scholarly journals FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LEUSER KABUPATEN ACEH TENGGARA PROVINSI ACEH TAHUN 2019

2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 40-50
Author(s):  
Hermanto Putra

Malaria adalah suatu penyakit menular yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina, menyerang manusia di seluruh negara dunia. Malaria merupakan salah satu penyakit yang tidak pernah hilang (emerging) yang menunjukkan kecenderungan meningkatnya kasus di beberapa negara.Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor lingkungan, faktor perilaku, lingkungan biologis dan faktor pelayanan kesehatan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian malaria di wilayah kerja Puskesmas Leuser. Penelitian ini menggunakan jenis kuantitatif dengan pendekatan Case Control. Populasi dalam penelitian ini yaitu yang menderita malaria dan yang tidak menderita malaria di Puskesmas Leuser Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2019 sebanyak 64 orang kontrol dan 64 orang kasus dengan tenik sample random sampling. Pengumpulan data yang dilakukan dengan data primer, sekunder dan tersier. Analisis data yang dilakukan dengan analisis univariat, bivariat (uji Chi Square), dan multivariat (uji regesi berganda). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor suhu udara dengan nilai Sig 0,722 dan OR 0,827, mayoritas terdapat faktor genangan air dengan nilai Sig 0,001 dan OR 3,667, faktor Jarak Rumah dengan Breading Place dengan nilai Sig 0,001 dan OR 3,432, faktor kandang hewan dengan nilai Sig 0,001 dan OR 3,695, faktor pencahayaan terhadap kejadian malaria mayoritas <60 lux sebanyak 37 responden (57,8%) yang menderita dan 38 responden (59,4%) yang tidak menderita dengan nilai Sig 0,858 dan OR 1,067, faktor Dinding Rumah dengan nilai sig 0,008 dan OR 3,051, faktor obat anti nyamuk dengan nilai sig 0,014 dan OR 0,193, faktor kebiasaan keluar rumah malam hari dengan nilai sig 1,000 dan OR 0,860, faktor penyuluhan dengan nilai sig 0,042 dan OR 2,945, faktor penyemprotan rumah dengan nilai sig 0,204 dan OR 2,231,dan faktor pengobatan dengan nilai Sig 0,030 dan OR 5,073. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada pengaruh faktor genangan air, jarak rumah dengan breeding place, keberadaan kandang hewan, dinding rumah, penggunaan obat nyamuk, penyuluhan,dan pengobatan terhadap kejadian malaria. Variabel paling dominan terhadap kejadian malaria adalah genangan air. Bagi pemerintah daerah maupun pemerintah pusat diharapkan adanya diharapkan adanya kebijakan demi terciptanya tujuan utama dalam pencapaian target dalam pencegahan kejadian malaria, terutama mengenai genangan air yang sudah menjadi hal biasa ada di lingkungan masyarakat di wilayah Puskesmas Leuser Kabupaten Aceh Tenggara Provinsi Aceh.

2019 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 47
Author(s):  
Happy Dwi Aprilina

Latar Belakang: Penyebab dominan kegagalan pemberian ASI eksklusif adalah ibu menganggap bayi menangis disebabkan lapar, sehingga perlu diberikan prelaktal. Prelaktal adalah makanan dan/atau minuman diberikan kepada bayi yang baru lahir sebelum ASI mulai keluar. Data pemberian prelaktal masih dikategorikan tinggi sehingga pemberian ASI Eksklusif belum memenuhi target pemerintah Indonesia.Tujuan Penelitian: mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian prelaktal pada  bayi baru lahir.      Metode: Rancangan penelitian menggunakan kasus kontrol (case control) dengan penelusuran retrospektif dengan kelompok kasus n=33 dan kelompok kontrol n=33. Subjek penelitian yaitu seluruh ibu yang mempunyai bayi umur 1 minggu-1 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sokaraja 1, Banyumas. Teknik pengambilan sampling dengan simple random sampling. Variabel yang diteliti adalah usia ibu, kebiasaan prelaktal, pekerjaan, paritas, tingkat pendidikan, dukungan keluarga, dukungan petugas kesehatan dan jenis persalinan. Chi square digunakan untuk analisis statistik.Hasil: Hasil uji chi square pada variabel umur ibu (p:0,63), tingkat pendidikan (p:0,70), pekerjaan (p:0,01), paritas (p:0,27), kebiasaan prelaktal (p:0,63), dukungan petugas kesehatan (p:0,01), dukungan keluarga (p:0,00), jenis persalinan (p:0,57),Kesimpulan: Variabel yang berhubungan/berpengaruh terhadap pemberian prelaktal pada bayi baru lahir adalah a) ibu bekerja, b) tidak adanya kebiasaan pemberian prelaktal, c) adanya dukungan petugas kesehatan dan d) adanya dukungan keluarga.Kata Kunci: ASI Eksklusif, Prelaktal, Bayi Baru Lahir.


2018 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 39
Author(s):  
Estillyta Chairunnisa ◽  
Aryu Candra Kusumastuti ◽  
Binar Panunggal

 Latar Belakang : Stunting merupakan masalah gizi yang banyak ditemukan pada anak di negara berkembang seperti di Indonesia. Stunting yaitu gangguan pertumbuhan disebabkan kekurangan gizi kronis berdasarkan nilai z-score panjang badan menurut umur kurang dari -2 SD. Kecukupan asupan zat gizi mikro yang tidak adekuat menjadi salah satu faktor penyebab terjadi stunting pada anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan asupan vitamin D, kalsium dan fosfor pada anak  stunting dan tidak stunting usia 12-24 bulan. Metode : Penelitian ini menggunakan desain case-control. Subjek adalah anak stunting dan tidak stunting usia 12-24 bulan di Kelurahan Rowosari dan Meteseh, Semarang. Total subjek pada masing-masing kelompok kasus dan kontrol sejumlah 40 orang. Pengambilan subjek menggunakan metode simple random sampling. Data asupan zat gizi diperoleh dengan menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQ-FFQ). Analisis zat gizi menggunakan software NutriSurvey. Analisis data secara statistik menggunakan uji Chi Square, Fisher’s exact dan regresi logistik ganda.Hasil : Rerata asupan kalsium dan fosfor pada kelompok kasus sebesar 303,3±2,8 mg dan 440,1±1,9 mg sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 606±3 mg dan 662±2,5 mg. Rerata asupan vitamin D pada kelompok kasus sebesar 2,2±3,3 mcg dan pada kelompok kontrol sebesar 4,8±4,1 mcg. Terdapat perbedaan antara asupan kalsium (p=0,003; OR=4,5) dan fosfor (p=0,001; OR=13,5) pada anak stunting dan tidak stunting usia 12-24 bulan. Tidak terdapat perbedaan asupan vitamin D antara anak stunting dan tidak stunting (p=0,615; OR=3,162).Simpulan: Terdapat perbedaan antara asupan kalsium dan fosfor pada anak stunting dan tidak stunting usia 12-24 bulan.


2021 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
Author(s):  
Devinda Novitasari ◽  
Suprijandani . ◽  
Ferdian Akhmad Ferizqo

           Penyakit skabies merupakan penyakit yang disebabkan oleh infestasi sarcoptes scabies, hal ini dikarenakan kurangnya memelihara kebersihan diri (personal hygiene). Personal hygiene meliputi : kebersihan kulit, kebersihan  tangan dan kuku, kebersihan kaki, kebersihan pakaian, kebersihan handuk, dan kebersihan tempat tidur. Skabies menempati posisi ke – 2 dari 5 penyakit terbesar di Pondok Pesantren As – Syafi’iyah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan personal hygiene santri dengan kejadian skabies di Pondok Pesantren As - Syafi’iyah Sidoarjo tahun 2020.         Penelitian ini menggunakan studi analitik, jenisnya observasional dengan pendekatan case control. Variabel yang diteliti ialah : kebersihan kulit, tangan, kuku, kaki, pakaian dan handuk. Sampel yang diambil sebanyak 66  responden sakit skabies dan 66 sebagai kontrol, dengan menggunakan teknik random sampling. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara. Analisis data ditunjukkan dengan uji chi square.      Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 15 responden (11,4%) kurang menjaga kebersihan kulit, lalu 19 responden (14,4%) kurang menjaga kebersihan tangan dan kuku, sebanyak 20 responden (15,2%) kurang menjaga kebersihan kaki, kemudian 19 responden (14,4%) kurang menjaga kebersihan pakaian, dan sekitar 17 responden (12,9%) kurang menjaga kebersihan handuk.      Kesimpulan ada hubungan antara kebersihan kulit dengan kejadian skabies (p-value = 0,00), terdapat pula hubungan antara kebersihan tangan dan kuku dengan kejadian skabies (p-value = 0,00), kejadian skabies juga dipengaruhi oleh kebersihan kaki (p-value = 0,01), kebersihan pakaian (p-value = 0,03), dan kebersihan handuk (p-value = 0,06). Pengelola Pondok pesantren perlu mengadakan  penyuluhan tentang kebersihan diri. Sanitarian dapat berperan sebagai penyuluhnya. Seluruh santri hendaknya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).


2016 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 63
Author(s):  
Alfridsyah Alfridsyah ◽  
Ampera Miko ◽  
Naziatul Firda

Penyebab utama tingginya kasus meninggal akibat tekanan darah tinggi adalah mengkonsumsi makanan mengandung banyak natrium sehingga tubuh kita menampung darah yang berlebihan yang di butuhkan dan retensi cairan. Masyarakat Indonesia, sangat konsumtif dan selalu menginginkan praktis, tetapi tidak pernah mau peduli kesehatan badannya. Penelitian bersifat diskriptif analitik dengan menggunakan desain case control, pengambilan sampel secara random sampling yaitu sebanyak 35 kasus dan 35 orang kontrol. Data yang diambil meliputi data karakteristik sampel, konsumsi makanan instan serta tekanan darah pada sampel dengan pengukur tekanan darah yang dilakukan oleh bantuan enumerator. Uji statistic dengan menggunakan chi-square test. Hasil penelitian diketahui perilaku makan yang dikategorikan sering (tidak baik) pada kelompok kasus yaitu sebanyak 31 orang (64,6%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 17 orang (35,4%). Responden pada kelompok kasus mayoritas bertekanan darah kategori tinggi sebanyak 25 orang (71,4%) dan sebagiannya bertekanan darah normal sebanyak 10 orang (28,6%). Disimpulkan ada pengaruh perilaku konsumsi makanan instan yang mengandung natrium terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. Diharapkan kepada penderita hipertensi agar mengurangi kebiasaan konsumsi makanan instant.


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 20-29
Author(s):  
Safun Rahmanto ◽  
Khaiyatul Aisyah

ABSTRAK Latar belakang : Osteoartritis merupakan salah satu penyakit degenerative yang ditandai dengan hilangnya tulang rawan articular dan terjadi peradangan sinovial yang menyebabkan kekakuan sendi, nyeri dan kehilangan mobilitas sendi. Ada banyak faktor risiko osteoarthritis lutut, salah satunya  adalah riwayat cidera lutut. Cidera lutut menurunkan kestabilan sendi lutut pada bantalan beban tubuh. Cidera lutut meningkatkan risiko osteoarthritis pada area kontak tibiofemoral dan tekanan pada  cidera meniscal, sehingga menyebabkan unstabil sendi berupa ligament sprain dan lesi pada chondral atau dengan mengganggu sistem neuromuskular. Individu dengan riwayat trauma sendi 3-6 kali lebih berpotensi terjadinya osteoarthritis lutut. Dalam 5 tahun cedera, lutut mengalami perubahan struktural seperti, perubahan komposisi tulang rawan, dan perubahan pada struktur  ulang. Tujuan Penelitian : Menganalisis hubungan antara riwayat cidera lutut terhadap pasien yang berpotensi osteoarthritis lutut di Puskesmas Dinoyo Kota Malang.  etode Penelitian : Desain penelitian menggunakan Case Control Study dengan jumlah sampel 120 responden di Puskesmas Dinoyo Kota Malang yang  diambil dengan metode Simple Random Sampling. Pengambilan data untuk mengetahui riwayat cidera lutut dinilai dengan kuesioner OA Risk C dan wawancara mendalam. Potensi adanya osteoarthritis lutut dinilai menggunakan pemeriksaan fisik, skala jette dan data sekunder dari Puskesmas Dinoyo Kota Malang. Hasil : Hasil penelitian dengan uji Chi-Square terhadap Riwayat cidera lutut dikaitkan dengan osteoarthritis lutut dalam penelitian ini didapatkan nilai signifikan lebih kecil dari alpha 5% (0,00 < 0,05) dengan Odds Ratio [OR= 5,82 (95% CI 2,54-13,35)]. Kesimpulan : Terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat cidera lutut terhadap pasien yang berpotensi osteoarthritis lutut di Puskesmas Dinoyo Kota Malang dan orang yang  memiliki riwayat cidera lutut berpeluang 5  kali lebih besar menderita osteoarthritis lutut daripada orang yang tidak memiliki riwayat cidera lutut.  


Author(s):  
Siti Silafati ◽  
Yasnani Yasnani ◽  
Renni Meliahsari

Rematik merupakan kelompok penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat (MSU)pada jaringan atau akibat supersaturasi asam urat di dalam cairan ekstraseluler merupakan pemicu utamaterjadinya peradangan atau inflamasi kejadian rematik. Penyakit rematik ini merupakan salah satu penyakityang sering ditemukan dan tersebar di seluruh dunia. Data Puskesmas Wuna menunjukkan jumlah kasuspenyakit rematiki tergolong cukup tinggi. Pada tahun 2016 yaitu 364 kasus (30,46%), tahun 2017 yaitu 382kasus (31,97%), dan pada tahun 2018 sebanyak 449 kasus (37,57%). Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian penyakit rematik di wilayah kerja PuskesmasWuna Kecamatan Barangka Kabupaten Muna Barat Tahun 2019. Metode penelitian yang digunakan adalahmetode penelitian kuantitatif dengan rancangan case control study. Populasi adalah semua pasien rematiktercatat pada rekam medik di Puskesmas Wuna selama Bulan Mei hingga Oktober tahun 2019 sebanyak 204 pasien dengan jumlah sampel sebanyak 116 responden terdiri dari 58 sebagai sampel kasus dan 58 sebagai sampel kontrol yang diperoleh menggunakan teknik proportional random sampling. Data dianalisis secaraunivariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antaraaktivitas fisik (p=0,000 dan nilai OR=5.884) dengan kejadian penyakit rematik. Tidak terdapat hubungan antaraasupan purin (p=0.155 dan OR=1.989.) dan IMT (p= 0.565 dan OR=0.820) dengan kejadian penyakit rematik.Kata Kunci : Penyakit Rematik, Asupan Purin, Aktivitas Fisik, IMT. 


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 538-547
Author(s):  
Fitri Zulfa Hayati ◽  
Nurhapipa Nurhapipa ◽  
Nila Puspita Sari

Tuberkulosis Paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kejadian penyakit Tuberkulosis Paru di Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru merupakan kasus tertinggi di kota pekanbaru sebanyak 798 kasus. Tujuan penelitian ini secara umum untuk mengetahui hubungan kondisi fisik rumah dan status gizi dengan insiden penyakit tuberkulosis paru. Penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan pendekatan Case Control. Populasi kasus dalam penelitian ini yaitu seluruh penderita Tuberkulosis Paru. Sampel penelitian yaitu 18 responden kelompok kasus dan 72 responden kelompok kontrol dengan menggunakan teknik Simple random sampling. Lokasi penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru pada bulan Juli – Agustus 2020. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner, roll meter, lux meter, dan timbangan berat badan. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi Square. Hasil uji statistik hubungan dari setiap variabel semuanya berhubungan dengan insiden penyakit tuberkulosis paru, yaitu variabel luas ventilasi (p = 0,002, OR = 7,857), kepadatan hunian (p = 0,003, OR = 5,500), pencahayaan (p = < 0,05, OR = 8,500), dan status gizi (p = 0,001, OR = 10,818). Diharapkan kepada tim pencegah dan pengendalian penyakit tuberkulosis paru Puskesmas Rejosari meningkatkan penyuluhan atau pemahaman langsung kepada masyarakat penderita TB paru serta membentuk dan melatih kader – kader untuk penanggulangan Tuberkulosis Paru. Diharapkan masyarakat selalu membuka jendela agar udara dan cahaya dapat masuk ke dalam rumah serta menjaga pola makan yang seimbang dan sehat. Pulmonary Tuberculosis is an infectious disease caused by the bacteria Mycobacterium tuberculosis. The incidence of pulmonary tuberculosis in Rejosari Primary Health Center Pekanbaru City is the highest case in Pekanbaru city with 798 cases. The purpose of this study in general was to determine the relationship between the physical condition of the house and nutritional status with the incidence of pulmonary tuberculosis. This research is a quantitative analytic with a Case Control approach. The populations of cases were all patients with pulmonary tuberculosis. The research sample was 18 respondents in the case group and 72 respondents in the control group using the simple random sampling technique. The research location was carried out in the Rejosari Public Health Center, Pekanbaru City in July - August 2020. The measuring instruments used were questionnaires, roll meters, lux meters, and weight scales. Data analysis was performed univariate and bivariate using the Chi Square test. The statistical test results of the relationship between each variable were all related to the incidence of pulmonary tuberculosis, namely the variable area of ventilation (p = 0.002, OR = 7.857), occupancy density (p = 0.003, OR = 5,500), lighting (p =0.05, OR 8.5)and nutritional status (p = 0.001, OR = 10.818). It is hoped that the team for preventing and controlling pulmonary tuberculosis at the Rejosari Community Health Center will increase direct education or understanding to people with pulmonary tuberculosis and form and train cadres to control pulmonary tuberculosis. It is hoped that people will always open windows so that air and light can enter the house and maintain a balanced and healthy diet.


2019 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 81
Author(s):  
Siti Thomas Zulaikhah ◽  
Ratnawati Ratnawati ◽  
Neng Sulastri ◽  
Eli Nurkhikmah ◽  
Novi Dian Lestari

Latar belakang: Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis masih menjadi masalah kesehatan. Tingginya angka kejadian TB paru dapat dikarenakan adanya faktor tingkat pengetahuan yang rendah, perilaku kesehatan yang buruk dan lingkungan rumah seperti ventilasi, pencahayaan, kelembaban, kepadatan hunianyang tidakmemenuhi syarat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui variabel paling dominan berhubungan dengan transmisi kejadian TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang.Metode: Desain penelitian observasional dengan pendekatan case control. Subjek penelitian terdiri dari 40 kasus dan 40 kontrol. Kasus merupakan penderita TB paru di Puskesmas Bandarharjo yang didiagnosis secara klinis dan laboratorik BTA positif dan tercatat dalam medical record dari bulan Agustus 2016 sampai Agustus 2017,kontrol merupakan tetangga kasus yang tidak terdiagnosis TB paru BTA positif dan anggota keluarga tidak menderita TB paru BTA positif. Teknik sampling menggunakan proporsional random sampling. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji univariat menggunakan distribusi frekuensi, uji bivariat menggunakan Chi Square, uji Multivariat menggunakan Regresi logistik ganda. Hasil : Hasil uji bivariat variabel lingkungan yang terdiri dari luas ventilasi (p=0,000); kepadatan hunian (p=0,000); kelembaban (p=0,001); pencahayaan (p=0,001); suhu (p=0,001), sedang hasil variabel pengetahuan (p=0,002) dan perilaku (p=0,005). Hasil analisis multivariat variabel pengetahuan (OR=3,776); kepadatan hunian (OR=4,476); kelembaban (OR=4,030); pencahayaan (OR=3,635); suhu (OR=3,064); pengetahuan (OR=6,374); perilaku (OR=3,525).Simpulan: Lingkungan rumah, pengetahuan dan perilaku berhubungan dengan kejadian TB paru di wilayah kerja puskesmas Bandarharjo Semarang dan faktor yang paling dominan berhubungan adalah pengetahuan. ABSTRACTTitle: Relationship Knowledge, Behavior and Household Environmentwith the Transmission Insidence Pulmonary Tuberculosis in the Work Area of Bandarharjo Health Center SemarangBackground: Pulmonary tuberculosis, an infectious disease caused by the bacterium Mycobacterium tuberculosis remains a health problem. A higher incidence of pulmonary TB has been associated with low level of knowledge, poor health behavior and household environment such as ventilation, lighting, humidity, residential density. The purpose of this study was to identify the most dominant factor associated with the transmission pulmonary TB in the Bandarharjo Health Center in Semarang.Methods: The research was an observational one with a case control study. The case and the control of this research were both using 40 respondents. The case was patients clinically diagnosed with pulmonary TB and has a laboratory BTA+ and documented in the medical record from August 2016 to August 2017. The control was a neighbor of cases with no BTA+ (acid resistant bacilli) pulmonary TB and history of family no BTA+ of pulmonary TB. The proportional random sampling was applied. The collected data were analyzed using univariate test of frequency distribution, bivariateof Chi Square, multivariate oflogistic regression.Results: Bivariate test of environmental variables consisting of ventilation area (p = 0.000); occupancy density (p = 0.000); humidity (p = 0.001); lighting (p = 0.001); temperature (p = 0.001), while the results of the knowledge variable (p = 0.002) and behavior (p = 0.005). The multivariate analysis showed variable of knowledge (OR = 3.776); residential density (OR = 4.476); humidity (OR = 4.030); lighting (OR= 3.635); temperature (OR = 3.064); knowledge (OR = 6.374); behavior (OR = 3.525).Conclusion: The household environment, knowledge and behavior were related to the transmission incidence of pulmonary tuberculosis in the working area of Bandarharjo health center and the most dominant factor was knowledge.


2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 47-58
Author(s):  
Fadia Rifqi Ayu Firyal

Hipertensi merupakan penyebab penyakit kardiovaskular, stroke, gagal ginjal dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas baik pada pria maupun wanita. Peningkatan prevalensi terjadi pada negara maju, namun juga pada sejumlah negara berkembang di dunia. Prevalensi meningkat seiring bertambahnya usia terutama setelah wanita menopause. Peningkatan risiko pada wanita menopause dipengaruhi adanya perubahan hormonal, pengaruh pola konsumsi seperti konsumsi lemak, adanya obesitas dan juga kurangnya aktivitas fisik. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara konusmsi lemak, obesitas dan aktivitas fisik dengan hipertensi usia menopause. Penelitian ini menggunakan desain case control study dan jenis penelitian retrospektif dengan populasi penelitian yaitu pasien wanita ≥ 45 tahun di poli jantung RSU Haji Surabaya. Besar sampel penelitian ini adalah sejumlah 64 responden. Teknik sampling yang digunakan yaitu simple random sampling.   Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dengan kuesioner serta pengukuran BMI untuk mengukur berat badan dan tinggi badan. Analisis data dengan uji chi-square untuk menguji hubungan variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan konsumsi lemak (p value = 0,042) dan aktivitas fisik (p value = 0,046) bermakna secara signifikan (nilai p < 0,05) terhadap hipertensi usia menopause. Sedangkan variabel obesitas (p value = 0,614) menunjukkan hasil yang tidak bermakna secara signifikan.


2018 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 237
Author(s):  
Aditya Faisal Rakhman ◽  
Taufiqurrahman Taufiqurrahman

Background: Wasting prevalence in Indonesia is never been decreased for years. Wasting caused by many factors such as skipping breakfast and inappropriate selection of snacks that contribute to children’s level of nutritional intake adequacy.Objectives: The purpose of this research was to analyze correlation between skipping breakfast and selection of snack among elementary school children. Method: This was an analytical observational research with case control design conducted in three elementary schools in Sembung Village, Gresik. The sample size was 22 students in each group, which taken using a simple random sampling technique at student of 3rd, 4th and 5th grade. Data was collected by interviewing the respondent with structured questionnaire. Nutritional status was classified with BMI/Age using WHO-MGRS standard. Association among variables were analyzed using Chi-Square test. (α=0.05). Result: The result showed that 68.2% respondent from cases used skipping breakfast while 27.3% respondent from control used to skip breakfast. 22.7% respondent in cases used to consume high nutritional value snack food while 72.7% respondent in control used to consume high nutritional value snack food. Chi-Square test showed there was an association between breakfast habits and the selection of snack with wasting (p=0.007; OR=5.714) (p=0.001; OR=9.067).Conclusion: Skipping breakfast habits and the selection of snack had a correlation with wasting incident in village children.ABSTRAKLatar Belakang: Prevalensi wasting di Indonesia tidak pernah mengalami penurunan yang signifikan selama tahun ke tahun. Kejadian wasting dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kebiasaan sarapan dan pemilihan makanan jajanan yang mampu berkontibusi terhadap tingkat kecukupan energi dan zat gizi anak.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan melewatkan sarapan dan kebiasan memilih jajanan makanan kejadian wasting pada anak sekolah dasar di pedesaan.Metode: Penelitian observasional analitik dengan desain case control ini dilakukan di 3 sekolah dasar di Desa Sembung Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik. Besar sampel penelitian ini adalah 22 sampel untuk masing -masing kelompok yang berasal dari kelas III, IV dan V dan diambil secara simple random sampling. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara pada anak dengan kuisioner tersktutur. Klasifikasi berdasarkan pada nilai tabel z-score IMT/U WHO-MGRS.  Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square (α=0,05)Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 68,2% responden kelompok kasus, terbiasa melewatkan sarapan sedangkan 27,3% responden kelompok kontrol terbiasa melewatkan sarapan. 22,7% responden kelompok kasus terbiasa membeli makanan jajan bernilai gizi tinggi sedangkan 72,7% responden kelompok kontrol terbiasa membeli makanan jajan bernilai gizi tinggi. Hasil Uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan antara kebiasaan sarapan dan pemilihan makanan jajanan dengan kejadian wasting (p= 0,007 OR: 5,714) (p= 0,001 OR: 9,067).Kesimpulan: Kebiasaan melewatkan sarapan dan pemilihan makanan jajanan berhubungan dengan kejadian wasting pada anak pedesaan.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document