scholarly journals PERUBAHAN INTENSITAS NYERI MELALUI PEMBERIAN TERAPI MUSIK GAMELAN PADA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD dr. LOEKMONOHADI KUDUS

Author(s):  
Emma Setiyo Wulan ◽  
Renny Wulan Apriliyasari

Selama periode perawatan di ruang intensif, pasien memerlukan pemantauan dan terapi yang intensif, oleh sebab itu pasien menjalani banyak prosedur rutin dan perawatan, yang sering menimbulkan rasa tidak nyaman dan nyeri. Manajemen nyeri dilakukan dengan penatalaksanaan terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi non farmakologi diantaranya adalah dengan menggunakan terapi musik, dimana penelitian ini menggunakan terapi musik gamelan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan intensitas nyeri pada pasien yang diberikan terapi music gamelan. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah 25  responden pada kelompok yang diberikan terapi musik gamelan. Instrumen yang digunakan adalah Verbal Discriptor Scale (VDS) dan Critical-Care Pain Observational Tool (CPOT).Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengukuran intensitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian terapi musik gamelan. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui perubahan intensitas nyeri adalah uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan dengan terapi musik gamelan terjadi perubahan intensitas nyeri baik menggunakan VDS maupun CPOT dengan nilai p= 0,001 dan p=0,002. sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan rata-rata skor pre test dan post test intensitas nyeri pada kelompok tersebut. Hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi perawat dalam manajemen nyeri non farmakologi bagi pasien. Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan kelompok budaya lain, atau membandingkan terapi musik gamelan jawa dengan musik klasik yang lain. Kata Kunci : Nyeri, Musik Gamelan

2019 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 107
Author(s):  
Wahyu Rima Agustin ◽  
T. Triyono ◽  
S. Setiyawan ◽  
Wahyuningsih Safitri

Pre oksigenasi atau pemberian oksigen yang adekuat sebelum dilakukan tindakan suction atau hisap lendir merupakan satu bagian yang penting. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan dan diobservasi adalah status hemodinamik pasien yang mencakup Mean Arteri Presure, heart rate, respiratori rate serta saturasi oksigen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pre oksigenasi terhadap status hemodinamik pasien yang terpasang endotracheal tube yang dilakukan tindakan suction.Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan metode one group pre test – post test. Teknik sampling menggunakan consecutive sampling sebanyak 44 pasien yang terpasang endotracheal tube dan dilakukan tindakan suction di ruang ICU Rumah Sakit Islam Klaten. Alat ukur penelitian ini menggunakan metode observasi langsung. Data yang terkumpul di lakukan uji normalitas menggunakan uji Shapiro wilk. Didapatkan data terdistribusi normal dengan p value lebih dari 0,05.Hasil penelitian dengan menggunakan paired sampel t-test menunjukan bahwa nilai p value < 0,05 yaitu untuk MAP 0,006, heart rate 0,022, respiratori rate 0,023 dan saturasi oksigen 0,001 yang artinya ada pengaruh pre oksigenasi terhadap status hemodinamik pasien yang terpasang endotracheal tube dengan tindakan suction di ruang ICU Rumah Sakit Islam Klaten.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  

Aim: Aim this study is to determine impact of enforcement of the critical Care Pain Observation Tool (CPOT) on the quantity and frequency of ICU’s management of analgesic. Background: Severely critically admitted patients to the Intensive care unit may also experience from specific painful stimuli, but the evaluation of pain is difficult due to the fact that the maximum number of patients are almost sedated and also unable to self report. Thus, optimizing pain assessment in those sufferers is far-reaching. Pain control or management of the pain is one of furthermost important obligations of staff nurses in an extensive care unit. The Critical Care Pain Observational Tool (CPOT) is the one of important behavioral pain scale that have been developed and tested to detect pain in significantly ill nonverbal adults. Methods: A observational quantitative study is done in a tertiary care hospital in Lahore. Study duration is 4 months, from January 2020 to May 2020. The target population of study is nurses who are working in different type of (Icu) units. Sample size is 200. An observational checklist consisted of 22 items is used as research instrument. Result: No any pain assessment or used any pain tool or intervention done by any staff nurse. Pain assessment checked through direct observation in first phase, In this phase observe nurses pain assessment in 24 hours, physician pain assessment in 24 hours, After direct observation there was held a educational session about pain assessment and pain management according pain observation tool, And then We then carried out this empirical analysis in order to verify the CPOT validity and feasibility through questioners and make it accessible around the staff nurses. Mostly nurses believed that there was sufficient helpful in assessing patients pain by using of CPOT in nursing practice. Conclusion: lThe results of this research indicate that the Critical Care Pain Monitoring Method may be used as a reliable method for pain appraisal in chronically ill adult intubated patients. This method is effective and efficient in patients who are chronically ill with a regimen of analgo-sedation focused on no-hypnotic, opioid-infusion. CPOT ratings were well associated with the self-reported pain experience of patients, and demonstrated outstanding reliability amongst raters. That makes the CPOT’s a powerful method for pain evaluation.


1970 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Ignasia Yunita Sari

Krisis situasi orang tua akibat kondisi anak yang dirawat di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) menghambat peran serta orang tua dalam merawat anak. Psikoedukasi dapat menurunkan stress sehingga meningkatkan peran serta orang tua dalam mendukung perawatan anak. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh psikoedukasi terhadap perilaku orang tua dalam merawat anak kritis di PICU. Metode yang digunakan adalah quasi experimental dengan pre-test and post-test without control, pada bulan Maret-April 2015. Populasi adalah orang tua yang anaknya sedang dirawat di PICU RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Teknik consecutive sampling menghasilkan 37 orang tua yang memenuhi kriteria. Variabel bebas adalah psikoedukasi, variabel terikatnya adalah perilaku orang tua dalam merawat anak kritis. Test dilakukan dengan cara observasi oleh observer yang telah dilakukan uji reliabilitas pengamatan menggunakan cohen cappa dengan hasil antara 0,60-0,73(baik). Analisis data menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test dengan batas kemaknaan 95%. Psikoedukasi berpengaruh terhadap perilaku orang tua dalam merawat anak kritis di PICU. Kata kunci: psikoedukasi - perilaku orang tua - anak kritis


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Tatiana Siregar ◽  
Nelly Febriani

Latar belakang: Kondisi sasaran pencapaian Indonesia Sehat 2015 dari program MDG’s yang belum tercapai, sehingga dilanjutkan dengan program SDGs menjadikan Indonesia harus banyak berperan dalam semua kegiatan khsusnya di bidang kesehatan. Proses pencapaian cakupan program kesehatan sangat dipengaruhi oleh Health education yang dilakukan petugas kesehatan kepada warga, kesehatan masyarakat. Tujuan: Penelitain ini bertujuan untuk mengetahui perubahan perilaku hidup bersih sehat yang  dilaksanakan warga setelah diberikan intervesi health education.  Metode: Metode penelitian dilaksanakan secara quasi experiment pre dan post test.  Teknik mengambil sampel secara purposive Sampling pada 30 reponden kelompook intervensi dan 26 responden kelompok kontrol. Analisa data dilakukan secara paired t test. Hasil: Hasil di dapat ada perbedaan yang bermakna antara pengetahuan dan perubahan perilaku hidup bersih sehat repsonden sebelum dan sesudah diberi penyuluhan p value = 0,000. Saran: Diharapkan pemerintah setempat menggerakkan petugas kesehatan bersama-sama dengan warga melakukan perilaku hidup bersih sehat dalam kehidupan sehari-hari dengan memfasilitasi  sarana penunjang untuk menjalankan perilaku hidup bersih sehat, dengan maksimal pada warga. Kata kunci: Health eduation,  Perilaku Hidup Bersih Sehat


2021 ◽  
Vol 36 (1) ◽  
pp. 55-70
Author(s):  
Jeffrey Haspel ◽  
Minjee Kim ◽  
Phyllis Zee ◽  
Tanja Schwarzmeier ◽  
Sara Montagnese ◽  
...  

We currently find ourselves in the midst of a global coronavirus disease 2019 (COVID-19) pandemic, caused by the highly infectious novel coronavirus, severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Here, we discuss aspects of SARS-CoV-2 biology and pathology and how these might interact with the circadian clock of the host. We further focus on the severe manifestation of the illness, leading to hospitalization in an intensive care unit. The most common severe complications of COVID-19 relate to clock-regulated human physiology. We speculate on how the pandemic might be used to gain insights on the circadian clock but, more importantly, on how knowledge of the circadian clock might be used to mitigate the disease expression and the clinical course of COVID-19.


2018 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. e000239 ◽  
Author(s):  
Krishna Aparanji ◽  
Shreedhar Kulkarni ◽  
Megan Metzke ◽  
Yvonne Schmudde ◽  
Peter White ◽  
...  

Delirium is a key quality metric identified by The Society of Critical Care Medicine for intensive care unit (ICU) patients. If not recognised early, delirium can lead to increased length of stay, hospital and societal costs, ventilator days and risk of mortality. Clinical practice guidelines recommend ICU patients be assessed for delirium at least once per shift. An initial audit at our urban tertiary care hospital in Illinois, USA determined that delirium assessments were only being performed 31% of the time. Nurses completed simulation based education and were trained using delirium screening videos. After the educational sessions, delirium documentation increased from 40% (12/30) to 69% (41/59) (two-proportion test, p<0.01) for dayshift nurses and from 27% (8/30) to 61% (36/59) (two-proportion test, p<0.01) during the nightshift. To further increase the frequency of delirium assessments, the delirium screening tool was standardised and a critical care progress note was implemented that included a section on delirium status, management strategy and discussion on rounds. After the documentation changes were implemented, delirium screening during dayshift increased to 93% (75/81) (two-proportion test, p<0.01). Prior to this project, physicians were not required to document delirium screening. After the standardised critical care note was implemented, documentation by physicians was 95% (106/111). Standardising delirium documentation, communication of delirium status on rounds, in addition to education, improved delirium screening compliance for ICU patients.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document