scholarly journals Beban Keluarga Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II

2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 85
Author(s):  
I Ketut Alit Adianta ◽  
Gusti Ayu Wardianti

ABSTRACTDiabetes mellitus (DM) is chronic disease characterized by blood glucose level high than normal. When one of family member suffers from illness, it will affect family condition in managing treatment and caring.This study aimed to identify family burden of patients with Type II DM in Puskesmas III of North Denpasar including objective, subjective, and iatrogenic burden. This study employed descriptive design with cross sectional approach. The study involved 102 respondents with consecutive sampling. Data were collected by questionnaire. Findings indicated that objective burden of family with mild, moderate, and heavy burden were 24.5%, 8.8% and  66.7%; respectively). Subjective burden indicating mild, moderate, and heavy burden were 6.9%, 70.6% and 22.5% respectively. Iatrogenic burden indicating mild, moderate, and heavy burden were 8.8%,  1% and 90.2% respectively. All families experienced heavy burden in caring for patients with DM because of difficulty in treatment.  Keywords: Objective Burden, Subjective Burden, Iatrogenic Burden, Diabetes Mellitus

Jurnal JKFT ◽  
2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 62
Author(s):  
Popy Irawati ◽  
Arif Firmansyah

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Tujuan Peneitian Untuk mengetahui factor- dukungan keluarga  yang berhubungan dengan kepatuhan dalam menjalankan diet pada penderita diabetes melitus di Puskesmas Cipondoh Kota Tangerang-Banten. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes millietus sebanyak 86 responden. Teknik pengambilan sampel yang dipilih secara non probability sampling yaitu pemilihan sampel yang tidak dilakukan secara acak. Dengan teknik Consecutive Sampling. Hasil uji chi-square dengan menunjukan p value α 0,01 sehingga Ha diterima bahwa terdapat hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet pada pasien Diabetes Militus. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien diabetes mellitus.


e-CliniC ◽  
2014 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Richie Irvanto Ciandra ◽  
Corry N. Mahama ◽  
Melke J. Tumboimbela

ABSTRACT: Stroke is a big health problem in all industrial nations. In Indonesia, the prevalence of stroke keeps on increasing with each passing year. In addition to physical complaints suffered, sexual function may affect the patient’s. Erectile dysfunction is a problem that often arises in stroke patients. Purpose: This research is aimed in understanding describe of erectile dysfunction and the relationship between the risk factor namely diabetes mellitus and hypertension among stroke patients. Methods: The research method used is analytic descriptive with cross sectional approach. The study subjects were 40 men stroke patients, recruited by consecutive sampling in Polyclinic Neurology RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado during the period of November to December 2013. The measurement of erectile dysfunction used International Index of Erectile function/IIEF-5. Conclusion: Stroke patients who experience erectile dysfunction by 85%, with the highest amount on mild erectile dysfunction and mild to moderate erectile dysfunction at  35% dan 32,5%. Age most experienced erectile dysfunction are in the age group 35-44 years and >75 years. Low levels of education may suffer from erectile dysfunction is higher than the high education level. And the insiden of erectile dysfunction among stroke patients having risk factor of diabetes mellitus were higher than haven’t (OR=2,391). While hypertension risk factors correlated with a reduced risk of disease (OR=0,771). Keywords: Stroke, erectile dysfunction, diabetes mellitus, hypertension   ABSTRAK: Stroke merupakan masalah kesehatan yang besar di negara-negara industri, prevalensi stroke di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Selain keluhan fisik yang diderita, keadaan fungsi seksual dapat mempengaruhi penderita. Disfungsi ereksi merupakan masalah yang sering timbul pada pasien stroke. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran disfungsi ereksi dan hubungan diabetes melitus dan hipertensi terhadap kejadian disfungsi ereksi pada pasien stroke. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 40 pasien stroke laki-laki yang diambil secara consecutive sampling di Poliklinik Neurologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado selama bulan November - Desember 2013. Pengukuran disfungsi ereksi menggunakan International Index of Erectile Function/IIEF-5. Simpulan: Pasien stroke yang mengalami disfungsi ereksi sebesar 85% dengan jumlah terbanyak pada disfungsi ereksi ringan dan disfungsi ereksi ringan sampai sedang sebesar 35% dan 32,5%. Umur terbanyak mengalami disfungsi ereksi terletak pada kelompok umur 35-44 tahun dan >75 tahun. Tingkat pendidikan rendah dapat mengalami disfungsi ereksi lebih tinggi daripada yang tingkat pendidikannya tinggi. Dan insiden disfungsi ereksi diantara pasien stroke yang mempunyai faktor resiko diabetes melitus adalah lebih tinggi daripada yang tidak mempunyai faktor resiko tersebut (OR=2,391). Sedangkan faktor resiko hipertensi berkorelasi dengan berkurangnya resiko penyakit (OR=0,771). Kata Kunci: Stroke, disfungsi ereksi, diabetes melitus, hipertensi


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 101-108
Author(s):  
Berthiana Berthiana ◽  
Mimin Lestari ◽  
Dian Ana Mutriqah

The world is now inhabited by 171 million people with Diabetes Mellitus (DM) and will double, an estimated 366 million by 2030. Obesity is a risk factor for type II DM. From the results of surveys and observations of researchers at the Palangka Raya Polytechnic, it was seen that some special program class students fall into the category of overweight and obese. This research aims to find out the relationship between overweight and the risk level of type II diabetes melitus in class students specialized in nursing and midwifery courses at Palangka Raya Polytechnic. A quantitative study with correlational studies and research design using a cross-sectional approach. There is a significant relationship between overweight to the risk level of type II DM based on the analysis of chi-square test data, obtained p-value = 0.077. There was a relationship between excess body weight based on body mass index on the risk level of type II DM


2019 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 78
Author(s):  
Tri Wijayanto ◽  
Widya Widya

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis progresif akibat produksi insulin tidak adekuat yang menimbulkan ketidakmampuan tubuh melakukan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang mengakibatkan kadar gula darah dalam tubuh meningkat diatas normal atau hiperglikemia. Salah satu faktor yang mempengaruhi kadar gula darah dalam tubuh adalah stress psikologis. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk diketahui hubungan kecemasan dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus. Penelitian ini menggunakan metode survey analytic dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah pasien diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2 dengan jumlah sampel 81 orang, dan teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling. Pengumpulan data pada penelitian ini mengunakan lembar observasi dan kuesioner kecemasan HRS-A. Uji statistic yang digunakan chi square.  Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden mengalami kecemasan berat  sebanyak 64,2 % dan paling banyak responden dengan kadar gula darah tinggi > 200 mg/dL sebanyak  49,4%. Ada hubungan kecemasan dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus dengan p value 0,025 < α  (0,05). Peneliti merekomendasikan  kepada petugas kesehatan agar dapat memberikan edukasi kesehatan kepada pasien diabetes mellitus tentang proses penyakit diabetes melitus dan penatalaksanaannya  untuk mengurangi kecemasan pada pasien diabetes mellitus sehingga kadar gula darah dapat terkontrol.


2014 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 51-58
Author(s):  
Paramita Wahyu Andhika Sari ◽  
Muflihah Isnawati

Latar Belakang : Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik yang berhubungan dengan gaya hidup. Penyandang DM yang mempunyai pengetahuan gizi yang cukup, dan mengubah pola makannya, dapat menjaga kadar glukosa darahnya tetap terkendali. Persadia (Persatuan Diabetes Indonesia) merupakan sebuah organisasi bagi penyandang DM. Pasien DM yang menjadi anggota Persadia diharapkan memiliki pengetahuan gizi, pola makan dan kontrol glukosa darah yang lebih baik.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan gizi, pola makan, dan kontrol glukosa darah pada anggota Persadia dan non anggota.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Subjek penelitian adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 di RS Pantiwilasa Citarum. Besar subjek penelitian adalah 42 orang yang diambil secara consecutive sampling dan dibagi dalam 2 kelompok yaitu anggota Persadia dan non anggota. Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan mengenai gizi seimbang bagi DM. Pola makan merupakan kebiasaan makan yang dikonsumsi sehari-hari. Pengetahuan gizi dan pola makan dinilai melalui kuesioner. Kadar glukosa darah merupakan konsentrasi glukosa darah yang diukur melalui pemeriksaan HbA1c. Analisis statistik yang digunakan adalah Independent t-test dan Mann-Whitney.Hasil : Subjek pada anggota Persadia memiliki presentase pengetahuan gizi baik yang lebih tinggi (38,1%) daripada non anggota Persadia (14,3%) dan memilki pola makan baik yang lebih tinggi (38,1%) daripada non anggota Persadia (33,3%).  Anggota Persadia juga memilki kontrol glukosa yang lebih baik (61,7%) daripada non anggota Persadia (57,1%). Meskipun begitu tidak ada perbedaan  pengetahuan gizi, pola makan dan kontrol glukosa darah pada anggota Persadia dan non anggota ( p > 0,05) Simpulan : Tidak ada perbedaan pada pengetahuan gizi, pola makan, dan kontrol glukosa darah pada anggota Persadia dan non anggota Persadia


Biomedika ◽  
2017 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Iin Novita Nurhidayati Mahmuda ◽  
Yudrik Maulana ◽  
Indriyati Oktoviano R

Peningkatan kadar asam urat memegang peranan penting pada terjadinya morbiditas pasien hipertensi. Diabetes mellitus (DM) merupakan komorbid yang sering ditemukan pasien hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar asam urat pada penderita hipertensi dengan DM tipe 2 dan tanpa DM tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Sayidiman Magetan. Penelitiian ini merupakan melakukan penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Subjek penelitian adalah penderita hipertensi dengan DM tipe 2 dan tanpa DM tipe 2 di RSUD Dr. Sayidiman. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Data diperoleh dari data rekam medik pasien periode Januari 2012 hingga Juni 2015. Penelitian ini menggunakan 54 sampel, terdiri dari 27 pasien pada kelompok hipertensi dengan DM tipe 2 dan 27 pasien pada kelompok hipertensi tanpa DM tipe 2. Pada uji t, didapatkan bahwa rerata kadar asam urat pada kelompok hipertensi dengan DM (6,559±2,2560 mg/dl) lebih besar dibandingkan dengan kelompok hipertensi tanpa DM tipe 2 (4,922±1.3051 mg/dl) secara signifikan (p=0,002). Kesimpulan: Rerata kadar asam urat pada kelompok hipertensi dengan DM tipe 2 lebih besar dibandingkan dengan kelompok hipertensi tanpa DM tipe 2.Kata kunci: Kadar asam urat, Hipertensi, DM tipe 2


Author(s):  
Nur Anna Chalimah Sa’dyah ◽  
Farroh Bintang Sabiti ◽  
Sandra Thertianing Susilo

<p>Diabetes Melitus ialah penyakit yang ditandai dengan nilai kadar HbA1c &gt;7%. Hampir 80% pasien Diabetes Mellitus Tipe II mengalami kematian. Kepatuhan dalam meminum obat merupakan peran penting bagi penderita penyakit Diabetes Melitus tipe II. Perlu adanya peningkatan kepatuhan dalam penggunaan obat sehingga keberhasilan dalam pengobatan tercapai serta nilai kadar indeks glikemik yang terkontrol. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kepatuhan penggunaan obat dengan indeks glikemik kontrol pada pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimental dengan rancangan <em>The one Group Pretest-Posttes</em> dilakukan secara cross sectional. Sampel sebanyak 96 pasien yang diberikan kuisioner kepatuhan ARMS diambil di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Pengambilan data dilakukan pada periode Agustus-Oktober 2020 di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Penelitian ini didapatkan hasil 0,000 yang dikatakan terdapat indeks glikemik kontrol HbA1c pada pasien Diabetes Melitus type II di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang menunjukan nilai <em>p 0</em><em>,000</em> <em>(p</em> &lt; 0,05) bahwa terdapat hubungan kepatuhan penggunaan obat dengan Indeks glikemik kontrol kadar HbA1c.</p>


2018 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 143-154
Author(s):  
Theresia Anita Pramesti ◽  
I Putu Gede Adiatmika

Pendahuluan: Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol. Penderita diabetes melitus membutuhkan perawatan yang berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik. Self-empowerment diperlukan untuk membangun kepercayaan, meningkatkan harga diri, mengembangkan mekanisme koping dan meningkatkan keterampilan. Self-empowerment dapat memandirikan pasien, merubah pasien dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu sesuai dengan keadaan pasien serta kemauan pasien untuk berubah. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan rancangan penelitian survei menggunakan cross-sectional. Populasi penelitian adalah seluruh penderita diabetes mellitus tipe II di RSUD Kabupaten Badung Mangusada yang berjumlah 80 penderita, sample penelitian sebanyak 67 responden yang diperoleh dengan teknik nonprobability sampling, pendekatan yang digunakan adalah consecutive sampling.Hasil: Kesimpulan penelitian ini adalah aspek psikososial penderita DM tipe II sebagian besar adalah tinggi, ketidakpuasan dan kesiapan untuk berubah adalah cukup, pengaturan dan pencapaian tujuan adalah cukup, self-empowerment  adalah tinggi. Diskusi: Pemahaman responden terhadap Self-empowerment , cara menangani respon emosional pasien akibat lama menderita DM tipe II, dan cara mengatasi hambatan dalam melakukan perawatan diabetes melitus Kata kunci: Self-empowerment , Diabetes Melitus Tipe II   ABSTRACK Introduction: Type 2 Diabetes mellitus is a chronic disease that cannot be cured but can be controlled. People with diabetes mellitus need continuous care to improve the quality of life better. Self-empowerment is needed to build trust, increase self-esteem, develop coping mechanisms and improve skills.  Self-empowerment can empower patients, change patient’s knowledge from not knowing to know, from unable to be able, according to the patient's condition and the patient's willingness to change.Method: This research was conducted with descriptive research design with survey research design approach using cross-sectional. The population of this study were all type II diabetes mellitus patients in Badung Mangusada District Hospital which consisted of 80 patients, the sample of 67 respondents obtained by nonprobability sampling technique, the approach used was consecutive sampling. Result: The conclusion of this research is psychosocial aspect of patient of DM type II mostly is high, dissatisfaction and readiness to change is enough, setting and achieving goal is enough, self-empowerment  is high. Discussion: Understanding of respondents to Self-empowerment , how to handle the emotional response of patients due to long suffering from DM, and how to overcome barriers in doing diabetes mellitus treatment.   Key word: Self-empowerment , Type II Diabetes Mellitus


2019 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
Author(s):  
Frysty P.I Mamesah ◽  
Max Runtuwene ◽  
Mario Katuuk

Abstract: Diabetes Mellitus is a chronic disease which caused by the dysfunction of beta cells in producing the insulin. One of any interventions that can be applied is a medical nutrition therapy (diet). Non-adherence to this therapy may caused complications. Intrinsic Motivation is one of any factors that takes an important role in adherence to diet, because it is driven by internal rewards from within the individual. The aim: of this study is to know the relation relation between intrinsic motivation and dietary compliance of diabetes mellitus type II in Ranotana Weru's Health Public Center. Number of Samples: 83 respondents are used as the sample of this study. Research method: this research design is uses a cross-sectional; descriptive-correlational method with the purposive sampling approach. The result: shows that p values =0,000 with the significant values 95% equals to p=0,000 < p= 0,005 for the motivation and dietary adherence of Diabetes Mellitus. Conclusion: this study shows that there is a relation between intrinsic motivation and dietary adherence of Diabetes Mellitus Type II in Public Health Center of Ranotana Weru.Keyword : Diabetes Mellitus, Intrinsic Motivation, Dietary AdherenceAbstrak: Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun. Salah satu penatalaksaan Diabetes Melitus ialah terapi nutrisi medis (diet). Faktor yang sangat mempegaruhi kepatuhan diet ialah motivasi intrinsik karena motivasi intrinsik merupakan motivasi yang timbul dari diri sendiri dan rangsangan dari lingkungan. Tujuan: Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui hubungan motivasi intrinsik dan kepatuhan diet diabetes melitus tipe II di puskesmas ranotana weru manado. Jumlah sampel: jumlah sampel yang peneliti gunakan pada penelitian ini adalah 83 responden. Desain Penelitian: Desain penelitian ini adalah penelitian cross-sectional yang bersifat deskriptif korelatif dengan teknik pendekatan purposive sampling. Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini menunjukan bahwa nilai p = 0,000 dengan nilai kemaknaan 95% yang berarti p=0,00 < p= 0,005 untuk motivasi dan kepatuhan diet diabetes mellitus. Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini adanya hubungan yang signifikan antara motivasi intrinsik dengan kepatuhan diet diabetes mellitus tipe II.Kata Kunci: Diabetes Melitus, Motivasi Intrinsik, Kepatuhan Diet


2019 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
Author(s):  
Monica Welliangan ◽  
Mayer F. Wowor ◽  
Arthur E. Mongan

Abstract: Glycosuria is a condition characterized by an excess of sugar in the urine. Diabetes mellitus (DM) is one of the causes of glycosuria. Mortality risks of pregnant women and their babies increase in diabetes during pregnancy. Gestational diabetes mellitus (GDM) is DM diagnosed in 2nd and 3rd trimesters of pregmancy in women without DM before pregnancy. The probability of GDM among women with family history of DM is 3.46 times higher than those without family history. This study was aimed to evaluate the urine glucose level among primigravids who had diabetic parents in Manado. This was a descriptive observational study with a cross sectional design. Urine samples were obtained by using non-probability sampling with consecutive sampling adjusted to the criteria and time. The results showed that glycosuria (urin sugar level ≥50mg/dL) was found in three subjects (10%), most in age group of 20-35 years old and in 1st trimester. Conclusion: Some of the primigravids in this study had glycosuria.Keywords: DM, glycosuria, DM family history Abstrak: Glukosuria adalah kondisi dimana glukosa ditemukan dalam urin. Salah satu penyebab glukosuria ialah diabetes melitus (DM). Risiko kematian ibu dan bayi meningkat pada DM dalam kehamilan. Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah DM yang terdiagnosis pada trimester dua atau tiga kehamilan yang bukan DM sebelum kehamilan. Peluang DMG pada wanita dengan riwayat DM dalam keluarga sebesar 3,46 lebih besar daripada wanita tanpa riwayat keluaarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa urin pada primigravida dengan orang tua penyandang DM di Kota Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Penelitian ini menggunakan non-probability sampling jenis consecutive sampling untuk mendapatkan urin dari semua subyek penelitian sesuai dengan kriteria dan waktu yang ditentukan. Hasil penelitian mendapatkan glukosuria (kadar glukosa urin ≥50mg/dL) pada 3 subyek (10%) dengan karakteristik cenderung pada kelompok usia 20-35 tahun dan pada trimester satu. Simpulan: Sebagian primigravida dengan orang tua penyandang DM memiliki glukosuria.Kata kunci: DM, glukosuria, riwayat DM pada orang tua


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document