PENGARUH KONSUMSI BUAH PEPAYA TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL ANEMIA YANG MENDAPAT SUPLEMENTASI TABLET FE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CISAYONG

2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Fitriani Mardiana
Keyword(s):  

ABSTRAKSalah satu penyebab terjadinya mortalitas dan morbiditas pada ibu hamil adalah anemia. Jumlah ibu hamil yang mengalami anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Cisayong Kabupaten Tasikmalaya tahun 2019 sebanyak 58 orang (5,1%) dari ibu hamil sebanyak 1136 orang. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya anemia adalah dengan mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C yaitu buah pepaya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh konsumsi buah pepaya terhadap kadar hemoglobin ibu hamil anemia yang mendapat suplementasi tablet Fe. Metode penelitian yang digunakan adalah pra-eksperimen dengan desain pretest posttest only design.. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang mengalami anemia di Wilayah Kerja Puskesmas Cisayong Kabupaten Tasikmalaya pada bulan Agustus-Oktober 2019 yang berjumlah 63 orang, teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Total Sampling yaitu sebanyak 63 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia sebelum diberi konsumsi buah pepaya sebesar 9,7 mg/dl termasuk pada kategori anemia ringan, sedangkan setelah mengkonsumsi buah pepaya rerata kadar hemoglobin sebesar 11,2 mg/dl termasuk pada kategori tidak anemia. Berdasarkan hasil uji t diperoleh bahwa terdapat pengaruh konsumsi buah pepaya terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia yang mendapat suplementasi Fe dengan nilai p value sebesar 0,000. Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh konsumsi buah pepaya terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia yang diberikan suplementasi Fe di Wilayah Kerja Puskesmas Cisayong Kabupaten Tasikmalaya. Disarankan pengelola program puskesmas terutama pengelola program kesehatan ibu dan anak lebih meningkatkan pelayanannya terutama dalam memberikan penyuluhan atau pendidikan kesehatan kepada masyarakat khususnya kepada ibu hamil tentang pentingnya mengkonsumsi tablet Fe didampingi buah-buahan yang mengandung vitamin A dan C, sehingga ibu hamil terhindar dari anemia selama kehamilan.Kata Kunci : Anemia, hemoglobin, pepaya, tablet fe

2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Yarmaliza Yarmaliza ◽  
Veni Nella Syahputri
Keyword(s):  

Tingginya kejadian stunting (balita pendek) di Indonesia (37,2%) merupakan permasalaha gizi yang berdampak serius terhadap kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu kabupaten penyumbang kejadian stunting di provinsi Aceh yaitu 33,2%. Kaldu tempe merupakan hasil ekstrak dari bahan dasar tempe yang mengandung zat gizi protein, energi, lemak, zat besi, vitamin, fosfor, kalsium, vitamin A, Vitamin B1 serta vitamin C. Olahan tempe dapat dinikmati dengan berbagai bentuk, diantaranya yaitu menjadikan tempe sebagai kaldu dalam bentuk bubuk. Tujuan penelitian untuk mengkaji efektivitas produk rumahan kaldu tempe sebagai upaya intervensi spesifik dalam pencegahan kejadian stunting pada balita. Penelitian ini menggunakan eksperimental design dengan subjek penelitian 75 orang balita yanng berasal dari keluarga miskin. Intervensi yang dilakukan adalah pemberian kaldu bubuk tempe produk rumahan dengan penambahan 5 gr bubuk kaldu tempe pada setiap balita makan (3 kali sehari). Intervensi ini menghasilkan peningkatan tinggi badan pada balita. Pemberian bubuk kaldu tempe dapat meningkatkan secara signifikan rerata tinggi badan balita sehingga dapat mencegah stunting pada balita dengan rerata peningkatan tinggi badan sebesar 0,5 ± 1 cm, 1 ± 1.5 cm, 1,6 ± 2 cm, dan diperoleh nilai uji statistik p-value=0.000, menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan tinggi badan pada pengukuran I atau pengukuran sebelum diberikan bubuk kaldu tempe produk rumahan dengan tinggi badan setelah diberikan bubuk kaldu tempe produk rumahan selama 3 bulan. Bubuk kaldu tempe merupakan olahan produk rumahan yang berasal dari kacang kedelai yang efektif dalam peningkatan tinggi badan pada balita, sehingga dapat mencegah stunting pada balita.


Author(s):  
Riya Purwaningtyastuti ◽  
Esti Nurwanti ◽  
Nurul Huda

<p><strong>ABSTRACK</strong></p><p><em><strong>Background:</strong> High sugar levels in people with diabetes mellitus causes changes in the body. One of its detrimental process called oxidation reaction that causes the increased formation of harmful substances called free radicals. Antioxidant vitamin A, C, and E helpful to reduce oxidative damage in people with diabetes mellitus and prevent complications.</em></p><p><em><strong> Objectives:</strong> The know relationship intake antioxidant with blood glocuse level outpatient type 2 diabetes mellitus in RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.</em></p><p><em><strong> Methods:</strong> This study was observasional with of cross sectional. The subjects in this study were outpatients with diabetes mellitus type 2 with sampels of 89 respondents. Purposive sampling technique. Data consumption pattern of antioxidant, used semi quantitative food frequency (SQFFQ) laboratories to examination and blood glucose levels. Data analysis used Fisher’s Exact Test. </em></p><p><em><strong>Results:</strong> There is significant association between vitamin C intake with blood sugar levels in patients diabetes mellitus the value of p = 0.004. The existence of a no signifi cant association between vitamin E intake with blood sugar levels in patients diabetes mellitus the value of p = 0.073 and there is no signifi cant association between vitamin A intake with blood sugar levels in patients diabetes mellitus the value of p = 0.252. </em></p><p><em><strong>Conclusion:</strong> There is a relationship between vitamin C intake with blood sugar levels, while the intake of vitamin A and E are not related to blood sugar levels</em></p><p><em><strong> KEYWORDS:</strong> type 2 diabetes mellitus, blood glucose level, vitamin C intake, vitamin A intake, vitamin E intake. </em></p><p><strong>ABSTRAK </strong></p><p><em><strong>Latar Belakang :</strong> Kadar glukosa yang tinggi pada penderita kencing manis/DM menyebabkan berbagai perubahan di dalam tubuh. Salah satu proses merugikan dinamakan reaksi oksidasi yang menyebabkan peningkatan pembentukan zat berbahaya yang disebut radikal bebas. Antioksidan vitamin A,C dan E bermanfaat dapat menurunkan kadar glukosa darah.</em></p><p><em><strong> Tujuan:</strong> Untuk mengetahui hubungan antara asupan antioksidan dengan kadar glukosa darah pada pasien rawat jalan DM tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.</em></p><p><em><strong> Metode:</strong> Penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan cross-sectional. Subyek dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan diabetes melitus tipe 2 dengan jumlah sampel 89 responden. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Data asupan antioksidan menggunakan semi quantitative food frequency (SQFFQ) dan hasil pemeriksaan laboratorium untuk kadar glukosa darah. Analisis data menggunakan Fisher’s Exact Test. </em></p><p><em><strong>Hasil :</strong> Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan vitamin C dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan p value 0,004, tidak ada hubungan asupan vitamin E dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan p value 0,073 dan tidak ada hubungan asupan vitamin A dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan nilai p value 0,252. </em></p><p><em><strong>Kesimpulan:</strong> Ada hubungan antara asupan vitamin C dengan kadar glukosa darah sedangkan vitamin A dan E tidak ada hubungan dengan kadar glukosa darah. </em></p><p><em><strong>KATA KUNCI:</strong> diabetes melitus tipe 2, kadar glukosa darah, vitamin A, vitamin E dan vitamin C</em></p>


2019 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 24-29
Author(s):  
Erma Nur Fauziandari
Keyword(s):  
P Value ◽  

Latar Belakang : Anemia adalah masalah gizi yang sering terjadi di negara berkembang denganprevalensi terbesar adalah pada anak-anak dan wanita usia subur (15-49 tahun). Kejadian anemiapada wanita usia subur (WUS) adalah 30 persen. Target WHO pada tahun 2025 terjadipenurunan anemia pada WUS yaitu 25 persen. Angka kejadian anemia pada WUS di Indonesiaadalah 35,3 persen. Kejadian anemia pada WUS akan berpengaruh terhadap kesehatanreproduksi yaitu melahirkan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan komplikasi lainselama kehamilan, persalinan dan nifas. Hasil penelitian Sukidjo (2016) bahwa anemia gizi besipaling banyak di tanggulangi dengan konsumsi zat besi. Menurut beberapa penelitian daun kelor(moringa oliefera) adalah sebagai salah satu sumber zat besi. Daun kelor (moringa oliefera)dikenal mempunyai berbagai macam kandungan gizi. salah satunya adalah zat besi, protein,vitamin A, Vitamin C, kalium dan kalsium. Daun kelor menjadi alternatif untuk mengatasikondisi anemia karena memiliki kandungan zat besi sebesar 28,2 mg. Daun kelor juga menjadialternatif untuk pengobatan karena dipercaya mengandung berbagai zat antioksidan.Tujuan : dari penelitian ini adalah mengetahui efektifitas peningkatan kadar hemoglobin denganmegonsumsi ekstrak daun kelor.Metode : Penelitian ini dilakukan dengan rancangan pre post test design. Dengan observasi yangdilakukan pada sampel sebelum dan sesudah mengkonsumsi ekstrak daun kelor. Sampel padapenelitian ini adalah 15 sampel remaja putri.Hasil : Dengan hasil terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar hb sebelum dan sesudahpemberian ekstrak daun kelor. Dengan hasil p value 0,009 < 0,005. Berdasarkan p value tersebutmaka dapat disimpulkan bahwa ektrak daun kelor efektif untuk meningkatkan kadar hemoglobinpada remaja putri.


2020 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 62
Author(s):  
Suparni Suparni ◽  
Fitriyani Fitriyani ◽  
Risqi Dewi Aisyah

Masalah gizi yang dialami ibu hamil di Indonesia adalah kekurangan energi kronis (KEK). Ibu hamil yang mengalami KEK akan dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, prematuritas, keguguran, persalinan sulit, perdarahan post partum dan cacat bawaan. Untuk menghindarinya maka diberikan tambahan gizi bagi ibu hamil berupa makanan tambahan. Makanan tambahan diberikan kepada ibu hamil untuk menambah kebutuhan gizi sehari-hari. Ibu  hamil trimester kedua membutuhkan tambahan kalori sebesar 300 kkal per hari, tambahan protein sebesar 17 g sedangkan tambahan zat besi sebesar 9 mg. Salah satu makanan yang mengandung sumber karbohidrat yang cukup penting dalam ketahanan pangan kita adalah ubi jalar. Ubi jalar mengandung zat-zat yang bergizi per 100 gramnya yaitu energi 123 kkal, protein 1,8 gr, lemak 0,7 gr, karbohidrat 27,9 gr, kalsium 30 mg, fosfor 49 mg, besi 0,7 mg, vitamin A 7700  SI, vitamin C 22 mg, vitamin B1 0,90 mg. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ubu jalar ungu (ipomoea batatas) pada ibu hamil dengan LILA ibu hamil kekurangan energi kronis. Ubi jalar ungu akan diberikan pada ibu hamil sebanyak 200 gram (224 kalori) per hari selama 14 hari. Jenis penelitian yang dilakukan adalah pra-eksperimental dengan desain pretest-postest one group design.  Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil KEK di Puskesmas Kedungwuni 2. Sampel penelitian ini menggunakan random sampling dengan kriteria inklusi. Pengumpulan data menggunakan pengukur LILA. Analisis data menggunakan  T-Test. Hasil penelitian didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan LILA ibu hamil KEK sebelum (pre test) dan sesudah (post test) diberikan ubi jalar ungu dengan nilai p value 0,96 (>0,05). Saran bagi tenaga kesehatan khususnya bidan untuk dapat menyampaikan pada ibu hamil khususnya ibu hamil KEK tentang manfaat ubi jalar ungu ini walaupun tidak berpengaruh terhadap perubahan LILA ibu hamil.


2021 ◽  
Vol 8 (02) ◽  
pp. 92-101
Author(s):  
Lina Dewi Anggraeni ◽  
Yohana Riang Toby ◽  
Sada Rasmada

Status gizi merupakan gambaran keadaan ketahanan pangan yang dibutuhkan oleh tubuh. Dampak yang akan ditimbulkan kedepannya akibat kejadian gizi buruk maupun gizi berlebih yang dialami anak bawah lima tahun sangat di khawatirkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Pustu Oebufu Kecamatan Oebobo Kota Kupang pada bulan Februari tahun 2018. Jenis  penelitian  yang  digunakan  adalah observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang berada dalam cakupan pelayanan di wilayah kerja Pustu Oebufu. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 136 ibu yang memiliki anak balita. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 73,5% balita dengan status gizi normal. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan antara pendidikan (p=0,015), pengetahuan (p=0,000) dan asupan makanan seperti asupan energi (p=0.000), protein (p=0.000), lemak (p=0.000), karbohidrat (p=0.000), vitamin A (p=0.000), vitamin C (p=0.000), kalsium (p=0.002), besi (p=0.000), dan zink (p=0.000) dengan status gizi (p value < 0.05). Keterlibatan pengasuhan orang tua khususnya ibu berkaitan erat dengan status gizi balita. Ibu hendaknya memiliki pengetahuan yang baik mengenai asupan gizi bagi balita.


2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 314
Author(s):  
Dwi Astuti ◽  
Ummi Kulsum

ABSTRAKLatar Belakang: Anemia adalah keadaan di mana terjadi penurunan jumlah massa eritrosit yang ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan hitung eritrosit. Sintesis hemoglobin memerlukan ketersediaan besi dan protein yang cukup dalam tubuh. Protein berperan dalam pengangkutan besi ke sumsum tulang untuk membentuk molekul hemoglobin yang baru. Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita anemia. Remaja putri memiliki risiko 10 lebih besar untuk menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak. Di Indonesia terdapat empat masalah gizi remaja yang utama yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKI), dan Kurang Vitamin A (KVA).  Anemia gizi merupakan masalah gizi yang paling utama di Indonesia, yang disebabkan karena kekurangan zat besi. Anemia gizi dapat disebabkan karena kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin yaitu besi, protein, Vitamin C, Piridoksin, Vitamin E. Tujuan: Untuk mengetahui Hubungan pola Menstruasi dengan terjadinya anemia pada remaja putri di MA Yassin Kebonagung Demak. Metode: Penelitian ini menggunakan analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional dengan sampel sebanyak 36 orang. Hasil : Sebagian besar responden mempunyai pola menstruasi normal sebanyak 25 orang (69,4%) dan pola menstruasi tidak normal sebanyak 11 orang (30,6%), sebagian besar responden tidak mengalami anemia sebanyak 17 orang (47,2%), dan paling anemia berat sebanyak 0 orang (0%). Kesimpulan : Setelah dilakukan tabulasi silang, maka dilakukan analisis dengan menggunakan Rank Spearman dan diperoleh nilai p value sebesar 0,001 < 0,05, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi, ada hubungan pola menstruasi dengan terjadinya anemia pada remaja putri di SMK Kesuma Margoyoso Pati tahun 2019. Kata kunci                     : Pola Menstruasi, anemia, remaja putri  ABSTRACT Background: Anemia is a condition in which a decrease in the number of erythrocyte mass is shown by a decrease in hemoglobin levels, hematocrit, and erythrocyte count. Hemoglobin synthesis requires the availability of sufficient iron and protein in the body. Proteins play a role in transporting iron to the bone marrow to form a new hemoglobin molecule. Young women are one group that is prone to anemia. Young women have a greater risk of suffering from anemia compared to young men. This is because girls experience menstruation every month and are in their infancy so they need more iron intake. In Indonesia there are four main adolescent nutritional problems namely Protein Energy Deficiency (PEM), Iron Nutrition Anemia (AGB), Iodine Deficiency Disorders (IDD), and Vitamin A Deficiency (KVA). Nutritional anemia is the most important nutritional problem in Indonesia, which is caused by iron deficiency. Nutritional anemia can be caused due to lack of nutrients that play a role in the formation of hemoglobin, namely iron, protein, Vitamin C, pyridoxine, Vitamin E. Objective: To determine the relationship between menstrual patterns and the occurrence of anemia in young women in the Yassin Kebonagung Demak MA. Method: This study uses analytical correlation with a cross sectional approach with a sample of 36 people. Results: Most respondents have a normal menstrual pattern as many as 25 people (69.4%) and abnormal menstrual patterns as many as 11 people (30.6%), most of the respondents did not experience anemia as many as 17 people (47.2%), and most anemia is severe as many as 0 people (0%). Conclusion: After cross tabulation, analysis is performed using Rank Spearman and p value is obtained at 0.001 <0.05, so Ho is rejected and Ha is accepted. So, there is a relationship between menstrual patterns and the occurrence of anemia in young women in SMK Kesuma Margoyoso in 2019.Keywords             : Menstruation pattern, anemia, young women 


Author(s):  
Eni Rumiyati ◽  
Anies Anies ◽  
Apoina Kartini

Latar Belakang : Pencegahan anemia selama kehamilan dilakukan dengan pemberian tablet Fe selama 90 hari. Konsumsi vitamin C yang cukup diperlukan untuk membantu penyerapan Fe. Melon (CucumisMelo L) merupakan salah satu bahan makanan yang mengandung vitamin C dan vitamin A yang dapat membantu proses penyerapan zat besi. Penelitian ini membuktikan pengaruh pemberian jus melon terhadap perubahan kadar hemoglobin ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe. Metode : Penelitian ini menggunakan metodequasy experiment dengan rancangan non randomized pretest and posttest with control group design, Pengukuran hemoglobin menggunakan alat mutiple quick check. Penelitian dilakukan pada 60 responden yang terbagi menjadi 4 kelompok (kontrol, pemberian jus melon 200 gr, pemberian jus melon 150 gr dan pemberian ju melon 100 gr). Analisis data dengan t-test dependent dan Anova. Hasil : Ada perubahan kadar hemoglobin pada kelompok perlakuan pemberian jus melon 100 gr dengan nilai p-value 0,004 dan pemberian jus melon 200 gr dengan nilai p-value0,000, semetara untuk pemberian jus melon 150 gr tidak terdapat perubahan yang signifikan terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil. Terdapat perbedaan kadar hemoglobin pada perlakuan jus melon 200 gr dengan kontrol denganp = 0,001 dan terdapat perbedaan kadar hemoglobin perlakuan jus melon 200 gr dengan jus 100 gr denganp = 0,017 dengan IK 95%. Simpulan: Ada pengaruh pemberian jus melon terhadap kadar hemoglobin pada ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe.


2019 ◽  
Vol 15 (3) ◽  
pp. 296-304 ◽  
Author(s):  
Amal Al-Mosa ◽  
Eid I. Brima ◽  
Khaled F. Fawy ◽  
Hamed A. AL Ghrama ◽  
Mohammed E.A. Mohammed

Background: Different factors are known to affect the different physiochemical properties of bee's honey including the floral origin and climate. Objective: The aim of this article was to investigate the effect of floral origin and altitude on the concentration of vitamin C and A. Methods: Ten Ziziphus honey samples were collected from two altitudes; 113 and 511 meters. Twenty-five Acacia honey samples were included in this study from five altitudes; 14, 113, 317, 576 and 2247 meters above sea level. Vitamin C was measured by redox titration and vitamin A was estimated using the Carr-price reaction and spectrophotometer. Results: The mean± SD of vitamin C in the Ziziphus and Acacia honey samples were 239.2± 91.5 and 260.4± 81.1 mg\100g, respectively. Vitamin A mean value± SD in the Ziziphus and Acacia honey were 0.088± 0.126 and 0.062± 0.126 mg\ 100g, respectively. Concerning the effect of altitude, there was significant increase in vitamin C concentration in ziziphus honey with the increase of the altitude (p- value= 0.027), while an insignificant decrease was obtained in the case of vitamin A. Regarding the effect of altitude on the concentration of vitamin C in the Acacia honey, there was significant increase in the honey from the altitude of 2247 compared to the honey from all the other altitudes. Vitamin A concentration in the Acacia honey from the altitude 2247 was insignificantly decreased compared to the honey from all the other altitudes (p- value > 0.05). Conclusion: The floral origin insignificantly affected the concentration of vitamin C and A. The altitude significantly affected the concentration of vitamin C irrespective of the floral origin.


Jurnal Ners ◽  
2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
YENNY SAFITRI

Kelor (Moringa oleifera)merupakan salah satu tanaman yang telah dimanfaatkan masyarakat dalam pengobatan tradisional.Tanaman kelor memiliki khasiat sebagai obat sesak nafas, encok, biri-biri, mengurangi rasa nyeri (analgetik) dan obat rematik. Daun kelor mengandung antioksidan seperti flavonoid, vitamin C, vitamin E, vitamin A dan juga mengandung selenium yang membantu menurunkan kadar glukosa darah. Kandungan senyawa flavonoid dalam bentuk terpenoid dalam daun kelor sangat efektif dan lebih aman dalam penurunan kadar gula darah. Berbagai alternatif pengobatan telah dilakukan untuk menanggulangi penyakit diabetes, di antaranya dengan tanaman herbal, seperti ekstrak daun Moringa oleifera atau yang lebih dikenal di Indonesia dengan nama KelorTujuan Penelitian ini untuk menganalisispengaruh pemberian rebusan daun kelor terhadap penurunan kadar gula darah. Penelitian ini bersifatkuasi eksperimen dengan rancangan one group pretest-posttest. Populasi pada penelitian ini adalah penderita DM type II di wilayah kerja puskesmas bangkinang kota dengan jumlah sampel 17 orang dipilih secara purposive sampling. Analisis data yang yang digunkan pada penelitian ini adalah uji T. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pemberian rebusan daun kelor terhadap penurunan kadar gula darah dengan P-value 0.000.Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan menambah ilmu pengetahuan bagi petugas puskesmas Bangkinang Kota tentang penggunaan obat herbal dalam menanggulangi penyakit DM Type II.


2017 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
Author(s):  
Dr. Erli Mutiara ◽  
Dra. Adikahriani M.Si ◽  
Elvi Novi Yanti
Keyword(s):  

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis hubungan keseimbangan asupan gizi dengan kondisi fisik anak. (2) Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan kondisi fisik anak. (3) Menganalisis hubungan keseimbangan asupan gizi dan aktivitas fisik dengan kondisi fisik anak. Lokasi penelitian di SDN 190, SDN 193 dan SDN 200 Kecamatan Kotanopan. Pengambilan sampel dengan teknik random sampling. Jumlah sampel 70 siswa. Teknik pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuesioner. Data keseimbangan asupan gizi diperoleh dengan recall konsumsi 2x24 jam, data kondisi fisik diperoleh dari hasil penimbangan berat badan dan data aktivitas fisik diperoleh dengan recall aktivitas 2x24 jam. Analisis data menggunakan statistik deskriptif, uji Korelasi Pearson dan Regresi Linear Berganda.Hasil penelitian menunjukkan bahwa. Keseimbangan asupan gizi responden keseluruhannya termasuk kategori kurang. Kondisi fisik responden sebagian besar termasuk kategori normal/baik. Aktivitas fisik sebagian besar termasuk kategori aktivitas ringan. Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan bahwa keseimbangan asupan energi, karbohidrat, vitamin A, vitamin C, fosfor  dan besi berhubungan positif nyata (p<0.05) dengan kondisi fisik, sedangkan kalsium berhubungan positif sangat nyata (p<0.01) dengan kondisi fisik. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik asupan zat gizi maka kondisi fisik anak juga akan semakin baik. Hasil uji statistik korelasi Pearson menunjukkan bahwa aktivitas fisik (r = -0.406 ; p = 0.000) berhubungan negatif sangat nyata dengan kondisi fisik. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan aktivitas fisik akan diikuti penurunan kondisi fisik. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa nilai fhitung = 2.521 > ftabel = 2.00 atau p-value = 0.013 < α = 0.05. Hal ini berarti keseimbangan asupan gizi dan aktivitas fisik secara simultan berhubungan signifikan dengan kondisi fisik anak. Kata kunci : Keseimbangan, asupan gizi, aktivitas fisik, kondisi fisik


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document