scholarly journals HUBUNGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE DAN STATUS KECACINGAN DENGAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS II SUMBANG

1970 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 20
Author(s):  
Lida Arifin ◽  
Dyah Umiyarni Purnamasari

Background : Nutrition is one kind of important factors that build qualified human resources. A child being underweight due to two important things, they are food intake and illness. One type of infection that is often found in children that worm infection. The infection is often found in developing countries with lack of personal hygiene. The purpose of this research is to determine relation between personal hygiene and status worm infection with nutritional status among primary children.   Methods : This study design was observational analytic study with cross sectional approach. The sample were 51 children fourth grade 01 Banjarsari Kulon and 02 Banjarsari Wetan Primary School.   Results : Respondents with normal nutritional status 72%. Respondents with good behavior personal hygiene 59%. Respondents with positive helminthiasis status 53%. Relation between personal hygiene and nutritional status was examined by chi square (p value 1.000 > 0.05). Relation between helminthiasis status and nutritional status p value 0.425. Relation between personal hygiene and helminthiasis status p value 0.625.   Conclusion : There is no relation between the behavior of personal hygiene and nutritional status of school children in Puskesmas II Sumbang. There is no relation between helminthiasis status and nutritional status of school children in Puskesmas II Sumbang. There is no relation between personal hygiene and helminthiasis status.

Author(s):  
Kurnia Noviani ◽  
Effatul Afifah ◽  
Dewi Astiti

<p><strong>ABSTRACT</strong></p><p><em><strong>Background</strong>: Elementary school children are in the developmental age, thus need nutritions with good and proper quality and quantity. Nutrient needs can be fulfilled through eating habits. Snacking habit can also contribute to nutritional status in children if the snack consumed has good quality in term of the type</em><br /><em>and quantity.</em></p><p><em><strong>Objectives</strong>: To understand the relationship between snacking habit and diet with nutritional status of elementary school children in SD Sonosewu Bantul Yogyakarta.</em></p><p><em><strong>Methods</strong>: This study was an observational research with cross sectional approach. This study population was all students in SD Sonosewu Bantul Yogyakarta grades III, IV, V, that were 160 respondents. The sample used in this study was 65 people selected by using simple random sampling. The process of</em><br /><em>selecting a random sample was based on the random number table. The research instruments used were questionnaires, form of 24 -hour food recall for 1 day, bathroom scales, and microtoise. The collected data was analyzed by using a statistical test chi-square.</em></p><p><br /><em><strong>Results</strong>: Respondents who had frequent snacking habit with a normal nutritional status was 27 respondents (81%), whereas those who had less frequent snacking habit with wasting nutritional status was 7 respondents (21.9%). Respondents with a good diet (&gt;80% RDA) with wasting nutritional status was 9 </em><em>respondents (75%) and respondents who had bad diet with normal nutritional status was 34 respondents (66%). Chi-Square analysis in the relationship between snacking habit and nutritional status obtained 0.781 p value (p&gt;0.05) which mean that there was no statistically significant of relationship between snacking habits and child’s nutritional status. Whereas Chi-Square analysis of diet and nutritional status showed a significant relationship with 0.008 p value (p&lt;0.05) means that there was a relationship between diet and nutritional status.</em></p><p><em><strong>Conclusions</strong>: There was a relationship between diet and nutritional status of elementary school children, but there was no relationship between snacking habits and nutritional status of them.</em></p><p><strong>KEYWORDS</strong><em>: snacking habit, diet, nutritional status, elementary school children</em></p><p><strong>ABSTRAK</strong></p><p><em><strong>Latar belakang</strong>: Anak usia sekolah dasar termasuk usia perkembangan sehingga membutuhkan nutrisi dengan kualitas maupun kuantitas yang baik dan benar. Kebutuhan gizi tersebut di antaranya dapat dipenuhi melalui kebiasaan makan. Pola jajan juga dapat memberikan kontribusi terhadap status gizi anak apabila jenis jajan yang dikonsumsi berkualitas dari segi jenis dan kandungan gizinya.</em></p><p><em><strong>Tujuan</strong>: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kebiasaan jajan dan pola makan dengan status gizi di SD Sonosewu Bantul Yogyakarta.</em></p><p><em><strong>Metode</strong>: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa dari kelas III, IV, V yang berjumlah 160 siswa di SD Sonosewu Bantul Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 65 yang diambil dengan teknik simple random sampling. Proses memilih sejumlah sampel secara random berdasarkan tabel bilangan random. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner, formulir food recall 24 jam selama 1 hari, timbangan injak, dan microtois. Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan uji statistic chi-square.</em></p><p><em><strong>Hasil</strong>: Responden yang memiliki kebiasaan jajan sering dengan status gizi normal yaitu sebanyak 27 responden (81%), dan yang tidak sering jajan dengan status gizi kurus berjumlah 7 responden (21,9%). Responden dengan pola makan yang baik &gt;80% AKG dengan status gizi kurus sebesar 9 responden (75%) dan responden yang memiliki pola makan tidak baik dengan status gizi normal sebesar 34 responden (66%). Hasil analisis chi-square hubungan kebiasaan jajan dengan status gizi diperoleh p 0,781 (p&gt;0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan jajan dengan status gizi. Hasil analisis Chi-Square hubungan pola makan dengan status gizi diperoleh p 0,008 (p&lt;0,05) yang berarti bahwa ada hubungan antara pola makan dengan status gizi.</em></p><p><em><strong>Kesimpulan</strong>: Tidak ada hubungan kebiasaan jajan dengan status gizi di SD Sonosewu Bantul Yogyakarta. Ada hubungan pola makan dengan status gizi di SD Sonosewu Bantul Yogyakarta.</em></p><p><strong>KATA KUNC</strong><em><strong>I</strong>: kebiasaan jajan, pola makan, status gizi, anak sekolah dasar</em></p>


2017 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 129
Author(s):  
Entia Nopa ◽  
Ranissa Dwi Imansari ◽  
Irwandi Rachman

Faktor Risiko Kejadian Penyakit Kulit Pada Pekerja Pengangkut Sampah Di Kota Jambi 1Entianopa, 2Ranissa Dwi Imansari, 3Irwandi Rachman       123Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Harapan Ibu, Jambi   Abstrak Latar Belakang: Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang membungkus otot-otot dan organ-organ dalam serta merupakan jalinan jaringan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar yang tidak berujung, semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit yang salah satunya adalah penyakit kulit. Penyakit kulit merupakan salah satu gangguan kesehatan yang sering dialami oleh pekerja pengangkut sampah. Berdasarkan komposisi sampah yang diangkut serta waktu paparan kerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara masa kerja, pemakaian Alat Pelindung Diri (APD), dan personal hygiene dengan kejadian penyakit kulit pada pekerja pengangkut sampah di Kota Jambi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional study. Sampel penelitian yaitu sebanyak 62 pekerja pengangkut sampah yang berada di Kantor Pekerjaan Umum dan Penata Ruang, yang mana seluruh populasi dijadikan sampel. Data dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan kesehatan oleh dokter dan dengan kuesioner, kemudian dianalisa menggunakan uji statistik chi-square. Hasil: Hasil menunjukan bahwa pekerja yang mengalami penyakit kulit sebanyak 35 pekerja (56,5%). Berdasarkan hasil analisis chi-square didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan kejadian penyakit kulit pada pekerja pengangkut sampah dimana nilai (p-value= 0,006), Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) nilai (p-value= 0,008), personal hygiene nilai (p-value= 0,008). Kesimpulan: Untuk meminimalisir risiko terjadinya penyakit kulit pada pekerja pengangkut sampah disarankan perlunya disusun standar operasional prosedur yang aman, penyediaan sarana sanitasi agar dapat mengurangi resiko terkena penyakit kulit. Pentingnya pemakaian APD dan perilaku hidup bersih dan sehat selama bekerja, serta diharapkan pekerja menggunakan APD pada saat bekerja dan lebih memperhatikan personal hygiene.   Kata kunci      : Masa Kerja, APD, Personal Hygiene


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 16
Author(s):  
Luqman Effendi ◽  
Nurul Khotimah

Keluhan pada organ reproduksi yang sering terjadi adalah Pruritus vulvae yaitu ditandai dengan adanya sensasi gatal parah dari alat kelamin perempuan. Pruritus vulvae disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus yang muncul 44% karena buruknya Personal Hygiene dan Hygiene Menstruasi. Penelitian Tahun 2015 di 4 wilayah di Indonesia yaitu di Nusa Tenggara Timur (NTT), Jawa Timur, Papua, dan Sulawesi Selatan terkait kebersihan saat menstruasi menemukan 67% remaja di kota dan 41% remaja di desa masih adanya perilaku negatif. Tujuan penelitian untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan perilaku hygiene menstruasi melalui Health Belief Model (HBM). Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif  dengan menggunakan pendekatan cross sectional dengan sampel sebanyak 101 siswi SMPN 244 di Jakarta Utara, dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan chi square. Perilaku Hygiene Menstruasi baik baru dilakukan 55,4% responden. Perilaku Hygiene Menstruasi berhubungan secara signifikan dengan pengetahuan (OR=5,1), perceived threat (OR=3,9) dan perceived benefit (OR=3,3) dengan P Value < 0.005. Health Belief Model (HBM) bisa dipertimbangkan sebagai suatu pendekatan dalam upaya memperbaiki perilaku hygiene menstruasi pada remaja. Peningkatan pengetahuan direkomendasikan dengan menekankan pada ancaman penyakit yang berkaitan dengan perilaku hygiene menstruasi dan manfaat-manfaat yang langsung dirasakan oleh remaja berkenaan dengan perilaku higiene menstruasi.


Author(s):  
Dini Kesumah Dini Kesumah

ABSTRACT According to World Health Organization Health Organization (WHO) in 2005 showed 49% of deaths occur in children under five in developing countries. Nutritional problems can not be done with the medical and health care approach alone. Causes related to malnutrition that maternal education, socioeconomic families, poor environmental sanitation, and lack of food supplies. This study aims to determine the relationship between education and socioeconomic status of families with nutrition survey using a cross sectional analytic approach, with a population of all mothers of children under five who visited the health center in Palembang Keramasan Accidental sampling Sampling the number of samples obtained 35 respondents. Variables include the study independent and dependent variables and univariate analysis using Chi-Square test statistic with a significance level α = 0.05. The results from 35 respondents indicate that highly educated mothers earned as many as 16 people (45.7%), and middle and upper income families as many as 12 people (34.3%) and bivariate test results show that highly educated respondents toddler nutritional status good for 81.3% (13 people) is larger than the less educated respondents balitanya good nutritional status 26.3% (5 persons) as well as respondents who have middle and upper socioeconomic families with good nutritional status of children at 91.7% ( 11 people) is larger when compared to respondents who have family socioeconomic medium with good nutritional status of children at 30.4% (7 people). Statistical tests show that education has a significant relationship with nutritional status of children P value = 0.004 and socioeconomic families have a meaningful relationship with nutritional status of children P value = 0.002. Based on the results of the study suggested the health professionals in the health center should further improve the education, information about the importance of nutrition to the development of the child in the mothers through the selection and processing of good food and a good diet through health centers and integrated health.   ABSTRAK  Menurut badan kesehatan World Health Organization (WHO) tahun 2005 menunjukkan 49% kematian yang terjadi pada anak dibawah umur lima tahun di negara berkembang. Masalah gizi ini tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab yang berhubungan dengan kurang gizi yaitu pendidikan ibu, sosial ekonomi keluarga, sanitasi lingkungan yang kurang baik,dan kurangnya persediaan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan sosial ekonomi keluarga dengan status gizi balita dengan menggunakan metode survei analitik pendekatan secara Cross Sectional, dengan populasi semua ibu yang memiliki anak balita yang berkunjung ke Puskesmas Keramasan Palembang dengan pengambilan sampel secara Accidental Sampling diperoleh jumlah sampel 35 responden. Variabel penelitian meliputi variabel independen dan dependen serta analisis univariat menggunakan uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 35 responden didapatkan ibu yang berpendidikan tinggi sebanyak 16 orang  (45,7%), dan keluarga yang berpenghasilan menengah keatas sebanyak 12 orang (34,3%) dan hasil uji bivariat menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan tinggi status gizi balitanya baik sebesar 81,3% (13 orang) lebih besar bila dibanding responden yang berpendidikan rendah status gizi balitanya baik 26,3% (5 orang) serta responden yang mempunyai sosial ekonomi keluarga menengah keatas dengan status gizi balita baik sebesar 91,7% (11 orang) lebih besar bila dibanding responden yang mempunyai sosial ekonomi keluarga menengah kebawah dengan status gizi balita baik sebesar 30,4% (7 orang). Uji statistik menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi balita P value = 0,004 dan sosial ekonomi keluarga mempunyai hubungan yang bermakna dengan status gizi balita P value = 0,002. Berdasarkan hasil penelitian disarankan pada petugas kesehatan di Puskesmas hendaknya lebih meningkatkan penyuluhan-penyuluhan tentang pentingnya gizi terhadap tumbuh kembang anak pada ibu-ibu melalui cara pemilihan dan pengolahan bahan makanan yang baik serta pola makanan yang baik melalui kegiatan Puskesmas dan Posyandu.


2018 ◽  
Vol 9 (02) ◽  
pp. 192
Author(s):  
Wiwid Wahyuningsih ◽  
Atik Setiyaningsih

ABSTRAKLatar Belakang : Keberadaan kader di posyandu sebagai salah satu sistem penyelenggarakan pelayanan sangat dibutuhkan. Mereka adalah ujung tombak  pelayanan kesehatan yang merupakan kepanjangtanganan puskesmas Jawa Tengah tahun 2011 jumlah gizi kurang 5,35% dan gizi buruk 0,10%. Untuk Kabupaten Semarang dari 23.562 balita yang ditimbang pada tahun 2011 gizi lebih 1,13%, gizi baik 93,51%, gizi kurang 4,86% dan gizi buruk 0,49% (DepKes Prov Jateng, 2011). Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran kader posyandu dengan status gizi balita. Metode Penelitian : Desain penelitian ini adalah survey analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita di Posyandu Mawar di Desa Gedangan sejumlah 40 responden, dengan teknik total sampling dan analisa data chi square. Hasil Penelitian : Hasil perhitungan chi square di peroleh X² hitung 10.644 pada df=4, P.value 0.031 dimana probabilitas lebih kecil dari level of significant 5 % (0,001 < 0,05) berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Kesimpulan : ada hubungan antara peran kader posyandu dengan status gizi pada balita.Kata Kunci : peran kader , status gizi balitaCADERE ROLE RELATIONSHIP WITH NUTRITIONAL STATUS OF CHILDREN POSYANDUABSTRACTBackground : posyandu cadre in Existence as one of the 56th's service system is urgently needed. They are the tip of the Spear is a kepanjangtanganan health services clinics in Central Java in 2011 the amount of nutrition less 5.35% 0.10% and malnutrition. To Semarang from 23.562 toddler who weighed in 2011 more nutritional 1.13%, 93,51%, good nutrition nutrition less 4.86% and 0.49% poor nutrition (Department of Health Central Java Prov., 2011). Objective : the research aims to find out the relationship role of posyandu cadre with the nutritional status of children. Methods : the design of this research is a survey using the analytic approach of cross sectional. The population in this study are all the toddlers at the Rose in the village of Posyandu Gedangan some 38 respondents, with total sample techniques and data analysis a chi square. The results :. The chi square calculation results in getting X ² count 10.644 on df = 4, P. value 0.031 where probability is smaller than the level of significant 5% (0.001 < 0.05) mean Ha Ho accepted and rejected. Conclusion : there is a connection between the role of cadres of posyandu with nutritional status on toddlers.Keywords : the role of cadres, toddler nutrition status


2017 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 20-28
Author(s):  
Fitriani ◽  
Tenriwati

At present, the incidence of injuries in Indonesia is quite high, as seen from data on traffic accidents in the general public. There are several factors that affect wound healing, one of which is nutritional status. Based on the preliminary data retrieval conducted by researchers in the seruni surgery room in the last 1 month namely in March, it was found that the number of wounded patients was 109 patients, where the number of men was 78 (71.56%) while the number of women was 31 ( 28.44%) The purpose of this study was to determine the relationship between nutritional status and the wound healing process in RSUD. H. Andi. Sulthan Daeng Radja Kab. Bulukumba. This research uses the type of design of this research is quantitative research. This type of research uses analytic observational research with cross sectional approach. The sample of this study were 41 respondents taken by purposive sampling method. Data analysis in this study used the chi-square test (chi square test). The results of the analysis used the chi-square statistical test with a confidence level (α = 0.05). Based on the results of this test, the p value is 0.001, thus p <α (0.001 <0.05), then Ho is rejected and Ha is accepted. The conclusion of this study is that there is a relationship between nutritional status and the process of wound healing in RSUD. H. Andi. Sulthan Daeng Radja Kab. Bulukumba. Researchers suggest that this study be used as a material consideration in the fulfillment of nutrition in wound care patients in RSUD.H.A. Sulthan Daeng Radja Kab. Bulukumba and this research can be continued by conducting research related to the wound healing process and linking it with other variables.


2022 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 179-193
Author(s):  
Nur Fadhilah ◽  
Lusiyana Pangestuti ◽  
Rani Ardina

Stroke merupakan penyebab umum kematian ke tiga di Negara maju setelah penyakit kardiovaskular dan kanker. Stroke terjadi karena ada gangguan aliran darah ke bagian otak. Bentuknya dapat berupa lumpuh sebelah (hemiplegia), berkurangnya kekuatan sebelah anggota tubuh (hemiparesis), akibat lanjut pasien mengalami gangguan kebersihan diri (personal hygiene). Dorthea Orem menjelaskan bahwa perawatan diri merupakan kegiatan memenuhi kebutuhan dalam mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Model Orem diperluas dari perawatan individu menjadi perawatan keluarga. Salah satu faktor yang mempengaruhi kebutuhan pemenuhan kebersihan diri menurut Orem adalah sistem keluarga. Tujuan penelitan ini adalah diketahuinya  hubungan dukungan keluarga dengan personal hygiene pada pasien stroke di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu Tahun 2020. Jenis penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional.  Populasi  berjumlah 83 orang dan sampel 69 orang dengan teknik sampling accidental sampling. Alat pengumpul data menggunakan kuesioner dan lembar observasi kemudian dianalisis menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p-value = 0,000) dukungan keluarga dengan personal hygiene pada  Pasien Stroke. Pemberian perawatan yang komprehensif sebaiknya melibatkan peran serta keluarga,  hal ini sejalan dengan tugas keluarga yaitu memberikan perawatan pada angota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.


2017 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 43
Author(s):  
Norhalida Rahmi ◽  
Syamsul Arifin ◽  
Endang Pertiwiwati

ABSTRAKSkabies merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh infeksi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabei var hominis (Sarcoptes sp.). Penularan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Salah satu dampak kejadian skabies yaitu personal hygiene yang buruk. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan personal hygiene dengan kejadian penyakit skabies pada santri Wustho di Pondok (SMP) Pesantren Al-Falah Putera Banjarbaru. Metode penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan cross-sectional.Tteknik sampling menggunakan probality sampling dengan simple random sampling. Populasi penelitian adalah seluruh santri wustho kelas 1 yang berasrama sebanyak 341 santri. Sampel yang digunakan ada 184 santri yang berasrama.H asil analisis didapatkan personal hygiene baik terkena skabies 24% dan personal hygiene baik tidak terkena skabies 76%. Personal hygiene buruk terkena skabies 53% dan personal hygiene buruk tidak terkena skabies 47 %. Hasil uji chi- square didapatkan nilai= 0,000 (r) = 12.590. Kesimpulan penelitian ini personal hygiene berhubungan dengan kejadian skabies. Hygiene perseorangan merupakan salah satu usaha yang dapat mencegah kejadian skabies.Kata- kata kunci : personal hygiene, skabies, pesantren.ABSTRACTScabies is a contagious infectious disease caused by infection and sensitization by Sarcoptes scabei var hominis mites (Sarcoptes sp.). transmission can occur directly and indirectly. one of the effects of scabies is poor personal hygiene. To determine the correlation personal hygiene with incidence of scabies in Islamic boarding Wustho students (SMP) Al Falah Putera Banjarbaru. This study was a correlational study with cross-sectional approach, using sampling techniques probality sampling with simple random sampling. The population was all studentswere Islamic boarding wustho in first class as many as 341 students. Total respondent were 184 students in Islamic boarding. Analysis of the Personal hygiene exposed to scabies 24% good, good personal hygiene was not affected by scabies 76%. Personal hygiene badly affected by scabies 53%, poor personal hygiene was not affected by scabies 47%. Result of correlation chisquare test p value = 0.000 and (r) = 12.590. personal hygiene associated with the incidence ofscabies. Personal hygiene was one of effort that can prevent the incidence of scabies.Keywords: personal hygiene, scabies, islamic boarding.


e-CliniC ◽  
2019 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Fifin R. T. Sole ◽  
Pieter L. Suling ◽  
Tara S. Kairupan

Abstract: Acne vulgaris is a chronic skin condition involving inflammation of the pilosebaceous follicle. The highest prevalence of acne vulgaris is at the age of 16-17 years. Pathogenic factors contributing to the development of acne vulgaris include increased sebum production, pilosebaceous follicular blockage, and increased colonization of Propionibacterium acnes. Personal hygiene is suggested as an important factor that needs to be maintained in acne prevention. Males tend to lack of awareness to seek information and health services in dealing with acne problems. This study was aimed to evaluate the relationship between facial washing and the incidence of acne vulgaris in adolescent males in Manado. This was an analytical and observational study using a cross-sectional design. Subjects were male students of 3rd grade at SMA Negeri 9 Manado, aged 16-19 years old, and met the inclusion and exclusion criteria, with a total number of 95 students. Subjects who washed their faces 2-3 times a day were 38 students (40%) while those who washed their faces less than twice or more than thrice a day were 57 students (60%). Subjects with no or mild acne vulgaris were 39 students (41.1%), while those with moderate to severe acne vulgaris were 56 students (58.9%). The chi-square showed a p-value of 0.004 for the relationship between the frequency of facial washing and the incidence of acne vulgaris. In conclusion, there was a significant relationship between facial washing and the incidence of acne vulgaris in adolescent males in Manado.Keywords: facial washing, acne vulgaris Abstrak: Akne vulgaris merupakan peradangan kronis folikel pilosebasea dengan prevalensi tertinggi pada usia 16-17 tahun. Faktor yang memengaruhi terjadinya akne vulgaris antara lain peningkatan produksi sebum, penyumbatan folikel pilosebasea, dan peningkatan kolonisasi bakteri Propionibacterium acnes. Kebersihan diri merupakan faktor penting yang perlu dijaga sebagai salah satu usaha untuk mencegah timbulnya akne. Laki-laki cenderung kurang memiliki kesadaran untuk mencari informasi dan pelayanan kesehatan dalam menangani masalah akne. Penelitian ini bertujuan untuk menilai hubungan antara mencuci wajah dengan kejadian akne vulgaris pada remaja laki-laki di Manado. Jenis penelitian ialah observasional analitik dengan desain potong lintang. Subjek penelitian ialah siswa laki-laki kelas 3 di SMA Negeri 9 Manado, usia 16-19 tahun, dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dengan jumlah total 95 siswa. Subjek yang mencuci wajah 2-3 kali sehari sebanyak 38 siswa (40%) sedangkan yang mencuci wajah kurang dari 2 kali atau lebih dari 3 kali sehari sebanyak 57 siswa (60%). Subjek tanpa akne vulgaris atau akne derajat ringan sebanyak 39 siswa (41,1%) sedangkan yang dengan akne vulgaris derajat sedang sampai berat sebanyak 56 siswa (58,9%). Uji chi-square memperlihatkan nilai p=0.004 terhadap hubungan antara frekuensi mencuci wajah dengan kejadian akne vulgaris. Simpulan penelitian ini ialah terdapat hubungan bermakna antara mencuci wajah dengan kejadian akne vulgaris pada remaja laki-laki di Manado.Kata kunci: mencuci wajah, akne vulgaris


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document