scholarly journals DUKUNGAN KELUARGA BERHUBUNGAN DENGAN KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA

2017 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 256
Author(s):  
Sisilia Ndore ◽  
Sulasmini Sulasmini ◽  
Tanto Hariyanto

Lansia telah mengalami penurunan kemampuan tubuh dan panca indera, berpengaruh pada aktivitas dan gerak dalam kehidupannya. Penurunan derajat kesehatan dan kesempatan fisik tersebut menyebabkan terjadinya penurunan interaksi sosial pada lansia. Adanya dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh lansia. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepuasan interaksi sosial pada lansia di Posyandu Lansia Permadi Kecamatan Lowokwaru Malang. Penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 211 orang dengan sampel 33 orang yang diambil dengan purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner dengan analisa data spearman rank. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar dukungan keluarga dengan kategori baik sebanyak 25 orang ( 78,5%) ; dan sebagian besar kepuasan interaksi sosial dengan kategori tinggi yakni sebanyak 19 orang (57,5%). Hasil analisa data didapatkan ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepuasan interaksi sosial pada Lansia di Posyandu Lansia Permadi Kecamatan Lowokwaru Malang.

2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 123-129
Author(s):  
Dhina Widayati

Salah satu SDM (Sumber Daya Manusia) di RS yang mempunyai waktu bersama pasien paling lama adalah perawat. Pada pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas diperlukan suatau kinerja yang baik. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kinerja, salah satunya adalah quality nursing work life (QNWL). Perawat dengan beban kerja yang tinggi dan desain kerja yang monoton rentan mengalami burnout syndrome (stres kerja). Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hubungan QNWL dengan burnout syndrome. Korelasional dan crosssectional menjadi desain dan pendekatan dalam studi ini. QNWL merupakan variabel independen dan burnout syndrome variabel dependennya. Data diperoleh melalui kuesioner. Besar sampel sejumlah 30 responden yang diperoleh secara purposive sampling. Analisa data dilakukan dengan Spearman Rank Test dengan p value 0,009 dan coefisien correlation -0,56 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan dengan tingkatan sedang antara QNWL dengan kejadian burnout syndrome dengan arah hubungan negatif, artinya semakin baik QNWL maka semakin meminimalkan burnout syndrome. Salah satu faktor yang mempengaruhi QNWL adalah lingkungan kerja yang kondusif, oleh karena itu diharapkan kepada perawat untuk dapat menjalin kerjasama yang baik antar tim agar tercipta suasana kerja yang harmonis dan lingkungan kerja yang harmonis, dengan demikian maka akan menurunkan kejadian burnout pada perawat. One of the HR (Human Resources) in a hospital that has the longest time with patients is a nurse. In the provision of quality nursing care required a good performance. There are several things that affect performance, one of which is quality nursing work life (QNWL). Nurses with high workloads and monotonous work designs are prone to experiencing burnout syndrome (work stress). This study aims to determine the relationship of QNWL with burnout syndrome. Correlational and cross sectional design was used in this study. QNWL is an independent variable and burnout syndrome is the dependent variable. Data obtained through a questionnaire. The sample size of 30 respondents obtained by purposive sampling. Data analysis was performed with the Spearman Rank Test with p value 0.009 and the correlation coefficient of -0.56 which showed that there was a moderate level of correlation between QNWL and the incidence of burnout syndrome with the direction of the negative relationship, meaning that the better QNWL, the more minimizing burnout syndrome. One of the factors that influence QNWL is a conducive work environment, therefore it is expected that nurses will be able to establish good cooperation between teams in order to create a harmonious work atmosphere and a harmonious work environment, thereby reducing the incidence of burnout to nurse


2016 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 164
Author(s):  
Reny Nugraheni

ABSTRAK Penderita kusta yang tidak mengetahui penatalaksanaan dalam perawatan yang tepat dapat mengakibatkan kecacatan yang permanen, penderita kusta akan mengalami beberapa masalah diantaranya rendah diri, depresi, menyendiri, atau menolak diri, serta masyarakat akan mengucilkan pasien sehingga sulit mencari pekerjaan. Provinsi Jawa Timur merupakan daerah penyumbang penderita kusta tertinggi di Indonesia dengan 4.116 kasus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui analisis konsep diri terhadap kualitas hidup penderita kusta yang mengalami kecacatan di Rumah Sakit Kusta Kediri. Desain penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Dengan teknik purposive Sampling diperoleh sampel 97 responden. Variabel independen konsep diri, variabel dependen kualitas hidup. Uji hipotesis menggunakan Spearman rank < (0,05). Hasil penelitian konsep diri penderita kusta yang mengalami kecacatan diketahui sebagian besar gambaran diri kurang, yaitu 55 responden (56,7%), hampir setengah ideal diri cukup, yaitu 40 responden (41,2%), hampir setengah harga diri dalam kategori cukup, yaitu 55 responden (56,7%), sedangkan sebagian besar peran diri dalam kategori cukup, yaitu 55 responden (56,7%) dan hampir setengah identitas diri dalam kategori cukup, yaitu 42 responden (43,3Sebesar 47,4% kualitas hidup pada kategori kurang. Hasil analisis terbukti bahwa ada hubungan konsep diri terhadap kualitas hidup penderita kusta yang mengalami kecacatan. Pembentukan konsep diri melalui komunikasi antarpribadi merupakan cara seseorang memandang dirinya melalui interaksi dengan orang lain. Konsep diri yang akan mempengaruhi diri seseorang dalam melakukan kontak komunikasi atau interaksi dengan orang lain.Kata Kunci: Konsep Diri, Kualitas Hidup, Penderita Kusta.Abstract The Analysis Self-Concept Against Quality Of Life Leprosy Patient’s Who Have Defects In Kediri Special Leprosy HospitalLeprosy will lead to changes in self-concept among low self-esteem, depression, withdrawn, or self deny, and society will isolate the patient so he get difficulty to find a job. East Java is an area of highest contributor leprosy patients in Indonesia with 4,116 cases. The purpose of this study was to determine analysis self-concept against quality of life leprosy patient’s that have defects In Kediri Special Leprosy Hospital. The study design was observational analytic with cross sectional approach. With a purposive sampling techniques responden.Variabel sample obtained 97 independent self-concept, the dependent variable quality of life. Data were collected using a questionnaire was tested using Spearman rank < (0.05). The results of the study the concept of self-lepers who have defects are known as many self-image is less, as many as 55 respondents (56.7%), almost half the ideal self-sufficient, ie 40 respondents (41.2%), almost half the price in the category of pretty, ie 55 respondents (56.7%), while most of the roles in enough categories, as many as 55 respondents (56.7%) and almost half of identity in enough categories, as many as 42 respondents (43.3%). almost half the quality live in the poor category, as many as 46 respondents (47.4%). The result of the analysis proven that there is a relationship of self-concept to leprosy patient’s quality of life that have defects. The formation of self-concept through interpersonal communication is the way a person sees himself through interaction with others. The concept of self that will affect one's self in contact communication or interaction with others.Keywords: Self-Concept, Quality of Life, Leprosy Patient


2021 ◽  
Vol 13 (01) ◽  
pp. 45
Author(s):  
Novita Nurhidayati ◽  
Triani Yuliastanti

ABSTRAKCoronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV2) dilaporkan pertama kali di Kota Wuhan, Cina. Virus corona telah menyebar dengan cepat di hampir setiap negara termasuk Indonesia. Anjuran pemerintah sebagai pencegahan COVID-19 dapat dilakukan dengan mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jaga jarak, dan mencuci tangan. Dalam era new normal saat ini semua kegiatan telah dilakukan seperti biasa, sehingga kepatuhan masyarakat menerapkan protocol kesehatan sangat berperan dalam upaya pencegahan penularan covoid 19. Dimana kepatuhan seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, sikap, dan perilaku. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kepatuhan masyarakat dalam menerapkan 3M (memakai masker,  menjaga jarak dan mencuci tangan sebagai upaya pencegahan penularan Covid 19. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian diambil secara purposive sampling yaitu warga yang berusia 17-50 tahun sebanyak 40 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Lokasi penelitian dilaksanakan di Dukuh Gatak RT 2 RW 5 Desa Mudal, Kecamatan Boyolali. Analisis data kuantitatif menggunakan Uji Rank Spearman. Hasil penelitian dari Uji Rank Spearman didapatkan hasil p-value sebesar 0,000 (p<0,05) maka Ho ditolak dan dinyatakan ada hubungan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan pengetahuan masyarakat dengan kepatuhan masyarakat dalam menerapkan 3M (memakai masker,  menjaga jarak dan mencuci tangan sebagai upaya pencegahan penularan Covid 19. Saran bagi masyrakat yang tidak menerapakan 3 M diberikan sanksi dan pemerintah desa meningakatkan sosialisasi di tingkat masyarakat.Kata Kunci : Covid-19, Pengetahuan Covid-19, 3 MTHE RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE WITH COMMUNITY COMPLIANCE APPLYING 3 M (WEARING MASK, KEEPING YOUR DISTANCE AND WASHING HANDS) IN THE EFFORT TO PREVENT THE TRANSMISSION OF COVID 19ABSTRACTCoronavirus Disease 2019 (COVID-19) is an infectious disease caused by Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV2) which was first reported in Wuhan City, China. The corona virus has spread rapidly in almost every country including Indonesia. The government's recommendation to prevent COVID-19 can be done by complying with health protocols such as wearing masks, maintaining distance, and washing hands. In the new normal era, all activities have been carried out as usual, so that public compliance with health protocols plays a very important role in efforts to prevent covoid transmission 19. Where a person's compliance can be influenced by factors of knowledge, attitudes, and behavior. The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge and public compliance in implementing 3M (wearing masks, maintaining distance and washing hands as an effort to prevent the transmission of Covid 19. This research was conducted using quantitative methods with cross sectional approach. The research sample was taken by purposive sampling, namely residents aged 17-50 years as many as 40 respondents. The research instrument used a questionnaire. The research location was carried out in Dukuh Gatak RT 2 RW 5 Mudal Village, Boyolali District. Quantitative data analysis used the Spearman Rank Test. The results of the research from the Spearman Rank Test showed a p-value of 0.000 (p <0.05), so Ho was rejected and it was stated that there was a relationship. The conclusion of this study is that there is a relationship between public knowledge and community compliance in implementing 3M (wearing masks, maintaining distance and washing hands as an effort to prevent the transmission of Covid 19. Suggestions for people who do not implement 3M are given sanctions and the village government increases socialization at the community level .Keywords: Covid-19, Covid-19 Knowledge, 3M


2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 55-61
Author(s):  
Hartatik Hartatik

Pendahuluan: Retardasi mental merupakan salah satu kecacatan berupa penyimpangan perkembangan intelektual. Hal ini menimbulkan ketergantungan seumur hidup pada keluarga sebagai Caregivers serta dampak fisik dan psikologis pada individu, keluarga maupun masyarakat. Hal ini menimbulkan harga diri bagi keluarga yang merawatnya. Tujuan: penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara stigma diri dengan harga diri keluarga penderita retardasi mental (PRM). Metode: Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah anggota keluarga dari penderira retardasi mental di desa Sidoharjo Kecamatan Jambon Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur Indonesia yang berjumlah 58 orang yang dipilih dengan tehnik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data dianalisis melalui analisis univariat dan bivariat menggunakan uji Spearman Rank. Hasil: analisis bivariat hubungan stigma diri dengan harga diri didapatkan nilai p=0.000 dan nilai r=-0.412. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara stigma diri dengan harga diri, semakin tinggi stigma diri maka semakin rendah harga diri penderita retardasi mental. Kesimpulan: terdapat hubungan antara stigma diri dengan harga diri pada keluarga penderita retardasi mental (PRM). Saran: Oleh karena itu disarankan pada keluarga untuk mengurangi stigma diri dan meningkatkan efikasi diri dan dukungan sosial di desa tersebut.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 68-75
Author(s):  
EdriyaniYonlafado Simanjuntak ◽  
Marlina Marlina

Coronavirus (CoV) merupakan keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Saat ini dunia mengalami pandemi akibat Novel Coronavirus (NCoV) yang dikenal dengan Covid-19. Dalam mengantisipasi penularan dan  memperlambat penyebaran virus corona, salah tindakan dilakukan dengan sosialisasi atau memberikan informasi tentang pencegahan penularan Covid-19 melalui media informasi. Media informasi sangat berperan penting dalam menyebarkan informasi terkait pencegahan penularan Covid-19. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan media informasi dengan pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan penularan Covid-19 pada masyarakat Desain penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan deskritif korelasi dan rancangan cross sectional. Populasinya adalah masyarakat di kelurahan Pelangai Gadang Kec. Ranah Pesisir Kab.Pesisir Selatan sebanyak 124 kepala keluarga berjumlah 496 orang. Sampel penelitian ini berjumlah 83 orang dengan  menggunakan tehnik purposive sampling dan data dianalisis menggunakan uji spearman rank. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas penggunaan 5 media informasi kategori baik (30,1%), pengetahuan kategori baik (86,7%), sikap kategori baik (72,3%), dan tindakan pencegahan penularan Covid-19 kategori baik (96,4%). Hasil uji statistik menunjukkan hubungan media informasi dengan pengetahuan dengan nilai p = 0,006; r = 0,308, media informasi dengan sikap dengan nilai p = 0,003; r = 0,320 dan media informasi dengan tindakan nilai p = 0,028; r = 0,241 Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan media informasi dengan pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan penularan Covid-19 dengan keeratan hubungan cukup.  


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 122-128
Author(s):  
Harnanik Nawangsari ◽  
◽  
Dwi Anik Karya Setiarini ◽  

Introduction: Immunization is one tool that parents may use to track their child's growth and development. Immunization is a method of developing immunity against infectious illnesses and disorders that may result in disability or death. Objective: The purpose of this study was to ascertain the influence of maternal attitudes on the completion of advanced vaccination in infants. Method: The cross-sectional correlational analysis was utilized in this research. Purposive sampling was used in this research, with 58 samples collected. The data were gathered via KIA books and questionnaires, with the Spearman Rank test used for statistical analysis. Results: The research discovered that the majority of respondents (72.4 percent) had received comprehensive basic vaccination and that the majority of respondents (56.9 percent) had a favorable opinion toward immunization. The findings of the Spearman Rank test give a p-value of 0.000. (0.05). Conclusion: It is well established that the majority of moms have a positive attitude about immunizing their children. Conclusion: The results indicate that the majority of responders gave comprehensive vaccinations. The findings indicated that there was a correlation between the mother's attitude and the completion of children's basic vaccination.


2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
Author(s):  
Yanti Rosdiana ◽  
Wahidyanti Rahayu Hastutiningtyas

Zed-generation is one of generation which need to prepare themselves, in case about the growth and development of the revolution-era 4.0. Phubbing become a very visible changing, in which someone is addicted to smartphone also internet. Automatically, it will influence someone in social-interaction with other people even around it’s environment. This research purposed to analyze the relationship between the over phubbing-attitude with social-interaction of the Zed generation, especially the nursing-student of Tribhuwana Tunggadewi University in Malang. This research used analytic-observation design and cross-sectional. The population is the seventh semester nursing-student of Tribhuwana Tunggadewi University in Malang.Samplesupportedtoinclusionand exclusion criteria. The purposive-sampling technique are 92 respondents. The dependent variable here are social-interaction and independent-variable, it is phubbing. The data collected by using modification-questionaire. They are phubbing with General Scale of Phubbing (GSP) and the social-interaction due to Verbal andSocialInteractions (VSI).The data analyzeddescriptivelyand did the spearman-rank examination through SPSS. The result is the p-value =0,000 and r-value (correlation of coefficient) positively 0,372. It means, there are significance relationship between phubbing-attitude with social-interaction. So that, the higher pubbing-attitude caused the social-interaction will be worse. Based on this research result, we need to educate the Zed-generation in using smartphone and internet. They must be smarter and wise in it, thus the social-interaction would be alright. Keyword: Zed-generation, phubbing, social-interaction. Abstrak: Generasi Z merupakan salah satu generasi yang harus mempersiapkan diri dalam pertumbuhan dan perkembangan di era revolusi 4.0. Phubbing merupakan bentuk perubahan yang sangat terlihat saat ini, dimana seseorang mengalami ketergantungan terhadap smartphone dan internet. Perilaku tersebut akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan interaksi sosial dengan lawan bicaranya ataupun lingkungannya. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis hubungan perilaku phubbing yang berlebihan dengan interaksi sosial pada generasi Z mahasiswa keperawatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Penelitian ini menggunakan desain observasi analitik dengan cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah mahasiswa keperawatan semester 7 Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi, dengan teknik purposive sampling yaitu sebanyak  92 responden. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah interaksi sosial dan variable independent yaitu phubbing. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang telah dimodifikasi yaitu phubbing dengan General Scale of phubbing (GSP) dan interaksi sosial denganVerbal and Social Interactions (VSI). Data dianalisis secara deskriptif dan dilakukan uji spearman-rank dengan menggunakan SPSS. Hasil uji spearman-rank didapatkan nilai p value = 0,000 dengan nilai r (koefisien korelasi) positif 0,372 yang artinya terdapat hubungan yang signifikan perilaku phubbing dengan interaksi sosial. Dengan demikian semakin tinggi perilaku phubbing, maka interaksi sosialnya semakin buruk. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan adanya edukasi terhadap generasi Z dalam penggunaan smartphone dan internet agar lebih bijak dalam menggunakannya sehingga tidak menggangu interaksi sosial. Kata kunci : generasi Z, phubbing, interaksi sosial


Author(s):  
Nenes Riana Fauzia ◽  
Ni Made Ari Sukmandari ◽  
Komang Yogi Triana

Status gizi balita sangat berhubungan dengan faktor ekonomi. Sementara itu kondisi ekonomi keluarga tergantung dari pekerjaan kedua orang tuanya. Ibu yang bekerja memiliki waktu yang lebih sedikit untuk mengurus anaknya sehingga akan berpengaruh pada kualitas perawatan balita sehingga mempengaruhi status gizi balita. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Pada Anak Balita di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kuta Utara Tahun 2018.  Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah  sampel 61 orang ibu bekerja yang dipilih melalui teknik purposive sampling dengan menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi. Uji statistik yang digunakan yaitu Spearman Rank (p value <p, p =0,05). Hasil uji univariat menunjukkan bahwa frekuensi ibu bekerja sebanyak 35 responden (55,7%), frekuensi status gizi balita terbanyak adalah kategori normal sebanyak 44 responen (72,1%). Hasil uji bivariat diperoleh p value = 0,001 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Upt Puskesmas Kuta Utara. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan perawat dapat mengedukasi para ibu untuk dapat membagi atau mengatur waktunya dalam pekerjaan sehingga dapat memperhatikan status gizi anak balitanya.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 120
Author(s):  
Anggraeni Puspita Dewi ◽  
Tiyas Kusumaningrum ◽  
Nining Febriyana

Abstrak Pernikahan dini masih banyak terjadi di Indonesia. Pernikahan dini yaitu pernikahan yang dilakukan pada usia kurang dari 20 tahun. Salah satu faktor yang mempengaruhi pernikahan dini adalah persepsi. Persepsi dipengaruhi sikap dalam menentukan pernikahan dini. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan persepsi remaja putri dengan Kecenderungan perilaku pernikahan dini di Desa Kesamben Kulon Kecamatan Wringinanom Gresik. Metode : penelitian ini merupakan penelitian analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 140 remaja putri di Desa Kesamben Kulon Kecamatan Wringinanom Gresik sesuai dengan kriteria inklusi. Sampling yang dilakukan dengan purposive sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi kerentanan, persespsi keseriusan, persepsi ancaman, persepsi manfaat dan persepsi kendala, sedangkan variabel tergantung adalah Kecenderungan perilaku pernikahan dini. Untuk mengetahui tingkat signifikan, data yang terkumpul akan diuji dengan statistik Spearman Rank pada tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil : hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar memiliki persepsi kerentanan rendah (53,6), persepsi keseriusan tinggi (64,3%)), persepsi ancaman rendah (75,7%), persepsi manfaat tinggi (62,1%), persepsi kendala rendah (68,6%). Hampir seluruhnya mengalami Kecenderungan perilaku pernikahan dini rendah (96,4%). Setelah uji Spearman Rank diperoleh ada hubungan persepsi kerentanan, keseriusan, ancaman dan kendala dengan kecenderungan perilaku pernikahan dini. Sedangkan variabel persepsi manfaat tidak terdapat hubungan Kecenderungan perilaku pernikahan dini. Kesimpulan : Hubungan persepsi kerentanan dengan kecenderungan perilaku pernikahan dini memiliki keeratan yang paling tinggi sebesar r = 0,604.Abstract Background: Early marriage still occurs a lot in Indonesia. Early marriage is a marriage performed at less than 20 years of age. One of the factors that influence early marriage is perception. This research aims to study the relationship of perception of young women with the tendency of early marriage behaviour in Kesamben Kulon village of Gresik's Wringinanom district. Methods: This research was a correlational analytical research with a cross sectional approach. The number of sample was 140 young women in Kesamben Kulon village Wringinanom Gresik in accordance for inclusion criteria. Sampling was done by purposive sampling. The independent variables in this study were the perception of vulnerability, severity, threat, perception and barrier, while the dependent variable was the tendency of early marital behavior. To determine a significant level, the collected data tested by Spearman Rank at the level of the significance of α = 0.05. Results: the results of this research was most of respondens have a low perception of vulnerability perception (53.6%), high saverity perception 64.3%), low threat perception (75.7%), high benefit perception (62.1%), low constraint perception (68.6%). Most of them experienced the tendency behavior of low early marriage (96.4%). After the Spearman Rank test, there was a relationship perception vulnerability, saverity, threat and barrier tendency early marriage behavior. While perception benefit no have relationship tendency of early marriage behavior. Conclusion: The relationship between perception of vulnerability with potential early marriage behavior has the highest density with r = 0.604.


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 85-96
Author(s):  
Esme Anggeriyane

Latar Belakang: Sindrom Down merupakan kelainan genetik trisomi yang terdapat tambahan kromosom pada kromosom 21 sehingga menyebabkan kelainan fisik dan gangguan tumbuh kembang anak. Hasil studi memaparkan insiden kelahiran anak Sindrom Down semakin meningkat di seluruh dunia. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia, paritas ibu dan usia ayah dengan kejadian anak Sindrom Down. Metode: Penelitian ini menggunakan desain survei analitik dengan Cross Sectional, teknik purposive sampling, jumlah populasi 161 dan sampel dari kekhususnan tunagrahita berjumlah 98 orang. Hasil: Usia ibu pada kategori tidak berisiko (20-35 tahun) berjumlah 53 orang (53,06%), Paritas ibu pada paritas berisiko (1 dan ≥4) berjumlah 61 orang (62,24%), usia ayah pada kategori tidak berisiko (25-40 tahun) berjumlah 77 orang (78,57%) dan kejadian Sindrom Down pada kategori bukan Sindrom Down (kelompok tunagrahita tanpa tanda klinis Sindrom Down) berjumlah 92 orang (93,8%). Hasil uji korelasi Spearman Rank antara usia ibu dengan kejadian anak Sindrom Down dengan p value 0,014, paritas ibu dengan p value 0,267 dan usia ayah dengan p value 0,192. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup lemah antara usia Ibu dengan kejadian Sindrom Down. Selanjutnya, tidak ada hubungan significant antara paritas Ibu dan usia ayah dengan kejadian sindrom down. Penelitian ini menyarankan agar calon orang tua (Suami dan Istri) dapat mempertimbangkan secara lebih hati-hati usia Ibu (Istri) sebelum menikah dan perencanaan kehamilan, disamping usia Ayah, dan Paritas Ibu. Kata kunci : Paritas, Sindrom Down, Usia


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document