scholarly journals Uji daya hambat minyak kelapa murni (virgin coconut oil) terhadap pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis

e-GIGI ◽  
2017 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Lisa K. Tumbel ◽  
Pemsi M. Wowor ◽  
Krista V. Siagian

Abstract: Generally, failures in root canal treatment are caused by the bacterium Enterococcus faecalis. Several studies using different types of herbs showed their inhibition effect on the growth of bacteria in the oral cavity. Coconut oil can be processed into pure coconut oil (virgin coconut oil, VCO) that contains lauric acid with its antibacterial effect. This study was aimed to determine the inhibitory effect of coconut oil on the growth of the bacteria Enterococcus faecalis. This was an experimental laboratory study with the post-test only control group design. We used a modified method of the Kirby-Bauer disk paper. Sample of VCO was made by using heating process. Enterococcus faecalis bacteria obtained directly from the patients’ necrotic pulps were identified at the Pharmaceutical Microbiology Laboratory, University of Sam Ratulangi Manado. The results showed that Enterococcus faecalis bacteria were identified in the samples. The inhibition zone of VCO to Enterococcus faecalis was 10 mm. Conclusion: Virgin coconut oil could inhibit the growth of Enterococcus faecalis.Keywords: virgin coconut oil (Virgin coconut oil), Enterococcus faecalis, inhibition zoneAbstrak: Pada perawatan saluran akar dapat ditemukan kegagalan perawatan yang disebabkan oleh bakteri Enterococcus faecalis. Terdapat beberapa penelitian mengenai berbagai jenis tumbuhan herbal yang telah dilakukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri dalam rongga mulut, salah satunya yaitu tanaman kelapa yang dapat diolah menjadi minyak kelapa murni (virgin coconut oil, VCO) yang mengandung senyawa aktif asam laurat dengan efek antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat VCO terhadap pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis. Jenis penelitian ialah eksperimental laboratorium dengan post-test only control group design. Metode pengujian menggunakan metode modifikasi Kirby-Bauer dengan paper disk. Sampel minyak kelapa murni dibuat sendiri dengan proses pemanasan. Bakteri Enterococcus faecalis diambil langsung dari pasien nekrosis pulpa lalu diidentifikasi di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado. Hasil penelitian menunjukkan adanya bakteri Enterococcus faecalis pada sampel hasil identifikasi. Dari hasil uji daya hambat didapatkan minyak kelapa murni (Virgin coconut oil) memiliki efek antibakteri dalam menghambat pertumbuhan Enterococcus faecalis dengan zona hambat sebesar 10 mm. Simpulan: Virgin coconut oil dapat menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis.Kata kunci: VCO, Enterococcus faecalis, zona hambat

2020 ◽  
pp. 362-373
Author(s):  
Venny Vidayanti ◽  
Mae Sri Hartati Wahyuningsih ◽  
Akhmadi Akhmadi

Penundaan rawat gabung, rendahnya frekuensi menyusui dan kesulitan dalam posisi menyusui pada ibu pasca bedah cesar dapat menyebabkan keterlambatan laktogenesis II. Hal ini menyebabkan ketidaklancaran produksi ASI pada hari-hari pertama pasca pembedahan. Intervensi pijat punggung menggunakan Virgin Coconut Oil (VCO) merupakan terapi komplementer yang dapat membantu meningkatkan kelancaran produksi ASI pasca bedah cesar. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan kelancaran produksi ASI ibu pasca bedah cesar dengan intervensi pijat punggung menggunakan Virgin Coconut Oil. Desain penelitian menggunakan”quasi experiment post test-only with control group design”. Teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling yang melibatkan 50 ibu pasca bedah cesar dalam kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah uji chi-square untuk mengetahun perbedaan kelancaran produksi ASI dan uji regresi logistik berganda untuk mengidentifikasi variabel dominan yang berhubungan dengan kelancaran produksi ASI. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kelancaran produksi ASI pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol (p-value 0.023; OR=3.85). Hasil analisis regresi logistik menunjukkan frekuensi menyusui (p=0.028;OR=5.74) merupakan variabel dominan bersama dengan pijat punggung (p=0.030;OR=4.47) dan paritas (p=0.060;OR=3.59) dalam mempengaruhi kelancaran produksi ASI. Intervensi pijat punggung bersama dengan frekuensi menyusui dan paritas berpeluang meningkatkan kelancaran produksi ASI pada ibu pasca bedah cesar. Ibu yang diberikan intervensi pijat punggung menggunakan Virgin Coconut Oil berpeluang 3.85 kali mengalami kelancaran produksi ASI. Edukasi untuk ibu dalam meningkatkan frekuensi menyusui juga penting dalam upaya peningkatan produksi ASI pada ibu pasca bedah cesar.


2013 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Amelia F. Manatar ◽  
Sunny Wangko ◽  
Marie M. Kaseke

Abstract: Virgin Coconut Oil (VCO) is defined as a multifunction supplement of health. Previous research has proved that it can be used for anti-inflammation, anti-pyretic, anti-oxidant, and for metabolism repairments. This VCO will be biotransformed in the liver. Paracetamol is an analgetic and antipyretic medicine which is usually used for self-medication. Over dosage of paracetamol is potentially destructive for the liver, which is the major detoxification organ. This study aimed to find out the histological changes of wistar livers treated with VCO after being induced with paracetamol. This was an experimental study using the post-test-only control group design. This study was conducted for 12 days. As subjects, we used 22 male wistars divided into five groups: negative control group (KN); positive control group (KP) treated with toxic dosages of paracetamol (2.5 g/kg BW/day) from day 8 to 12; and three treatment groups (P1, P2, and P3) given VCO 1 ml, 5 ml, and 10 ml per kg BW/day consecutively for 12 days, added with the paracetamol 2.5 g/kg BW/day from day 8 to 12. Some wistars from each group were terminated on day 10 and the others on day 13. Their livers were examined for macroscopic and microscopic observations. The histological changes found were: lipid degeneration, hydrophic degeneration, and necrosis of hepatocytes in the KP, P1, P2, and P3. The P2 showed less liver destruction than KP, P1, and P3. Moreover, hepatocyte regeneration was found in P1 and P2. Conclusion: Paracetamol induction of toxic dosages 2.5 g/kg BW resulted in histological changes of the wistar livers (hydrophic degeneration, fatty degeneration, and hepatocyte necrosis). Treatment with VCO 1 ml and 5 ml/kg BW/day could diminish the changes and stimulate the regeneration of hepatocytes. However, with a maximal dosage of 10 ml/kg BW/day, VCO worsened the injured liver marked by diffuse fatty degeneration of the livers. Keywords: liver destruction, paracetamol, virgin coconut oil.    Abstrak: Virgin Coconut Oil (VCO) diyakini memiliki banyak fungsi yang berkaitan dengan kesehatan. VCO berkhasiat sebagai anti inflamasi, anti piretik, antioksidan, dan memperbaiki fungsi metabolisme tubuh. Parasetamol merupakan obat analgetik dan antipiretik yang banyak digunakan. Toksisitas akut dari obat ini berpotensi menimbulkan kerusakan hati. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran histologik hati tikus wistar yang diberi VCO disertai induksi parasetamol. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian the post test only control group design. Subyek penelitian yaitu dua puluh dua ekor wistar jantan dibagi dalam lima kelompok, yaitu: kontrol negatif (KN), kontrol positif (KP) yang diberi parasetamol dosis toksik 2,5 g/kg BB/hari pada hari ke 8-12, dan kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 (P1, P2, dan P3) yang diberi VCO masing-masing kelompok perlakuan 1 ml, 5 ml. dan 10 ml per kg BB/hari selama 12 hari dengan pemberian parasetamol 2,5 g/kg BB/hari dimulai pada hari ke 8-12. Hasil penelitian menunjukkan perubahan gambaran struktur histologik hati berupa degenerasi lemak, degenerasi hidropik, dan nekrosis pada kelompok KP, P1, P2, dan P3. Kelompok P2 memperlihatkan lebih sedikit perubahan histologik hati dibandingkan kelompok KP, P1 dan P3. Aktivitas regenerasi hepatosit ditemukan pada kelompok P1 dan P2. Simpulan: Induksi parasetamol dosis toksik 2,5 g/kg BB mengakibatkan perubahan histologik hati berupa degenerasi hidropik, degenerasi lemak, dan nekrosis hepatosit. Pemberian VCO dosis 1 ml/kg BB dan 5 ml/kg BB dapat mengurangi terjadinya perubahan tersebut serta mampu merangsang regenerasi hepatosit secara cepat sedangkan pemberian VCO dosis maksimal 10 ml/kg BB memperparah cedera hati dengan terjadinya degenerasi lemak yang difus. Kata kunci: kerusakan hati, parasetamol, virgin coconut oil.


e-GIGI ◽  
2016 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Pricillia T. Kaawoan ◽  
Jemmy Abidjulu ◽  
Krista V. Siagian

Abstract: Periodontal disease is preceded by a buildup of plaque that contains a collection of bacteria. The most common bacteria found in plaques are Porphyromonas gingivalis that cause periodontitis. There are several ways to treat periodontitis inter alia the usage of natural materials. Nutmeg (Myristica fragrans Houtt) contains volatile oil, saponins, and alkaloids known as antibacterials. This study aimed to investigate the inhibitory effect of nutmeg extract on Porphyromonas gingivalis. This was an experimental laboratory study in vitro with a post test only control group design. The testing method used in this study was a modified method of Kirby-bauer. Nutmeg was extracted by using maceration method with ethanol 96%. Porphyromonas gingivalis bacteria were ordered from University of Hasanuddin Makassar and then were rejuvenated in the Laboratory of Microbiology Pharmacy FMIPA University of Sam Ratulangi Manado. The results showed that the average inhibitory zone of nutmeg extract was 13,5 mm. Conclusion: Nutmeg (Myristica fragrans Houtt) extract had an inhibitory effect on the Porphyromonas gingivalis bacteria.Keywords: nutmeg (Myristica fragrans Houtt), inhibition zone, periodontitis, Porphyromonas gingivalisAbstrak: Penyakit periodontal berawal dari penumpukan plak yang mengandung kumpulan bakteri. Bakteri yang paling banyak ditemukan yaitu bakteri Porphyromonas gingivalis yang menyebabkan penyakit periodontitis. Terdapat beberapa cara untuk mengobati periodontitis, salah satunya dengan penggunaan bahan alami. Pala (Myristica fragrans Houtt) memiliki kandungan minyak atsiri, saponin, dan alkaloida yang diketahui berefek antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya daya hambat ekstrak buah pala terhadap bakteri penyebab periodontitis Porphyromonas gingivalis. Jenis penelitian ini ialah eksperimental laboratorik secara in vitro dengan post test only control group design. Metode pengujian yang digunakan yaitu modifikasi Kirby-bauer menggunakan sumuran. Sampel buah pala diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Bakteri Porphyromonas gingivalis yang digunakan dalam penelitian ini dikirim dari Universitas Hasanuddin Makassar yang telah diremajakan di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado. Hasil penelitian mendapatkan zona hambat ekstrak buah pala sebesar 13,5 mm. Simpulan: Ekstrak buah pala (Myristica fragrans Houtt) mempunyai daya hambat terhadap bakteri penyebab periodontitis Porphyromonas gingivalis.Kata kunci: pala (Myristica fragrans Houtt), zona hambat, periodontitis, porphyromonas gingivalis


2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 113
Author(s):  
Erwid Fatchur Rahman ◽  
Sandy Christiono

Background: Enterococcus faecalis is generally found on the failure of root canal treatments. Zinc oxide propolis is believed to have an antibacterial effect on that bacteria. This research aimed to compare bacteriostatic effect of zinc oxide eugenol (ZOE) and zinc oxide propolis (ZOP) as the sealer materials of root canal.Method: This was an experimental research with post-test only control group design with two different groups (ZOE and ZOP). Culture of Enterococcus faecalis bacteria was smeared on Blood Agar Plate media with six times replication per group and kept inside incubator for 24 hours. The result was obtained from the inhibition zone formed around the pasta.Result: The average result of ZOE and ZOP was 27.7 mm and 13.45 mm respectively. Normality test using Shapiro-Wilks showed that data was normal (p>0.05). Then, the data was analysed using Independent Samples T-test. The result showed that there was different inhibition zone between ZOE group and ZOP group (p<0.05).Conclusion: Based on the result, it can be concluded that ZOP has lower antibacterial effectiveness of the Enterococcus faecalis than ZOE.


2021 ◽  
Vol 1 (02) ◽  
pp. 1-6
Author(s):  
Andy Fairuz Zuraida Eva ◽  
Lilies Anggarwati Astuti ◽  
Fadil Abdillah Arifin ◽  
Sarahfin Aslan ◽  
Syamsiah Syam ◽  
...  

Pendahuluan: Bahan irigasi yang biasa digunakan berasal dari bahan kimia dapat memberikan efek samping yang lebih besar dibandingkan dengan obat tradisional. Penggunaan bahan yang berasal dari alam dapat dijadikan pilihan sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar karena beberapa dari bahan tersebut dapat bersifat menghambat pertumbuhan (bakteriostatik) maupun membunuh bakteri (bakterisid). Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan Ekstrak Sarang Semut (Myrmecodia pendens) sebagai bahan irigasi saluran akar dengan daya hambat bakteri Enterococcus faecalis. Bahan dan Metode: Menggunakan metode eksperimental laboratorium. Bentuk penelitian berupa Post test only control group design dan pengambilan sampel dengan Purposive Sampling menggunakan 4 perlakuan dan 5 kali pengulangan. Uji statistik menggunakan One Way Anova. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan diameter zona inhibisi dalam menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis pada ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 25% sebesar 21,10 ± 0,18. Hasil pada ekstrak tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens) konsentrasi 50% sebesar 23,47 ± 0,24. Uji statistik memperoleh nilai signifikan p = 0,000 <? = 0,01. Kesimpulan: Hipotesis alternatif penelitian ini diterima dan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan ekstrak tanaman sarang semut konsentrasi 25% dan konsentrasi 50% sebagai bahan irigasi saluran akar yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis.


e-GIGI ◽  
2017 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Anggriana H. Bujung ◽  
Heriyannis Homenta ◽  
Johanna A. Khoman

Abstract: In addition to daily consumption, avocado is also used to treat oral diseases. Scientific studies showed that avocado seed contained flavonoids, tannins, and alkaloid which were expected to inhibit bacterial growth. This study was aimed to obtain the bacterial inhibitory effect of avocado seed (Persea americana Mill.) extract on Streptococcus mutans as the primary cause of dental caries. This was a true experimental study with the post test only control group design. This study used a modified Kirby-Bauer method with paper disk. The positive control was erythromycin and the negative control was aquadest. Avocado seeds were extracted by using maceration method with 96% ethanol. The Streptococcus mutans bacteria were obtained from pure stock of Microbiology Laboratory of Pharmacy Study Program University of Sam Ratulangi Manado. The results showed that the mean diameter of inhibition zone of avocado seed extract was 21.8 mm which was classified as very strong inhibition. Conclusion: Persea Americana Mill. seed extract had a very strong inhibitory effect on the growth of Streptococcus mutans.Keywords: avocado seed (Persea americana Mill.), Streptococcus mutans, inhibition effectAbstrak: Selain menjadi bahan konsumsi masyarakat yang lezat, ternyata alpukat telah lama dipercaya dapat mengobati penyakit di dalam rongga mulut. Di dalam buah alpukat terdapat biji yang terbukti melalui penelitian ilmiah mengandung flavonoid, alkaloid, dan tannin yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak biji buah alpukat (Persea americana Mill.) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans. Jenis penelitian ialah eksperimental murni dengan post test only control group design. Metode yang digunakan ialah modifikasi Kirby-Bauer dengan paper disk. Kontrol positif menggunakan antibiotik eritromisin dan kontrol negatif menggunakan akuades. Biji buah alpukat diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Bakteri Streptococcus mutans diambil dari stok bakteri murni Laboratorium Mikrobiologi Program Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi Manado. Hasil penelitian menunjukkan diameter rerata zona hambat dari ekstrak biji buah alpukat yang terbentuk ialah 21,8 mm dan digolongkan sebagai zona hambat sangat kuat. Simpulan: Ekstrak biji buah alpukat memiliki daya hambat sangat kuat terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans.Kata kunci: biji buah alpukat (Persea americana Mill.), Streptococcus mutans, daya hambat


e-GIGI ◽  
2017 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Bayu K. Rante ◽  
Youla A. Assa ◽  
Paulina N. Gunawan

Abstract: Abscess is a chronic inflammatory condition formed by localized infections. In oral cavity abscess, the causal bacteria oftenly found is Staphylococcus aureus. Goroho banana (Musa acuminafe L.) is a typical plant in North Sulawesi. The sap of goroho banana peel contains phytochemicals inter alia flavonoids, saponins, and tannins. This study was aimed to find out whether the sap of goroho banana peel (Musa acuminafe L.) had an inhibitory effect on the growth of Staphylococcus aureus. This was an experimental laboratory study with a post-test only control group design. A modified Kirby-Bauer using paper disk was used as the analytical laboratory method. We used 100% goroho banana peel sap, clindamycin antibiotics as the positive control, and CMCs as the negative control. Staphylococcus aureus bacteria was obtained from the Laboratory of Microbiology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sam Ratulangi University, Manado. The results showed that the mean diameter of inhibition zones of goroho banana peel sap was 10.9 mm and was classified as strong inhibition. Conclusion: Goroho banana peel sap had a strong inhibitory effect on the growth of Staphylococcus aureus.Keywords: goroho banana peel sap (Musa acuminafe L.), Staphylococcus aureus, inhibition zone Abstrak: Abses merupakan suatu kondisi inflamasi kronik yang terbentuk dari hasil infeksi yang terlokalisasi. Salah satu bakteri penyebab abses yang sering ditemukan pada rongga mulut ialah Staphylococcus aureus. Pisang goroho merupakan salah satu tanaman khas Sulawesi Utara. Getah kulit buahnya memiliki kandungan fitokimia seperti flavonoid, saponin, dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat getah kulit buah pisang goroho (Musa acuminafe L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Jenis penelitian ini ialah eksperimental laboratorik dengan post test only control group design. Metode yang digunakan ialah modifikasi Kirby-Bauer dengan menggunakan paper disk. Konsentrasi getah buah pisang goroho yang digunakan yaitu 100%, kontrol positif menggunakan antibiotik klindamisin, dan kontrol negatif menggunakan CMC. Bakteri Staphylococcus aurues diambil dari stok bakteri murni Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA Unsrat Manado. Hasil penelitian menunjukkan diameter rerata zona hambat dari getah kulit buah pisang goroho yang terbentuk ialah 10,9 mm dan digolongkan sebagai zona hambat kuat. Simpulan: Getah kulit buah pisang goroho memiliki daya hambat yang kuat terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus.Kata kunci: getah kulit buah pisang goroho (Musa acuminafe L.), Staphylococcus aureus, zona hambat


2015 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Tristika Aulia Syahrinastiti ◽  
Aziz Djamal ◽  
Lili Irawati

AbstrakSirih hijau (Piper betle L.) dan sirih merah (Piper crocatum Ruiz & Pav) dipercaya memiliki khasiat mencegah penyakit infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh Escherichia coli. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan perbedaan daya hambat ekstrak daun sirih hijaudan daun sirih merah terhadap pertumbuhan Escherichia coli. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan desain post test only control group. Penelitian dilakukan di laboratorium mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Hasil penelitian adalah: 1. Efek daya hambat ekstrak daun sirih merah pada konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%, yaitu 0,6cm, 1,1cm, 1,2cm, dan 1,2cm; 2. Ekstrak daun sirih hijau tidak memiliki efek daya hambat pada konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10%. Kesimpulan eksperimen ini adalah ekstrak daun sirih merah memiliki efek daya hambat lebih baik daripada ekstrak daun sirih hijau.Kata kunci: ekstrak daun sirih hijau, ekstrak daun sirih merah, escherichia coli, daerah bebas hambat AbstractGreen betel (Piper betle L.) and red betel (Piper crocatum Ruiz & Pav) are trusted of possessing an efficacy of preventing urinary tract infection caused by Eschericia coli. The objective of this study was to explain the difference of inhibition zones between the green betel and the red betel towards the growth of Eschericia coli. The type of this research was experimental study with post test only control group design. This research was carried out in Microbiology Laboratory, Faculty of Medicine Andalas University.The results of this research were: 1.The inhibition zones of red betel extract in concentration of 2.5%, 5%, 7.5%, and 10% were 0.6 cm, 1.1 cm, 1.2 cm, and 1.2 cm; 2. The extract of green betel had none of inhibition zones in concentration of of 2.5%, 5%, 7.5%, and 10%. In conclusion, the red betel extract has better inhibition zones than the green betel extrac.Keywords: green betel extract, red betel extract, eschericia coli, inhibition zone


DENTA ◽  
2015 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 136
Author(s):  
Hariningtyas Dian Rachmawati ◽  
A Aprilia ◽  
Kristanti Parisihni

<strong>Latar Belakang: </strong><em>Enterococcus faecalis</em> adalah salah satu bakteri yang memiliki kemampuan dalam membentuk biofilm yang dapat menyebabkan infeksi persisten endodontik. Biofilm adalah kumpulan bakteri yang terorganisasi dengan baik yang melekat pada permukaan dan terlapisi oleh lapisan matriks ekstraselular polisakarida. Ekstrak daun mangrove <em>Acanthus ilicifolius </em>telah diketahui memiliki senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai antibakteri seperti saponin, alkaloid, terpenoid, dan tanin. <strong>Tujuan:</strong> Untuk mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak daun mangrove <em>Acanthus ilicifolius</em> terhadap biofilm <em>Enterococcus faecalis.</em> <strong>Metode</strong> : Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain penelitian <em>post test only control group design</em>. Sampel penelitian ini menggunakan bakteri <em>Enterococcus faecalis, </em>dibagi menjadi 6 kelompok, terdiri dari kontrol positif (NaOCL 2,5%), dan 5 kelompok perlakuan dengan konsentrasi ekstrak daun mangrove <em>Acanthus ilicifoliu</em>s yang berbeda yaitu 60 mg/ml; 70 mg/ml; 80 mg/ml; 90 mg/ml; dan 100 mg/ml dan dilakukan pengulangan sebanyak 8 kali. Bakteri <em>Enterococcus faecalis </em>dikultur pada media <em>TSBglu</em> diinkubasi selama semalam<em>.</em> Sebanyak 0,1 ml bakteri <em>Enterococcus faecalis</em> dengan konsentrasi 10<sup>6</sup> diisikan pada <em>microtiter plate</em> kemudian<em> </em>di cat dengan <em>crystal violet</em>.<em> </em>Biofilm diperiksa dengan mengukur <em>Optical Density</em> menggunakan ELISA <em>reader</em>. Analisis data menggunakan uji <em>One-way </em>ANOVA dilanjutkan dengan uji <em>Post Hoc</em>. <strong>Hasil:</strong> Pemberian ekstrak daun mangrove <em>Acanthus ilicifolius</em> menurunkan OD biofilm <em>Enterococcus faecalis</em> (p&lt;0,05) pada semua kelompok. <strong>Simpulan: </strong>Ekstrak daun mangrove <em>Acanthus ilicifolius </em>memiliki efektivitas antibakteri terhadap biofilm <em>Enterococcus faecalis</em>


2019 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
Author(s):  
Rocky J. Mangindaan ◽  
Christy N. Mintjelungan ◽  
Damajanty H. C. Pangemanan

Abstract: Dental caries is still a health problem in Indonesia. There are several factors that play some important roles in the occurence of caries, as follows: microorganism, host, food, and time. Streptococcus mutans is one of the microorganisms that cause caries. Squid ink contains melanin which has an active compound to inhibit microbial activity. This study was aimed to determine the inhibitory effect of squid ink extract (Loligo sp) on the growth of Streptococcus mutans. This was a laboratory experimental study, with a post test only control group design. The results showed that the mean diameter of the inhibitory zones of the squid ink extract (Loligo sp) was 10.50 mm which was categorized as strong inhibition (Davis and Stout criteria). In conclusion, the squid ink extract (Loligo sp) had a strong inhibitory effect on the growth of Streptococcus mutans bacteria.Keywords: squid ink extract (Loligo sp), Streptococcus mutans, zone of inhibitionAbstrak: Karies gigi merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Faktor-faktor penyebab karies gigi yaitu mikroba, pejamu, makanan, dan waktu. Salah satu mikroba penyebab karies ialah bakteri Streptococcus mutans. Tinta cumi-cumi mengandung melanin yang memiliki senyawa aktif untuk menghambat aktivitas mikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak tinta cumi-cumi (Loligo sp) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Jenis penelitian ialah eksperimental laboratorik, dengan post test only control group design. Hasil penelitian menunjukkan diameter rerata zona hambat dari ekstrak tinta cumi-cumi (Loligo sp) sebesar 10,50 mm dan digolongkan dalam kategori kuat (kriteria Davis dan Stout). Simpulan penelitian ini ialah ekstrak tinta cumi-cumi (Loligo sp) memiliki daya hambat yang kuat terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.Kata kunci: ekstrak tinta cumi-cumi (Loligo Sp), Streptococcus mutans, zona hambat


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document