scholarly journals “DarLing” Community-based Survival Mechanism melalui Elaborasi Jaringan Sosial dalam Pandemi Covid-19

2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 110-117
Author(s):  
Emeralda Ayu Kusuma ◽  
David Efendi ◽  
Rismawati

Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan menciptakan “Warga Taman Pinang Indah Sehat dan Produktif” melalui peberian motivasi, pendidikan dan pelatihan keluarga sehat dan produktif, serta memperkuat jaringan sosial, memberikan keesadaran prioritas kesehatan, meningkatkan kegiatan ekonomi atau usaha warga dalam bentuk marketing, sales  dan financing support. Pengabdian masyarakat dilakukan melalui metode pendampingan dan partisipatoris yang diawali dengan focus group discussion untuk menentukan prioritas program apa yang akan dilakukan untuk menjawab kebutuhan warga. Selain itu mengelompokkan kegiatan dalam lini program. Pengabdian memperoleh hasil bahwa: (1) kesadaran kolektif warga di respon tinggi oleh masyarakat, (2) kepedulian masyarakat terhadap lingkungan keluarga dan sesamanya kian meningkat, (3) meningkatnya kemampuan prakarsa ekonomi warga akibat Covid-19 sehingga warga mampu melakukan bisa survive di tengah kesempitan pandemi. Program dalam klaster atau lingkungan masyarakat kecil ini untuk ke depan bisa dikembangkan sebagai model pemberdayaan masyarakat sehat dan produktif, sekaligus menunjang ketahanan ekonomi warga.  Tidak hanya di masa pandemi tetapi dalam situasi yang penuh tantangan, membangun kekuatan dan ketahan ekonomi di tingkat keluarga akan membantu untuk mempertahankan daya beli masyarakat.  Sekaligus dalam konteks pandemi Covid-19, upaya kelompok warga dalam menyosialisasikan protokol kesehatan menjadi sangat efektif

J-Dinamika ◽  
2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Tanto Lailam ◽  
Awang Daru Murti ◽  
Ani Yunita

Program pengabdian dengan skema Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) ini dilakukan untuk memperkuat kelembagaan pengelola desa wisata dan destinasi di Desa Wisata Tapak Tilas Sultan Agung, Mangunan. Tujuan program ini adalah menjadikan mitra sebagai model pusat pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan kesejahteraan masyarakat berkelanjutan melalui pengembangan potensi desa wisata yang dipadukan dengan budaya dengan pendekatan community based tourism. Metode pelaksanaan dilakukan dengan: survei dan wawancara, focus group discussion, pelatihan, pendampingan, dan fasilitasi.Hasil Pengabdian berupa penguatan kelembagaan dan destinasi Desa Wisata Tapak Tilas Sultan Agung Mangunan dilakukan dengan melakukan pemetaan potensi unggulan daya tarik wisata melalui survei dan wawancara. Setelah dipetakan secara baik, tentu dilakukan penguatan berkaitan dengan kelembagaan dan sumber daya manusia pengelola desa wisata melalui berbagai pelatihan yang diselenggarakan, yaitu: pelatihan manajemen kelembagaan desa wisata dan community based tourism, pelatihan komunikasi pariwisata, komunikasi pemasaran dan  “branding desa wisata”, pelatihan pelayanan prima desa wisata, pelatihan best practice dan studi banding pengelolaan desa wisata ke Desa Wisata Nglanggeran dan Desa Wisata Bleberan. Selain itu, dilakukan penguatan destinasi di Desa wisata Tapak Tilas Sultan Agung dilakukan dengan menambahkan wisata agro berupa pemberian bibit kopi, penyediaan papan informasi daya tarik wisata yang ditempatkan pada daya tarik wisata wayu goyang, dan fasilitasi legalisasi perkumpulan seni budaya dengan pembuatan akta notaris.Kata Kunci: Desa Wisata, Tapak Tilas Sultan Agung, Destinasi Wisata, Manajemen Kelembagaan.


2021 ◽  
Vol 19 (16) ◽  
Author(s):  
Puteri Yuliana Samsudin ◽  
Nor Zarifah Maliki ◽  
Suraiyati Rahman ◽  
Wan Rabiah Wan Omar

The homestay programme is a community-based tourism that offers tourists to experience the local lifestyle and heritage culture. Many studies focused on challenges of homestay programme, place attachment of hosts, contribution of homestay programme to rural economy. However, very few studies have focused on youths’ involvement in homestay activities. This paper aims to examine the youth’s involvement in homestay activities. A focus group discussion was conducted among the youth aged 20 - 34 years old. A non-probability sampling, that is, purposive sampling was employed. Multiple case studies in Homestay Kampung Jeruju, Homestay Kampung D’Belimbing and Homestay Kampung were selected to determine the differences between the locality factors. These findings indicate that youth's involvement in paddy field activities is based on social, physical, and economic factors. Thus, to attract youth to be involved in paddy field activities, it is recommended for the tourism players to pay attention to these three factors.


2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 193
Author(s):  
Tina Sugiharti ◽  
Riana Sahrani ◽  
Raja Oloan Tumanggor

Program Community-Based Learning (CBL) merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan di SMP X Depok untuk memfasilitasi siswa dalam mengaplikasikan model Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK) di masyarakat. Kerjasama merupakan salah satu aspek karakter yang diaplikasikan dalam CBL. Perilaku kerjasama tersebut belum muncul secara konsisten pada seluruh siswa yang telah melaksanakan CBL. Oleh karena itu dilakukan penelitian evaluasi terhadap program CBL ini. Penelitian bertujuan mengevaluasi dampak program CBL pada perilaku kerjasama siswa. Partisipan adalah siswa kelas 9 yang mengikuti CBL pada tahun 2015. Empat dari 20 partisipan diperoleh secara purposive sampling berdasarkan skor tertinggi kuesioner perilaku kerjasama (Tarricone & Luca, 2002). Model evaluasi yang digunakan adalah reciprocal determinism (teori sosial kognitif) terhadap pelaksanaan CBL. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara. Teknik observasi dilakukan menggunakan daftar check list yang meliputi faktor kognitif, behavior dan environment pada setting kerja kelompok di kelas, focus group discussion (FGD), dan simulasi. Teknik wawancara menggunakan pedoman wawancara berdasarkan teori CBL terhadap terhadap 4 partisipan, serta kepala sekolah dan guru sebagai pendukung triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program CBL memberikan dampak terhadap peningkatan perilaku kerjasama para siswa. Peningkatan itu terjadi pada aspek semangat, kekompakan, saling menghargai, dan usaha untuk total saat mengerjakan tugas kelompok. Sementara aspek lain yaitu pelaksanaan peran dalam kelompok, sudah ada ada namun tidak meningkat karena ketidakkonsistenan dari perilaku kerjasamanya.Kata kunci: evaluasi program, community-based learning, karakter, kerjasama, Sekolah Menengah Pertama


2017 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 75
Author(s):  
Sujarwo Sujarwo ◽  
Tristanti Tristanti ◽  
Fitta Ummaya Santi

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengimplementasikan model pemberdayaan perempuan desa wisata melalui pendidikan berbasis komunitas wirausaha jasa kuliner, 2) mengetahui hasil pelaksanaan model pemberdayaan perempuan desa wisata melalui pendidikan berbasis komunitas wirausaha jasa kuliner di Desa Wisata Bejiharjo Karangmojo. Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode penelitian dan pengembangan atau Research & Development (R&D). Hasil penelitian adalah: 1) Pendidikan Berbasis Komunitas Wirausaha kuliner ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu: a). Sosialisasi kegiatan, b) Pelaksanaan kegiatan berupa Implementai model pendidikan berbasis komunitas wirausaha jasa kuliner dan Focus Group Discussion (FGD), dan c) Evaluasi. 2) Penerapan Model Pemberdayaan perempuan desa wisata melalui pendidikan berbasis komunitas wirausaha jasa kuliner memberikan hasil sebagai berikut: menambah motivasi peserta, cara memelihara pelanggan, cara mengelola usaha yang produktif, dan keterampilan memasak.This study aims to: 1) implement the model tourism village women's empowerment through community-based education entrepreneur culinary services, 2) find out the results of implementation of the empowerment model tourism village women through community-based education entrepreneur culinary services at the Tourism Village Bejiharjo Karangmojo. The research method used is a method of research and development or Research & Development (R & D). The results of the research are: 1) Community-Based Education Culinary Entrepreneurship is implemented through several stages, namely: a). Socialization activities, b) Implementation of activities such as community-based education model Implement entrepreneurial culinary services and Focus Group Discussion (FGD), and c) Evaluation. 2) Application of Model Empowerment of rural women through community-based education travel entrepreneurial culinary services provide results as follows: increase the motivation of the participants, how to maintain customers, how to manage a productive business, and cooking skills.


Author(s):  
Bambang Munas Dwiyanto

The study aims to find a model of improving a community’s role in the management in town area, particularly household rubbish. The early stage of the study was to analyze a management in town area, located at the Sub-District of Sambiroto, District of Tembalang, Semarang City. To analyze the stakeholders, it was necessary to study and discuss (focus group discussion) the management with them for finding an insight to develop the most appropriate model. The approach used to develop a Community-Based Integrated Rubbish Management was a community empowering through improving the stakeholders’ role. The tested model took a trial and error as well as two-year observation, at least, with the experiment at different locations. A community-based household rubbish management system with a 3 R principle by separating rubbish could reduce a 70 percent rubbish volume.


MODUS ◽  
2016 ◽  
Vol 28 (2) ◽  
pp. 155 ◽  
Author(s):  
Maria Rosa Ratna Sri Anggraeni

This research aims to explore the impact of the presence of village-owned enterprises(BUMD) on the welfare of the community. This research uses Community Based Researchin which the research was conducted in several stages, namely: in-depth interviews withparticipants who become the key actors in BUMDes, group discussions based on interestgroups that exist in the village, and Focus Group Discussion which the discussions wereconducted by various interested parties. It is conducted to confirm the findings in theprevious stage. The results of this study indicate that the existence of BUMDes do not bringa change in the economic and social fields. BUMDes existence do not bring significantbenefits to improving the welfare of citizens directly. The problems that arise related toBUMDes is people’s access to the water and to jobs in BUMDes.Keywords : Community Based Research, Village, Village-owned enterprises.


2018 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 129
Author(s):  
Tarmidzi Tarmidzi ◽  
Ifka Arismiyati

<p>Village Owned Enterprises (BUMDes) are an alternative to improve rural economies. BUMDes was born as a new approach in efforts to improve the village economy based on the needs and potential of the village. The management of BUMDes is fully carried out by the village community, namely from the village, by the village, and for the village. Babalan Lor Village, Bojong Subdistrict, Pekalongan Regency, is currently forming BUMDes as a community economic institution. If viewed from its potential, this village has great potential for the establishment of BUMDes as a place to accommodate the economic activities of the community and public service institutions in the community. This study aims to explore the Village Potential to be managed by Village-Owned Enterprises in order to improve the welfare of the community. This research uses Community Based Research method, in which the research is carried out in several stages, namely: in-depth interview with participants who are key actors in the BUMDes, the next stage conducts Group Discussion based on the interest groups in the village, and in the final stage Focus Group Discussion where discussions are carried out by various interested parties. The results of this study indicate that the potential of the Village that can be managed by BUMDes is expected to bring about changes in the economic and social fields.</p><p> </p><p>Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan ekonomi di pedesaan. BUMDes lahir sebagai suatu pendekatan baru dalam usaha peningkatan ekonomi desa berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Pengelolaan BUMDes sepenuhnya dilaksanakan oleh masyarakat desa, yaitu dari desa, oleh desa, dan untuk desa. Desa Babalan Lor Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan, saat ini baru membentuk BUMDes sebagai lembaga perekonomian masyarakat. Jika dilihat dari potensinya, Desa ini memiliki potensi besar untuk berdirinya BUMDes sebagai penampung kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat dan lembaga pelayanan publik masayarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menggali Potensi Desa untuk dikelola Badan Usaha Milik Desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode <em>Community Based Research,</em> di mana penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu: <em>in-depth interview</em> dengan partisipan yang menjadi aktor kunci dalam BUMDes, tahap selanjutnya melakukan Diskusi Kelompok berdasarkan kelompok kepentingan yang ada di desa tersebut, dan pada tahap akhir dilakukan Focus Group Discussion dimana diskusi dilakukan oleh berbagai pihak yang berkepentingan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan potensi Desa yang dapat dikelola BUMDes yang diharapkan dapat membawa perubahan di bidang ekonomi dan sosial.</p>


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Sunaryono

This study aims to analyze the existence of Village-Owned Enterprises (BUMDes) on community welfare. This research uses the Community Based Research method, which consists of 3 stages including: a. indepth interview stage with participants who are key actors in BUMDes, b. the stage of group discussion based on the interest groups in the village, and c. the FGD (Focus Group Discussion) phase where the discussion is carried out by all interested parties. All this was done to validate and verify the findings in the previous stage. The results of this study indicate the presence of BUMDes has had an impact on changes in the economic and social fields of rural communities. Although it has not been able to provide significant benefits for improving the welfare of villagers directly, it has slowly been able to provide solutions to several problems, especially related to the marketing of superior products and employment.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 93
Author(s):  
Winda Amilia ◽  
Rokhani Rokhani ◽  
Rendra C. Prasetya ◽  
Bertung Suryadharma

Pariwisata adalah kebutuhan manusia. Pariwisata membuka peluang bagi pemerintah daerah dan masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan kekayaan budaya sebagai sajian wisata. Desa Gadingan di Kabupaten Situbondo memiliki potensi sumberdaya alam dan budaya yang dapat dikembangkan sebagai desa wisata. Potensi tersebut didukung oleh aksesibilitas dan obyek wisata lain yang ada di sekitas desa Gadingan. Masalah yang teridentifikasi yaitu rendahnya kapabilitas masyarakat dalam identifikasi potensi, perencanaan, dan pengelolaan desa wisata. Tujuan pelaksanaan kegiatan ini adalah mengembangkan kemampuan manajerial sumberdaya manusia desa Gadingan dalam pengidentifikasian dan perencanaan potensi serta pengelolaan desa wisata. Metode pelaksanaan kegiatan dengan Focus Group Discussion (FGD) penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan bagi masyarakat penggerak desa wisata. Hasil analisa potensi wisata dengan metode FGD yaitu pantai Gadingan sebagai wisata utama, pemilihan pasar ikan Jangkar, embung Gadingan, dan pelabuhan syahbandar sebagai wisata pelengkap, serta Sholawat Nariyah sebagai wisata penunjang.


Inovasi ◽  
2018 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 153-162 ◽  
Author(s):  
Wanda Kuswanda

Salah satu habitat gajah yang masih tersisa adalah Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), terutama di wilayah Besitang. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi, kepemilikan lahan, pemetaan wilayah dan mitigasi konflik manusia dengan gajah di Resort Besitang, TNGL. Metode pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner, wawancara dan Focus Group Discussion (FGD). Analisis data menggunakan tabel frekuensi dan analisa deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah yang memiliki potensi konflik gajah di Resort Besitang adalah Daerah Halaban, Aras Senapal, Sekundur, Bukit Selamat dan Bukit Mas dengan intensitas konflik rendah sampai tinggi. Penyebab utama konflik manusia dengan gajah adalah fragmentasi kawasan hutan,  ketidakpastian status lahan di daerah penyangga, pertumbuhan penduduk yang tinggi dan meningkatnya pendatang di wilayah Besitang, perambahan dan ilegal logging yang terus terjadi, minimnya kesadaran masyarakat dan peranan lembaga desa dalam mendukung konservasi gajah. Rekomendasi resolusi mitigasi konflik gajah diantaranya: 1) memperbaiki habitat gajah yang sudah terfragmentasi di dalam kawasan TNGL; 2) meningkatkan peran Tim CRU (Conservation Response Unit); 3) membentuk unit reaksi cepat penanganan konflik gajah dengan melibatkan para pihak; 4) menanam jenis tanaman yang tidak disukai dan dijauhi oleh gajah; 5) mereduksi ketergantungan masyarakat akan sistem pertanian yang membutuhkan lahan yang luas; 6) mengembangkan program untuk membantu peningkatan hasil panen; dan,  7) penyuluhan untuk meningkatkan pemahaman bahwa gajah merupakan bagian dari ekosistem yang harus lestari.   Kata kunci: gajah, konflik, habitat, Besitang, Taman Nasional Gunung Leuser


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document