scholarly journals EDUKASI MENINGKATKAN PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN KAKI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI KELURAHAN CEMPAKA

2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 25
Author(s):  
Novita Fajeriani ◽  
Noor Diani ◽  
Hasby Pri Choiruna

Introduction: Diabetes mellitus is a chronic metabolic caused by the inability of the body to produce adequate of insulin or the body is unable to used insulin effectively so that hyperglycemia occurs.foot care in people with diabetes mellitus is important. Regular foot care can reduce the incidence of amputation as much 49-85%. Education is a promotion of healthy life that is necessary and always done, education is one part of prevention efforts and the most important of the management of holistic diabetes mellitus includes education about foot care. This study aims to determine the description of knowledge after being educated about foot care of client diabetes mellitus in Kelurahan Cempaka.Methods: This study used the pre experimental method with one shot case study. There were of 30 patients with diabetes melitus in Kelurahan Cempaka of Desember 2018.Result: This research used simple random sampling. Posttest was three days after the intervention. The instruments used demographic questionnaires and questionnaires about foot care knowledge.Conclusion: The knowledge of respondents after being given education was good with mean 38.87. that is as much as 23 person (76.7%). Education is effective in improving knowledge of patient with diabetes mellitus about foot care.

2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 29
Author(s):  
Susanti Susanti

ABSTRAK Penderita Diabetes Mellitus (DM) berisiko mengalami penurunan sensitivitas pada kaki. Kebiasaan maupun perilaku penderita seperti kurang menjaga kebersihan kaki dan tidak menggunakan alas kaki saat beraktivitas akan beresiko terjadi perlukaan pada daerah kaki. Keadaan kaki diabetik lanjut yang tidak ditangani secara tepat dapat memicu dilakukannya tindakan amputasi kaki.  Tujuan penelitian untuk menganalisis Pengaruh Senam Kaki Diabetes terhadap Leg Sensitivity Monofilament Test pada penderita Diabetes Melitus di Wilayah Posyandu Lansia Endrosono Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode pre-experiment designs dengan rancangan yang digunakan yaitu one group pretest-postest dengan sample 54 responden lansia di Posyandu Lansia Endrosono Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir Kota Surabaya diambil menggunakan tehnik sampling Simple Random Sampling. Pengukuran Leg Sensitivity dipeoleh dari observasi menggunakan Monofilament Test. Data dianalisis menggunakan Uji Mc. Nemar didapatkan p value = 0,008 pada kaki kanan dan p value = 0,003 pada kaki kiri dengan α=0,05 (p< α). Hal ini berarti tidak terdapat pengaruh antara senam kaki diabetes dengan leg sensitivity monofilament test (H0 diterima, H1 ditolak). Implikasi hasil penelitian bahwa senam kaki diabetes tidak dapat mempengaruhi leg sensitivity monofilament test. sehingga perlu lebih ditingkatkan aktivitasnya sehari-harinya dan melakukan senam kaki diabetes 5-7x perhari. Kata Kunci : Senam Kaki Diabetes, Leg Sensitivity, Monofilament Test   ABSTRACT Patients with Diabetes Mellitus (DM) are risked with Leg Sensitivity decreasing. Patient’s habits or behavior such as less maintaining of their cleanliness and not wearing footwear or slippers will make the risk of them infect their feet increase. If the conditions of further diabetics are not handled properly, it can increase the act of foot amputations.  This research objective is to analyze the effect of Diabetics Foot Exercise against Leg Sensitivity Monofilament Test to patients with Diabetes Mellitus in Posyandu Lansia Endorsono Surabaya. This research is using pre-experiment designs methods and the design used is one group pretest-posttest with 54 elderly respondents from Posyandu Lansia Endorsono Wonokusumo Village, Semampir sub-district, Surabaya as sample and using Simple Random Sampling as the sampling technique. Leg sensitivity measuring is collected from Monofilament Test observation. The Data are analyzed by SPSS 16.0 program and using Mc. Nemar obtained p value = 0,008 for the right foot and p value = 0,003 for the left foot α=0,05 (p< α). It means that there is no effect between Diabetic Foot Exercise with the Leg Sensitivity Monofilament test (H0 is approved, H1 is disapproved). The implication of the research is that Diabetic Foot Exercise cannot be affecting Leg Sensitivity Monofilament Sensitivity Test. As the result patients with diabetes mellitus need to increase their daily activity and do the Diabetic Foot Exercise 5-7 times per-day. Key words: Diabetic Foot Exercise, Leg Sensitivity, Monofilament Test


2019 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 117-127
Author(s):  
Nurhayati Nurhayati ◽  
Diah Navianti

Data Kemenkes tahun 2015 menunjukkan faktor risiko perilaku penyebab terjadinya penyakit tidak menular (PTM) adalah penduduk kurang aktifitas fisik (26.1 %), Diabetes Mellitus (DM) termasuk dalam penyakit tidak menular. Menurut international diabetic federation faktor risiko terjadinya penyakit Diabetes Melitus adalah riwayat penyakit keluarga, kurang aktifitas fisik, usia diatas 45 tahun, kegemukan, tekanan darah tinggi, gaya hidup dan stres. Dari survei yang dilakukan guru dibeberapa sekolah dasar di Kecamatan Sukarami memiliki risiko ini. Permasalahan dalam penelitian ini adalah diperolehnya data awal terhadap beberapa guru di SDN di Kecamatan Sukarami masih kurang dalam pengetahuan tentang faktor risiko terjadinya penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 dan juga komplikasinya, sehingga ada 39 % guru di SDN 133 yang memiliki kadar gula tinggi. Sedangkan di SDN 132 ada 33 % guru dengan kadar gula yang tinggi. Ditambah dengan tekanan darah yang juga tinggi sebesar 46 % pada guru di SDN 133 Sukarami Palembang. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor risiko terjadinya kejadian penyakit Diabetes Mellitus tipe 2 pada guru di SDN kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Jenis penelitian ini merupakan penelitian Analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah guru SD di Kecamatan Sukarami Palembang. Metode pengambilan sampel secara Simple Random sampling. Sampel yang diambil adalah guru – guru di empat SDN yang terpilih secara random sebanyak 125 orang guru . Analisis data yang digunakan adalah uji Chi Square. Data akan diolah dengan bantuan software komputer. Ada hubungan antara Tekanan darah, Umur, IMT, Aktifitas fisik (olahraga) dengan kadar glukosa darah sewaktu pada guru SD Negeri di Kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Tidak ada hubungan antara Jenis kelamin dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah pada guru-guru SDN di Kecamatan Sukarami Palembang tahun 2016. Disarankan pada guru SD Negeri di Kecamatan Sukarami Palembang agar dapat mempertahankan atau meningkatkan kesehatan tubuh dengan cara berolahraga dengan cukup supaya guru yang memiliki kadar glukosa darah diatas nilai normal tidak mengalami peningkatan.


2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 130
Author(s):  
Hafna Ilmy Muhalla

Introduction: Indonesia is ranked 4th in the world for the number of diabetics according to WHO, and most of diabetics experience complications, one of which is ulcer diabetikum. This can be a trigger for the emergence of body image disorders from diabetics, so researchers need to know the picture of ulcus sufferers' body image to later be mapped and make it easier in subsequent handling. The research objective is to describe the image of body image in patients with diabetes mellitus with ulcus complications. Physical changes in the body can affect body image and self-esteem Methods: Design of this study used a descriptive research design, the population in this study were all patients who have diabetes mellitus with ulcus diabeticum in Ibnu Sina Hospital Gresik regency with a sample of 20 respondents, samples were taken by using purposive sampling technique. Data collection using questionnaires with 15 multiple choices question. Furthermore, the data were analyzed with coding, scoring, tabulating presentatif, and described. Results: The results showed a total of 20 respondents obtained ii'om 5 respondents (25%) have a good body image, 7 respondents (35%) had a poor body image and 8 respondents (40%) who did not have a good body image.  Conclusion: Based on the results of this study indicate that in patients with diabetes mellitus who are already experiencing complications of ulcus diabetic almost half of respondents do not have a good body image, and a small proportion of respondents have a good body image. This is due to several factors, namely the respondents admitted that the wounds on his legs is a sign of personal failure on him therefore to improve body image and the changing assessment of the physical condition and provide social support.


e-CliniC ◽  
2015 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Febrina R. Wuwung ◽  
Ora I. Palandeng ◽  
Olivia C. P. Pelealu

Abstract: Diabetes mellitus is a group of chronic metabolic disease which can affect nearly every organ system in the body. Complications of this disease are diverse and include retinopathy, nepropathy and neuropathy. It has a high prevalence and continued to increase. The relationship between diabetes mellitus and hearing loss have been studied. This study aimed to obtain the average of hearing threshold in patients with diabetes mellitus. This was a descriptive observational study with a cross sectional design. Total 38 diabetes mellitus patients were included in the study. Hearing threshold obtained based on air conduction pure tone audiometry average at 500, 1000, 2000, and 4000 Hz. The results showed that subjects were 65.8% females and 32.4% males. There were 9 subjects (23.6%) with normal hearing, 24 subjects (63.2%) with bilateral hearing loss, and 5 subjects (13.2%) with unilateral hearing loss. Of the 29 subjects with hearing loss, the levels were mild and moderate. None of the subjects had moderately severe, severe, or profound. Conclusion: The majority of subjects in this study had hearing loss.Keywords: diabetes mellitus, hearing threshold, pure tone audiometryAbstrak: Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik yang dapat mempengaruhi hampir setiap sistem organ dalam tubuh. Komplikasi penyakit ini beragam, termasuk retinopati, nefropati dan neuropati. Prevalensinya cukup tinggi dan diperkirakan akan terus meningkat. Terdapat beberapa penelitian yang menghubungkan diabetes melitus dan gangguan pendengaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ambang pendengaran rata – rata pada penderita diabetes melitus. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain penelitian potong lintang. Sampel total ialah 38 pasien diabetes melitus. Ambang pendengaran rata – rata diperoleh berdasarkan hantaran udara audiometri nada murni rata-rata pada frekuensi 500, 1000, 2000, dan 4000 Hz. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa subjek penelitian 65,8% perempuan dan 34,2% laki – laki. Terdapat 9 orang (23,6%) yang mempunyai pendengaran normal, 24 orang (63,2 %) mengalami gangguan pendengaran bilateral dan 5 orang (13,2%) dengan gangguan pendengaran unilateral. Dari 29 subjek penelitian dengan gangguan pendengaran mengalami gangguan pendengaran kategori ringan dan sedang. Tidak ditemukan subjek penelitian dengan gangguan pendengaran kategori sedang berat, berat atau sangat berat. Simpulan: Mayoritas subjek penelitian mengalami gangguan pendengar.Kata kunci: ambang pendengaran, audiometri nada murni, diabetes melitus


2017 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 132
Author(s):  
Reny Chaidir ◽  
Ade Sry Wahyuni ◽  
Deni Wahyu Furkhani

Indonesia merupakan daerah terbanyak nomor dua penderita diabets melitus di kawasan Asia Tenggara dengan angka kejadian sebesar 9,116.03 kasus. Puskesmas Tigo Baleh angka kunjungan penderita diabetes melitus pada tahun 2015 mengalami peningkatan yaitu sebesar 408 kunjungan. Pasien diabetes melitus rentan mengalami komplikasi yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah. Peningkatan kadar gula darah dapat dicegah dengan melakukan <em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">terdiri dari pengaturan diet, olah raga, terapi obat, perawatan kaki, dan pemantauan gula darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan </span><em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus. Penelitian ini menggunakan pendekatan </span><em style="font-size: 10px;">cross sectional </em><span style="font-size: 10px;">yang dilakukan terhadap 89 orang responden dengan menggunakan teknik </span><em style="font-size: 10px;">simple random sampling</em><span style="font-size: 10px;">. Pengumpulan data menggunakan kuesioner </span><em style="font-size: 10px;">The Summary of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA) </em><span style="font-size: 10px;">dan kuesioner </span><em style="font-size: 10px;">The Diabetes Quality of Life Brief Clinical Inventory</em><span style="font-size: 10px;">. Hasil penelitian ini menggunakan uji </span><em style="font-size: 10px;">product moment </em><span style="font-size: 10px;">(</span><em style="font-size: 10px;">pearson correlation</em><span style="font-size: 10px;">), diperoleh nilai r = 0.432. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara </span><em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Tigo Baleh yang berbanding lurus dan memiliki tingkat korelasi yang sedang. Terdapat faktor yang mempengaruhi korelasi dengan kualitas hidup. Diharapkan agar pasien diabetes melitus dapat meningkatkan aktivitas </span><em style="font-size: 10px;">self care </em><span style="font-size: 10px;">sehingga dapat menjalankan kehidupan secara normal.</span>


2015 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 277
Author(s):  
Rikawarastuti Rikawarastuti ◽  
Eka Anggreni ◽  
Ngatemi Ngatemi

Penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut dengan prevalensi cukup tinggi di Indonesia (60%). Diabetes melitus merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya penyakit periodontal. Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan diabetes melitus terhadap tingkat keparahan jaringan periodontal. Jenis penelitian observasional analitik potong lintang. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan pada bulan Oktober - November 2014 dengan populasi penelitian adalah pengunjung Puskesmas Kecamatan Jagakarsa. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling sebanyak 122 orang. Status diabetes melitus didapat dari rekam medis poli penyakit tidak menular. Analisis data menggunakan kai kuadrat dan regresi logistik sederhana. Hasil penelitian menunjukkan proporsi penderita diabetes melitus usia > 50 tahun mengalami kerusakan jaringan periodontal yang lebih parah dibandingkan penderita diabetes melitus ≤ 50 tahun. Kelompok diabetes melitus berisiko 3,5 kali mengalami keparahan jaringan periodontal dibandingkan kelompok nondiabetes melitus, OR = 3,505 (1,609 – 7,634), nilai p = 0,002. Kelompok diabetes melitus tidak terkendali berisiko 2,5 kali mengalami keparahan jaringan periodontal dibandingkan kelompok diabetes melitus terkendali, nilai OR = 2,514 (0,892 – 7,085), nilai p = 0,12 disebabkan ukuran sampel terlalu kecil. Penderita diabetes melitus lebih berisiko mengalami keparahan jaringan periodontal dibandingkan dengan nondiabetes melitus. Pada diabetes melitus tidak terkendali, risiko penyakit periodontal semakin tinggi. Diabetes Melitus and Severity of Periodontal TissuePeriodontal disease is a teeth and oral health problem, with a quite high prevalence in Indonesia (66%). Diabetes mellitus one of predisposing factors of periodontal occurence. This study aimed to analyze relation between diabetes mellitus and the severity of periodontal tissue. The study was observational analytic study with cross-sectional design. The study was conducted in Jagakarsa District Primary Health Care of South Jakarta on October to November 2014 with the primary health care visitors as population. Sample was taken using simple random sampling as much as 122 respondents. Diabetes mellitus status was identified from the non-infectious disease medical record. Data analysis used chi-square and simple logistic regression. Results showed proportion of diabetes mellitus patients > 50 years suffered periodontal tissue damage more severe than ≤ 50 years old patients. Diabetes mellitus group had 3.5 times risk of suffering severe periodontal tissue than nondiabetes mellitus group, OR = 3.505 (1.609 - 7.634), p value = 0.002. Uncontrolled diabetes mellitus group had 2.5 times risk of suffering severe periodontal tissue than controlled diabetes mellitus group, OR = 2.514 (0.892 - 7.085), p value = 0.12 due too small size of sample. Diabetes mellitus sample patients were more risky to suffer severe periodontal tissue than nondiabetes mellitus patients. On uncontrolled diabetes mellitus, the risk of periodontal disease was getting higher.


2018 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 79
Author(s):  
Ni Nyoman Deni Witari ◽  
Pradnya Dwi Anggraeni

<p><strong><em>Abstract: </em></strong><strong><em>The correlation of body mass index with the menstrual cycle</em></strong><strong><em></em></strong></p><p><em> </em></p><pre><em> </em>Factors that can cause menstrual cycle disorders include hormonal disorders, nutritional status, high or low BMI, stress, age, metabolic diseases such as diabetes mellitus.</pre><p>This study aims to determine the relationship between body mass index (BMI) and the menstrual cycle in class XI students at SMAN 8 Denpasar.</p><p>This study uses a correlation analytic design with crossectional approach. Using the Simple Random Sampling technique. The number of respondents was 53 respondents using the Spearman Rank's statistical test.</p><p>The results showed that of 14 respondents with a total body mass index index of 14 (100%) respondents had irregular menstrual cycles. Of the 20 respondents who have a normal body mass index category, almost all, namely 20 (87%) respondents have regular menstrual cycles. Of the 1 respondent with the body mass index category, the excess weight of the BB level was 1 (100%). The respondents had irregular menstrual cycles.</p><p>After testing the data analysis using the Spearman Rank's correlation test through computer assistance, it was obtained a value of 0.815 with a significance level of 0,000 where p value &lt;0.05, so Ha was accepted where there was a significant relationship between body mass index and menstrual cycle in class XI at SMAN 8 Denpasar.</p><em></em><em></em><p><strong>Abstrak :<em> </em></strong><strong>Hubungan indeks masa tubuh dengan siklus menstruasi pada siswi kelas XI</strong><strong><em></em></strong></p><p>Faktor yang dapat menyebabkan gangguan siklus menstruasi antara lain gangguan hormonal, status gizi, tinggi atau rendahnya IMT, stress, usia, penyakit metabolik seperti diabetes mellitus.</p><p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara indeks masa tubuh (IMT) dengan siklus menstruasi pada siswi kelas XI di SMAN 8 Denpasar.</p><p>Penelitian ini menggunakan rancangan analitik korelasi dengan pendekatan <em>crossectional</em>. Menggunakan teknik sampling Simple Random Sampling. Jumlah responden sebanyak 53 responden dengan mengunakan uji statistik <em>Spearman Rank’s</em>.</p><p>Hasil penelitian menunjukan dari 14 responden dengan kategori indeks masa tubuh kurus seluruhnya 14 (100%) responden memiliki siklus menstruasi tidak teratur. Dari 20 reponden yang memiliki kategori indeks masa tubuh normal hampir seluruhnya yaitu 20 (87%) responden memiliki siklus menstruasi teratur. Dari 1 responden dengan kategori indeks masa tubuh kelebihan BB tingkat ringan seluruhnya yaitu 1 (100%) responden memiliki siklus menstruasi tidak teratur.</p><p>Setelah dilakukan uji analisis data dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rank’s melalui bantuan komputer di dapatkan nilai 0,815 dengan tingkat hubunngan signifikansi 0,000 dimana p value &lt;0,05, sehingga Ha diterima dimana terdapat hubugan yang signifikan antara indeks masa tubuh dengan siklus menstruasi pada siswi kelas XI di SMAN 8 Denpasar.</p>


2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Nove Lestari

Lansia dengan diabetes mellitus menyebabkan masalah bagi orang tua dan beban pada keluarga. Sistem bantuan yang diberikan kepada lansia membutuhkan dukungan untuk perawatan diri dengan pembelajaran melalui Sistem Pendukung yang Mendukung dengan model edukatif yang mendukung yang merupakan aktivitas fisik atau olahraga yang sesuai dengan senam diabetes mellitus pada lansia untuk menjaga kebugaran tubuh, menurunkan berat badan, dan meningkatkan sensitivitas insulin. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keefektifan model edukatif suportif terhadap senam diabetes mellitus pada lansia dengan diabetes mellitus di Desa Lansia Posyandu Sumberbendo. Desain penelitian ini menggunakan one-shot case sebagai untuk variabel independen Pendukung Edukatif, sedangkan variabel dependen Diabetes melitus Senam. Populasi penelitian ini sebanyak 20 responden dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling mendapat sampel sebanyak 7 responden. Analisis data menggunakan statistik Chi-Square. Implementasi model edukatif suportif pada pelaksanaan senam diabetes mellitus yang melakukan senam dengan kategori sebanyak 7 responden dengan presentasi 100%. Hasil analisis menggunakan uji Chi-Square didapatkan nilai p (0,008) <a (0,05). Jadi disimpulkan model edukatif suportif yang efektif terhadap senam diabetes mellitus pada lansia yang menderita diabetes mellitus di Desa Lansia Posyandu Sumberbendo. Diharapkan lansia dapat lebih banyak berpartisipasi dalam kegiatan kesehatan, terutama pada penderita diabetes mellitus agar aktif dan kooperatif dalam kegiatan kesehatan yang dilakukan lembaga lain dan dapat memberikan motivasi untuk melakukan senam diabetes mellitus secara teratur pada lansia yang menderita diabetes mellitus dan menerapkanmodel edukatif suportifdi Posyandu Lansia. Sehingga para lansia dapat bertukar pikiran dengan para lansia dalam satu kelompok.


2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 77-82
Author(s):  
Difran Nobel Bistara ◽  
Chilyatiz Zahroh ◽  
Erika Martining Wardani

P ABSTRAK Diabetes Mellitus merupakan salah satu penyakit kronik yang memerlukan waktu perawatan lama, pembiayaan perawatan yang sangat mahal, selain itu prevalansi diabetes milletus juga meningkat. Keharusan penderita diabetes mellitus dalam mengubah pola hidupnya agar gula darah dalam tubuh tetap seimbang dapat mengakibatkan mereka rentan terhadap stress. Stress pada penderita diabetes mellitus dapat mengakibatkan gangguan pada pengontrolan kadar gula darah. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya hubungan tingkat stress dengan kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional dengan sampel berjumlah 45 responden penderita Diabetes Melitus di wilayah RW 7 Kelurahan Simokerto Kecamatan Simkerto Surabaya yang diambil dengan teknik simple random sampling. Pengukuran tingkat stress menggunakan kuesionar. Kadar gula darah diperoleh dari observasi menggunakan glucometer secara acak. Data dianalisis dengan menggunakan uji korelasi spearman rank. Hasil uji korelasi spearman rank didapatkan nilai p=0,00 dan r=0,909. Hal ini semakin tinggi tingkat stress yang dialami akan semakin tinggi pula nilai kadar gula darah. Saran untuk peniliti selanjutnya adalah dapat meniliti factor lain yang dapat mempengaruhi kadar gula darah, serta untuk melakukan observasi perilaku stress agar hasil lebih valid.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 089-094
Author(s):  
Siti Syarifah ◽  
Setiyo Adi Nugroho ◽  
Ahmad Kholid Fauzi ◽  
Zainal Munir ◽  
Abdul Hamid Wahid

Spiritual merupakan salah satu faktor penting Untuk meningkatkan pemantauan diri bagi pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Tingkat spiritualitas yang tinggi dapat mempengaruhi kognisi manusia untuk berpikir positif. Pasien dengan diabetes dua kali lebih beresiko mengalami status kecemasan, depresi dan masalah psikologis yang serius. Tujuan: penelitian ini untuk mengetahui adanya hubungan Spiritual Coping dengan Self Monitoring pada Klien DM tipe 2. Desain dalam penelitian adalah cross sectional, yaitu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan dan selanjutnya menjelaskan suatu keadaan tersebut melalui pengumpulan data pengukuran variabel korelasi yang terjadi pada objek penelitian secara simultan atau dalam waktu yang bersamaan, dengan jumlah sampel 110 responden, Variabel bebas dalam penelitian ini Spiritual Coping dan Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Self Monitoring. dengan, Tekhnik pengambilan sampel dilakukan secara Probability Sampling, yaitu dengan cara simple random sampling yang mana jenis probabilitas yang paling sederhana. Untuk mencapai sampling ini, setiap elemen diseleksi secara acak. Hasil penelitian didapatkan hubungan yang signifikan (P=0,002<0,05 )  antara hubungan Spiritual Coping dengan Self Monitoring. Kesimpulannya: tedapat hubungan Spiritual Coping Dengan Self Monitoring Pada Klien Diabetes Mellitus tipe 2 di Poli Klinik Penyakit Dalam RSUD Waluyo Jati Kraksaan Probolinggo. Spiritual is one of the important factors to increase self-monitoring for Type 2 Diabetes Mellitus patients. High spiritual level can influence human cognition to think positively. Patients with diabetes are twice as likely to experience anxiety, depression, and serious psychological problems. Objective: this study is to determine the relationship between Spiritual Coping and Self Monitoring on DM type 2 clients. The design in this study is cross sectional, namely research that aims to describe or describe a situation and then explain a situation through collecting data that measures the correlation variable that occurs on the research object simultaneously or simultaneously, with a sample of 110 respondents. The independent variable in this study is Spiritual Coping and the dependent variable in this study is Self Monitoring. with, the sampling technique is done by Probability Sampling, namely by means of simple random sampling which is the simplest type of probability. To achieve this sampling, each element is chosen randomly. The results showed a significant relationship (P = 0.002 <0.05) between the relationship of Spiritual Coping with Self Monitoring. In conclusion: there is a relationship between Spiritual Coping and Self Monitoring on Type 2 Diabetes Mellitus Clients in the Internal Medicine Clinic at Waluyo Jati Kraksaan Probolinggo Hospital.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document