chi-square, fisher exact.Hasil: Rerata skor kualitas diet subjek yaitu 40,4±8,7 tergolong kualitas diet rendah. Kualitas diet rendah pada subjek digambarkan dengan rendahnya asupan sayur dan buah, tingginya asupan total lemak, lemak jenuh, kolesterol, natrium, rendahnya skor rasio makronutrien dan rasio asam lemak. Rerata aktivitas fisik subjek yaitu 2569,5±1806,5 METs/min/minggu termasuk dalam aktivitas fisik sedang. Hasil uji perbedaan diperoleh kualitas diet menurut status gizi (p=0,564), aktivitas fisik menurut status gizi (p=0,019). Simpulan: Tidak ada perbedaan signifikan kualitas diet menurut status gizi pada perokok dewasa awal (p>0,05). Ada perbedaan signifikan aktivitas fisik menurut status gizi pada perokok dewasa awal (p<0,05).


2018 ◽  
Author(s):  
Dene Fries Sumah

Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Diabetes melitus tipe 2 merupakan penyakit kronik yang pravalensinya tinggi di Indonesia. Aktivitas fisik dan kualitas tidur adalah beberapa metode pengendalian diabetes melitus tipe 2. Aktivitas fisik dan kualitas tidur berperan sebagai pengendali kadar gula darah dan menurunkan resistensi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan kualitas tidur dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan rancangan analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan sampel berjumlah 32 pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Haulussy Ambon yang diambil dengan teknik accidental sampling. Pengukuran aktivits fisik menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Pengukuran kualitas tidur menggunakan The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Kadar gula darah diukur menggunakan Nesco Multicheck . Data dianalisis dengan program SPSS 16.0 for Windows. Uji statistik yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov dan Chi Square dengan nilai p &lt; 0,05, dimana nilai p (p=0,002 dan p=0,000). Nilai ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dan kualitas tidur dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD dr. M. Haulussy Ambon.


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 73
Author(s):  
Anandita Mega Kumala ◽  
Ani Margawati ◽  
Ayu Rahadiyanti

Latar belakang: Beberapa studi menunjukkan terdapat hubungan antara screen-time viewing, aktivitas fisik dan pola makan dengan status gizi pada remaja. Penggunaan gadget yang berlebihan pada remaja berkaitan dengan status gizi. Screen-time yang tinggi, tingkat aktivitas fisik rendah, dan pola makan menjadi tidak sesuai dengan rekomendasi sehingga dalam jangka panjang dapat mempengaruhi status gizi.Metode: Desain studi observasional dengan rancangan cross-sectional yang melibatkan remaja usia 13-15 tahun di Kendal. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan 61 responden. Status gizi ditentukan berdasarkan z-score indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U). Data durasi penggunaan alat elektronik (gadget) diperoleh dari kuesioner terstruktur yang telah divalidasi, data aktivitas fisik diperoleh dari kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan data pola makan diperoleh melalui wawancara dan kuesioner Semi-Quantitative Food Frequency Questionnare (SQ-FFQ) yang ditentukan berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Analisis data menggunakan uji Chi-Square serta Fisher Exact.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 72,1% responden memiliki durasi penggunaan alat elektronik (gadget) yang tinggi. Selain itu, ditemukan 14,8% responden dengan aktivitas fisik rendah. Pola makan pada 80,3% responden sudah sesuai dengan anjuran PGS, tetapi 96,7% responden tidak memenuhi anjuran konsumsi sayur. Status gizi pada responden berdasarkan Z-score IMT/U ditemukan sebanyak 6,6% responden dengan kategori kurus dan 14,8% gemuk. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara durasi penggunaan alat elektronik (gadget), aktivitas fisik dan pola makan dengan status gizi (p<0,05).Simpulan: Terdapat hubungan antara durasi penggunaan alat elektronik (gadget), aktivitas fisik dan pola makan dengan status Gizi pada remaja usia 13-15 tahun (p<0,05).


2019 ◽  
pp. 1-9
Author(s):  
Dene Fries Sumah ◽  
Therese Fiandri Huwae

Pendahuluan. Diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Aktivitas fisik dan kualitas tidur berperan sebagai pengendali kadar gula darah dan menurunkan resistensi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dan kualitas tidur dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe 2. Metode. Penelitian ini menggunakan rancangan analitik kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan sampel berjumlah 32 pasien diabetes melitus tipe 2 yang diambil dengan teknik accidental sampling. Pengukuran aktivits fisik menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). Pengukuran kualitas tidur menggunakan The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Kadar gula darah diukur menggunakan Nesco Multicheck. Uji statistik yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov dan Chi Square dengan nilai p<0,05, Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kadar gula darah sewaktu yakni p=0,002 dan ada hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan kadar gula darah sewaktu yakni p=0,000. Kesimpulan. Secara statistik ada hubungan yang paling besar dan signifikan antara aktivitas fisik dan kualitas tidur dengan kadar gula darah sewaktu pada pasien diabetes melitus tipe 2 di poliklinik penyakit dalam RSUD dr. M. Haulussy Ambon. Kata kunci: Diabetes melitus tipe 2, aktivitas fisik, kualitas tidur, kadar gula darah.


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Agnes Felisitas G. Ritan ◽  
Wahyu Rochdiat Murdhiono ◽  
Endang Nurul Syafitri

Latar Belakang: Body image seseorang dapat berubah karena beberapa hal, misalnya perubahan fisik seperti bertambahnya berat badan. Body image yang negatif akan berdampak pada pola makan dan aktivitas fisik sehingga seseorang akan melakukan berbagai cara untuk menurunkan berat badan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 20 Januari 2017 pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta, didapatkan hasil 12 orang mengalami obesitas. Enam orang mahasiswa mengatakan membatasi jumlah makan dan dua orang mahasiswa mengatakan melakukan aktivitas yang tinggi untuk mengurangi berat badan. Tujuan: Mengetahui hubungan antara body image dengan pola makan dan aktivitas fisik pada mahasiswa obesitas.  Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dan bersifat kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel, yaitu purposive sampling dengan jumlah responden 45 orang. Instrumen yang digunakan adalah Multidimensional Body Self Relation Questionaire Appearance Scale, Food Frequency Questionnaire, International Physical Activity Questionnaire. Data diolah dan dianalisis menggunakan uji statistik yaitu uji Chi Square dengan CI 95%.  Hasil: Tidak ada hubungan antara body image dengan pola makan pada mahasiswa obesitas dengan nilai p=0,137, dan tidak ada hubungan antara body image dengan aktivitas fisik pada mahasiswa obesitas dengan nilai p=0,999.  Kesimpulan: Tidak ada hubungan signifikan antara body image dengan pola makan dan aktivitas fisik.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document