scholarly journals AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryfolius) TERHADAP Staphylococcus aureus

2021 ◽  
Vol 11 (01) ◽  
pp. 61-71
Author(s):  
Elza Rizkia Utami ◽  
Yunilda Rosa

Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius ) yang lazim digunakan sebagai pewangi dan pewarna makanan ternyata berpotensi memiliki aktivitas antibakteri. Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas daun pandan wangi sebagai antibakteri Staphylococcus aureus, dengan mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) serta untuk mengetahui senyawa kimia apa saja yang terkandung dalam daun pandan wangi. Ekstrak etanol daun pandan wangi diperoleh melalui metode maserasi menggunakan pelarut alkohol 70%. Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental dengan menggunakan post test only control group design,dengan menggunakan metode dilusi. Hasil penelitian menujukan bahwa nilai KHM pada konsentrasi 40% sudah mampu menghambat pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus. Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak daun pandan wangi pada bakteri staphyloccocus aureus wangi belum dapat ditentukan nilainya karena pada konsentrasi tertinggi 60% masih terdapat pertumbuhan koloni rata-rata sebanyak 27 koloni.

2018 ◽  
Vol 6 (3) ◽  
pp. 590
Author(s):  
Putri Ramadhani ◽  
Erly Erly ◽  
Asterina Asterina

Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri patogen yang bisa menyebabkan infeksi. Penggunaan antibiotika untuk penanganan infeksi yang tidak rasional dapat membuat kuman patogen menjadi resistensi, sehingga penggunaan Rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) mungkin dapat sebagai alternatif pengganti antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya hambat ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorium dengan desain post-test only control group design menggunakan metode difusi (cakram) yang dilakukan dari Februari 2015 sampai September 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Sampel yang digunakan adalah rimpang kunyit yang berasal dari ladang kunyit Puncak Payo, Tanah Garam Solok. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) memiliki daya hambat yang berbeda terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus dengan berbagai konsentrasi yaitu 10%, 20%, 40%, 80% b/v . Konsentrasi ekstrak yang paling efektif dalam menghambat S. aureus adalah konsentrasi 80% b/v. Penggunaan ekstrak etanol rimpang kunyit (Curcuma domestica V.) sebagai alternatif pengganti antibiotik terhadap infeksi oleh S. aureus perlu dipertimbangkan.


e-GIGI ◽  
2017 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Bayu K. Rante ◽  
Youla A. Assa ◽  
Paulina N. Gunawan

Abstract: Abscess is a chronic inflammatory condition formed by localized infections. In oral cavity abscess, the causal bacteria oftenly found is Staphylococcus aureus. Goroho banana (Musa acuminafe L.) is a typical plant in North Sulawesi. The sap of goroho banana peel contains phytochemicals inter alia flavonoids, saponins, and tannins. This study was aimed to find out whether the sap of goroho banana peel (Musa acuminafe L.) had an inhibitory effect on the growth of Staphylococcus aureus. This was an experimental laboratory study with a post-test only control group design. A modified Kirby-Bauer using paper disk was used as the analytical laboratory method. We used 100% goroho banana peel sap, clindamycin antibiotics as the positive control, and CMCs as the negative control. Staphylococcus aureus bacteria was obtained from the Laboratory of Microbiology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sam Ratulangi University, Manado. The results showed that the mean diameter of inhibition zones of goroho banana peel sap was 10.9 mm and was classified as strong inhibition. Conclusion: Goroho banana peel sap had a strong inhibitory effect on the growth of Staphylococcus aureus.Keywords: goroho banana peel sap (Musa acuminafe L.), Staphylococcus aureus, inhibition zone Abstrak: Abses merupakan suatu kondisi inflamasi kronik yang terbentuk dari hasil infeksi yang terlokalisasi. Salah satu bakteri penyebab abses yang sering ditemukan pada rongga mulut ialah Staphylococcus aureus. Pisang goroho merupakan salah satu tanaman khas Sulawesi Utara. Getah kulit buahnya memiliki kandungan fitokimia seperti flavonoid, saponin, dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat getah kulit buah pisang goroho (Musa acuminafe L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Jenis penelitian ini ialah eksperimental laboratorik dengan post test only control group design. Metode yang digunakan ialah modifikasi Kirby-Bauer dengan menggunakan paper disk. Konsentrasi getah buah pisang goroho yang digunakan yaitu 100%, kontrol positif menggunakan antibiotik klindamisin, dan kontrol negatif menggunakan CMC. Bakteri Staphylococcus aurues diambil dari stok bakteri murni Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA Unsrat Manado. Hasil penelitian menunjukkan diameter rerata zona hambat dari getah kulit buah pisang goroho yang terbentuk ialah 10,9 mm dan digolongkan sebagai zona hambat kuat. Simpulan: Getah kulit buah pisang goroho memiliki daya hambat yang kuat terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus.Kata kunci: getah kulit buah pisang goroho (Musa acuminafe L.), Staphylococcus aureus, zona hambat


2018 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Andita Fitriani ◽  
Erni Setiyorini ◽  
Farach Khanifah

Pendahuluan : Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan infeksi. Pemberian antibiotik merupakan upaya pengendalian terhadap infeksi yang dapat menyebabkan resisten. Bakteri Staphylococcus aureus telah resisten terhadap antibiotik ampisilin, amoksisilin-asam klavulanat, amoksisilin, penisilin G, sulbenisilin, kloramfenikol dan siprofloksasin sehingga penanganan terhadap infeksi Staphylococcus aureus relatif sulit. Daun Srikaya diketahui mengandung senyawa flavonoid, saponin dan tannin yang memiliki efek antimikroba. Metode Penelitian : Dalam penelitian ini ditentukan Kadar Hambat Minimum (KHM) dengan menggunakan metode dilusi padat.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen analitik dengan post test only control group design. Sampel dalam penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus yang merupakan stok kultur milik Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ekstrak daun srikaya (Annona squamosa L.) dengan konsentrasi 3%, 6%, 12% dan 24%. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus. Data dianalisis dengan uji one way ANOVA dilanjutkan uji Post Hoc LSD dengan nilai probabilitas (p)<0,05. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus yang berbanding terbalik dengan peningkatan konsentrasi ekstrak daun srikaya mulai dari konsentrasi 3% hingga 24%.Kesimpulan : Kesimpulan pada penelitian ini yaitu ekstrak daun srikaya mempunyai efek antimikroba terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan KHM terletak pada konsentrasi dua kali lipat dari konsentrasi 24%. Saran : Sebagai referensi bakteri yang dapat menyebabkan infeksi dan dapat menangsninys dengan antimikroba alami yang minimefek samping disbanding dengan BKOKata Kunci: Antimikroba, Ekstrak Daun Srikaya, , Kadar Hambat Minimum (KHM), Staphylococcus aureus


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 18-26
Author(s):  
Fadzil Latifah ◽  
Ika Buana Januarti ◽  
Nur Amalina

Latar Belakang : Bakteri Staphylococcus aureus merupakan penyebab penyakit antara lain jerawat, bisul, impetigo,dan infeksi pada luka. Beberapa senyawa yang terkandung didalam daun kelor berperan sebagai antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi 5%, 10%, 15% sediaan krim ekstrak etanolik daun kelor (Moringa Oleifera L.) yang dapat  menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus Aureus.  Metode : Penilitian ini bersifat eksperimental dengan post test only control group design. Ekstraksi menggunakan metode maserasi pelarut etanol 96%. Penelitian ini menggunakan 5 kelompok yaitu kontrol positif (K+), kontrol negatif (K-), formula 5% (F1), formula 10% (F2) dan formula 15% (F3). Pengujian sifat fisik sediaan krim meliputi organoleptis, pH, daya sebar dan viskositas. Uji efektivitas antibakteri menggunakan metode difusi cakram. Hasil : Hasil uji sifat fisik menunjukkan bahwa pada pengujian pH didapatkan nilai rata-rata yaitu kelompok basis (6,98), kelompok F1 (6,98), kelompok F2 (6,98), kelompok F3 (6,98). Uji daya sebar didapatkan nilai rata-rata yaitu kelompok basis (6,5 cm), kelompok F1 (5,77 cm), kelompok F2 (6,6 cm), kelompok F3 (6,6). Uji viskositas didapatkan nilai rata-rata yaitu kelompok basis (304,56 cps), kelompok F1 (302,73 cps), kelompok F2 (311,06 cps), kelompok F3 (312,06 cps), hasil uji aktivitas antibakteri didapatkan rata-rata hasil yaitu kelompok kontrol negatif (0 cm), kelompok kontrol positif (18 cm), kelompok F1 (14,6 cm), kelompok F2 (20,63 cm), kelompok F3 (25,46 cm). Kesimpulan : Kesimpulan penelitian ini adalah sediaan krim ekstrak daun kelor 5% mempengaruhi aktivitas antibakteri secara lemah, 10% secara sedang, 15% secara kuat dan semua sediaan krim memenuhi persyaratan uji sifat fisik.  


2017 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 123
Author(s):  
Resa Putra Adiputra ◽  
Irma Suswati ◽  
Fathiyah S

Pengaruh Pemberian Boraks Peroral Sub Akut Terhadap Terjadinya Atrofi Testis Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus strain wistar). Latar Belakang: Penggunaan boraks banyak disalahgunakan pada makanan. Boraks merupakan salah satu bahan toksik bagi organ testis sehingga dapat menyebabkan atrofi testis melalui penghambatan spermatogenesis. Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian boraks peroral sub akut terhadap terjadinya atrofi testis tikus putih jantan (Rattus novergicus strain wistar) dengan mengukur diameter testis, berat testis, dan jumlah tubulus seminiferus perlapangpandang. Metode: Eksperimental, The Post Test Only Control Group Design. Sampel yang digunakan 24 ekor dibagi 4 kelompok. Kelompok 1 (kontrol negatif), kelompok 2,3,dan 4 masing-masing dengan dosis 400 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 600 mg/kgBB selama 28 hari. Dianalisis dengan oneway ANOVA, uji korelasi, dan uji regresi. Hasil penelitian dan diskusi: Terdapat perbedaan diameter testis dan jumlah tubulus seminiferus masing-masing dengan sig p=0,020 (p<0,05) dan sig p=0,00 (p<0,05), sedangkan pada berat testis tidak terdapat perbedaan dengan sig p=0,744 (p>0,05). Analisis korelasi diameter testis (p=0,001), (r=-0,613), jumlah tubulus (p=0,000), (r=0,828), kenaikan boraks menyebabkan penurunan diameter testis dan peningkatan jumlah tubulus. Analisis regresi R2 diameter testis= 0,376 dan R2 jumlah tubulus=0,685. Pada penelitian ini pengaruh boraks terlihat pada gambaran mikroskopis dibandingkan makroskopis, hal ini disebabkan oleh waktu paparan boraks yang kurang lama. Kesimpulan: Pemberian boraks peroral sub akut berpengaruh terhadap atrofi testis.Kata Kunci: Ekstrak rimpang temulawak, Staphylococcus aureus, KHM (Kadar Hambat Minimum), KBM (Kadar Bunuh Minimum).


2017 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Igede Sudarmanto

Abstract : Plants bilimbi (Averrhoa bilimbi Linn) has been utilized by the public as a traditional medicinal plants to cure various diseases. The content of natural chemicals from bilimbi fruits are known to have an antibacterial effect, namely, flavonoids and phenols. Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) is a gram-positive bacteria resistant to antibiotics semisintesis. This research aims to identify the differences in the number of colonies of Staphylococcus aureus bacteria at some concentrations of bilimbi fruit filtrate in vitro. The design of the research is a post test only control group design. Measurement of the activity of bacteria using a colony counter with dilution method. The average number of colonies of Staphylococcus aureus bacteria that grow at a concentration of bilimbi fruit filtrate 10% as much as 59.33 x 108 CFU / ml; at a concentration of 20% as much as 1.33 x 108 CFU / ml; at a concentration of 30%, 40% and 50% contained no bacterial colonies growing. At a concentration of 10 % is able to inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria, while at a concentration of 30 % has been able to kill the bacteria Staphylococcus aureus. There is a difference in the number of bacterial colonies of Staphylococcus aureus in some bilimbi fruit filtrate concentration (Averrhoa bilimbi Linn) in vitro (p = 0.000


2018 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Rina Ning Septia ◽  
Awaluddin Susanto

Mencuci tangan dengan sabun merupakan tindakan efektif mencegah penyakit diare penyebab kematian anak-anak. Jombang tahun 2012 diperkirakan jumlah penderita akibat diare sebanyak 50.042 orang. Tingkat keefektifan mencuci tanga dengan sabun dalam menurunkan angka kematian akibat diare dalam persen memcuci tangan dengan sabun 44%, menggunakan air 25%, sumber air olahan 11%. Salah satu langkah mengurangi infeksi diare dengan adanya inovasi pemanfaatan bahan alami yang mempunyai aktivitas antibakteri. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas ekstrak kombinasi biji dan daun selasih sebagai antiseptik alami terhadap bakteri pada tangan. Desain penelitian menggunakan true experient dengan rancangan penelitian post test only control group design. Populasi dan sampel penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan variasi kelompok perlakuan 5%, 10%, 20%, 40% dan kelompok kontrol negatif serta positif dengan 3x pengulangan. Data diolah dengan menggunakan coding, tabulating dan dianalisa menggunakan uji statisika Kruskal Walis. Hasil penelitian perhitungan jumlah koloni bakteri Staphylococcus aureus kontrol negatif: 1012, konsentrasi 5%: 121, konsentrasi 10%: 48, konsentrasi 20% dan 40%: 0, kontrol positif:0. Escherichia coli kontrol negatif: 943, konsentrasi 5%: 810, konsentrasi 10%: 372, konsentrasi 20% dan 40%: 0, kontrol positif:0. Uji Kruskal Walis H1 diterima. Kesimpulan ada pengaruh ekstrak kombinasi biji dan daun selasih terhadap pertumbuhan bakteri dan nilai KHM pada konsentrasi 10% dan KBM konsentrasi 20%. Kata Kunci: Efektifitas kombinasi ekstrak biji dan daun selasih, Staphylococcus aureus, Escherichia coli.


e-GIGI ◽  
2016 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Oktovianus Pormes ◽  
Damajanty H.C. Pangemanan ◽  
Michael A. Leman

Abstract: Synthetic antibiotics have certain side effects, therefore, it is necessary to find alternative natural antibacterial materials which is easily available and to be cultivated, inter alia Amaranthus hybridus L. Its leaves contain active compounds, so they might have antibacterial potential. This study was aimed to determine the inhibitory effect of Amaranthus hybridus leaf extract on the growth of Staphylococcus aureus. This was a true experimental study using post test only control group design. This study was conducted at the Microbiology Laboratory of Faculty of Medicine and the Natural Phytochemical Laboratory of Faculty of Mathematics at Sam Ratulangi University. The modified Kirby-Bauer method was used with three wells, containing Amaranthus hybridus leaf extract, the positive control, and the negative control; and with 5 repetitions. The results showed that the average diameters of the inhibition zone of Amaranthus hybridus leaf extract and of the negative control were 0 mm meanwhile of erythromycin as the positive control was 38.8 mm. Conclusion: Amaranthus hybridus leaf extract had no inhibitory effect on Staphylococcus aureus. Keywords: inhibitory zone, Amaranthus hybridus L, Staphylococcus aureus Abstrak: Bahan antibiotik sintetik memiliki efek samping, sehingga perlu dicari bahan alternatif yaitu bahan alami yang mudah didapat dan dibudidayakan, salah satunya ialah bayam petik (Amaranthus hybridus L.). Daun bayam petik memiliki potensi antibakteri karena memiliki kandungan senyawa aktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak daun bayam petik terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Jenis penelitian ialah eksperimental murni dengan post test only control group design. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Labaratorium Fitokimia Fakultas MIPA Unsrat. Metode pengujian yang digunakan ialah modifikasi Kirby-Bauer dengan menggunakan tiga buah sumuran yang diberi ekstrak daun bayam petik, kontrol positif, dan kontrol negatif, sebanyak 5 kali pengulangan. Hasil penelitian menunjukan diameter rerata dari zona hambat yang terbentuk pada sumur dengan ekstrak daun bayam petik dan pada sumur dengan kontrol negatif ialah 0 mm, sedangkan pada sumur yang diberi kontrol positif amoksisilin terjadi resistensi sehingga diganti dengan eritromisin dan didapatkan rerata zona hambat ialah 38,8 mm. Simpulan: Ekstrak daun bayam petik (Amaranthus hybridus L.) tidak memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.Kata kunci: daya hambat, Amaranthus hybridus L, Staphylococcus aureus


2019 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 159
Author(s):  
Galuh Yulieta Nitihapsari ◽  
Lisayani Lisayani ◽  
Helmia Farida ◽  
Muchlis Achsan Udji Sofro

Meningkatnya fenomena resistensi bakteri, yaitu Metisilin-Resisten Staphylococcus aureus (MRSA), mendorong pentingnya penggalian bahan alam yang memiliki efek antibakteri atau yang memodulasi respon imun. Thymus vulgaris (TV) atau herba timi diketahui memiliki efek antimikroba dan immunomodulator, sehingga diharapkan dapat mengatasi infeksi MRSA melalui peningkatan sitokin IL-6. Efek ekstrak Thymus vulgaris terhadap IL-6 dan hitung kuman pada hepar mencit balb-c yang diinfeksi MRSA diuji pada penelitian ini. Desain penelitian adalah post test only control group design. Populasi studi menggunakan 30 ekor mencit balb-c jantan yang diinfeksi MRSA dan dibagi secara acak dalam enam kelompok. Kelompok penelitian dibagi menjadi enam, yaitu kelompok K1 (mencit diinfeksi MRSA tanpa diterapi), P1 (mencit diterapi ekstrak Thymus vulgaris, 7 hari kemudian diinfeksi MRSA), K2 (mencit diinfeksi dan diterapi vankomisin), P2 (mencit diinfeksi dan diterapi ekstrak TV + vankomisin), K3 (mencit diinfeksi dan diterapi amoksisilin), dan P3 (mencit diinfeksi dan diterapi ekstrak TV + amoksisilin). IL-6 diukur dengan ELISA, hitung kuman dinilai dengan kultur mikrobiologi. Data dianalisis dan diolah menggunakan uji hipotesis dengan uji t-test independent program SPSS 22.0. Hasilnya ditemukan kadar IL-6 yang tidak bermakna antara kelompok K1-P1 (p>0,05), K2-P2 (p>0,05), dan K3-P3 (p>0,05). Penurunan hitung kuman bermakna pada kelompok K1-P1 (p<0,05), tidak bermakna pada K2-P2 (p>0,05) dan K3-P3 (p>0,05). Kadar IL-6 dengan penurunan hitung kuman MRSA di hepar memiliki korelasi positif yang sangat lemah (r=0,086). Ekstrak Thymus vulgaris terbukti efektif dalam menurunkan hitung kuman MRSA pada kelompok yang tidak mendapatkan antibiotik tetapi tidak terbukti meningkatkan kadar IL-6.       The increasing phenomenon of bacterial resistance, namely Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), encourages the importance of extracting natural substances that have anti-bacterial effects or which modulate immune responses. Thymus vulgaris (TV) or herbal thyme is known to have antimicrobial and immunomodulatory effects, so it is expected to overcome MRSA infection through increased IL-6 cytokines. The effect of Thymus vulgaris extract on IL-6, and bacterial counts on the liver of balb-c mice infected by MRSA tested in this study. The study design was Post-test only control group design. The population of the study was used 30 male balb-c mice infected with MRSA and randomly divided into six groups. The study group divided into 6 groups; K1 group (mice infected by MRSA without being treated), P1 (mice treated with Thymus vulgaris extract 7 days later infected with MRSA), K2 (mice infected and treated with vancomycin), P2 (mice infected and treated with TV + vancomycin extract), K3 (mice infected and treated with amoxicillin), and P3 (mice infected and treated with TV + amoxicillin extract). IL-6 was measured by ELISA, the bacterial count was assessed by microbiological culture. Data were analyzed and processed using hypothesis testing with an independent t-test program SPSS 22.0. The results showed that IL-6 levels were not significant between groups K1- P1 (p > 0.05), K2-P2 (p >0.05), and K3-P3 (p>0.05). The decrease in bacterial count was significant in the K1-P1 group (p< 0.05), not significant in K2-P2 (p>0.05) and K3-P3 (p>0.05). The level of IL-6 with a decrease in MRSA count in the liver has a very weak positive correlation (r = 0.086). Thymus vulgaris extract was proven to be effective in reducing MRSA counts in groups that did not get antibiotics but were not proven to increase IL-6 levels


2018 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 32-36
Author(s):  
Umar Udin ◽  
Rinda Yunia Sari ◽  
Syukri Anto

ABSTRAKBonggol belum dimanfaatkan secara optimal, padahal bagian bonggol mengandung beberapa komponen aktif salah satunya adalah enzim bromelin. Ezim bromelin bersifat sebagai antibakteri. Tujuan penelitian ini  untuk mengetahui efektivitas daya hambat ekstrak etanol 96% bonggol nanas (Ananas comosus L) terhadap perumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan desain post-test only control group design. Ekstrak etanol 96% bonggol nanas (Ananas comosus L) dilaukan ekstra dengan metode maserasi Bakteri Staphycoccus aureus diambil dari media Manitol salt agar. Hasil penelitian ini menunjukkan ekstrak bonggol nanas pada konsentrasi 50%-100% dengan diulang sebanyak 3 replikasi memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Berdasarkan uji One-Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) antara berbagai konsentrasi, sehingga dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui adanya perbedaan pada masing-masing perlakuan. Hasil uji LSD menunjukkan bahwa kosentrasi 50% berbeda nyata dengan konsentrasi  70%, 80%, 90% dan 100%, sedangkan control positif tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 50% dan 60%. Kesimpulan penelitian ini bahwa ekstrak etanol 96% bonggol nanas (Ananas comosus L) berpengaruh positif dalam menghambat dan membunuh bakteri Staphylococcus aureus dan konsentrasi paling optimal pada 70%.Kata kunci: Ekstrak etanol 96% bonggol nanas, bacitrasin, Staphylococcus aureus, zona hambat antibakteriABSTRACTPineaplle cobs have not been utilized optimally, whereas the cob section contains several active components one of which is the enzyme bromelin.  Bromelin is an antibacterial agent.  The purpose of this research was to determine the effectiveness of inhibitory of ethanol extract 96% pineapple cobs (Ananas comosus L) to Staphylococcus aureus bacteria growth.  This research is an experimental using post-test design only control group design.  Pineaplle cobs extract 96% by maceration method, Staphycoccus aureus bacteria taken from Mantol salt agar medium.  The results of this study showed the pineapple cobs extrac concentrations of 50% -100% with replication as any 3 replications have an inhibitory to the growth of Staphylococcus aureus bacteria.  Based on One-Way ANOVA test with 95% confidence level there was a significant difference (p <0,05) between various concentrations, so it was continued with LSD test to know the difference in each treatment.  LSD test results showed that 50% concentration was significantly different with concentrations of 70%, 80%, 90% and 100%, while the positive control did not differ significantly with concentrations of 50%.  The conclusion of this research is that pineapple  cobs(Ananas comosus L) has positive effect in inhibitied and killing Staphylococcus aureus bacteria and optimal concentration 70%.  Keywords: pineapple cobs etanol extract, bacitrasin, Staphylococcus aureus, zone of inhibition, antibacterial


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document