Jurnal Riset Farmasi
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

6
(FIVE YEARS 5)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Islam Bandung (Unisba)

2798-6292

2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 24-32
Author(s):  
Ani Nurmilla ◽  
Nety Kurniaty ◽  
Hilda Aprillia W

Abstract. Nowadays, edible film is a food coating film that has been developed as a food wrapper. The main components for edible film include carrageenan, starch and pectin. This study aims to isolate carrageenan from red algae and find the best edible film formula from red algal carrageenan. Carrageenan was isolated using NaOH solution of various concentrations of 0.5; 1,0; 1.5 and 2.0 N. Carrageenan which has the best characteristics is then made into an edible film with the addition of glycerol as a plasticizer. Edible film formula is made with four variations of carrageenan concentration, i.e. 1; 1,5; 2 and 2.5%. The results of carrageenan isolation produced the best yield using 2N NaOH, which was 8.4%. The best edible film is edible film made from carrageenan 2.5% because it has the best percent elongation of 77%. Abstrak. Edible film merupakan film penyalut makanan yang banyak dikembangkan akhir-akhir ini sebagai pembungkus makanan. Komponen utama penyusun edible film diantaranya adalah karageenan, pati dan pektin. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi karagenan dari alga merah dan mencari formula edible film dari karagenan alga merah yang paling baik. Karagenan diisolasi dengan menggunakan larutan NaOH berbagai konsentrasi yaitu 0,5; 1,0; 1,5 dan 2,0 N. Karagenan yang memiliki karakteristik paling baik kemudian dibuat menjadi edible film dengan tambahan gliserol sebagai plastisizer. Formula edible film dibuat dengan empat variasi konsentrasi karagenan, yaitu 1; 1,5; 2 dan 2,5%. Hasil isolasi karagenan menghasilkan yield yang paling baik menggunakan NaOH 2N, yaitu sebesar 8,4%. Edible film yang paling baik adalah edible film yang dibuat dari karagenan 2,5% karena memiliki persen pemanjangan yang paling baik yaitu 77%.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Muhammad Nur Fauzi

Abstract. Indonesia is a country with the third largest tropical forest in the world. The number of medicinal plants in Indonesia is estimated to be around 1,260 types of plants. Plants produce secondary metabolites that have potential as antioxidants. One of the plants that contains a lot of secondary metabolites is maja (Aegle marmelos (L.) Corr). The purpose of this study was to determine the content of secondary metabolites in maja fruit extracts and to determine the antioxidant activity contained in maja fruit extracts using the DPPH method. The research was conducted by extracting maja fruit samples using maceration method to obtain a thick extract. The extracts obtained were tested for secondary metabolites, TLC test, and antioxidant activity tests using the DPPH method using Uv-vis spectrophotometry. The results of this study indicate that maja fruit extract contains secondary metabolites of flavonoids, tannins, alkaloids, saponins, and glycosides. TLC results obtained Rf 0.512. The result of antioxidant activity of maja fruit extract obtained by IC50 was 269.153 µg / mL. and IC50 vitamin C as a comparison obtained 28,907µg / mL. This shows that the antioxidant activity of maja fruit extract is smaller than the antioxidant activity of vitamin C. Abstrak. Indonesia adalah negara dengan hutan tropis paling besar ketiga di dunia, Jumlah tumbuhan berkhasiat obat di Indonesia diperkirakan sekitar 1.260 jenis tumbuhan. Tumbuhan menghasilkan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antioksidan. Salah satu tanaman yang banyak mengandung metabolit sekunder adalah tanaman maja (Aegle marmelos (L.) Corr). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada ekstrak buah maja dan untuk mengetahui aktivitas antioksidan yang terdapat pada ekstrak buah maja dengan metode DPPH. Penelitian dilakukan dengan mengekstraksi sampel buah maja dengan metode maserasi untuk memperoleh ekstrak kental. Ekstrak yang diperoleh dilakukan uji metabolit sekunder, uji KLT, dan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menggunakan spektrofotometri Uv-vis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak buah maja mengandung metabolit sekunder flavonoid, tanin, alkaloid, saponin, dan glikosida. Hasil KLT diperoleh Rf 0,512. Hasil aktivitas antioksidan ektrak buah maja yang diperoleh dengan IC50 adalah 269,153 µg/mL. dan IC50 vitamin c sebagai pembanding diperoleh 28,907µg/mL. hal ini menunjukan bahwa daya aktivitas antioksidan ekstrak buah maja lebih kecil dibanding dengan daya aktivitas antioksidan vitamin C. Kata Kunci: , , 


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 33-37
Author(s):  
Mohammad Ihsan Abdurrozak ◽  
Livia Syafnir ◽  
Esti Rachmawati Sadiyah

Abstract. Mosquitoes are often associated with health problems because mosquito bites not only cause itching but some species can also transmit various types of parasites that are harmful to human health. One of them is Culex sp mosquito which is a class of infectious insects (vectors). This study aimed to test the activity of compounds in angsana leaf extract (Pterocarpus indicus Willd) as biolarvasides on Culex sp. mosquitoes and determine the concentration of LC50 value needed. Extraction was carried out by maceration method using 70% ethanol solvent. The extract collected was then tested biolarvaside activity on Culex sp. The study subjects were divided into 8 treatment groups, namely aquades (negative control), 0.05%, 0.1%, 0.2%, 0.5%, 1%, 2% and ABATE 0.1% (positive control). Each group contained 20 mosquito larvae with three replications (triplo). Observations were made for 24 hours at intervals of 1 hour, 4 hours, 8 hours, 12 hours and 24 hours. The biolarvaside activity of angsana leaf extract was analyzed using the probit method. Based on the results of the Probit analysis, the LC50 value was 0.83%. These results indicate that the angsana leaf extract (Pterocarpus indicus Willd) was effective as a biolarvaside. Abstrak. Nyamuk sering dikaitkan dengan masalah kesehatan karena gigitan nyamuk tidak hanya menimbulkan gatal saja tetapi beberapa spesies nyamuk juga dapat menularkan berbagai jenis parasit yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Salah satunya yaitu nyamuk Culex sp yang merupakan golongan serangga penular (vektor). Penelitian ini bertujuan untuk pengujian aktivitas senyawa dalam ekstrak daun angsana (Pterocarpus indicus Willd) sebagai biolarvasida pada nyamuk Culex sp dan penentuan nilai LC50. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70%, Ekstrak yang diperoleh kemudian diuji aktivitas biolarvasida pada nyamuk Culex sp. Subjek penelitian dibagi menjadi 8 kelompok perlakuan, yaitu akuades (kontrol negatif), 0,05%, 0,1%, 0,2%, 0,5%, 1%, 2% dan ABATE 0,1% (kontrol positif).Setiap kelompok berisi 20 ekor larva nyamuk dengan tiga kali pengulangan (triplo) . Pengamatan dilakukan selama 24 jam dengan interval 1jam, 4jam, 8jam, 12jam dan 24jam. Aktivitas biolarvasida ekstrak daun angsana dianalisis dengan menggunakan metode probit. Berdasarkan hasil analisis Probit didapatkan nilai LC50 berada pada konsentrasi 0,83%.Hasil tersebut menunjukkan bahwa Ekstrak daun angsana (Pterocarpus indicus Willd) efektif sebagai biolarvasida.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 38-45
Author(s):  
Fathan Said R ◽  
Gita Cahya Eka Darma ◽  
Reza Abdul Kodir

Abstract. Indonesia is the third largest coffee producing country in the world, with a variety of compounds that are beneficial to the body. Vinegar fermentation is one way to add value to the benefits of fruits and vegetables because it can form useful new chemical compounds. Vinegar has a variety of benefits that have been studied such as reducing hyperglycemia, hyperinsulinemia, hyperlipidemia and obesity. Previous research in 2013 had made acetic acid from Arabica coffee pulp waste. This study aims to obtain a coffee fruit vinegar formula that conforms to the quality standards of acetic acid SNI 01-4371-1996. The material used is whole coffee with a two-stage fermentation method, namely alcohol fermentation using S. cerevisiae for 4 days and vinegar fermentation using A. aceti for 3 days. The results showed that the formula with 25% coffee fruit and 20% sugar is the best formula compared to other formulas with organoleptic test results in brown, sour and sweet taste and a little distinctive aroma of coffee, 5.03% acetic acid content, 0% alcohol content, pH 3,242. Abstrak. Indonesia merupakan negara ketiga penghasil kopi terbesar di dunia, dengan berbagai kandungan senyawa yang bermanfaat bagi tubuh. Fermentasi cuka merupakan salah satu cara untuk menambah nilai manfaat dari buah dan sayur karena dapat membentuk senyawa kimia baru yang bermanfaat. Cuka memiliki berbagai manfaat yang telah diteliti seperti menurunkan hiperglikemia, hiperinsulinemia, hiperlipidemia dan obesitas. Penelitian sebelumnya pada tahun 2013 telah dilakukan pembuatan asam asetat dari limbah cair kulit kopi arabika. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan formula cuka buah kopi yang sesuai standar mutu asam asetat SNI 01-4371-1996. Bahan yang digunakan adalah buah kopi secara utuh dengan metode fermentasi dua tahap yaitu fermentasi alkohol menggunakan S. cerevisiae selama 4 hari dan fermentasi cuka menggunakan         A. aceti selama 3 hari. Hasil penelitian menunjukan bahwa formula dengan 25% buah kopi dan 20% gula merupakan formula terbaik dibandingkan dengan formula lain dengan hasil uji organoleptis berwarna coklat, rasa asam dan manis serta sedikit aroma khas kopi, kadar asam asetat 5,053%, kadar alkohol 0%, pH 3,242.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 16-23
Author(s):  
Salma Fadhilah Azhar ◽  
Kiki Mulkiya Y ◽  
Reza Abdul Kodir

Abstract. Antioxidant is a compound that could obstruct oxidation reaction through free radical binding. Garlic (Allium sativum L.) is a plant which has many benefits that could be used for traditional medication. Some of pharmacology effects which was discovered are antioxidant, anti-hypertensive, anti-cholesterol, and antimicrobial. Black garlic is the heating aging process which induces many chemical reactions of garlic such as non-enzymatically discoloration to be brown, Maillard reaction which produces antibacterial compound, caramelization, and phenol formation as antioxidant that causes discoloration from cream to dark brown or black. White and Black garlic were extracted through two methods, namely maceration (room temperature) and digestion (± 40°C) by using 96% ethanol solvent. The activity test of extract antioxidant is done using DPPH free radical reduction (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) with absorbance measurement uses UV-Vis spectrophotometry with DPPH maximum wavelength is 515 mm. Garlic maceration has value IC50 in the amount of 28.422 ppm, two weeks maceration of black garlic in the amount of 27.129 ppm and four weeks maceration of black garlic in the amount of 13.041 ppm. While garlic digestion in the amount of 28.524 ppm, two weeks digestion of black garlic in the amount of 28.086 ppm and four weeks digestion of black garlic in the amount of 15.160 ppm. Abstrak. Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan cara mengikat radikal bebas. Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai banyak khasiat yang digunakan untuk pengobatan tradisional. Efek farmakologi yang telah diketahui salah satunya adalah antioksidan, anti-hipertensi, anti-kolesterol, anti-mikroba. Bawang hitam merupakan proses aging dengan pemanasan yang menginduksi banyak reaksi kimia pada bawang putih seperti perubahan warna menjadi coklat secara non-enzimatik, reaksi Maillard yang menghasilkan senyawa antibakteri, karamelisasi, dan pembentukan fenol sebagai antioksidan yang menyebabkan warnanya berubah dari putih kekuningan menjadi coklat tua atau hitam. Bawang putih dan bawang hitam diekstraksi menggunakan dua metode yaitu maserasi (suhu kamar) dan digesti (suhu ±40°C) dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Uji aktivitas antioksidan ekstrak dilakukan dengan menggunakan metode peredaman radikal bebas DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil) dengan pengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometri UV–Vis pada panjang gelombang maksimal DPPH yaitu 515 nm. Pada bawang putih maserasi memiliki nilai IC50 sebesar 28,422 ppm, bawang hitam 2 minggu maserasi 27,129 ppm dan bawang hitam 4 minggu maserasi 13,041 ppm. Sedangkan pada bawang putih digesti 28,524 ppm, bawang hitam 2 minggu digesti 28,086 ppm dan bawang hitam 4 minggu digesti 15,160 ppm.


1970 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 9-15
Author(s):  
Anisa Dwi Nuraeni ◽  
Yani Lukmayani ◽  
Reza Abdul Kodir

Abstract. Karuk (Piper sarmetosum Roxb. Ex. Hunter) is a plant that is considered to have antibacterial activity. Acne is a problem in the skin caused by the bacteria Propionibacterium acnes. This research’s aimed to determine the potential antibacterial activity of ethanol extracts and karuk leaf’s fractions, and can find out the class of chemical compounds contained from the ethanol extract and the fraction of karuk leaves which have antibacterial activity. Karuk leaf was extracted by maceration method using 96% ethanol solvent, followed by fractionation using the liquid-liquid extraction method with n-hexane, ethyl acetate, and water solvents. Antibacterial activity test of ethanol extract and fraction with a concentration of 2%, 4%, 6%, and 8% using the well diffusion agar method. To identify the class of compounds that have antibacterial activity, the TLC Bioautography method is used. From the results of research that has been done shows that ethanol extract and n-hexane fraction can inhibit the growth of Propionibacterium acnes with the highest inhibitory diameter of 10.11mm in the extract, and in the n-hexane fraction of 10.93 mm. in the ethyl acetate fraction and the water fraction there is no inhibitory zone formed so that it cannot provide antibacterial activity. The TLC Bioautography results did not show any inhibitory zones and there was no change in color when given a spotting viewer. So that compounds cannot be identified that have antibacterial activity Abstrak. Karuk (Piper sarmetosum  Roxb. Ex. Hunter) merupakan tanaman yang diketahui memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Jerawat merupakan permasalahan pada kulit disebabkan adanya bakteri Propionibacterium acnes. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan potensi aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol dan fraksi daun karuk, serta dapat mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung dari hasil ekstrak etanol dan fraksi daun karuk yang memiliki aktivitas antibakteri. Daun karuk diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, dilanjutkan dengan fraksinasi menggunakan metode ekstraksi cair-cair dengan pelarut n-heksan, etil asetat, dan air. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol dan fraksi dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, dan 8% menggunakan metode difusi sumuran agar. Untuk mengetahui golongan senyawa yang memiliki aktivitas sebagai antibakteri digunakan metode KLT Bioautografi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa ekstrak etanol dan fraksi n-heksan dapat menghambat pertumbuhan Propionibacterium acnes dengan diameter hambat tertinggi 10,11mm pada ekstrak, dan pada fraksi n-heksan 10,93 mm.  pada fraksi etil asetat dan fraksi air tidak terbentuk adanya zona hambat sehingga tidak dapat memberikan aktivitas sebagai antibakteri. Hasil KLT Bioautografi tidak menunjukan adanya zona hambat serta tidak terdapat perubahan warna ketika diberikan penampak bercak. Sehingga tidak dapat teridentifikasi senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document