scholarly journals HUBUNGAN USIA IBU, OBESITAS DAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN MIOMA UTERI

2021 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 11-22
Author(s):  
M Ridwan ◽  
Gangsar Indah Lestari ◽  
Firda Fibrila
Keyword(s):  

Prevalensi mioma uteri di Dunia meningkat lebih dari 70%.  Di Indonesia sebesar 2,39% sampai 11,70% dari semua penderita ginekologi. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan Usia Ibu, Obesitas dan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Mioma Uteri di RSUD. Jend. A. Yani Metro, RSU Muhammadiyah Metro. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif kolerasi dengan rancangan case control. Subyek penelitian adalah semua wanita dengan diagnosis penyakit ginekologi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, analisis data secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian dari 101 responden sebanyak 44,6% ibu berusia beresiko, 48,5% ibu dengan obesitas dan 47,5% ibu menggunakan kontrasepsi hormonal. Hasil uji statistik hubungan usia ibu dengan kejadian mioma uteri diperoleh p value = 0,031,  hubungan obesitas dengan kejadian mioma uteri diperoleh p value = 0,007 dan hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian mioma uteri diperoleh p value = 0,010. Bagi wanita usia kurang dari 20 tahun agar mengurangi konsumsi daging merah, mengonsumsi cukup buah dan sayur serta vitamin A dan D. Bagi wanita obesitas agar melakukan aktifitas fisik/berolah raga rutin disesuaikan dengan kondisi obesitasnya. Bagi ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lebih dari 5 tahun disarankan untuk beralih metode kentrasepsi selain kontrasepsi hormonal.

Author(s):  
Pawan Kumar Saini ◽  
Devendra Yadav ◽  
Rozy Badyal ◽  
Suresh Jain ◽  
Arti Singh ◽  
...  

Background: Psoriasis is an autoimmune chronic inflammatory disorder affecting the skin mediated by T-lymphocytes resulting in production of cytokines which cause hyperproliferation of keratinocytes.  Several factors and hormones like Prolactin have an action similar to these cytokines in promoting the multiplication of keratinocytes and other cells like lymphocytes and epithelial cells may have a role on the etiopathogenesis of psoriasis. Aim:-The aim of study is to compare the serum Prolactin levels in patients of psoriasis with a control group. Setting and study design: This is a case-control study conducted in the department of Dermatology, Venereology and Leprosy GMC, Kota over a period of 1year from July 2017 to June 2018 Material and method: The study included 100 cases of psoriasis (60 males and 40 females) and 100 controls similar for age and sex. Serum Prolactin levels were measured by ECLIA and results were obtained. Statistical analysis: Mean and standard deviation were calculated for each variable. Statistical significance of the results was analyzed using correlation analysis (Pearson correlation coefficient) and independent samples t-test. Statistical significance was assumed at p value<0.05. Result: Serum Prolactin level was significantly higher in cases of psoriasis compared to controls (p-value <0.001). PASI score and serum Prolactin levels were found to have a positive correlation (r value = 0.337; p-value: 0.001). No significant  correlation was found between serum levels of Prolactin and duration of disease r value= -0.034, P value =0.733). Serum Prolactin level was higher in male patients compared to females patients. Conclusion:- High serum Prolactin may be a biological marker of disease severity in psoriasis and may have a role in the pathogenesis of psoriasis. Further studies with large sample size are required to confirm this hypothesis.


2016 ◽  
Vol 35 (4) ◽  
pp. 322-327
Author(s):  
Presilia Jesica ◽  
Nur Hilal ◽  
Khomsatun Khomsatun

Dermatitis merupakan peradangan kulit sebagai respon terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan seperti polutan dan alergen-alergen. Data Dinas Kesehatan Banyumas Tahun 2015 kasus Dermatitis tertinggi Kecamatan Patikraja 1.358 pasien. Bulan Nopember tahun 2015, pasien Dermatitis tertinggi 138 orang di Desa Kedungrandu. Wilayah Desa Kedungrandu merupakan lokasi Tempat Pembuangan Akhir Gunung Tugel dimana tempat pembuangan akhir gunung tugel merupakan yang terbesar di Banyumas. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan jenis sumber air dan personal hygiene dengan kejadian Dermatitis  Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan case control dengan 27 responden kasus dan 27 responden kontrol. Variabel penelitian ini sarana sumber air dan personal hygiene yang terdiri dari perilaku mandi, perilaku berpakaian dan perilaku tidur. Analisis menggunakan analisis SPSS versi 1.7 dengan uji chi-square dengan α 0,05. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang memiliki hubungan dengan kejadian penyakit Dermatitis adalah jenis sumber air dengan nilai p value= 0,001, personal hygiene merupakan variabel yang tidak mimiliki hubungan dengan kejadian penyakit Dermatitis di Desa Kedungrandu dengan hasil nilai p value= 1,000. Kesimpulan penelitian yaitu jenis sumber air dapat menjadi salah satu faktor penyebab Dermatitis di Desa Kedungarandu. Peneliti menyarankan dari pihak puskesmas meningkatkan kerja sama dengan pemerintah desa untuk melakukan penyuluhan dan meningkatkan program kesehatan lingkungan.


2017 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Weni Tri Purnani

ABSTRAKASI merupakan sumber makanan yang mengandung nutrisi yang lengkap untuk bayi. Rendahnya cakupan ASI di Indonesia menyumbang akibat yang tidak baik bagi kesehatan bayi. Berdasarkan hasil survey pendahuluan, dari 10 ibu menyusui 6 (60%) diantaranya mengatakan bahwa pengeluaran ASI mereka tidak lancar. Salah satu solusi yang tepat untuk meningkatkan suplai ASI adalah dengan mengonsumsi daun ubi jalar yang dipercaya mengandung berbagai macam zat dan vitamin terutama vitamin A. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian rebusan daun ubi jalar terhadap kecukupan ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Campurejo Tahun 2016. Desain penelitian ini adalah pre eksperimental menggunakan rancangan pretest posttest design. Dalam penelitian ini diperoleh sampel 20 orang menggunakan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar kuesioner dan penilaian. uji hipotesis yang digunakan adalah uji peringkat bertanda dari wilcoxon dengan nilai signifikasi α = 0,05. Hasil uji statistik dari Wilcoxon Sign Rank diperoleh nilai p value = 0,000 dengan taraf kesalahan (α =0,05) dapat dikatakan p ≤ α maka dapat disimpulakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti ada pengaruh pemberian rebusan daun ubi jalar terhadap kecukupan ASI pada ibu menyusui diwilayah kerja puskesmas campurejo kota Kediri tahun 2016. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat  dijadikan sebagai masukan untuk menggunakan daun ubi jalar untuk meningkatkan kecukupan ASI dalam pengembangan pengobatan tradisional. Kata Kunci : Kecukupan ASI, Daun Ubi jalar, Menyusui   ABSTRACTBreast milk is a food source that contains a complete nutritions for infants. Coverage of breast milk in Indonesia is still very low. Based on the preliminary results of the survey, from 10 breastfeeding mothers, there are 6 (60%) breastfeeding mom of them say that their breast milk isn’t enough for the babies. There’s a rightest solution to increase the breast milk supply, such as; the breastfeeding mom should eat or consume the sweet potato leaves that believed contains various nutritions and vitamins, especially vitamin A. The purpose of this study was to know the effect of giving sweet potato extract to breast milk adequacy on breastfeeding mothers in work area clinic of Campurejo Kediri City in 2016. The research design of this study was pre-experimental that using pre-test and post-test design. In this study obtained 20 samples of people that using simple random sampling technique. The collecting of data is done by using a questionnaires and assessment. The test hypothesis is marked on the Wilcoxon rank test with significance value α = 0.05. The result of statistical test Wilcoxon Sign Rank obtained p value = 0.000 with a standard error (α = 0.05) can be said p ≤ α then it means that H0 is rejected and H1 is accepted. This means that there is an effect of giving sweet potato extract to breast milk adequacy on breastfeeding mothers in work area clinic of Campurejo Kediri City in 2016. Based on the results is the researcher expecting for health workers can be used as input to use sweet potato leaves to improve the adequacy of breast milk in the development of traditional medicine. Keywords: Adequacy of Breast Milk, Sweet Potato Leaves, Breastfeeding.


2018 ◽  
pp. 1
Author(s):  
Mur Prasetyaningrum ◽  
Z. Chomariyah ◽  
Trisno Agung Wibowo

Tujuan: Studi ini untuk mengetahui gambaran KLB keracunan pangan yang terjadi di desa Mulo menurut deskripsi epidemiologi, faktor risiko dan penyebab KLB keracunan makanan. Metode: Studi ini menggunakan studi analitik case control, dimana kasus adalah orang yang mengalami sakit pada tanggal 7 - 8 Mei 2017, tinggal di desa Mulo dan mengkonsumsi makanan olahan dari bapak S dan K. Instrument menggunakan kuesioner. Hasil: KLB terjadi di Desa Mulo RT 5 dan 6 dengan jumlah kasus sebanyak 18 orang dari total population at risk 112 orang dengan gejala utama diare (100%), mual (72,2%), demam (66,6%), pusing (66,6%) dan muntah (50%). Dari diagnosa banding menurut gejala, masa inkubasi dan agent penyebab keracunan, kecurigaan kontaminasi bakteri mengarah pada E. Coli (ETEC). Masa inkubasi 1-16 jam (rata-rata 9 jam) dan common source curve. Penyaji makanan ada dua (pak K dan pak S). Dari perhitungan AR, berdasarkan sumber makanan mengarah pada makanan dari pak S (AR=42,8%). Bedasarkan menu, perhitungan OR dan CI 95 % jenis makanan yang dicurigai sebagai penyebab KLB adalah urap/gudangan (OR=4,33; p value0,0071) dan sayur lombok (OR=6,31; p value 0,0071). Sampel yang didapatkan adalah sampel air bersih, feses, dan muntahan penderita, sampel makanan tidak didapatkan karena keterlambatan informasi dari masyarakat. Hasil laboratorium, Total Coliform sampel air bersih melebihi ambang batas, sampel feses dan muntahan mengandung bakteri Klebsiella pneumonia.Simpulan: Terdapat 3 (tiga) faktor yang diduga sebagai penyebab keracunan pada warga Desa Mulo yaitu air bersih untuk mengolah makanan tercemar bakteri patogen, pengolahan makanan tidak hygienis dan penyajian makanan pada suhu ruang lebih dari 1 jam.


Nutrients ◽  
2016 ◽  
Vol 8 (10) ◽  
pp. 624 ◽  
Author(s):  
Qiu-Ye Lan ◽  
Yao-Jun Zhang ◽  
Gong-Cheng Liao ◽  
Rui-Fen Zhou ◽  
Zhong-Guo Zhou ◽  
...  

1987 ◽  
Vol 10 (4) ◽  
pp. 171-179 ◽  
Author(s):  
Ugo Pastorino ◽  
Paola Pisani ◽  
Franco Berrino ◽  
Claudio Andreoli ◽  
Angelo Barbieri ◽  
...  

2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 20-28
Author(s):  
Miftahul Jannah ◽  
Asnawi Abdullah ◽  
Melania Hidayat ◽  
Qatratul Asrar

Latar Belakang: Pneumonia merupakan pembunuh utama balita di seluruh dunia. Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Banda Aceh tahun 2018, jumlah balita penderita Pneumonia meningkat setiap tahunnya. Kasus Pneumonia balita yang paling banyak terdapat di UPTD Puskesmas Banda Raya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia pada Balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Banda Raya Kota Banda Aceh tahun 2019. Metode: Penelitian ini menggunakan desain Case Control Study atau Retrospective Study. Penelitian ini menggunakan total populasi dengan jumlah sampel adalah 142 anak balita berusia 12–59 bulan. Data dianalisis secara Univariat dan Bivariat. Analisis Bivariat menggunakan Uji Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% (p value0.05). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia adalah luas ventilasi rumah (OR=15.81; CI 95%=4.70-53.12; p value=0.0001); sedangkan umur balita (OR=1.15; CI 95%=0.54-2.43; p value=0.705); jenis kelamin (OR=1.11; CI 95%=0.57-2.16; p value=0.737); pengetahuan ibu (OR=0.38; CI 95%=0.12-1.24; p value=0.112); dan kepadatan hunian (OR=1.80; CI 95%=0.78-4.13; p value=0.163), tidak terbukti secara signifikan sebagai faktor risiko pneumonia balita di UPTD Puskesmas Banda Raya Kota Banda Aceh. Kesimpulan: Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia balita adalah luas ventilasi rumah. Oleh karena itu diperlukannya sanitasi lingkungan yang sehat sebagai upaya preventif terhadap kejadian Pneumonia, serta memperbaiki pola perilaku hidup bersih dan sehat.


Author(s):  
Risnati Malinda ◽  
Khairil Fauzan K
Keyword(s):  
P Value ◽  

ISPA adalah penyakit saluran pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis, fharingitis, dan otitis serta saluran pernafasan bagian bawah seperti laryngitis, bronchitis, bronchiolitis, dan pneumonia yang dapat berlangsung selama 14 hari. Batas waktu 14 hari diambil untuk menentukan batas akut dari penyakit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sanitasi fisik rumah yang meliputi ventilasi rumah, lantai, dinding serta atap rumah dan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian survei analitik dengan desain yang digunakan adalah rancangan case control dimana 27 responden berusia  > 20 tahun sebagai kasus dan 27 responden berusia > 20 tahun sebagai kontrol dengan total sampel sebanyak 54 responden. Teknik analisis data menggunakan statistik Chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian ISPA di Desa Alue Ie Mirah Kecamatan Pante Bidari Kabupaten Aceh Timur (P value = 0.000), sedangkan tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA di Desa Alue Ie Mirah Kecamatan Pante Bidari Kabupaten Aceh Timur (P value = 1.000).


Author(s):  
Farhad Vahid ◽  
Zahra Nasiri ◽  
Amir Abbasnezhad ◽  
Ezatollah Fazeli Moghadam

BACKGROUND: Oxidative stress and chronic inflammation are among the leading causes of coronary heart disease (CHD). Studies investigated the relationship between dietary antioxidants and the risk/odds of CHD, and contradictory results have been reported. Dietary antioxidant index (DAI) is a novel and reliable nutritional tool that examines the diet’s overall antioxidant capacity. Its validity was examined using serum total antioxidant capacity and malondialdehyde. OBJECTIVE: This study aimed to investigate the relationship between DAI score and odds of CHD. METHODS: In this incidence case-control study, 320 individuals with a definitive diagnosis of CHD and 320 participants without CHD or related risk factors attending the same hospitals/polyclinics were selected as the case and control groups. We estimated the DAI by summing up six standardized intakes of major dietary antioxidants, including manganese, vitamin E, A, C, selenium, and zinc. RESULTS: Modeling DAI categorized according to the median (–0.38), in multi-adjusted model showed a significant protective association with the odd of CHD (OR = 0.72; 95%CI:0.51–0.99, p-value = 0.05). Also, modeling DAI as a continuous variable in multi-adjusted models (OR = 0.94;95%CI:0.90–0.95; p-value = 0.01) showed significant results. CONCLUSION: Using the DAI to investigate the relationship between dietary antioxidants and CHD can show more realistic results than a single study of antioxidants.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document