scholarly journals GAMBARAN KERUSAKAN GIGI PENYANGGA PADA PENGGUNA GIGI TIRUAN SEBAGAI LEPASAN DI KELURAHAN BATU KOTA

e-GIGI ◽  
2014 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Cicilia A. Fernatubun ◽  
Damajanty H. C. Pangemanan ◽  
Vonny N. S. Wowor

Abstract: Removable partial denture is inserted in the mouth after remained generally require maintenance. Most people who think that the problem of missing teeth in the oral cavity has been overcome with the use of dentures, but in fact the use of denture without maintenance of good oral health can lead to disrupted. Oral hygiene that is not maintained properly can result in an increase in plaque and caries and periodontal disease more. The aim of this study was to assess the damage abutment on the user partial dentures in Kota Batu village. This study is a descriptive study with cross sectional study. The sampling technique used purposive sampling with a sample size in this study of 81 patients. The data were collected with intra oral examinatio. The results of this study indicate damage to the gear elements that serve as a buffer in the form of caries and fractures by 59 damage and damage to the tissues supporting the teeth in the form of mobility of teeth, gingivitis, bleeding and periodontitis by 72 damage. In this study found the majority of respondents suffered damages in abutment with the most damage occurred on the elements of the teeth that serve as the backbone is in the form of caries damage and damage most of the tissues supporting the abutment is damage in the form of gingivitis. Keywords: removable partial dentures, tooth decay bufferAbstrak: Gigi Tiruan Sebagian Lepasan setelah dipasang dalam mulut pada umumnya tetap memerlukan pemeliharaan. Kebanyakan individu yang kehilangan gigi berpikir bahwa masalah pada rongga mulut sudah teratasi dengan pemakaian gigi tiruan, namun kenyataannya penggunaan gigi tiruan tanpa pemeliharaan yang baik dapat mengakibatkan kesehatan rongga mulut terganggu. Kebersihan mulut yang tidak dijaga dengan baik dapat mengakibatkan meningkatnya plak dan terjadi peningkatan karies dan penyakit periodontal lainnya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran kerusakan gigi penyangga pada pengguna Gigi Tiruan Sebagian Lepasan di Kelurahan Batu Kota. Penelitian ini merupakan penelian deskriptif dengan pendekatan cross sectional study. Teknik pengambilan sampel yang menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 81 orang. Pengambilan data dilakukan dengan pemeriksaan intra oral. Hasil penelitian ini menunjukkan kerusakan pada elemen gigi yang dijadikan sebagai penyangga berupa karies dan fraktur sebesar 59 kerusakan dan kerusakan pada jaringan pendukung gigi berupa mobilitas gigi, gingivitis, perdarahan dan periodontitis sebesar 72 kerusakan. Pada penelitian ini ditemukan sebagian besar responden mengalami kerusakan pada gigi penyangga kerusakan yang paling banyak terjadi pada elemen gigi geligi yang dijadikan sebagai penyangga ialah kerusakan berupa karies dan kerusakan terbanyak pada jaringan penunjang gigi penyangga ialah kerusakan berupa gingivitis. Kata kunci: gigi tiruan sebagian lepasan, kerusakan gigi penyangga

2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 37-42
Author(s):  
Firdausi Ramadhani ◽  
Yanti Hz. Hano

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian bayi Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto Kabupaten Gorontalo. Metode yang digunakan adalah  Observasional Analitik dengan pendekatan cross sectional study. Populasi adalah seluruh ibu yang melahirkan berjumlah 853 responden, dengan Sampel yaitu sebanyak 202 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan tekhnik Purposive Sampling. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan proporsi bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 34 responden (16,8%) dan bayi Berat Badan Lahir Normal (BBLN) 168 responden (83,2%). Hasil bivariat didapatkan bahwa ada hubungan pengetahuan (p-value 0,044), pendapatan keluarga (p-value 0,029) dengan kejadian bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Sedangkan, jumlah paritas (p value 0,523),  jarak kehamilan (p-value 0,659), dan Kekurangan Energi Kronik (KEK) (p-value 0,637) tidak memiliki hubungan yang bermakna secara statisti dengan kejadian bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).    This study aims to determine several factors associated with the incidence of low birth weight babies (LBW) in the Limboto Health Center, Gorontalo District. The method used is analytic observational with a cross sectional study approach. The population was all mothers who gave birth totaling 853 respondents, with a sample of 202 respondents. The sampling technique used purposive sampling technique. The results showed that the proportion of Low Birth Weight (LBW) babies was 34 respondents (16.8%) and Normal Birth Weight (BBLN) babies were 168 respondents (83.2%). The bivariate results showed that there was a relationship between knowledge (p value 0.044), family income (p value 0.029) with the incidence of low birth weight babies (LBW). Meanwhile, the parity (p value 0.523), pregnancy distance (p-value 0.659), and Chronic Energy Deficiency (P-value 0.637) did not have a statistically significant relationship with the incidence of Low Birth Weight (LBW).


2019 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
Author(s):  
Alicia Benaya Wasti Baris ◽  
Hendro Bidjuni ◽  
Sefti Rompas

Abstrack: The meaning of life is something that is considered very important and valuable, and provides special value for someone and deserves to be a goal in life. Being someone who means and feels valuable in life seems very important when entering the elderly period. At this time, the elderly must be able to accept, be positive and be able to live their old age in peace. The aim is to find out the difference in the meaningoflife of the lives of the elderly who live in nursing home senja cerah and Who Live with Family in Sea Satu Village Pineleng District. The research design used is Observational Analytic with Cross Sectional Study approach. A sample of 30 respondents was obtained using the Purposive Sampling technique. The results of statistical test studies using the T-test at a significance level of 95%, obtained a significant value ρ = 0.008 <α (0.05). The conclusion is that there is a difference in the meaningoflife of the lives of the elderly who live in nursing home senja cerah and who live with their families.Keywords : Elderly, Meaning of LifeAbstrak : Makna hidup adalah sesuatu yang dianggap sangat penting dan berharga, serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan tujuan dalam kehidupan. Menjadi seseorang yang berarti dan merasa berharga dalam hidup tampaknya sangat penting saat memasuki periode lansia. Pada masa ini, lansia harus dapat menerima, bersikap positif serta dapat menjalani masa tuanya dengan tenang Tujuan untuk mengetahui perbedaan makna hidup lansia yang tinggal di panti werdha senja cerah dan yang tinggal bersama keluarga di desa sea satu kecamatan pineleng. Desain penelitian yang digunakan yaitu Observasional Analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study. Sampel berjumlah 30 responden yang didapat dengan menggunakan tehnik Purposive Sampling. Hasil penelitian uji statistik menggunakan uji T-test pada tingkat kemaknaan 95%, didapatkan nilai signifikan ρ = 0,008 < α (0,05). Kesimpulan ada perbedaan makna hidup lansia yang tinggal di panti werdha senja cerah dan yang tinggal bersama keluarga.Kata kunci : Lansia, Makna Hidup


2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 5
Author(s):  
Nurjannah Supardi ◽  
Fitri Yani

Perineal injuries result from natural tissue damage due to the pressure on the fetus's head or shoulders during labor. Early Mobilization helps the recovery process to the way it was before pregnancy, guiding the mother out of bed and walking as quickly as possible. The purpose of this study was to determine the effect of early mobilization on the healing of level II ruptured perineal wounds in post partum mothers at Kassi-Kassi Makassar Health Center in 2019. The research was carried out in February - May 2019. This type of research is quantitative with a cross sectional study approach. A population of 83 people and a sample of 30 respondents with purposive sampling technique. The results showed that of the 30 respondents, 19 people did early mobilization (63.3%), 11 people did not do early mobilization (36.7%). ), and those who had good healing of perineal wounds were 21 people (70.0%), and 9 people (30.0%) had poor healing. There is an effect of early mobilization on the healing of level II ruptured perineal wounds in post partum mothers with a value of p = 0.004 <α = 0.05. It is hoped that the mother should carry out early mobilization so that they can understand the technique and carry out early mobilization movements so that the mother can do it alone.Luka perineum diakibatkan rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Mobilisasi Dini membantu proses pemulihan seperti semula sebelum kehamilan, membimbing ibu keluar dari tempat tidur dan selekas mungkin segera berjalan. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka perineum ruptur tingkat II pada ibu post partum di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar Tahun 2019 Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2019. Jenis penelitian ini adalah bersifat kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study. Populasi berjumlah 83 orang dan sampel 30 responden dengan tehnik pengambilan sampe Purposive Sampling Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 orang responden, yang melakukan mobilisasi dini sebanyak 19 orang (63,3%), yang tidak melakukan mobilisasi dini sebanyak 11 orang (36,7%), dan yang memiliki penyembuhan baik terhadap luka perineum sebanyak 21 orang (70,0%), yang kurang baik sebanyak 9 orang (30,0%). Ada pengaruh mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka perineum ruptur tingkat II pada ibu post partum dengan nilai p = 0.004 < α= 0,05 Diharapkan kepada ibu agar melakukan mobilisasi dini agar dapat memahami teknik dan melakukan gerakan mobilisasi dini supaya ibu dapat melakukannya sendiri tanpa bantuan tenaga kesehatan.


Author(s):  
Syeda Abida Hussain Sherazi ◽  
Syeda Maham Batool ◽  
Umara Qadar ◽  
Shagufta Hameed ◽  
Syed Tayyib Shah ◽  
...  

Postural problems are very common these days among youth including office workers, University staff, students and from other walks of life.Objective: To evaluate the level of postural awareness and proper positioning during differenttasks performed by teaching staff of University of Azad Jammu &Kashmir, Muzzafarabad (UAJ&K).Methodology: A cross-sectional study with purposive sampling technique was conducted in UAJ&K. In this study 100 faculty members, bothmale and females, with age between 25 to 55 years were included. 54% were males. The data was analyzed on SPSS version 22.Results: 63% worked for 4-8 hours daily, 95%,respondents traveled 1-7 hour daily and 61% had knowledge about posture, among them 47% had back and 20% had neck pain. Majority of the teaching staff used improper positioning during different work.Conclusions: There was moderate level of information regarding correct positioning duringwork in different environment. They used improper postures which leads to physical abnormality,absenteeism, increased expenditure on their treatment.


e-GIGI ◽  
2015 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Pingkan E.O. Lengkong ◽  
Damajanti H. C. Pangemanan ◽  
Ni Wayan Mariati

Abstract: Removable partial dentures (RPDs) is a denture that replaces one or more missing teeth in the maxilla or mandible and can be removed by the patient. Patients maintain hygiene habits removable partial dentures can be seen from the frequency, time, and method used to clean dentures varies between individuals and different communities. The purpose of this study is to describe the behavior and how to care RPDs for the elderly in Panti Wredha Minahasa.This type of research is a descriptive study with cross sectional study. The samples were all elderly who meet the inclusion criteria were age 60-80 years using RPDs in seven nursing homes in Minahasa.Based on the research that has been conducted, most respondents RPDs cleaning by brushing without toothpaste 1 (3.3%) and brushing with toothpaste totaled 29 respondents (96.67%). A total of 13 respondents (43.3%) did immersion RPDs. Most respondents simply did immersion by using water that are 17 respondents (56.67%), and no one do immersion using a chemical solution. Most respondents, 13 respondents (43.3%) RPDs cleaning once a day, as many as 28 respondents (93.33%) did not find any difficulty in cleaning RPDs, all respondents (100%) did not get instruction after assembling, as many as 22 respondents (73.3%) using RPDs at night when sleeping.Conclusion: from the study based on behavior, most respondents use RPDs at night when sleeping. Based on how to brush, most respondents RPDs cleaning by brushing use a toothbrush and toothpaste. Based on how to care for the soaking, most respondents did soaking with water.Keywords: removable partial dentures, elderlyAbstrak: Gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang pada rahang atas atau rahang bawah dan dapat dilepas oleh pasien. Kebiasaan pasien memelihara kebersihan gigi tiruan sebagian lepasan dapat dilihat dari frekuensi, waktu, dan cara yang digunakan untuk membersihkan gigi tiruan bervariasi pada setiap individu dan masyarakat yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran perilaku dan cara merawat GTSL pada lansia di Panti Wredha Minahasa Induk. Jenis penelitian ini yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional study. Sampel adalah semua lansia yang memenuhi kriteria inklusi yaitu yang berusia 60-80 tahun, menggunakan GTSL di tujuh Panti Wredha di Minahasa Induk. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, responden paling banyak membersihkan GTSL dengan cara menyikat tanpa pasta gigi 1 orang (3,3%) dan menyikat gigi dengan pasta gigi berjumlah 29 responden (96,67%). Sebanyak 13 responden (43,3%) tidak melakukan perendaman GTSL. Responden terbanyak hanya melakukan perendaman dengan menggunakan air yaitu 17 responden (56,67%), dan tidak seorangpun yang melakukan perendaman dengan menggunakan larutan zat kimia. Sebagian besar responden yaitu 13 responden (43,3%) membersihkan GTSL sekali sehari, sebanyak 28 responden (93,33%) tidak menemukan kesulitan dalam membersihkan GTSL, semua responden (100%) tidak mendapatkan isntruksi setelah pemasangan, sebanyak 22 responden (73,3%) menggunakan GTSL pada saat malam hari ketika tidur. Simpulan: dari hasil penelitian berdasarkan perilaku, sebagian besar responden menggunakan GTSL pada saat malam hari ketika tidur. Berdasarkan cara menyikat, responden paling banyak membersihkan GTSL dengan cara menyikat memakai sikat gigi dan pasta gigi. Berdasarkan cara merawat dengan merendam, sebagian besar responden melakukan perendaman dengan menggunakan air.Kata kunci : gigi tiruan sebagian lepasan, lansia


e-GIGI ◽  
2015 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Elda Y. Enoch ◽  
Pieter L. Suling ◽  
Aurelia S. R. Supit

Abstract: Smoking is a common habit, which have destructive impact. Smoking can cause negative impact either systemically or locally and cause changes to soft tissue within the mouth cavity like leukoedema. The purpose of this study is to get an overview of the smoking habit and the leukoedema of Papuan students in Manado. This study is a descriptive study using the cross-sectional study approach. Sample is taken using total sampling technique, where fourty five students is used as the sample of the study. The results of the study shows the smoking habits and leukoedema of Papuan students in Manado. It is found that among the sample, up to (51,1%) of the students with smoking habit are mostly at the age of 23th, with age range between 21-25 years old. The period of smoking is mostly between 1-5 years, which involve 22 respondents (48,9%). The smoking frequency is typically around 1-10 cigarette a day, which involve 21 respondents (46,7%). Out of 45 respondents, there are 41 respondents (91,1%) having leukoedema within their mouth cavity, which is found in the cheek mucosa. Conclusion: Smoking habit occurs mostly between the range of 1 to 5 years and leukoedema lesions is typically found in the cheek mucosa.Keywords: smoking habit, leukoedemaAbstrak: Kebiasaan merokok, merupakan kebiasaan yang bersifat umum dan memiliki daya rusak yang tinggi. Merokok dapat menimbulkan efek negatif baik secara sistemik maupun lokal dan menyebabkan perubahan jaringan lunak dalam rongga mulut seperti leukoedema. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran kebiasaan merokok dan leukoedema pada mahasiswa Papua di Manado. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional study. Teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah total sampling, dimana jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 45 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gambaran kebiasaan merokok dan leukoedema pada mahasiswa Papua di Manado. Sampel yang paling banyak, sebanyak (51,1%) mahasiswa yang mempunyai kebiasaan merokok berdasarkan usia sebanyak 23 responden, pada rentang usia 21-25 tahun. Lamanya merokok terbanyak 1-5 tahun, sebanyak 22 responden (48,9%). Frekuensi merokok terbanyak 1-10 batang rokok sehari, sebanyak 21 responden (46,7%). Dari 45 responden, ada 41 responden (91,1%) yang memiliki leukoedema dalam rongga mulutnya yang terdapat pada mukosa pipi. Simpulan: Kebiasaan merokok terjadi paling banyak berada di rentang 1-5 tahun dan lesi leukoedema paling banyak ditemukan di mukosa pipi.Kata kunci: kebiasaan merokok, leukoedema


2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 248-255
Author(s):  
Idha Farahdiba ◽  
Noviyani Hartuti

Youth Care Health Program (YCHP) among adolescent students: Knowledge and participation Background: Teenagers can access the health center to get some information regarding health and consultation with their psychological problems. Youth Care Health Program (YCHP) focuses more on promotive and preventive services, considering that adolescence is a time when problems are caused by ignorance, misperception, and lack of consideration in acting and preventing destructive behavior.Purpose: To evaluate adolescent knowledge of adolescent knowledge with adolescent participation in the Youth Care Health Program (YCHP).Method: The research method used is the Cross Sectional Study method. The population of the study was teenagers who had attended the Youth Youth Care Health in the working area of the Dahlia Health Center, Makassar City. The sampling technique used purposive sampling technique obtained 42 participants. The research instrument used a questionnaire to assess adolescent knowledge and youth participation by observing their presence, activeness, and enthusiasm in Youth Care Health Program (YCHP). The analytical technique is used in univariate and bivariate data analysis (chi-square test). α-value = 0.05Results: The adolescents with a good knowledge 36 (85.7%) and has a high desire participation of 31 (73.8%). The correlation of all variables independent with participation as dependent variable was >0.05Conclusion: There was not a relationship between Youth Care Health Program (YCHP) among adolescent in knowledge and participation.Keywords: Adolescent; Knowledge; Participation; Youth Care Health Program (YCHP).Pendahuluan: Remaja dapat mengakses layanan dengan mudah hanya datang ke puskesmas yang telah ditunjuk untuk menyelenggarakan program tersebut. PKPR lebih berfokus pada pelayanan promotif dan preventif dimana mengingat masa remaja merupakan masa dimana permasalahan disebabkan oleh ketidaktahuan, salah persepsi, hingga kurangnya pertimbangan dalam bertindak. ketidaktahuan remaja tentang layanan PKPR merupakan faktor penting dalam menentukan akses PKPR oleh remaja.Tujuan: Diketahui apakah terdapat hubungan pengetahuan remaja terhadap partisipasi remaja dalam kegiatan PKPR.Metode: Menggunakan metode Cross Sectional Study dengan populasinya penelitian remaja yang pernah mengikuti posyandu remaja di wilayah kerja Puskesmas Dahlia Kota Makassar. Teknik pengambilan Sampel menggunakan teknik purposive sampling didapatkan sampel berjumlah 42 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuisioner untuk menilai pengetahuan remaja dan partisipasi remaja dengan mengobsevasi kehadiran, keaktifan dan antusiasnya selama kegiatan PKPR. Teknik analisa menggunakan analisis data univariat dan bivariat (uji chi-square) dengan nilai α sebesar 0,05.Hasil: Remaja dengan pengetahuan baik 36 (85,7%) dan memiliki keinginan partisipasi tinggi sebesar 31 (73,8%). Korelasi semua variabel independen dengan partisipasi sebagai variabel dependen adalah >0,05Simpulan: Penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan remaja tentang PKPR dengan partisipasi remaja dalam kegiatan PKPR. 


2019 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
Author(s):  
Hendro Bidjuni ◽  
Vandri Kallo

Abstract : Psychological Well-being is a full achievement of one's psychological potential and a situation when individuals can accept their own strengths and weaknesses as they are, have life goals, develop positive relationships with others, become independent individuals, able to control the environment, and continue to grow personally . The Purpose of this study was to find out whether there was a correlation between religiosity and psychological well-being in patients with diabetes mellitus at the Husada Kimia Farma Sario Manado Clinic. Samples were taken by purposive sampling technique that is as many as 70 people who meet the inclusion criteria. The research design used was a cross sectional study and data collected from respondents used a religiosity questionnaire and psychological well-being. The results of the Spearman Rho statistical test obtained a correlation coefficient of 0.570 (with a value of p = 0,000) which means the value of p <α (0.05). Conclution of this research hypothesis was accepted, this shows that there’s a correlation between religiosity and psychological well-being in patients with diabetes mellitus at the Husada Kimia Farma Sario Manado Clinic. Keywords : Religiosity, Psychological Well-Being, Diabetes Mellitus PatientsAbstrak : Kesejahteraan Psikologis ialah sebuah pencapaian penuh dari potensi psikologis seseorang dan suatu keadaan ketika individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri, mampu mengendalikan lingkungan, dan terus bertumbuh secara personal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan religiusitas dengan kesejahteraan psikologis pada penderita diabetes mellitus di klinik husada kimia farma sario manado. Sampel diambil dengan teknik pengambilan purposive sampling yaitu sebanyak 70 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Desain Penelitian yang digunakan adalah cross sectional study dan data dikumpulkan dari responden menggunakan kuesioner religiusitas dan kesejahteraan psikologis. Hasil Penelitian uji statistik Spearman Rho diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,570 (dengan nilai p= 0,000) yang berarti nilai p < α (0,05). Kesimpulan bahwa hipotesis penelitian diterima, hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara religiusitas dengan kesejahteraan psikologis pada pasien dengan diabetes mellitus di Klinik Husada Kimia Farma Sario Manado.Kata Kunci : Religiusitas, Kesejahteraan Psikologis, Pasien Diabetes Mellitus


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document