scholarly journals Pengaruh tingkat pendidikan tinggi dan perilaku ibu terhadap indeks def-t pada anak usia 4‒5 tahunThe influence of higher education level and maternal behaviour on the def-t index in children aged 4‒5 years old

2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 20
Author(s):  
Cynthia Angelica ◽  
Linda Sari Sembiring ◽  
Winny Suwindere

Pendahuluan: Karies gigi merupakan masalah utama dalam kesehatan gigi masyakat, terlihat dengan tingginya prevalensi karies pada anak usia 1‒4 tahun (10,4%), dan pada anak usia 5‒9 tahun adalah 28,9%. Karies yang terjadi pada anak disebut Early Childhood Caries (ECC) atau karies dini yang terjadi pada anak usia 71 bulan atau lebih muda. Anak memperoleh perilaku kebersihan mulut dan kebiasaan kesehatan rongga mulut dari ibu sehingga peran ibu sangat mempengaruhi keadaan rongga mulut anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan tinggi dan perilaku ibu terhadap indeks def-t pada anak usia 4‒5 tahun di TK Santa Maria Kota Cirebon. Metode: Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional. Populasi penelitian adalah anak usia 4‒5 tahun di TK Santa Maria Kota Cirebon. Sampel penelitian berjumlah 74 orang dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Hasil: Analisis statistik penelitian dilakukan dengan menggunakan model regresi Tobit. Simpulan: Terdapat pengaruh tingkat pendidikan tinggi dan perilaku ibu terhadap indeks def-t pada anak usia 4‒5 tahun di TK Santa Maria Kota Cirebon.Kata kunci: Tingkat pendidikan, perilaku ibu, indeks def-t, anak usia 4-5 tahun ABSTRACTIntroduction: Dental caries is a major problem in the dental health of the community, reflected by the high prevalence of caries in children aged 1‒4 years old (10.4%), and in children aged 5‒9 years old (28.9%). Caries that occur in children is called Early Childhood Caries (ECC), or early caries that occurs in children aged 71 months or younger. Children get their oral hygiene behaviour and oral health habits from their mothers; thus, the mother's role profoundly affects the children's oral cavity condition. This study was aimed to determine the influence of higher education level and maternal behaviour on the def-t index in children aged 4‒5 years old at Santa Maria Kindergarten in the city of Cirebon. Methods: This study was using an observational analytic method with a cross-sectional research design. The study population was children aged 4‒5 years old at Santa Maria Kindergarten in the city of Cirebon. The research sample was 74 people taken with stratified random sampling technique. Results: Statistical analysis of the study was conducted using the Tobit regression model. Conclusion: There is an influence of higher education level and maternal behaviour on the def-t index in children aged 4‒5 years old at Santa Maria Kindergarten in the city of Cirebon.Keywords: Education level, maternal behaviour, def-t index, 4-5-years old children

Author(s):  
Faith Miaomiao Zheng ◽  
Iliana Gehui Yan ◽  
Duangporn Duangthip ◽  
Sherry Shiqian Gao ◽  
Edward Chin Man Lo ◽  
...  

This cross-sectional survey investigated untreated early childhood caries (ECC) and its associated factors among 5-year-old children in Hong Kong. Children were recruited using a multistage sampling method. One dentist examined the children in kindergarten to diagnose untreated ECC (dt) at the cavitation level. Each child’s demographic information, snacking behaviour, and oral health-related practice were collected using a parental questionnaire. The relationships between the untreated ECC and demographic information, snacking behaviours, and oral health-–related practice were analysed by zero-inflated negative binomial (ZINB) regression analysis. This survey recruited 404 children. Their dt score was 2.8 ± 3.8. The significant untreated ECC (SiUC) index, which was one-third of the children with the highest dt score, was 7.1 ± 3.6. Their untreated ECC prevalence was 57%, which was associated with the district the child lived in. Most children with untreated ECC (71%, 164/231) had never visited a dentist. Children who brushed without toothpaste had more untreated ECC. Children coming from low-income families and with a lower maternal education level had a higher risk of ECC. In conclusion, untreated ECC was prevalent and unevenly distributed among 5-year-old children in Hong Kong. Its prevalence was associated with toothpaste use, family income, maternal education level and the district they lived in.


2017 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 14
Author(s):  
Pindobilowo Pindobilowo ◽  
Febriana Setiawati ◽  
Riska Rina Darwita

Latar Belakang : salah satu tindakan pencegahan Early Childhood Caries (ECC) adalah menjaga pola makan yaitu dengan membatasi makanan kariogenik, menjaga frekuensi makan, dan selalu menjaga kesehatan gigi dan mulut, karena dengan mengontrol pola makan dan menjaga kesehatan gigi dan mulut maka pH plak dapat terkontrol sehingga gigi akan terhindar terhadap karies, serta di dukung oleh perbaikan status gizi anak dan peran ibu dalam mencukupi gizi selama masa kehamilan. Tujuan : untuk menganalisa hubungan pH plak terhadap terjadinya ECC. Metode : cross sectional pada 287 anak usia 6-48 bulan di kecamatan Neglasari kota Tangerang, wawancara pada ibu, dan pemeriksaan intra oral pada anak, metode sampling multistage cluster random sampling. Hasil : proporsi ECC terbanyak terdapat pada pH plak 6,5- 6,9 sebanyak 79,2% dengan nilai p=0,000 (p<0,005) dan merupakan salah satu prediktor yang baik terhadap terjadinya ECC . Simpulan: terdapat hubungan yang bermakna pH plak terhadap terjadinya ECC, variabel ini sesuai dengan pencegahan terjadinya ECC karena termasuk dalam model prediktor ECC , besar variasi model ini 56,9% dengan akurasi prediksi 81,9%.


2017 ◽  
Vol 30 (3) ◽  
pp. 297-306 ◽  
Author(s):  
Tatiana Império de FREITAS ◽  
Ágatha Nogueira PREVIDELLI ◽  
Marcela Previato do Nascimento FERREIRA ◽  
Karina Maffei MARQUES ◽  
Rita Maria Monteiro GOULART ◽  
...  

ABSTRACT Objective Evaluate the factors associated with diet quality of older adults from the city of São Caetano do Sul, São Paulo, Brazil. Methods A cross-sectional study was carried out on a sample of 295 older adults receiving care in health care units in São Caetano do Sul. Diet quality was assessed using the Brazilian Healthy Eating Index. The associations between the diet quality mean score and the socio-demographic, economic, and anthropometric characteristics and lifestyle and health conditions were verified using multiple linear regression. Results Lower diet quality mean score were associated with the variables: marital status (widowed or separated) (β=-2.02; p=0.047), retired (β=-4.24; p=0.034), and smoking (β=-8.06; p=0.001); whereas higher diet quality mean score were associated with higher education level (9 years or more) (β=3.49; p=0.013). Conclusion Individuals with higher education level had better diet quality, and those who were widowed or separated, retired, and smokers had worse diet quality indicating that socio-demographic, economic, and lifestyle are factors that can influence food choice of older adults.


2020 ◽  
Vol 48 (4) ◽  
pp. 263-270
Author(s):  
Iin Dwi Puji Lestari

Delay in child development can have an impact on motor skills, language , emotions and children's social abilities. The aim of this study to determine the correlation between the mother’s education level and the infant’s development aged 3-6 months in Rambipuji sub-district Jember district. The design was crosssectional in 148 mothers with an infant aged 3-6 months with stratified random sampling. The parental characteristics questionnaire was used for. This study concluded no correlation between mother’s education level and infant’s development aged 3-6 months. Therefore family nurses were expected to educate related aspects achieved by the infant in every stage. Keywords: Mother’s Education; Infant Development Abstrak Keterlambatan perkembangan anak berdampak pada banyak aspek, seperti keterampilan motorik, bahasa, emosi dan kemampuan sosial. Tujuan penelitian ini untuk menentukan korelasi tingkat pendidikan ibu dan perkembangan bayi usia 3-6 bulan di Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember. Disain penelitian adalah cross-sectional pada 148 ibu dengan bayi berusia 3-6 bulan yang terpilih secara stratified random sampling. Kuesioner karakteristik orang tua digunakan untuk mengumpulkan data pendidikan ibu. Kuesioner pra skrining perkembangan untuk mengkumpulkan data perkembangan bayi. Uji Chi-square dan Spearman Rank digunakan untuk menjawab penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dan perkembangan bayi usia 3 bulan hingga kurang 6 bulan (p = 0,932; x2 = 3,03) dan bayi usia 6 bulan (p = 0,052; x2 = 15,41). Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dan perkembangan bayi berusia 3-6 bulan. Oleh karena itu perawat keluarga diharapkan untuk mendidik bayi dalam setiap aspek pada tahap perkembangan bayi. Kata kunci: Pendidikan Ibu; Perkembangan Bayi


2015 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
Author(s):  
Dame Elysabeth ◽  
Gita Libranty ◽  
Siska Natalia

ABSTRAK Penggunaan Evidence-based Practice (EBP) masih belum terlaksana dengan baik. Masih ditemukannya intervensi keperawatan yang berdasarkan “kebiasaan”. Perawat harus secara sistematis menggunakan bukti-bukti  terbaik yang aktual dalam membuat keputusan mengenai cara menangani pasien. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pendidikan perawat dengan kompetensi dalam melakukan EBP. Penelitian kuantitatif korelasional dengan pendekatan Cross-sectional pada Desember 2012 dilakukan di Siloam Hospitals Kebun Jeruk. Sampel pada penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Siloam Hospitals sejumlah 105 yang terjaring melalui proporsional stratified random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner Evidence Based Practice Questionnaire (EBPQ) Upton D Upton terdiri dari 24 pertanyaan mencakup aspek pengetahuan, sikap perawat, perilaku  perawat dalam melakukan EBP yang di beri skala 1- 7. Analisis data menggunakan frekuensi, persentase dan uji chi square. Terdapat 20 perawat (19, 1%) memiliki kompetensi kurang baik, 56 perawat (53,3%) memiliki kompetensi cukup baik dan 29 perawat (27,6%) memiliki kompetensi baik. Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kompetensi perawat dalam melakukan EBP di Siloam Hospitals Kebon Jeruk yang dibuktikan dengan p Value = 0,006 (< α = 0,05). Diharapkan  agar setiap perawat dapat meningkatkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, karena terbukti bahwa pendidikan dapat menuntun seseorang terampil dalam mencari sumber penelitian, berorganisasi dan bersikap profesional dalam bekerja, meningkatkan akses-akses untuk meningkatkan dan menerapkan praktik berdasarkan bukti (EBP). Kata Kunci: Evidence based Practice (EBP), kompetensi, perawat, tingkat pendidikan  ABSTRACT The application of Evidence-based Practice (EBP) competency has not been well implemented yet. Nurses still conduct practices and intervention based on “customs”. The nurses should make decisions systematically, in full awareness and prudence, the best evidence about the actual way of caring patients. The purpose of this study was to identify the correlation between education level of nurses with EBP competence. Descriptive correlation study with cross - sectional approach was conducted in December 2012 in Siloam Hospitals Kebun Jeruk. The sampel of this research consisted of nurses of Siloam Hospitals Kebun Jeruk taken using proportional stratified random sampling with a total of 105 nurses. The instrument used  in this research was  Evidence-Based  Practice Questionnaire (EBPQ) with 24 questions to identify knowledge, skills and nurse attitude towards evidence-based practice (Scale 1-7). Data was analyzed using frequency and percentage and chi-square test. There are 20 nurses (19.1 %) with poor competence, 56 nurses (53.3 %) with moderate competence and 29 nurses (27.6 %) with good competence. The result showed that there was a significant correlation between level of education with competence to do the EBP (p value = 0.006) (< α = 0.05). It is expected that each nurse can improve their education to a higher level, as it proves that education can lead one to be skilled in finding the source of research, organize information, be professional in their work, and improve access to improve and implement EBP. Keywords: competence, evidence -based Practice ( EBP), level of education, nurses  Full printable version: PDF


DENTA ◽  
2016 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 50
Author(s):  
Pindobilowo P ◽  
Febriana Setiawati ◽  
Riska Rina Darwita

<p><strong><em>Latar Belakang:</em></strong><em> Salah satu tindakan pencegahan Early Childhood Caries (ECC) adalah menjaga pola makan yaitu dengan membatasi makanan keriogenik, menjaga frekuensi makan, dan selalu menjaga kesehatan gigi dan mulut, karena dengan mengontrol pola  makan dan menjaga kesehatan gigi dan mulut maka pH plak dapat terkontrol sehingga gigi akan terhindar terhadap karies, serta di dukung oleh perbaikan status gizi anak dan peran ibu dalam mencukupi gizi selama masa kehamilan. <strong>Tujuan:</strong> Untuk menganalisa hubungan pH plak terhadap terjadinya ECC pada daerah endemik status gizi buruk. <strong>Bahan dan Metode:</strong> Cross sectional pada 287 anak usia 6-48 bulan pada daerah endemik gizi buruk di Kecamatan x tahun 2013, wawancara pada ibu dan pemeriksaan intraoral pada anak, metode sampling multistage cluster random sampling. <strong>Hasil:</strong> Proporsi ECC terbanyak terdapat pada pH plak 6,5-6,9 sebanyak 79,2% dengan nilai p=0,000 (p&lt;0,005) dan merupakan salah satu prediktor yang baik terhadap terjadinya ECC. <strong>Simpulan:</strong> Terdapat hubungan  yang bermakna pH plak terhadap terjadinya ECC, variabel ini sesuai dengan pencegahan terjadinya ECC karena termasuk dalam model prediktor ECC , besar variasi model ini 56,9% dengan akurasi prediksi 81,9%.</em></p>


2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 86-91
Author(s):  
DESSY ANGRAINI ◽  
Iza Ayu Saufani

Era SDGs (sustainable development goals) merupakan kelanjutan program MDGs (Millenium Development Goals) memiliki tujuan bersama yang universal untuk memelihara keseimbangan tiga dimensi pembangunan yang berkelanjutan, salah satu tujuannya adalah menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan untuk semua orang. Pentingnya ketersediaan air bersih bagi kehidupan masyarakat dapat memberikan pengaruh penting terhadap kesehatan masyarakat,sehingga air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari kualitasnya harus memenuhi standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan air. Berdasarkan informasi wali jorong palupuah mengatakan bahwa sumber air yang digunakan oleh warga untuk kebutuhan sehari-hari secara fisik berwarna, terdapat endapan pada penampungan air, dan belum pernah diuji keamananya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran ketersediaanair bersih di Jorong Palupuah Nagari Pasia Laweh KabupatenAgam.Penelitian ini merupakan penelitian observasional survey dengan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah tangga yang berada di Jorong Palupuah Nagari Pasia Laweh Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Sampel penelitian berjumlah 74 KK ditentukan dengan teknik proportionate stratified random sampling dan analisis data dilakukan dengan univariate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden di jorong Palupuah Nagari Pasia Laweh Kabupaten Agam, Sumatera Barat mayoritas berusia 25-45 tahun dengan tingkat pendidikan terakhir adalah tamat SMA. Berdasarkan hasil survey rata-rata jumlah anggota keluarga di jorong Palupuah berjumlah 3 orang (32,4%), dan mayoritas responden bekerja sebagai IRT dengan tingkat penghasilan keluarga rata-rata Rp.1.500.000.Terdapat lima sumber air baku utama yang dijadikan sebagai sumber air bersih oleh masyarakat jorong dan sebagian besar sumber air yang digunakan berasal dari sumber mata air (71.8%). Selain itu, masih ada sebagian masyarakat yang mengeluhkan penyaluran air yang tidak lancar (35,1%). Serta masih ada 41.9% yang mengatakan tidak mudah mendapatkan air bersih. Kualitas air bersih yang disalurkan di Jorong Palupuah termasuk dalam kategori baik. Namun, sebagian besar masyarakat tidak menggunakan PDAM dan sumber air yang digunakan sangat tidak menunjang untuk dikonsumsi.


2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 199-202
Author(s):  
Irmawati Irmawati ◽  
Lidia Fitri ◽  
Afritayeni Afritayeni

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 mengalami peningkatan pada remaja berusia 15-19 tahun, dimana remaja laki-laki (4,5%) dan remaja perempuan (0,7%) pernah melakukan seks pranikah. Hasil penelitian Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 2014, pada usia 10-19 tahun dengan populasi 43,5 juta didapatkan hasil 52% menemukan konten pornografi melalui iklan/ situs yang tidak mencurigakan dan 14% mengakses situs porno secara sukarela. Berdasarkan survei awal di SMP A Pekanbaru terhadap 10 orang pelajar didapatkan hasil 7 dari 10 mereka sudah berpacaran, sering berpegangan tangan dan berpelukan dengan lawan jenis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan keterpaparan media massa dan peran orangtua terhadap perilaku seksual pada remaja di SMP A Pekanbaru tahun 2017. Jenis penelitian yaitu analitik kuantitatif, dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel yaitu stratified random sampling sebanyak 158 responden. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji chi square didapatkan hasil adanya hubungan antara keterpaparan media massa dan perilaku seksual dengan  p value 0,000 < 0,05 dan tidak adanya hubungan antara peran orangtua dan perilaku seksual dengan p value 0,759 > 0,05. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden terpapar media massa (82,3%) dan mayoritas orangtua berperan (91,1%) serta sebagian besar responden beresiko terhadap perilaku seksual (27,8%). Sebaiknya pihak sekolah bekerjasama dengan instansi kesehatan untuk memberikan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi dan bekerjasama dengan BKKBN untuk membuat suatu program Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R).


2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 147-153
Author(s):  
Nofri Hasrianto Nofri ◽  
Nurvi Susanti ◽  
Uswatun Khasanah ◽  
Yessi Harnani

Survey awal dan wawancara peneliti dari 20 orang siswa, anak yang menggunakan smartphone yaitu: 15 orang siswa dan 5 orang siswa tidak memilki smartphone, anak usia 3-5 tahun diberikan waktu 1 jam perhari dan 2 jam perhari untuk usia 6-18 tahun. Hal ini menyebabkan anak malas menulis dan membaca. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku penggunaan smartphone pada siswa SDN 014 Sungai Putih Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SDN 014 Sungai Putih Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar. Sampel dalam penelitian 157 orang. Teknik pengambilan sampel Probability Sampling melalui Stratified Random Sampling. Analisis yang digunakan univariat dan bivariat dengan uji chi-square, alat ukur kuesioner. Hasil analisis bivariat terdapat hubungan siginifikan antara pengetahuan, sikap, pengaruh teman sebaya dan lingkungan keluarga. Sedangkan   yang   tidak   terdapat   hubungan   signifikan   yaitu pengawasan orang tua terhadap perilaku peggunaan smartphone. Kesimpulan lingkungan keluarga sangat beperan aktif dalam pembentukan karakter anak tak terkecuali penggunaan smartphone juga ternyata secara efektif dapat mempengaruhi pergaulan sosial anak terhadap lingkungan terdekatnya.


2018 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 500
Author(s):  
Desmariyenti Desmariyenti ◽  
Nelfi Sarlis ◽  
Rima Fitriani

<p><em>Good weaning time is done at the age of the child reaches 2 years. Weaning at less</em><em> </em><em>than 2 years of age can cause problems in children such as incidence of infectious diseases, especially increased diarrhea, nutritional effects that lead to malnutrition in children and cause the relationship of children and mothers is reduced </em><em>closeness </em><em>because bounding attachment process is disrupted. This study aims to determine the relationship between knowledge  and  attitude  of  the  mother  with  the  decision  of  weaning  time  in</em><em> </em><em>Tangkerang Timur Work Area Puskesmas Tenayan Raya. This research was conducted in </em><em>Mei</em><em>-</em><em>J</em><em>uni 2017 and this research using research type is quantitative data with research design  using  cross  sectional.  Sampling  technique  using  Stratified  random  sampling, population in this study amounted to 368 people and samples 18</em><em>4</em><em> p</em><em>e</em><em>ople in East Tangkerang Village. The analysis used is univariate and bivariate. The result of this research is can be concluded that there is significant relation between knowledge with time weaning (p-value 0,000 &lt;0,05), there is significant relation between attitude with time weaning (p-value 0,000 &lt;0,05). Mothers exclusively breastfeed to their babies until 6 months of age and and continue with breastfeeding until 24 months of age.</em><em></em></p><p> </p><p>Waktu penyapihan yang baik dilakukan pada usia anak mencapai 2 tahun. Penyapihan yang dilakukan pada usia kurang dari 2 tahun dapat menyebabkan masalah pada anak seperti insiden penyakit infeksi terutama diare meningkat, pengaruh gizi yang mengakibatkan malnutrisi  pada  anak  dan  menyebabkan  hubungan  anak  dan  ibu  berkurang  keeratannya karena proses bounding attachment terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan keputusan waktu penyapihan di Keluraan Tangkerang Timur Wilayah Kerja Puskesmas Tenayan Raya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juni tahum 2017 dan penelitian ini menggunakan jenis penelitian adalah data kuantitatif dengan  desain penelitian menggunakan  cross sectional. Teknik sampling menggunakan Stratified random sampling, Populasi dalam penelitian ini berjumlah 368 orang dan sampel 184 orang di Kelurahan Tangkerang Timur. Analisa yang diunakan adalah univariat dan bivariat. Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan waktu penyapihan (p-value 0,000&lt; 0,05), ada   hubungan   bermakna   antara   sikap   dengan   waktu   penyapihan   (p-value   0,000   &lt;0,05). Diharapkan ibu memberikan ASI eksklusif pada bayinya sampai usia 6 bulan dan dan dilanjutkan dengan MPASI sampai usia 24 bulan.</p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document