scholarly journals PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DESA WISATA MELALUI PENDIDIKAN BERBASIS KOMUNITAS

2017 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 75
Author(s):  
Sujarwo Sujarwo ◽  
Tristanti Tristanti ◽  
Fitta Ummaya Santi

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengimplementasikan model pemberdayaan perempuan desa wisata melalui pendidikan berbasis komunitas wirausaha jasa kuliner, 2) mengetahui hasil pelaksanaan model pemberdayaan perempuan desa wisata melalui pendidikan berbasis komunitas wirausaha jasa kuliner di Desa Wisata Bejiharjo Karangmojo. Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode penelitian dan pengembangan atau Research & Development (R&D). Hasil penelitian adalah: 1) Pendidikan Berbasis Komunitas Wirausaha kuliner ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu: a). Sosialisasi kegiatan, b) Pelaksanaan kegiatan berupa Implementai model pendidikan berbasis komunitas wirausaha jasa kuliner dan Focus Group Discussion (FGD), dan c) Evaluasi. 2) Penerapan Model Pemberdayaan perempuan desa wisata melalui pendidikan berbasis komunitas wirausaha jasa kuliner memberikan hasil sebagai berikut: menambah motivasi peserta, cara memelihara pelanggan, cara mengelola usaha yang produktif, dan keterampilan memasak.This study aims to: 1) implement the model tourism village women's empowerment through community-based education entrepreneur culinary services, 2) find out the results of implementation of the empowerment model tourism village women through community-based education entrepreneur culinary services at the Tourism Village Bejiharjo Karangmojo. The research method used is a method of research and development or Research & Development (R & D). The results of the research are: 1) Community-Based Education Culinary Entrepreneurship is implemented through several stages, namely: a). Socialization activities, b) Implementation of activities such as community-based education model Implement entrepreneurial culinary services and Focus Group Discussion (FGD), and c) Evaluation. 2) Application of Model Empowerment of rural women through community-based education travel entrepreneurial culinary services provide results as follows: increase the motivation of the participants, how to maintain customers, how to manage a productive business, and cooking skills.

J-Dinamika ◽  
2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Tanto Lailam ◽  
Awang Daru Murti ◽  
Ani Yunita

Program pengabdian dengan skema Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) ini dilakukan untuk memperkuat kelembagaan pengelola desa wisata dan destinasi di Desa Wisata Tapak Tilas Sultan Agung, Mangunan. Tujuan program ini adalah menjadikan mitra sebagai model pusat pertumbuhan ekonomi kerakyatan dan kesejahteraan masyarakat berkelanjutan melalui pengembangan potensi desa wisata yang dipadukan dengan budaya dengan pendekatan community based tourism. Metode pelaksanaan dilakukan dengan: survei dan wawancara, focus group discussion, pelatihan, pendampingan, dan fasilitasi.Hasil Pengabdian berupa penguatan kelembagaan dan destinasi Desa Wisata Tapak Tilas Sultan Agung Mangunan dilakukan dengan melakukan pemetaan potensi unggulan daya tarik wisata melalui survei dan wawancara. Setelah dipetakan secara baik, tentu dilakukan penguatan berkaitan dengan kelembagaan dan sumber daya manusia pengelola desa wisata melalui berbagai pelatihan yang diselenggarakan, yaitu: pelatihan manajemen kelembagaan desa wisata dan community based tourism, pelatihan komunikasi pariwisata, komunikasi pemasaran dan  “branding desa wisata”, pelatihan pelayanan prima desa wisata, pelatihan best practice dan studi banding pengelolaan desa wisata ke Desa Wisata Nglanggeran dan Desa Wisata Bleberan. Selain itu, dilakukan penguatan destinasi di Desa wisata Tapak Tilas Sultan Agung dilakukan dengan menambahkan wisata agro berupa pemberian bibit kopi, penyediaan papan informasi daya tarik wisata yang ditempatkan pada daya tarik wisata wayu goyang, dan fasilitasi legalisasi perkumpulan seni budaya dengan pembuatan akta notaris.Kata Kunci: Desa Wisata, Tapak Tilas Sultan Agung, Destinasi Wisata, Manajemen Kelembagaan.


2021 ◽  
Vol 19 (16) ◽  
Author(s):  
Puteri Yuliana Samsudin ◽  
Nor Zarifah Maliki ◽  
Suraiyati Rahman ◽  
Wan Rabiah Wan Omar

The homestay programme is a community-based tourism that offers tourists to experience the local lifestyle and heritage culture. Many studies focused on challenges of homestay programme, place attachment of hosts, contribution of homestay programme to rural economy. However, very few studies have focused on youths’ involvement in homestay activities. This paper aims to examine the youth’s involvement in homestay activities. A focus group discussion was conducted among the youth aged 20 - 34 years old. A non-probability sampling, that is, purposive sampling was employed. Multiple case studies in Homestay Kampung Jeruju, Homestay Kampung D’Belimbing and Homestay Kampung were selected to determine the differences between the locality factors. These findings indicate that youth's involvement in paddy field activities is based on social, physical, and economic factors. Thus, to attract youth to be involved in paddy field activities, it is recommended for the tourism players to pay attention to these three factors.


Author(s):  
Masrukin ◽  
Toto Sugito ◽  
Bambang Suswanto ◽  
Ahmad Sabiq

AbstrakPenelitian ini bertujuan membuat model pemberdayaan masyarakat pascaerupsi Gunung Merapi di lokasi yang terkena dampak paling parah yaitu: di Desa Tlogolele Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, Desa Jumuyo Kecamatan Salam Kabupaten Magelang dan Desa Balerante Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah serta Desa Kepuharjo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Provinsi Yogyakarta. Menggunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) untuk melakukan pengkajian keadaan desa secara partisipatif melalui wawancara mendalam, observasi dan focus group discussion (FGD). Hasil penelitian menunjukan dari keempat lokasi, memiliki kesamaan dalam model pemberdayaan yaitu: (1) Masyarakat membutuhkan serangkaian kegiatan pemberdayaan secara menyeluruh, antara kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pendampingan. Karena selama ini, masyarakat telah mendapat penyuluhan, pelatihan dan bantuan, akan tetapi untuk program pendampingan yang dibutuhkan tidak diberikan. Akibatnya kurang mendukung pada keberlanjutan, peningkatan produktivitas dan pemasaran. (2) Masyarakat membutuhkan lembaga koperasi yang memiliki badan hukum sebagai pusat usaha perekonomian untuk memenuhi kebutuhan permodalan, bahan baku, dan akses jaringan pemasaran. (3) Masyarakat membutuhkan pelatihan secara periodik dan penguatan kembali kelompok siaga bencana di tingkat desa.AbstractThis research aims to create empowerment model after the eruption of Mount Merapi in locations most severely affected: Tlogolele Village of Selo District in Boyolali Regency, Jumoyo Village of Salam District in Magelang Regency and Balerante Village in Kemalang District of Klaten Regency in Central Java Province and Kepuharjo Village of Cangkringan District in Sleman Regency in Yogyakarta Province. The research used Participatory Rural Appraisal (PRA) method for assessing participatory village situation through in-depth interviews, observation and focus group discussion (FGD). The results showed that the four villages, had similarities in the empowerment model: (1) Community requires a series and comprehensive of empowerment activities between extension, training and mentoring. (2) Community requires cooperative institution as a business center to obtain capital, raw materials and network marketing access. (3) Finally the community should receive periodic training and transformed to be a disaster task force at the village level. 2013 Universitas Negeri Semarang


2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 110-117
Author(s):  
Emeralda Ayu Kusuma ◽  
David Efendi ◽  
Rismawati

Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan menciptakan “Warga Taman Pinang Indah Sehat dan Produktif” melalui peberian motivasi, pendidikan dan pelatihan keluarga sehat dan produktif, serta memperkuat jaringan sosial, memberikan keesadaran prioritas kesehatan, meningkatkan kegiatan ekonomi atau usaha warga dalam bentuk marketing, sales  dan financing support. Pengabdian masyarakat dilakukan melalui metode pendampingan dan partisipatoris yang diawali dengan focus group discussion untuk menentukan prioritas program apa yang akan dilakukan untuk menjawab kebutuhan warga. Selain itu mengelompokkan kegiatan dalam lini program. Pengabdian memperoleh hasil bahwa: (1) kesadaran kolektif warga di respon tinggi oleh masyarakat, (2) kepedulian masyarakat terhadap lingkungan keluarga dan sesamanya kian meningkat, (3) meningkatnya kemampuan prakarsa ekonomi warga akibat Covid-19 sehingga warga mampu melakukan bisa survive di tengah kesempitan pandemi. Program dalam klaster atau lingkungan masyarakat kecil ini untuk ke depan bisa dikembangkan sebagai model pemberdayaan masyarakat sehat dan produktif, sekaligus menunjang ketahanan ekonomi warga.  Tidak hanya di masa pandemi tetapi dalam situasi yang penuh tantangan, membangun kekuatan dan ketahan ekonomi di tingkat keluarga akan membantu untuk mempertahankan daya beli masyarakat.  Sekaligus dalam konteks pandemi Covid-19, upaya kelompok warga dalam menyosialisasikan protokol kesehatan menjadi sangat efektif


Edulib ◽  
2017 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
Author(s):  
Ilham Gemiharto

Abstrak. Proses pembangunan perdesaan membutuhkan peran seluruh kelompok masyarakat, termasuk peran kaum perempuan perdesaan. Upaya peningkatan peran perempuan perdesaan dalam pembangunan dapat dilakukan melalui berbagai cara. Salah satunya adalah melalui pendidikan literasi media yang akan menghasilkan kelompok perempuan yang mampu menjadi agen-agen perubahan di perdesaan dengan keterampilan mereka dalam memantau dan mengkritisi konten media khususnya tayangan televisi. Selama ini perempuan perdesaan cenderung tidak berdaya menghadapi kepungan media elektronik televisi. Salah satu faktor yang melatarbelakanginya adalah ketidakmelekan kaum perempuan perdesaan terhadap hak mereka mengkritisi dan memantau tayangan televisi. Di luar permasalahan tersebut, kaum perempuan perdesaan memiliki potensi besar dalam memperbaiki kualitas tayangan televisi karena mereka adalah yang penonton terbanyak tayangan televisi. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pendidikan literasi media sebagai upaya peningkatan peran perempuan perdesaan dalam pembanguan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan focus group discussion (FGD) serta teknik analisis data deskriptif dengan informan penelitian adalah kaum perempuan perdesaan di Kabupaten Majalengka, fasilitator literasi media, anggota Komisi Penyiaran Indonesia, dan para pejabat terkait.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan literasi media memiliki peran signifikan dalam upaya pemenuhan kebutuhan informasi yang bermanfaat bagi kaum perempuan perdesaan, dan memberikan kesadaran akan hak mereka mengkritisi dan memantau tayangan televisi. Penelitian ini merekomendasikan untuk merancang suatu model pendidikan literasi media bagi kaum perempuan perdesaan yang dapat diimplementasikan di daerah lain di Indonesia. Kata Kunci : Literasi Media, Perempuan Perdesaan, Peningkatan Peran, Tayangan Televisi, Kabupaten Majalengka. Abstract. The process of rural development requires the role of all groups in a society, including the role of rural women. Efforts to increase the role of rural women in development can be conducted through various ways, one of which is through media literacy education that will produce a group of women who will be able to become agents of change in rural areas with their skills in monitoring and critiquing the content of media especially television. All this time, rural women tend to be helpless in facing the siege of television electronic media. One of the factors underlying it is their illiteracy of their rights to criticize and monitor television broadcasts. On the other hand, rural women have great potential in improving the quality of television broadcasts because they form the most television viewers. This research aims to find out how media literacy education can increase the role of rural women in development. This research used qualitative method and the respondents consisted of a group of rural women from Majalengka regency, media literacy facilitators, members of Indonesia Broadcasting Commission (KPI) and the relevant government officials. The data was collected through interview and focus group discussion (FGD) and analyzed descriptively. The results found that media literacy education had significant role in addressing the needs of useful information for rural women and made them aware of their rights to criticize and monitor television broadcast. This research also recommends a model of media literacy education for rural women that can be implemented in other rural areas in Indonesia. Keywords: media literacy, rural women, increased role, television broadcast


2017 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 193
Author(s):  
Tina Sugiharti ◽  
Riana Sahrani ◽  
Raja Oloan Tumanggor

Program Community-Based Learning (CBL) merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan di SMP X Depok untuk memfasilitasi siswa dalam mengaplikasikan model Pendidikan Holistik Berbasis Karakter (PHBK) di masyarakat. Kerjasama merupakan salah satu aspek karakter yang diaplikasikan dalam CBL. Perilaku kerjasama tersebut belum muncul secara konsisten pada seluruh siswa yang telah melaksanakan CBL. Oleh karena itu dilakukan penelitian evaluasi terhadap program CBL ini. Penelitian bertujuan mengevaluasi dampak program CBL pada perilaku kerjasama siswa. Partisipan adalah siswa kelas 9 yang mengikuti CBL pada tahun 2015. Empat dari 20 partisipan diperoleh secara purposive sampling berdasarkan skor tertinggi kuesioner perilaku kerjasama (Tarricone & Luca, 2002). Model evaluasi yang digunakan adalah reciprocal determinism (teori sosial kognitif) terhadap pelaksanaan CBL. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara. Teknik observasi dilakukan menggunakan daftar check list yang meliputi faktor kognitif, behavior dan environment pada setting kerja kelompok di kelas, focus group discussion (FGD), dan simulasi. Teknik wawancara menggunakan pedoman wawancara berdasarkan teori CBL terhadap terhadap 4 partisipan, serta kepala sekolah dan guru sebagai pendukung triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program CBL memberikan dampak terhadap peningkatan perilaku kerjasama para siswa. Peningkatan itu terjadi pada aspek semangat, kekompakan, saling menghargai, dan usaha untuk total saat mengerjakan tugas kelompok. Sementara aspek lain yaitu pelaksanaan peran dalam kelompok, sudah ada ada namun tidak meningkat karena ketidakkonsistenan dari perilaku kerjasamanya.Kata kunci: evaluasi program, community-based learning, karakter, kerjasama, Sekolah Menengah Pertama


2018 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 54
Author(s):  
Sukma Indra

This research aimed at finding out the distribution of zakat and obstacles faced by BAZNAS West Kalimantan Province in economic empowerment for the poor. The research employed field research. After data collection done, the analysis carried out by doing Focus Group Discussion (FGD) to formulate maqāsid al-syari’ah based model of economic empowerment for the poor through BAZNAS West Kalimantan Province. The formulated model is able to be used as alternative for BAZNAS West Kalimantan Province in conducting maqāsid al-syari’ah based model of economic empowerment for the poor, especially in West Kalimantan.


Author(s):  
Bambang Munas Dwiyanto

The study aims to find a model of improving a community’s role in the management in town area, particularly household rubbish. The early stage of the study was to analyze a management in town area, located at the Sub-District of Sambiroto, District of Tembalang, Semarang City. To analyze the stakeholders, it was necessary to study and discuss (focus group discussion) the management with them for finding an insight to develop the most appropriate model. The approach used to develop a Community-Based Integrated Rubbish Management was a community empowering through improving the stakeholders’ role. The tested model took a trial and error as well as two-year observation, at least, with the experiment at different locations. A community-based household rubbish management system with a 3 R principle by separating rubbish could reduce a 70 percent rubbish volume.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document