Journal Kerusso
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

60
(FIVE YEARS 33)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia Surabaya

2407-554x, 2407-554x

2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 62-85
Author(s):  
Yosef Yunandow Siahaan

Throughout the history of the church, from the early Church to the present, Christology has become the main topic of discussion, and it has often led to debates and even polemics for both the Church and those outside the church. The point of a long debate in the field of Christology is about Jesus as a creator or only as a creation. This study investigates this by using theological research, this study uses the exegesis method. The text that will be executed to provide evidence that Jesus was the Creator or creation is Colossians 1:15-20. Jehovah's Witnesses say that this text shows that Jesus was God's First creation. Whereas true Christians actually view this text as saying that Jesus is the Creator. The research used the exegesis method. The results show that Christ is the agent of creation. In building the understanding of the eldest word (Prototokos), it is not allowed to use the isolated text method. There are at least 2 meanings of this word, the first literal meaning is as the first born according to the order of time, and the second, the figurative meaning The eldest means the main, superior. Of course when looking at the context in Colossians 1:16-17, then Christ is not the first born according to chronological order, and comes from creation. Rather, He is the Creator, so it is not surprising that He is supreme or superior to all creation. Abstrak Indonesia Sepanjang sejarah gereja mulai dari Gereja mula-mula hingga kini Kristologi menjadi topik utama diskusi bahkan tak jarang menimbulkan perdebatan bahkan polemik baik bagi Gereja maupun kalangan di luar gereja. Yang menjadi titik perdebatan panjang dalam bidang Kristologi adalah Mengenai Yesus sebagai pencipta ataukah hanya sebagai ciptaan. Penelitian ini menyelidiki hal tersebut dengan menggunakan penelitian Teologi, penelitian ini menggunakan metode eksegesis. Teks yang akan dieksegesa guna untuk memberikan bukti Yesus adalah Pencipa atau ciptaan adalah Kolose 1:15-20. Saksi-saksi Yehuwa mengatakan bahwa teks ini menunjukkan bahwa Yesus adalah ciptaan Pertama dari Allah. Sedangkan Kristen sejati justru memandang teks ini mengatakan bahwa Yesus adalah Pencipta. Penelitian menggunakan metode eksegesis. Hasil penelitian menunjukkan Kristus adalah pelaku penciptaan. Dalam membangun pemahaman kata yang Sulung (Prototokos), tidak boleh menggunakan metode teks terisolasi. Paling tidak ada 2 makna dari kata ini, yang pertama makna literal adalah sebagai yang lahir pertama menurut urutan waktu, dan yang kedua, makna figuratif Yang sulung berarti yang utama, unggul. Tentu ketika melihat konteks dalam Kolose 1:16-17, maka Kristus bukanlah sang pertama lahir menurut urutan waktu, dan berasal dari ciptaan. Melainkan Ia adalah Pencipta, sehingga tidak mengherankan bahwa Ia adalah yang utama atau paling unggul di atas segala ciptaan.


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 43-61
Author(s):  
Philip Suciadi Chia ◽  
Juanda Juanda
Keyword(s):  

The doctrine of salvation will have implications in the life of the believer. The implications are not only concerning each individual believer but also fellow believers. The doctrine of salvation should make a person have a biblical practical life. Not only that, the Biblical concept of salvation will also help lead every believer intothe world of evangelism and have a relationship between unbelievers that is in harmony with Bible truth. Abstrak Indonesia Ajaran keselamatan yang benar akan ada implikasinya di dalam kehidupan orang percaya. Implikasi tersebut bukan hanya berkenaan dengan masing-masing pribadi orang percaya itu sendiri tetapi juga sesama orang percaya. Ajaran tentang keselamatan yang benar,  seharusnya membuat seseorang memiliki kehidupan praktis yang Alkitabiah. Tidak hanya itu, konsep keselamatan yang Alkitabiah juga akan membantu mengarahkan setiap orang percaya ke dalam dunia penginjilan serta memiliki hubungan antar orang yang tidak percaya yang selaras dengan kebenaran Alkitab.


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 20-31
Author(s):  
Fenius Gulo

This study is aimed to analyze John 8:36 regarding the meaning of the phrase "So if the Son sets you free, you will be free indeed," with a qualitative research method and biblical study approach. The main source of this research is the Bible and some other literatures as support sources and used as a comparison material. After conducting a very careful investigation, it is confirmed that the only person who is worthy of giving freedom to sinners is Jesus Christ the Son of God. Belief in Jesus is the key to freedom and the freedom from the bondage of sin. Abstrak indonesia  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Yohanes 8:36 mengenai makna frasa “apa bila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka,” dengan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan study biblika. Sumber utama pada penelitian ini adalah Alkitab dan literarur lainnya sebagai pendukung dan dijadikan sebagai bahan perbandingan. Setelah melakukan penyelidikan yang sangat hati-hati, menyungguhkan bahwa satu-satunya pribadi yang layak member kemerdekakaan bagi orang berdosa adalah hanya sang Anak yaitu Yesus Kristus. Kepercayaan kepada Yesus merupakan kunci kemerdekaan dan terbebaskan dari belenggu dosa.


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 32-42
Author(s):  
Oktavia Kristika Sari

When the Church recognizes the quantity of books as part of God's Word, it uses various standards for book collection. The Tewahedo Orthodox Church, which has 81 books, is one of the churches that got so many. The question of why this Church accepts so many books in its canon and how this Church interprets these books adds to the intricacy of the problem of the number of books in the Tewahedo Orthodox Church tradition. This research employs a content analysis to conduct a literature review. This research demonstrates the Tewahedo Orthodox Church's devotion to the works in its canon. Both in terms of apostles' and Church Fathers' traditions, the lengthy history of Social Culture, Councils and Synods, and the impact of ancient literature in Ethiopia.Although it is well known that writings outside the Hebrew protocanon are employed for ceremonial theology and people's education rather than construction, the Orthodox Tewahedo also believes these works to be vital as books worth reading and historical bridges. Abstrak indonesia  Standar pengumpulan kitab yang digunakan oleh Gereja ketika menerima jumlah kitab-kitab sebagai bagian dari Alkitab yang dipegang menggunakan standar yang berbeda-beda. Salah satu gereja yang menerima begitu banyak kitab adalah Gereja Tewahedo Orthodox yang memiliki 81 kitab. Kompleksnya masalah jumlah kitab di dalam tradisi Gereja Tewahedo Orthodox ini, menjadi pertanyaan apa yang menyebabkan Gereja ini menerima begitu banyak kitab dalam kanonnya dan bagaimana Gereja ini memandang kitab-kitab tersebut. Penelitian ini menggunakan Kajian Kepustakaan berupa kajian isi. Dalam penelitian ini menunjukkan kompleksitas penerimaan Gereja Tewahedo Orthodox terhadap kitab-kitab dalam kanonnya. Baik karena pengaruh tradisi rasul-rasul dan Bapa Gereja, sejarah panjang dalam Social Budaya dan Konsili serta Sinode, maupun juga pengaruh dari Literatur kuno di Ethiopia. Dan diketahui bahwa kitab-kitab diluar protokanon Ibrani tidak digunakan dalam membangun doktrin namun digunakan untuk ritual-ritual dan pengajaran umat, Tewahedo Orthodox juga meganggap penting kitab-kitab ini sebagai kitab-kitab yang layak dibaca dan digunakan sebagai jembatan sejarah.


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 1-19
Author(s):  
Asnita Basir Leman ◽  
Yonathan Nadaweo ◽  
Marshel Montero

Currently, a church that wants to develop effectively needs to have an organizational structure that can accommodate the church’s missions and dynamically able to keep up with changing situations. The problem is, the Bible does not clearly record the organization of the church, so the church is often seen as an organism and tends to ignore organizational aspects. On the other hand, placing church as an organization alone will cause a declinein its divine nature as the body of Christ. This article aims to analyze the Pentecostal Church in Indonesia (GPdI), which in 2021 commemorate 100 years in Indonesia since their early start. The research was conducted qualitatively by anayzing content literatureof the GPdI's Memorandum of Association/Articles of Association (AD/ART), finding the biblical basis as well as theconceptual review of Organizational Development Theory. This article tries to present the relevance of church development and the concept of Organizational Development theory. The results of this study can be used as a parameter to map the condition of the church organization and an evaluation indicator to anticipate sustainable development efforts. Abstrak Indonesia  Saat ini gereja yang ingin berkembang secara efektif perlu memiliki tatanan organisasi yang dapat mengakomodasi misi gereja dan secara dinamis mampu mengikuti perubahan situasi. Masalahnya, Alkitab tidak mencatat secara jelas hal pengorganisasian gereja, sehingga gereja sering dipandang sebagai organisme dan cenderung mengabaikan aspek organisasi. Di sisi lain, menempatkan gereja sebagai organisasi saja dapat menyebabkan kemerosotan kodrat ilahinya sebagai tubuh Kristus. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) yang pada tahun 2021 memperingati 100 tahun di Indonesia sejak awal dirintis. Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan analisis konten literatur yang mengkaji isi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga GPdI, menemukan landasan biblikalnya serta tinjauan konseptual Teori Pengembangan Organisasi. Artikel ini mencoba menyajikan relevansi perkembangan gereja dan konsep teori Pengembangan Organisasi.Hasil penelitian ini dapat dijadikan parameter untuk memetakan kondisi organisasi gereja dan menjadi indikator evaluasi mengantisipasi upaya pengembangan yang berkelanjutan.


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 58-71
Author(s):  
Yosef Yunandow Siahaan

The Portrait of Jesus in the Apocryphal Gospels often contradicts the Portrait of Jesus in the Canonical Gospels in the New Testament. For evangelical-orthodox Christianity, the canon of the Scriptures has been final, and has been endorsed at the Hippo and Carthage councils, however some Muslims always make the news that the Apocryphal Gospels, especially the Gospel of Barnabas, are the original Gospels, while the gospels accepted by Christians today is a false gospel. This interest is worth examining aside, looking into the texts of the Gospel of Barnabas insofar as they pertain to Biblical Teaching. This study will use a biblical approach to library research. Namely by looking at the texts in the Gospel of Barnabas and comparing them with the Bible text of the New Testament by doing a little exposition of some parts of the Bible. After all, the Bible is the primary source because it comes from direct eye witnesses and is only fifteen to sixty years apart from the time Jesus lived. The problem is that the Gospel of Barnabas has been mentioned in the Pseudo Gelasius I Decree which seems to support that the Gospel of Barnabas was written by the Apostle Barnabas during his lifetime. However, it is easy to trace that the Gospel of Barnabas contains many trivial errors that could not have been written by the Apostle Barnabas who had a Jewish background, living in the Palestinian-Israel area in the first century AD. Doing a study of the time of writing, writers, geographic and religious background, and language, if necessary the theological motive needs to be done in order to study the study of Heresiology or teachings that deviate from the truth of Evangelical-Orthodox Christianity. Abstrak Indonesia Potret Yesus dalam Injil-Injil Apokrif seringkali bertolak belakang dengan Potret Yesus dalam Injil-Injl Kanonik yang ada dalam Alkitab Perjanjian Baru. Bagi kekristenan yang Injili-ortodoks kanon Kitab suci telah bersifat final, dan telah disahkan pada konsili Hippo dan Kartago, Namun sebagian umat Islam selalu membuat berita bahwa Injil-injil Apokrif khususnya Injil Barnabas adalah Injil yang asli, sedangkan injil yang diterima orang Kristen saat ini adalah Injil yang palsu. Minat tersebut layak dikaji di samping, melihat ke dalam teks-teks Injil Barnabas sejauh itu bersinggungan dengan Ajaran Alkitab. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan penelitian kepustakaan yang bersifat biblika. Yaitu dengan melihat teks-teks dalam Injil Barnabas dan membandingkan dengan teks Alkitab Perjanjian Baru dengan melakukan sedikit eksposisi dari beberapa bagian Alkitab. Bagaimanapun juga Alkitab adalah sumber primer karena berasal dari saksi mata langsung dan hanya berjarak lima belas hingga enam puluh tahun sejak Yesus hidup. Masalahnya Injil Barnabas pernah di sebut dalam Dekrit Pseudo Gelasius I yang tampaknya mendukung bahwa Injil Barnabas di tulis oleh Rasul Barnabas semasa hidupnya. Namun mudah saja di lacak bahwa Injil Barnabas mengandung banyak kesalahan-kesalahan sepele yang tidak mungkin di tulis oleh Rasul Barnabas yang berlatar belakang Yahudi, tinggal di daerah Palestina-Israel pada abad pertama Masehi. Melakukan kajian terhadap waktu penulisan, penulis, latar belakang geografi dan keagamaan, dan Bahasa, jika diperlukan motif teologisnya perlu dilakukan dalam rangka mempelajari studi Heresiologi atau ajaran-ajaran menyimpang dari kebenaran Injili-Ortodoks kekristenan.


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 35-46
Author(s):  
Titus Titus

God created man with many uniqueness from all other types of creation, one of which is the ability to think and reason about something. The purpose of this uniqueness is for humans to become divine partners in protecting and caring for the earth and what is in it. But unfortunately that uniqueness is tainted by because man's own disobedience to God's prohibition in the Garden of Eden.Even so, the human ability to think and reason is not lost. Humans are given the opportunity to work to work on this damaged earth even with pain. This ability to think continues to develop in great works and has become an icon of human civilized history. seen from historical buildings, but also through thoughts that can influence the challenges in people's lives, that is the fruit of the uniqueness of human thought that was created by God.Human thought that has developed over a period of time has become a disaster, where God is no longer needed in the modern world, the rise of liberal theology brings out the power of intellectual thought and intuition. The purity of Christian teachings has become relative and dragged into a vortex of increasingly sharp criticism. Can the Bible dim the teaching deviations, straighten out the understanding that has been dragged into corrupted rationale. Abstrak Indonesia Tuhan menciptakan manusia dengan banyak keunikan dari segala jenis ciptaan lainnya, salah satunya adalah kemampuan untuk berpikir dan menalarkan sesuatu.Tujuan dari keunikan itu adalah supaya manusia menjadi mitra Ilahi dalam menjaga dan memelihara bumi serta yang ada di dalamnya.Tetapi sayang keunikan itu tercemar oleh karena ketidaktaatan manusia itu sendiri terhadapan larangan Allah di Taman Eden.                                   Walaupun demikian kemampuan manusia untuk berpikir dan bernalar tidak hilang, manusia diberi kesempatan untuk berkarya mengusahakan bumi yang sudah rusak itu meskipun dengan bersusah payah.Kemampuan berpikir itu terus berkembang dalam sebuah karya-karya besar dan menjadi ikon sejarah beradaban manusia.Karya agung itu bukan hanya terlihat dari bangunan-bangunan bersejarah, tetapi juga melalui pemikiran-pemikiran yang dapat mempengaruhi tantanan dalam kehidupan masyarakat, itulah buah dari keunikan pemikiran manusia yang diciptakan Allah. Pemikiran manusia yang semakin berkembang dalam kurun waktu tertentu menjadi petaka, dimana Allah menjadi tidak diperlukan lagi dalam dunia modern, kebangkitan teologi liberal menyuguhkan kekuatan pemikiran intelektual dan intuisi. Kemurnian ajaran Kristen menjadi menjadi relative dan terseret dalam pusaran kritik yang semakin tajam.Mampukah Alkitab meredupkan penyimpangan pengajaran, meluruskan pemahaman yang terseret dalam rasional yang tercemar.


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 19-34
Author(s):  
Hasanema Wau

A sermon today (here) is built from a text written thousands of years ago and addressed to a specific person or community. Serious efforts are needed to bridge the cultural gap between today's readers and first readers. Two temptations to watch out for: first, focus on exploring and describing various historical arguments. The sermon focuses on patterns of interpretation of the biblical texts relating to the past in the area of ​​Israel and beyond. Second, the focus is to be relevant, so that it ignores what the author intends, what is understood by the recipient of the letter. The Scriptures are not a letter that is only able to be solved by an expert in a line of academic degrees. On the one hand it must find out the meaning of the text (for writers and readers), on the other hand it must find principles that can be applied now and here. Balance is a demand! The Word of God speaks to all generations, so it is not enough to rediscover the original meaning of a passage without describing the significance of the passage for today. Abstrak Indonesia Sebuah khotbah hari ini (di sini) dibangun dari teks yang ditulis ribuan tahun yang lalu dan ditujukan kepada orang atau komunitas tertentu. Upaya serius diperlukan untuk menjembatani kesenjangan budaya antara pembaca saat ini dan pembaca pertama. Dua godaan yang harus diwaspadai: pertama, fokus mengeksplorasi dan mendeskripsikan berbagai argumen sejarah. Khotbah berfokus pada pola penafsiran teks-teks alkitabiah yang berkaitan dengan masa lalu di wilayah Israel dan sekitarnya. Kedua, fokusnya harus relevan, sehingga mengabaikan maksud penulis, apa yang dipahami penerima surat. Kitab Suci bukanlah surat yang hanya bisa diselesaikan oleh seorang ahli di bidang akademis. Di satu sisi harus mencari tahu makna teks (bagi penulis dan pembaca), di sisi lain harus menemukan prinsip-prinsip yang bisa diterapkan sekarang dan di sini. Keseimbangan adalah permintaan Firman Tuhan berbicara kepada semua generasi, jadi tidaklah cukup untuk menemukan kembali arti asli dari suatu bagian tanpa menjelaskan pentingnya bagian tersebut untuk hari ini.  


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 1-18
Author(s):  
Jusuf Haries Kelelufna

Several statements in the book of Genesis 18:16-33 raise theological problems, including the clause 'but Abraham still stands before God' and the concept of God's justice. The author wants to re-interpret the narrative of 'Abraham's intercession for Sodom' based on the continuity of the story and the theme of God's justice in the narrative. This research is an exegesis of the biblical text carried out by reading the text research tool (Apparatus Critticus), analyzing Hebrew grammar and lexicons. The results of the analysis are then linked to the believers' current prayers as their relevance. The results of the analysis show that the phrase 'but Abraham still stands before God' should be translated as 'but God is still standing before Abraham' by placing God as the subject which means God who prays, serves, becomes the initiator and as a just judge. Abstrak Indonesia Beberapa pernyataan dalam kitab Kejadian 18: 16-33 mengangkat masalah teologis, termasuk klausa 'tetapi Abraham tetap berdiri di hadapan Tuhan' dan konsep keadilan Tuhan. Penulis ingin menafsirkan kembali narasi 'Abraham syafaat untuk Sodom' berdasarkan kesinambungan cerita dan tema keadilan Tuhan dalam narasinya. Penelitian ini merupakan eksegesis teks alkitabiah yang dilakukan dengan membaca alat penelitian teks (Apparatus Critticus), menganalisis tata bahasa dan leksikon Ibrani. Hasil analisis kemudian dikaitkan dengan doa-doa orang percaya saat ini sebagai relevansinya. Hasil analisis menunjukkan bahwa kalimat 'tetapi Abraham masih berdiri dihadapan Tuhan' harus diterjemahkan sebagai 'tetapi Tuhan tetap berdiri dihadapan Abraham' dengan menempatkan Tuhan sebagai subjek yang berarti Tuhan yang berdoa,


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 47-57
Author(s):  
Philip Suciadi Chia ◽  
Juanda Juanda

Business ethics is part of special ethics (applied), which initially developed in the United States, where it highlights various moral aspects of human behavior that have professions in business and management. Studying business ethics can help people who are in the business world to be able to formulate and apply ethical principles in the economics and business world among each other. It is expected that ethical principles can help determining the right attitude in dealing with conflicts (both interests and conscience) that arise when doing business. Of course, the Bible will be a foundation (reference) in formulating ethical principles in business. Thus, this paper limits business ethics that only based on biblical truth, so that it does not open a space for business ethics based on the secular world. In addition, the writer will discuss the relationship between ethics and business, definition, various presuppositions in doing business, some examples of violations of business ethics and closed for the purpose of Bible-based business ethics.  Abstrak Indonesia Etika bisnis merupakan bagian dari etika khusus (terapan), yang pada awalnya berkembang di Amerika Serikat, di mana menyoroti pelbagai segi moral perilaku manusia yang mempunyai profesi di bidang bisnis dan manajemen. Mempelajari etika bisnis dapat membantu mereka yang menggeluti dunia bisnis untuk dapat merumuskan serta menerapkan prinsip-prinsip etika dibidang ekonomi maupun dunia bisnis antar sesama. Prinsip-prinsip etika ini pun diharapkan dapat menolong dalam menentukan sikap yang benar dalam menghadapi konflik-konflik (baik kepentingan maupun hati nurani) yang timbul tatkala berbisnis. Tentu saja Alkitab akan menjadi landasan (acuan) dalam merumuskan prinsip-prinsip etika dalam berbisnis. Dengan demikian, tulisan ini membatasi etika bisnis hanya berdasarkan dari kebenaran Alkitab, sehingga tidak membuka ruang bagi etika bisnis menurut dunia sekuler. Di samping itu, penulis akan membahas mengenai kaitan antara etika dengan bisnis, definisi, berbagai presuposisi dalam berbisnis, beberapa contoh pelanggaran akan etika bisnis dan ditutup dengan tujuan etika bisnis yang berdasarkan Alkitab.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document