scholarly journals Hubungan Kelelahan Terhadap Kualitas Hidup Anak Dengan Kanker Yang Menjalani Pengobatan

2021 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 344-350
Author(s):  
Feny Julia Ambrella ◽  
Agnita Utami ◽  
Eka Wisanti

LATAR BELAKANG : Kanker merupakan suatu penyakit yang dapat menyerang semua golongan umur termasuk anak-anak. Anak yang menderita kanker, harus menjalani berbagai pengobatan untuk dapat mematikan sel-sel kanker yang ada ditubuh mereka. Salah satu efek samping dari pengobatan yaitu kelelahan yang dapat menyebabkan kualitas hidup pada anak dengan kanker terganggu. TUJUAN : Tujuan penelitian ini untuk mengindentifikasi apakah kelelahan dapat memengaruhi kualitas hidup pada anak dengan kanker METODE : Jenis penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berusia 2-18 tahun sebanyak 45 orang yang berada di Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) Riau. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu accidental sampling. Kelelahan dan kualitas hidup pada anak dengan kanker diukur dengan menggunakan PedsQoL Multidimensional Fatigue Scale dan PedsQoL Generic 4.0. Analisis data menggunakan uji spearman rank. HASIL : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan kelelahan terhadap kualitas hidup pada anak dengan kanker (p value = 0.031), serta menunjukkan rerata skor kelelahan yang dialami anak dengan kanker yang menjalani pengobatan yaitu 46.80 (semakin tinggi skor kelelahan semakin ringan kelelahan yang dirasakan), sedangkan kualitas hidup sebanyak 34 orang (75.6%) anak kanker memiliki kualitas hidup terganggu. Hasil penelitian ini diharapkan mampu membantu dalam meningkatkan kualitas hidup pada anak dengan kanker untuk mengurangi terjadinya kelelahan akibat dari pengobatan yang dijalaninya yang dapat memengaruhi kualitas hidup pada anak KESIMPULAN : Terdapat hubungan secara signifikan kelelahan dengan kualitas hidup pada anak dengan kanker yang menjalani pengobatan

2020 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 469-479
Author(s):  
Esta Pandiangan ◽  
Imanuel Sri Mei Wulandari

Latar Belakang: Sekitar 80% pasien pre operasi mengalami kecemasan yang dapat mempengaruhi perubahan tanda-tanda vital pasien, diperlukan dukungan keluarga yang optimal untuk membantu pasien mengatasi kecemasan yang dihadapi sehingga pasien mampu menjalani proses pengobatan.Tujuan: Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan yang dihadapi oleh pasien pre operasi di Rumah Sakit Advent Bandung.Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang dijadwalkan menjalani operasi pada bulan maret 2020, dan terdapat 48 responden yang sesuai dengan kriteria penelitian.Hasil Penelitian: Hasil yang didapatkan adalah sebagian besar dukungan keluarga dalam kategori baik (45,8%), tingkat kecemasan pasien pre operasi sebagian besar berada pada tingkat kecemasan sedang (56,3%), uji spearman rank menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel dengan nilai p value  < 0,05, dengan keeratan hubungan kuat (0,529).Kesimpulan: Dukungan keluarga yang baik mampu mengurangi kecemasan yang dihadapi oleh pasien saat akan menjalani tindakan operasi, hal ini perlu ditingkatkan sehingga mampu mengurangi beban psikologi yang dialami oleh pasien.


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 402
Author(s):  
Iskim Luthfa ◽  
Nurul Fadhilah

<p><em>People with diabetes mellitus are at risk of developing complications, so that it affects the quality of life. These complications can be minimized through self-care management. This study aims to determine the relationship between self management with the quality of life for people with diabetes mellitus. This research is a kind of quantitative research with correlation study. This research used cross sectional design. The sampling technique uses non probability with estimation consecutive sampling. The number of respondents in this research are 118 respondents. Instrument for measuring self management used diabetes self management questionnaire (DSMQ), and instruments to measure quality of life used quality of life WHOQOL-BREEF. The data obtained were processed statistically by using spearman rank test formula and p value of 0,000 There is a significant relationship of self management with the quality of life of people with diabetes mellitus.</em></p><p> </p><p><em>Penderita </em><em>Diabetes mellitus </em><em>beresiko mengalami komplikasi yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Komplikasi tersebut dapat diminimalkan melalui manajemen perawatan diri (self management). Penelitian ini bert</em><em>ujuan </em><em>untuk</em><em> menganalisis hubungan self management dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus. </em><em>Jenis p</em><em>enelitian ini </em><em>adalah</em><em> deskriptif korelasi</em><em> dengan desain cross sectional</em><em>. Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability </em><em>sampling </em><em>dengan pendeka</em><em>t</em><em>an consecutive sampling</em><em>.</em><em> </em><em>J</em><em>umlah </em><em>sampel sebanyak</em><em> </em><em>118 responden.</em><em> </em><em>Instrumen </em><em>penelitian </em><em>untuk mengukur self management </em><em>menggunakan</em><em> </em><em>diabetes self management questionnaire</em><em> (DSMQ), </em><em>dan instrumen untuk mengukur kualitas hidup menggunakan </em><em>quality of life </em><em>WHOQOL-BREEF.</em><em> Analisis data menggunakan spearman rank dan didapatkan hasil nilai </em><em>p value 0,000</em><em> dan r 0,394.Terdapat </em><em>hubungan </em><em>antara </em><em>self management</em><em> dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus</em><em> dengan arah korelasi positif.</em></p>


2019 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 745-457
Author(s):  
Muhammad Saputra

Latar belakang : Gangguan jiwa merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Klien gangguan jiwa dicirikan dengan siklus kekambuhan yang mencapai 60-75% dari keseluruhan penderita. Kekambuhan klien masih tinggi dapat dipengaruhi faktor kesiapan keluarga dalam menerima klien gangguan jiwa.Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kesiapan keluarga menerima klien dengan gangguan jiwa terhadap angka kekambuhan pada klien gangguan jiwa di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Sambang LihumMetode penelitian :  analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi adalah seluruh keluarga (keluarga inti) klien gangguan jiwa di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum yang berjumlah 1.751 orang. Sampel sebagian dari populasi sebanyak 97 orang dengan teknik pengambilan puposive sampling. Analisis data melalui uji Spearman Rank dengan tingkat kepercayaan 95%.Hasil penelitian Didapatkan keluarga klien gangguan jiwa sebagian besar siap dalam menerima klien gangguan jiwa sebanyak 77 orang (79,4%) dan angka kekambuhan klien gangguan jiwa sebagian besar kategori sedang sebanyak 65 orang (67%). Ada hubungan kesiapan keluarga dalam menerima klien dengan angka kekambuhan pada klien gangguan jiwa di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum Provinsi Kalimantan Selatan (p value = 0,000; r = 0,744).Saran : rumah sakit hendaknya memberikan sosialisasi misalnya melalui kegiatan peningkatan home visite kepada keluarga pasien untuk meningkatkan kesiapan keluarga untuk menerima klien. Kata Kunci : Angka Kekambuhan, Kesiapan Menerima Klien.Background : Mental disorders is one of the problems of public health in Indonesia. The mental impairment client is characterized by a relapse cycle that reaches 60-75% of the sufferer. Client relapse is still high can be influenced by family readiness factor in receiving the client's mental disorders.Research objectives : PEnelitian aims to know the family readiness relationship to receive clients with a mental impairment on the number of relapse in Mental disorders in the clinic of mental illness in Sambang LihumResearch method :       cross sectional analytic. Population is the whole family (core family) of the clients of mental disorders in the polyclinic of the Sambang Lihum psychiatric hospital amounting to 1,751 people. Samples of a portion of the population of 97 people    with        puposive    samplingtechniques. Analysis of data by Test  Spearman Rank    with a trust rate of 95%.The results obtained by the family of mental disorders clients are mostly ready in receiving clients of mental disorders as much as 77 people (79.4%) and the number of mental impairment clients of most categories is currently 65 people (67%). There is a family readiness relationship in accepting clients with a number of relapse on the client's mental disorder in the clinic of health care Sambang Lihum South Kalimantan Province (P  value  = 0.000; r = 0.744).Suggestion : RHospital should provide socialization e.g. through  home visite   Improvement activities to the patient family to improve the family readiness to receive clients. Keywords: number of relapse, readiness of accepting clients


2018 ◽  
Vol 9 (02) ◽  
pp. 154
Author(s):  
Dewi Ratna Sari ◽  
Sutanta .

ABSTRAKPerawat yang bekerja di unit gawat darurat (UGD) harus memiliki sikap, ketrampilan dan kemampuan untuk mengatur kemampuan fungsional dalam berbagai kondisi. Perawat harus mampu memprioritaskan perawatan pasien atas dasar pengambilan keputusan klinis dimana keterampilan penting bagi perawat dalam penilaian awal. Untuk mendukung hal tersebut diperlukan pengetahuan, sikap dan ketrampilan dalam hal pemisahan jenis dan kegawatan pasien dalam triage, sehingga dalam penanganan pasien bisa lebih optimal dan terarah. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan sikap dan pengetahuan perawat dalam pelaksanaan triage di UGD RSUD Wonosari. Penelitian ini menggunakan survei analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian berjumlah 15 perawat yang bekerja di ruang gawat darurat, dengan metode pengambilan sampel secara total sampling. Instrumen penelitian berupa kuisioner, metode analisa data menggunakan uji spearman rank dan regresi linier berganda. Hasil penelitian tidak terdapat hubungan antara sikap dengan pelaksanaan triage di UGD RSUD Wonosari, hal ini ditunjukkan dari hasil uji Spearman rank dengan nilai sig 0,354>p-value 0,05. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan triage di UGD RSUD Wonosari. Hal ini ditunjukkan dari nilai rank spearman 0,004 < p-value 0,05. Sehingga pelaksanaan triage dipengaruhi faktor lain yang tidak terangkum dalam analisis ini. Kesimpulan tidak ada hubungan antara sikap dengan pelaksanaan triage di UGD RSUD Wonosari. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan triage di UGD RSUD Wonosari.Kata Kunci: sikap, pengetahuan, pelaksanaan triageNURSE’S ATTITUDE AND KNOWLEDGE RELATED WITH IMPLEMENTATION OF TRIAGEABSTRACTNurses working in emergency units must have the attitude, skills and ability to organize functional abilities under various conditions. Nurses should be able to prioritize patient care on the basis of clinical decision-making where skills are important to nurses in the initial assessment. To support it requires knowledge, attitude and skills in terms of separation of types and gravity of patients in triage, so that in the handling of patients can be more optimal and directed. The purpose of this research is to know the relationship of attitude and knowledge of nurses in the implementation of triage in emergency units Wonosari Hospital. This research uses analytic correlation survey with cross sectional approach. The study population was 15 nurses working in the emergency room, with sampling method in total sampling. The research instrument is questionnaire, data analysis method using spearman rank test and multiple linear regression. The result of this research shows that there is no correlation between attitude with triage implementation in emergency units Wonosari Hospital, it is shown from Spearman rank test with sig value 0,354> p-value 0,05. There is a relationship between knowledge with triage implementation at Wonosari Hospital emergency department. It is shown from spearman rank value 0,004 <p-value 0,05. So the implementation of triage is influenced by other factors not summarized in this analysis. Conclusion there is no relation between attitude with triage implementation in Wonosari Hospital emergency department. There is a relationship between knowledge with triage implementation in emergency units Wonosari Hospital.Keywords: attitude, knowledge, implementation of triage


2014 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Irene Ubro

Abstract: Humans need a certain amount of energy in order to support the growth and activity. Energy can arise due to combustion derived from carbohydrates, fats and proteins in foods consumed by the body, therefore to have enough energy one should consume enough and balanced food.Nutritional status is a state of the body that is the final result of a balance between the nutrients into the body and its utilization. Adolescence (10-19 years) is a period that is often prone to nutritional problems, because in this period there is less and over nutrient intake. This study aims to determine the relationship between energy intake and Student’s Nutrition Status of  Faculty of Medical Education, University of Sam Ratulangi Manado Year 2013. This study was an observational analytic using cross - sectional approach. Results of statistical analysis using the Spearman rank test shows that, the value of the correlation coefficient (r) of - 0.234 on IMT and 0.077 on WHR and p value of < α = 0.05 on IMT and 0.514 > α = 0.05 on WHR. From the results it is concluded that there is a significant relationship between energy intake with BMI, while the relationship between energy intake with WHR there is no significant relationship. Keywords : Energy Intake, Nutritional Status    Abstrak: Manusia membutuhkan energi dalam jumlah tertentu guna untuk menunjang proses pertumbuhan dan melakukan aktifitas. Energi dapat timbul karena adanya pembakaran yang diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein dalam makanan yang di konsumsi oleh tubuh, karena itu agar energi tercukupi perlu  mengkonsumsi makanan yang cukup dan seimbang. Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan utilisasinya.Masa remaja (10-19 tahun) merupakan masa yang sering rentan terhadap masalah gizi, dikarenakan pada masa ini terjadi asupan gizi kurang dan asupan gizi lebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan energi dengan status gizi pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional (potong lintang). Kesimpulan: Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji spearman rank menunjukkan bahwa, nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0,234 pada IMT dan 0,077 pada WHR serta nilai p sebesar < α = 0,05 pada IMT dan 0,514 > α = 0,05 pada WHR. Dari hasil tersbut disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara asupan energi dengan IMT sedangkan hubungan antara asupan energi dengan WHR tidak terdapat hubungan yang bermakna. Kata Kunci : Asupan Energi, Status Gizi


Author(s):  
Atik Rohmawati Mulyaningsih ◽  
Tantut Susanto ◽  
Latifa Aini Susumaningrum

Playing online games is a favorite activity for adolescents to fill their free time. This habit affects the occurrence of addiction if done for a long time. In addition, the long duration of play leads to sedentary lifestyle behaviors, which contribute to overweight among adolescents. The purpose of this study was to identify the relationship between online gaming addiction and being overweight among adolescents in Jember district. The cross-sectional study design was conducted among 162 overweight students from 16 senior high schools in Jember with stratified random sampling. The development of the Indonesian online game addiction questionnaire is used to assess online game addiction, weight scales, and stature meters are used to measure body mass index (overweight). The Spearman Rank test was performed to answer the objective of this study. The results of this study indicate that body mass index in 162 adolescents is overweight (Median=1,44; Standard Deviation=0,26) which indicates obesity. Adolescents who were identified as having addiction in the study were (27,2%) and mild addictions were (72,8%). There was a significant relationship between online game addiction and overweight (r=0.212 ; p-value = 0.007). The sedentary lifestyle of online game addiction contributes to the occurrence of overweight among adolescents. Therefore, regular physical activity patterns need to be applied to reduce sedentary lifestyle and overweight problems among adolescents.ABSTRAKBermain game online menjadi kegiatan favorit bagi remaja untuk mengisi waktu luang. Kebiasaan ini berdampak pada terjadinya kecanduan jika dilakukan dalam waktu yang lama. Selain itu, durasi bermain yang cukup lama mengarah pada perilaku gaya hidup yang menetap, yang berkontribusi pada terjadinya kelebihan berat badan di kalangan remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara kecanduan game online dan kelebihan berat badan di kalangan remaja di Kabupaten Jember. Desain penelitian cross sectional dilakukan di antara 162 siswa yang kelebihan berat badan dari 16 SMA di Jember dengan stratified random sampling. Kuesioner The development of Indonesian online game addiction questionnaire digunakan untuk menilai kecanduan game online, timbangan berat badan dan stature meter digunakan untuk mengukur indeks massa tubuh (kegemukan). Analisis uji menggunakan uji spearman rank untuk menjawab tujuan penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indeks massa tubuh pada 162 remaja adalah (M = 1,44; SD = 0,26) didapatkan median >1 untuk Z score antropometri yang mengindikasikan kegemukan. Remaja yang diidentifikasi mengalami kecanduan pada penelitian adalah (27,2%) dan kecanduan ringan adalah (72,8%). Terdapat hubungan yang signifikan antara kecanduan game online dan kegemukan (r = 0,212; p value = 0,007). Gaya hidup menetap dari kecanduan game online berkontribusi terhadap terjadinya kegemukan di kalangan remaja. Oleh karena itu, perlu diterapkan pola aktivitas fisik secara teratur untuk mengurangi gaya hidup yang menetap dan masalah kelebihan berat badan di kalangan remaja. [Penel Gizi Makan 2020, 43(1):11-20]


JKEP ◽  
2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 104-113
Author(s):  
Ririn Nur Indah sari ◽  
Sari Windyastuti ◽  
Tri Sakti Widyaningsih

Nurse workload is very influential on child play therapy assistance caused by workload excessive workload, lack of facilities and infrastructure, nothing schedule for play therapy and the number of nurses  only 18 nurses, According to theory Gilles with the number of beds 34 needed 29 nurses. The purpose of this research is to know the Relationship of Nurse Workload with The Role of Child’s Nurse in Mentoring Play Therapy in Room Dahlia RSUD Dr. H Sewondo Kendal. This type of research is descriptive correlation with cross sectional. The sampling technique with total sampling, a sample is 18 respondents. Retrieval data using questionnaires and then tested into Spearman Rank test statistic. Based on research found 10 respondents (55,6%) have hard workload and 8 respondents (44,4%) have a light workload. The role of nurses in good categories 5 respondents (27,8%) and categories less is 13 respondents (72,2%). From result of Spearman Rank test analysis, get result of coefficient correlation value -868 in category very strong and obtained p value = 0,000 < 0,05 it’s mean Ha accepted and H0 rejected. There is a relantionship between the nurses workload with the role of child nurses in mentoring play therapy.


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 27-31
Author(s):  
Bambang Adi Purnomo ◽  
Yani Kamasturyani ◽  
Cecep Wahyudin

Chronic renal failure is a disease that results in a progressive and gradual decline in renal function that requires hemodialysis therapy. In Indonesia, there were 198,575 patients chronic kidney failure in 2018. The number of undergoing hemodialysis therapy is 132,142 patients. The hemodialysis routine causes tension, anxiety, stress and depression in patient. The purpose of this study was to determine the relationship between coping mechanisms and stress adaptation in chronic renal failure patients undergoing hemodialysis therapy ant Waled Hospital. The method of this research was descriptive correlational with a cross sectional approach. This research used purposive sampling technique amounted to 79 respondents. The instrument of this research was a questionnaire Jaloweic Coping Scale (JCS) and stress adaptation questionnaire. Data analysis used the spearman rank test. Place of research at Waled Hospital, Cirebon Regency during July 2020.  The result showed that most respondents had an adaptive category as many as 55 adaptation showed the results of most respondents had an adaptive category as many as 55 respondents with a percentage (69.6%). The spearman rank test showed p value <α and r<1, which means that there was a moderate an positive relationship between coping mechanisms and stress adaptation (p value=0,000 < α=0.05 and r=0.593). The is a relationship between coping mechanisms and stress adaptation in chronic renal failure patients undergoing hemodialysis therapy. The better coping mechanism is carries out, the adaptive stress that arises will be adaptive so that the patient can adjust and be able to cope with the stress he is experiencing.


2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 107-118
Author(s):  
Tutik Hidayati ◽  
Yessy Nur Endah Sary ◽  
Iis Hanifah

Child development can be done with environmental habits and the provision of stimulation to pre-school children. The use of gagdet has a large impact, both good and bad for everyone, especially for preschoolers with technological developments at this time. Preschool children with developmental disorders were 85,779 (62.02%). Besides pre-school children also experience emotional problems that have a negative impact on the development and readiness to go to school around 9.5% - 14.2% of children aged between zero to five years. The purpose of this study was to analyze the Relationship between the Use of Gadgets and the Independence and Social Maturity of Children in Putra Bangsa Kindergarten, Gading District. The research design used was cross sectional. Data collection used in this study using a questionnaire. Spearman Rank test results between the use of gagdet with independence and social maturity obtained p value 0,000 <α 0.05, then ha is accepted so that there is a relationship between the use of gagdet with independence and social maturity. has a value of 4.668 which means that independence has a 4,668 chance to change. While the social maturity variable in multiple logistic regression has an Exp (B) value of 2.545, from these results it can be explained that social maturity has an opportunity to increase by 2.545 times..   Keywords: Gadgets, Independence, Social Maturity, Preschool Children ABSTRAK   Perkembangan anak dapat dilakukan dengan kebiasaan lingkungan dan pemberian stimulasi pada anak pra sekolah. Penggunaan gagdet mempunyai dampak yang besar, baik dampak baik maupun buruk untuk semua orang, terutama bagi anak pra sekolah dengan perkembangan teknologi pada saat ini. Anak pra sekolah dengan gangguan perkembangan sebanyak 85.779 (62,02%). Selain itu anak pra sekolah juga mengalami masalah emosional yang berdampak negatif pada perkembangan dan kesiapan untuk bersekolah sekitar  9,5% - 14,2% anak berusia antara nol sampai lima tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Hubungan Penggunaan Gadget Dengan Kemandirian Dan Kematangan Sosial Anak di TK Putra Bangsa Kecamatan Gading. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional.  Pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan kuesioner. Hasil uji Spearman Rank  antara penggunaan gagdet dengan kemandirian dan kematangan sosial diperoleh nilai p value 0,000 < α 0,05, maka ha diterima sehingga ada hubungan antara penggunaan gagdet dengan kemandirian dan kematangan sosial.. Besarnya  nilai Exp (B) pada analisis regresi logistik kemandirian memiliki nilai 4,668 yang berarti bahwa kemandirian memiliki peluang 4,668 kali untuk berubah. Sedangkan variabel kematangan  sosial pada regresi logistik berganda memiliki nilai Exp (B) sebesar 2,545, dari hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa kematangan  sosial memiliki peluang meningkat 2,545kali. Kata kunci: Gadget, Kemandirian, Kematangan Sosial, Anak Pra Sekolah.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 123-129
Author(s):  
Dhina Widayati

Salah satu SDM (Sumber Daya Manusia) di RS yang mempunyai waktu bersama pasien paling lama adalah perawat. Pada pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas diperlukan suatau kinerja yang baik. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kinerja, salah satunya adalah quality nursing work life (QNWL). Perawat dengan beban kerja yang tinggi dan desain kerja yang monoton rentan mengalami burnout syndrome (stres kerja). Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hubungan QNWL dengan burnout syndrome. Korelasional dan crosssectional menjadi desain dan pendekatan dalam studi ini. QNWL merupakan variabel independen dan burnout syndrome variabel dependennya. Data diperoleh melalui kuesioner. Besar sampel sejumlah 30 responden yang diperoleh secara purposive sampling. Analisa data dilakukan dengan Spearman Rank Test dengan p value 0,009 dan coefisien correlation -0,56 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan dengan tingkatan sedang antara QNWL dengan kejadian burnout syndrome dengan arah hubungan negatif, artinya semakin baik QNWL maka semakin meminimalkan burnout syndrome. Salah satu faktor yang mempengaruhi QNWL adalah lingkungan kerja yang kondusif, oleh karena itu diharapkan kepada perawat untuk dapat menjalin kerjasama yang baik antar tim agar tercipta suasana kerja yang harmonis dan lingkungan kerja yang harmonis, dengan demikian maka akan menurunkan kejadian burnout pada perawat. One of the HR (Human Resources) in a hospital that has the longest time with patients is a nurse. In the provision of quality nursing care required a good performance. There are several things that affect performance, one of which is quality nursing work life (QNWL). Nurses with high workloads and monotonous work designs are prone to experiencing burnout syndrome (work stress). This study aims to determine the relationship of QNWL with burnout syndrome. Correlational and cross sectional design was used in this study. QNWL is an independent variable and burnout syndrome is the dependent variable. Data obtained through a questionnaire. The sample size of 30 respondents obtained by purposive sampling. Data analysis was performed with the Spearman Rank Test with p value 0.009 and the correlation coefficient of -0.56 which showed that there was a moderate level of correlation between QNWL and the incidence of burnout syndrome with the direction of the negative relationship, meaning that the better QNWL, the more minimizing burnout syndrome. One of the factors that influence QNWL is a conducive work environment, therefore it is expected that nurses will be able to establish good cooperation between teams in order to create a harmonious work atmosphere and a harmonious work environment, thereby reducing the incidence of burnout to nurse


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document