Jakarta as a metropolitan city and the center of Indonesian government in its history can not be separated from the role of the Betawi scholars (ulama). As well as fighting physically in resistance against colonialism, Betawi scholars are also very productive in writing to intellectual work. However, many of these works have not been well documented. Even though the works are the most authentic proof of the intellectual role of scholars in educating the lives of the people. This research seeks to answer questions about what are the works of Betawi scholars and how they are typologies. From the author's search results, there are 160 the intellectual works of Betawi scholars who lived in the 19th and 20th centuries. The trends of these intellectual works were in the jurisprudence (Fikih). The trend of scholars to choose jurisprudence in writing their writings shows a change in insight and orientation among pesantren or religious education institutions. This change in insight and orientation is based on the awareness of people's needs for practical religious teachings. The works are dominated in the form of khulasah. It shows that some Betawi scholars still believe that the works of scholars in the past as the masterpiece, so the Betawi scholars only able to write summary of those works.The Intelectual works of the Betawi scholars is also written more in Arabic. This phenomenon shows the mastery of the Ulama on the Arabic language. Moreover, many of the Betawi scholars studied in the Middle East, so that the influence of Arabic in the daily lives of the ulamas became very high.Keywords: ulama, Batavia, ulama’s work, 19th-20th century, Jakarta Jakarta sebagai kota metropolitan dan pusat pemerintahan Indonesia dalam sejarahnya tidak lepas dari peran para ulama Betawi. Selain ikut berjuang secara fisik dalam perlawanan melawan kolonial, ulama Betawi juga sangat produktif dalam melahirkan karya intelektual. Namun, karya-karya tersebut belum terdokumentasikan dengan baik. Padahal karya-karya itu merupakan bukti yang paling otentik mengenai peran intelektual ulama dalam mencerdaskan kehidupan umat. Tulisan ini berusaha menjawab pertanyaan tentang apa saja karya-karya ulama Betawi dan bagaimana karakteristiknya. Dari hasil penelusuran, terhimpun 160 karya yang merupakan buah karya intelektual 26 ulama Betawi yang hidup di abad ke-19 dan ke-20 M. Kecenderungan karya intelektual tersebut berada pada bidang fikih. Kecenderungan ini menunjukkan adanya perubahan wawasan dan orientasi di kalangan pesantren, khususnya ulama penulis, dari tawawuf yang lebih mewarnai pemikiran ulama abad ke-17 dan ke-18 M ke fikih. Perubahan wawasan dan orientasi ini didasari oleh adanya kesadaran tentang kebutuhan masyarakat terhadap ajaran agama yang bersifat praktis. Dari segi jenisnya, karya-karya tersebut kebanyakan berupa khulasah atau ringkasan. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini sebagian ulama masih cenderung terkungkung oleh pemikiran bahwa apa yang terdapat dalam kitab-kitab kuning sudah mengcover seluruh kebutuhan informasi keagamaan sehingga menulisnya kembali dalam konteks kekinian menjadi kurang progresif. Karya ulama Betawi juga lebih banyak ditulis dalam bahasa Arab yang merupakan bukti penguasaan mereka terhadap bahasa Arab. Hal ini disebabkan antara lain karena mereka berguru dan belajar kepada ulama di Timur Tengah sehingga bahasa Arab lebih banyak memengaruhi kehidupan mereka sehari-hari. Meskipun demikian, sebagian mereka tetap memiliki karya dalam bahasa Melayu dan Indonesia sebagai upaya memenuhi kebutuhan masyarakat lokalnya.Kata Kunci: ulama, Betawi, karya ulama, abad 19-20, Jakarta