scholarly journals EFIKASI DIRI DAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN PRAKTEK MENYUNTIK AMAN

2020 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 18-27
Author(s):  
La Ode Alifariki Riki ◽  
Sukurni

Infeksi yang terjadi di Rumah Sakit salah satunya adalah infeksi nosokomial. Injeksi adalah salah satu metode medis yang paling sering digunakan untuk memperkenalkan obat atau zat lain ke dalam tubuh untuk tujuan pengobatan atau pencegahan. Masih tingginya angka petugas yang melakukan tindakan menyuntik tidak aman menjadi salah satu faktor risiko terjadinya infeksi nosokomial. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungn efikasi diri dan budaya organisasi dengan perilaku perawat dalam penerapan praktek menyuntik yang aman di RSUD Kota Kendari. Penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel 55 orang yang diambil secara proportional random sampling dengan menggunakan uji chi square test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan efikasi diri (X2hit = 10,977, p value = 0,001), budaya organisasi (X2hit = 18,366, p value = 0,000) dengan perilaku perawat dalam menerapkan praktek menyuntik yang aman di RSUD Kota Kendari. Kesimpulan penelitian adalah semua variabel independen (efikasi diri dan budaya organisasi) berhubungan dengan perilaku perawat dalam menerapkan praktek menyuntik yang aman. Disarankan agar pihak Rumah Sakit dapat memberikan sosialisasi tentang menyuntik aman pada perawat pelaksana dan memperbaiki budaya organisasi serta meningkatkan usaha efikasi diri perawat pelaksana

Author(s):  
Wahyu Ida Muliana Wahyu Ida Muliana

ABSTRACT Hyperemesis Gravidarum marked excessive nausea and vomiting in pregnant women at a young age. WHO estimates that 536,000 women died from direct complications of pregnancy and childbirth. One complication of pregnancy is Hyperemesis Gravidarum. Hyperemesis Gravidarum in the world has been estimated to occur in 1-2% of pregnant. According to data from the Medical Record of Dr. Mohammad Hoesin Palembang Hospital, the incidence of Hyperemesis Gravidarum in 2011 there were 72 people of 661 pregnant women. The purpose of this reseach was to determine the relationship between maternal age and parity with Hyperemesis Gravidarum in Dr. Mohammad Hoesin Palembang Hospital 2011. The Design of this reseach used Cross Sectional by analytic approach survey. The population of this reseach are all of mother who gestational ≤ 16 weeks (four months) in the Installation of Obstetrics and Gynecology, Dr. Mohammad Hoesin Palembang Hospital in January to December of 2011 with the sample of 661 people which taken by systematic random sampling and the reseach was conducted from 17 April to 24 April 2012.  Each variable that was observed in tests using Chi-Square test with a (0.05).  The results of this study showed that 5.9% of mothers with hyperemesis gravidarum, 21.8% of mothers with high risk age, and 30.0% primigravida. Chi-Square test showed no significant relationship between age (p value = 0.000) and parity (p value = 0.000) with the incidence of hyperemesis gravidarum. Expected to the Hospital to be implemented properly instructed how to provide counseling to pregnant women about pregnancy and childbirth, as well as provide confidence that the nausea and vomiting is a symptom of physiology in pregnancy.   ABSTRAK Hiperemesis Gravidarum ditandai mual dan muntah yang berlebihan terjadi pada ibu hamil di usia muda. WHO memperkirakan 536.000 perempuan meninggal dunia akibat langsung dari komplikasi kehamilan dan persalinan. Salah satu komplikasi kehamilan adalah Hiperemesis Gravidarum. Insiden Hiperemesis Gravidarum di dunia telah diperkirakan terjadi pada 1-2% wanita hamil. Menurut data dari Medical Record Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang, angka kejadian Hiperemesis Gravidarum pada tahun 2011 terdapat 72 orang dari 661 ibu hamil. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara umur dan paritas ibu dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum pada ibu di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang tahun 2011. Desain Penelitian ini menggunakan survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah dengan umur kehamilan ≤ 16 minggu (4 bulan) yang pernah dirawat inap di Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang pada bulan Januari-Desember tahun 2011 dengan jumlah sample 661 orang yang diambil secara systematic Random Sampling (secara acak sistematis) dan penelitian ini dilakukan dari tanggal 17 April sampai dengan 24 April 2012. Masing-masing variabel yang diteliti di uji dengan menggunakan uji Chi-Square dengan a (0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 5,9% ibu mengalami hiperemesis gravidarum, 21,8% ibu dengan umur resiko tinggi, dan 30,0% ibu primigravida. Uji Chi-Square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur (p value = 0,000) dan paritas (p value = 0,000) dengan kejadian hiperemesis gravidarum. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak Rumah Sakit agar dilaksanakan penyuluhan dengan cara memberikan konseling terhadap ibu hamil tentang kehamilan dan persalinan, serta memberikan keyakinan bahwa mual muntah merupakan gejala fisiologi pada kehamilan.


2021 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 85-91
Author(s):  
Yuningsih

One of the contributors to maternal and infant mortality is the incidence of preeclampsia that occurs during pregnancy. The cause of preeclampsia is still unknown, but it is suspected that age and parity are one of the triggers for this occurrence. Women of childbearing age who are nulliparous with extreme age under the age of less than 20 years and women with the age of more than 35 years are most commonly found to have preeclampsia. The design in this study is analytic with a cross sectional approach. The population of all mothers giving birth in the delivery room of RSD Balung Jember was 3594 in 2019. The number of samples taken using non-random sampling by purposive sampling was finally obtained by 97 respondents. In this study, the independent variables were maternal age and parity, while the dependent variable was the incidence of preeclampsia. The instrument used is medical records. The data is processed by editing, coding, processing and cleaning processes. Data were analyzed using multiple logistic regression. The results of the chi-square test for the age variable obtained that the Pearson chi-square value was 0.019 and the p value = 0.000 <0.05 from these results Ho was rejected, and the parity variable the Pearson chi- square value was 0.019 and the p value = 0.000 <0.05 from these results Ho is rejected. In conclusion, there is a relationship between age and preeclampsia, and there is a relationship between parity and preeclampsia.


2017 ◽  
Vol 13 (1) ◽  
pp. 53
Author(s):  
Herwinda Husnawati ◽  
Syamsul Arifin ◽  
Ida Yuliana

Abstract: Based on data from Banjarmasin Department of Health in 2015, the highest diarrhea incident which is 1.056 cases, occurs at Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin. There is an imbalance between diarrhea incident and visitation to sanitation clinic. Many factors are influencing someone’s behavior while knowledge is one of those. This research aimed to discover the correlation between education and sanitation clinic utilization on a mother of acute diarrhea toddlers at Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin. This was an analytic observational study with cross sectional design. The samples were 50 mothers chosen by systematic random sampling method. The analysis was conducted by chi-square test. The result portrayed 12% of high education, 22% of fair education and 66% of low education. Meanwhile, there were 64% non-utilization and 36% utilization of sanitation clinic. The correlation p-value was 0,000 (p<0,05). In conclusion,  there is a correlation between education and sanitation clinic utilization on a mother of acute diarrhea toddlers at Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin. Keywords: acute diarrhea, sanitation clinic utilization, education Abstrak: Data Dinas Kesehatan Kotamadya Banjarmasin tahun 2015 didapatkan angka kejadian diare tertinggi sebanyak 1,056 kasus di Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin. Terdapat kesenjangan antara angka kejadian diare dengan jumlah kunjungan ke klinik sanitasi. Banyak faktor yang mempengaruhi pemanfaatan klinik sanitasi, salah satunya adalah pengetahuan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan klinik sanitasi pada ibu bayi dan balita penderita diare akut di Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin. Metode penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 50 responden dengan teknik systematic random sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian adalah 12% mempunyai pengetahuan tinggi, 22% berpengetahuan cukup dan 66% berpengetahuan rendah. Sementara itu, untuk pemanfaatan klinik sanitasi didapatkan hasil tidak memanfaatkan klinik sanitasi 64% dan memanfaatkan 36%. Nilai korelasi p = 0,000 (p< 0,05). Kesimpulan penelitian ini terdapat hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan klinik sanitasi pada ibu bayi dan balita penderita diare akut di Puskesmas Kuin Raya Banjarmasin. Kata-kata kunci: diare akut, pemanfaatan klinik sanitasi, pengetahuan


2019 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 229
Author(s):  
La Ode Alifariki ◽  
Adius Kusnan

Perawat dapat memiliki risiko pada saat berinteraksi dengan pasien salah satunya yaitu tertular atau menularkan infeksi. Infeksi adalah masuk dan berkembangnya mikroorganisme dalam tubuh yang menyebabkan sakit yang disertai dengan gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Cedera akibat tusukan jarum pada petugas kesehatan merupakan masalah yang signifikan dalam institusi pelayanan kesehatan dewasa ini diperkirakan lebih dari satu juta jarum digunakan setiap tahun oleh tenaga perawat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan praktik menyuntik aman dengan kejadian cedera tertusuk jarum di RSUD Kota Kendari. Penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel 45 orang yang diambil secara proportional random sampling dengan menggunakan uji chi square test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan praktik menyuntik aman (X2hit= 7,487, p value = 0,006) dengan kejadian cedera tertusuk jarum di RSUD Kota Kendari. Kesimpulan penelitian adalah semakin rendah penerapan praktik menyuntik aman maka peluang kejadian cedera tertusuk jarum akan lebih tinggi. Disarankan agar pihak Rumah Sakit dapat memberikan sosialisasi tentang menyuntik aman pada perawat pelaksana dan melakukan tindakan sesuai SPO dan adanya pelatihan serta supervisi dari atasan secara berkesinambungan. Kata kunci: Praktik menyuntik aman, kejadian cedera tertusuk jarum Abstract The Relationship Between the Practice of Safe Injections and The Incidence of Needle Stick Injuries. Nurses can have a risk when interacting with patients, one of which is contracting or transmitting an infection. Infection is the entry and development of microorganisms in the body that cause pain accompanied by clinical symptoms both locally and systemically. Injury from needle puncture to health workers is a significant problem in institutions of health care today estimated at more than one million needles used every year by nurses. The purpose of this study was to analyze the relationship between the practice of safe injections and the incidence of needle stick injuries in Kendari City Hospital. This study used observational analytic with cross sectional approach with a sample of 45 people taken by proportional random sampling using the chi square test. The results showed that there was a correlation between the practice of safe injections (X2hit = 7.487, p value = 0.006) with the incidence of needle stick injuries in Kendari City Hospital. The conclusion of the study is that the lower the application of safe injecting practices, the higher the chance of the occurrence of needle puncture injuries. It is recommended that the Hospital can provide socialization about safe injections to the implementing nurses and take action according to the SPO and the existence of training and supervision from superiors on an ongoing basis. Keywords: Practical safe injection, needle-injured incidence


2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 41-48
Author(s):  
Jamroni Jamroni ◽  
Avifah Fitrianingrum

Pandemi Covid-19 saat ini menjadi masalah kesehatan terbesar di dunia. Kampanye 3M merupakan satu paket protokol kesehatan untuk mencegah penularan COVID-19. Berdasarkan studi pendahuluan dengan observasi langsung di Padukuhan Ngaliyan diketahui bahwa masih ada beberapa masyarakat yang tidak menerapkan perilaku 3M. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi perilaku 3M (Mencuci tangan, Memakai masker, Menjaga jarak) dalam pencegahan penularan COVID-19 di Padukuhan Ngaliyan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian adalah cross sectional. Teknik pengambilan sampel dengan random sampling sebanyak 89 responden. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Berdasarkan uji chi square variabel pengetahuan terhadap perilaku 3M diperoleh p-value 0,013 (<0,05), variabel sikap p-value 0,027 (<0,05) dan variabel media informasi 0,020 (<0,05). Kesimpulan penelitian ini yaitu ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan media informasi terhadap perilaku 3M di Padukuhan Ngaliyan.  Pandemic Covid-19, is to be the biggest health problems in the world. Campaign 3M is one package the protocol of health to prevent the transmission of COVID-19. Based on preliminary studies with direct observation in Padukuhan Ngaliyan be aware that there are still some people who do not implement the behavior of 3M. The purpose of the Study was to determine what factors affect the behavior of 3M (Wash hands, Wear a mask, Keep a distance) in the prevention of transmission of COVID-19 in Padukuhan Ngaliyan. This type of research is quantitative research with the research design was cross-sectional. Sampling technique with random sampling as many as 89 respondents. Data were analyzed using Chi-Square test. Based on the chi square test variable knowledge of the behavior of 3M obtained the value of p-value 0,013 (<0.05), attitude 0.02 (< 0.05) and media information 0.020 (<0,05). The conclusion of this research that there is a significant influence between knowledge, attitudes and media information on the behavior of 3M in Padukuhan Ngaliyan.


Author(s):  
Rini Mayasari Rini Mayasari

ABSTRACT According to the health of the World Health Organization (WHO) in poor countries and developing countries, mortality in infants and young children from diarrhea about two million children each year, the purpose of this study was to determine the relationship between education and employment to women with the incidence of diarrhea in children in health centers in 2011 Pelembang Basuki Rahmat This study uses survey Cross sectional analytic approach. The population in this study were all mothers who have young children who come to visit the health center Palembang Basuki Rahmat which amounts to 448 people and a random sample random sampling. Variable that is examined in the analysis using univariate and bivariate analysis via Chi-Square test at α = 0.05. The results of univariate analysis showed that mothers who have children diagnosed with diarrhea as many as 94 people (65.7%) and diarrhea are not diagnosed in 49 men (34.3%), mothers with higher education as many as 68 people (47.6%) and low education as many as 75 people (52.4 %) and mothers who worked as many as 91 people (63.6%) and that does not work as many as 52 people (36.4%). The results of bivariate analysis showed that the incidence of diarrhea in toddlers higher education less mothers were 36 (52.9%) compared with the incidence of diarrhea in children with poorly educated mothers as much as 58 (77.3%), the incidence of diarrhea in infants whose mothers work as much as 72 larger (79.1 %) compared with the non-occurrence of diarrhea in infants whose mothers worked were 19 (20.9%). chi-square test showed no significant association between education with incidence of diarrhea (p value = 0.004) and there was a significant association between maternal work (p value = 0.000) with the incidence of diarrhea in health centers Basuki Rahmat Palembang in 2011. Expected to health workers in order to improve health services, especially education about risk factors for the incidence of diarrhea in infants.     ABSTRAK 21       Menurut badan kesehatan world health organization (WHO) di negara negara miskin dan sedang berkembang, kematian pada bayi dan anak anak akibat diare berkisar dua juta anak tiap tahunnya tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan pekerjaan ibu dengan kejadian diare pada balita di puskesmas basuki rahmat pelembang tahun 2011. Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak balita yang datang berkunjung ke puskesmas basuki rahmat Palembang  yang berjumlah 448 orang dan pengambilan sampel secara random sampling. Variable yang di teliti di analisis dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat melalui uji Chi-Square pada α = 0,05.  Hasil analisis univariat menunjukkan ibu yang memiliki balita yang terdiagnosa diare sebanyak 94 orang (65.7%) dan yang tidak terdiagnosa diare sebanyak 49 orang ( 34.3%), ibu dengan pendidikan tinggi sebanyak 68 orang (47.6%) dan pendidikan rendah sebanyak 75 orang (52.4%) dan ibu yang bekerja sebanyak 91 orang (63.6%) dan yang tidak bekerja sebanyak 52 orang (36.4%). Hasil analisis bivariat menunjukkan kejadian diare pada balita yang pendidikan ibunya tinggi lebih kecil sebanyak 36 (52.9%) dibandingkan dengan terjadinya diare pada balita dengan ibu berpendidikan rendah sebanyak 58 (77.3%), kejadian diare pada balita yang ibunya bekerja lebih besar sebanyak 72 (79.1%) dibandingkan dengan tidak terjadinya diare pada balita yang ibunya bekerja sebanyak 19 (20.9%). uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kejadian diare ( p value = 0,004) dan ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu (p value =0,000) dengan kejadian diare di Puskesmas Basuki Rahmat Palembang tahun 2011. Diharapkan kepada petugas kesehatan agar dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terutama penyuluhan tentang faktor  resiko kejadian diare pada balita.


2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 32-42
Author(s):  
Miftakhur OksitosinRohmah ◽  
Nita Dwi Astikasari ◽  
Iriyanti Weto

Child development is an increasing skill for structure and function of the more complex body in an orderly and predictable pattern, as a result of the maturation process, involving the process of differentiation of the body's cells, tissues, organs and organ systems develop in such a way that each can fulfill its function. One aspect of development that needs attention is language development and speech. Speech and language disorders are one of the most common problems in children. Purpose of this study was to analize of parenting parents to speech delay in children aged 3-5 years. Design of this study was observational analytic with cross sectional approach. Population of this study all parents of children aged 3-5 years, with Simple Random Sampling technique obtained a sample of 32 respondents. Data analysis using Chi Square test. The results showed almost half of the respondents had a parenting pattern in the permissive category, which was 15 respondents (46.9%) and most of the respondents had speech delay in the category of suspected late talk, ie 20 respondents (62.5%). Result analysis using Chi Square test shows p-value = 0,025 <a= 0,05, so H0 is rejected and H1 accepted which means there was relation of parenting pattern to speech delay in children aged 3-5 years.  Keywords:  Parenting, Speech Delay, Children Age 3-5 Years ABSTRAK  Perkembangan anak merupakan bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan, menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya . Salah satu aspek perkembangan yang memerlukan perhatian adalah perkembangan bahasa dan bicara. Gangguan bicara dan bahasa merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada anak-anak. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan pola asuh orang tua dengan keterlambatan bicara pada anak usia 3-5 tahun. Desain penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini seluruh orang tua anak usia 3-5 tahun, dengan teknik Simple Random Sampling diperoleh sampel 32 responden. Analisa data menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan hampir setengah responden memiliki pola asuh dalam kategori permisif, yaitu 15 responden (46,9%) dan sebagian besar responden memiliki keterlambatan bicara dalam kategori dicurigai terlambat bicara, yaitu 20 responden (62,5%). Hasil analisa menggunakan uji Chi Square menunjukkan nilai p-value = 0,025 <a = 0,05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan pola asuh orang tua terhadap keterlambatan bicara pada anak usia 3-5 tahun.  Kata Kunci: Pola Asuh, Keterlambatan Bicara, Anak Usia 3-5 Tahun


2019 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Ramadhan Rifandy Widodo ◽  
Tantut Susanto ◽  
Latifa Aini Susumaningrum

ABSTRAKPeran ganda pada ibu yang bekerja rawan menimbulkan stress yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap ibu terutama sikap pemberian ASI, dimana sikap merupakan salah satu faktor penting yang mendorong keberhasilan pemberian ASI. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan pekerjaan dan status paritas ibu dengan sikap pemberian ASI (Air Susu Ibu) pada bayi usia 0-6 bulan di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Penelitian dengan desain cross sectional dilakukan pada 273 ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan dengan stratified random sampling. Kuesioner digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik responden dan sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Chi-square test digunakan untuk menjawab tujuan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pekerjaan ibu adalah ibu rumah tangga (80,2%) dan sebagian besar ibu memiliki sikap pemberian ASI yang cukup (90,8%). Analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pekerjaan  ibu dengan sikap pemberian ASI (χ2= 2,089; p-value= 0,352). Akan tetapi teridentifikasi bahwa status paritas ibu berhubungan dengan sikap pemberian ASI (χ2= 14,050; p-value= 0,001). Dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan sikap pemberian ASI, tetapi status paritas ibu berhubungan dengan sikap pemberian ASI. Program KB (Keluarga Berencana) perlu ditingkatkan dengan tujuan mendorong ibu memberikan ASI kepada anaknya sesuai usia yang ditentukan. ABSTRACTDouble roles for working mothers caused stress which effects on their attitude towards breastfeeding practice. The objective of this study was to identify the correlation between mother’s employment and parity and attitudes towards breastfeeding among mothers in Panti district, Jember regency. A cross-sectional study was conducted among 273 mothers who have infants 0-6 months using stratified random sampling. Respondents’ characteristics and attitudes towards breastfeeding were measured using a questionnaire. A chi-square test was used to analyze the data. The results showed most of the mother was housewives (80,2%), most of the mother were multipara (64,5%) and most of the respondents have sufficient attitudes towards breastfeeding (90,8%). There were no relationship between mother’s employment and attitudes towards breastfeeding (χ2= 2,089; p-value= 0,352). However, there were significant relationship between maternal’s parity and attitudes towards breastfeeding (χ2= 14,050; p-value= 0,001). This study showed there was no relationship between mother’s employment and attitudes towards breastfeeding, although maternal’s parity showed different results. Therefore, family planning program should be improved correctly to support mothers breastfeed their babies until the six month age to achieve exclusive breastfeeding practice. 


2016 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Septia Endike ◽  
Yaslinda Yaunin ◽  
Rima Semiarty

 AbstrakPadang adalah salah satu kota di Indonesia yang rawan terhadap kejadian gempa dan Tsunami.  Orang yang selamat dari peristiwa Tsunami bukan hanya menderita bencana yang sifatnya fisik dan harta benda saja, tetapi lebih pada trauma mental yang tidak mudah dilupakan. Trauma mental itu sendiri bila tidak ditangani dengan sungguh-sungguh dan profesional dapat berlanjut pada gangguan jiwa salah satunya adalah ansietas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan risiko tsunami terhadap tingkat ansietas pada anak sekolah dasar di zona merah dan hijau Kota Padang. Penelitian analitik observasional ini menggunakan desain cross-sectional dengan jumlah subjek sebanyak 117 responden yang dipilih secara stratified random sampling di SDN 02 Ulak Karang Selatan (zona merah) dan SDN 33 Kalumbuk (zona hijau). Data dikumpulkan melalui wawancara responden menggunakan kuesioner HRS-A yang kemudian dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan tingkat ansietas pada anak-anak yang bersekolah di zona merah yaitu 7 anak (14%) ringan, 8 anak (16%) sedang dan 1 anak (2%) berat, sedangkan di zona hijau didapatkan 16 anak (23,9%) ringan, 8 anak (11,9%) sedang dan tidak ada anak yang mengalami ansietas berat. Berbagai simulasi gempa dan Tsunami yang dilakukan terhadap anak sekolah di zona merah menurunkan angka ansietas pada anak tersebut. Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa nilai p = 0,151 (p < 0,05) yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara risiko tsunami terhadap tingkat ansietas pada pada anak-anak di zona merah dan zona hijau.Kata kunci: ansietas, tsunami, anak AbstractPadang is one of the city in Indonesia that have a high risk to tsunami disaster. For those who survived at the tsunami attack, it is not only a physical and property damage, but rather on the mental trauma that is not easily forgotten and can lead to mental disorders such as anxiety. The objective of this study was to examined the correlation of the tsunami risk to the anxiety level on children in the red and green zone of Padang.This research was an observational analytic study using cross-sectional design with a total sample of 117 respondents were selected by stratified random sampling in SDN 02 Ulak Karang Selatan (red zone) and SDN 33 Kalumbuk (green zone). Data were collected through interviewing respondents using a HRS-A questionnaire, then analyzed with chi-square test. The results of this study indicate the level of anxiety in children who attend school in the red zone as many as 7 (14%) mild, 8 (16%) moderate and 1 (2%) severe, whereas the green zone obtained in 16 (23, 9%) mild, 8 (11.9%) moderate, and no child is experiencing severe anxiety. Additional findings indicate that a variety of simulated earthquake and tsunami were conducted on the red zoned school children decrease the anxiety in the child. The results of chi-square test showed that the p value = 0.151 (p <0.05), which means there is no significant association between the risk of a tsunami on the level of anxiety in children at red zone and green zone. Keywords:  anxiety, tsunami, children


2021 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 204
Author(s):  
Rim Kosim ◽  
Gatut Hardianto ◽  
Kasiati Kasiati

Abstrak Latar belakang: Dismenorea merupakan gangguan menstruasi berupa nyeri perut bawah sesaat atau bersamaan dengan permulaan menstruasi. Menstruasi merupakan kejadian fisiologis dalam tubuh wanita dan dapat disertai beberapa gangguan salah satunya dismenorea. Kejadian dismenorea bagi remaja dapat mengganggu aktivitas sehari-hari termasuk sekolah. Di Indonesia dari hasil penelitian PIK-KRR kejadian dismenorea pada remaja putri sebesar 72,89%. Faktor-faktor yang terkait dismenorea meliputi usia dibawah 20 tahun, status gizi, usia menarche, riwayat keluarga dengan dismenorea, dan merokok. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan status gizi dan usia menarche dengan kejadian dismenorea. Metode: Menggunakan metode analitik observasional dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel yang digunakan yaitu sebanyak 100 responden dengan tehnik simple random sampling. Pengumpulan data berupa data primer dari responden. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil: Terdapat hubungan antara status gizi dan usia menarche dengan kejadian dismenorea pada remaja putri SMAN 19 Surabaya (uji chi square status gizi dengan kejadian dismenorea p value = 0,023 serta usia menarche dengan kejadian dismenorea p value = 0,047). Kesimpulan: Status gizi dan usia menarche merupakan faktor risiko yang memiliki hubungan  bermakna dengan kejadian dismenorea pada remaja putri.Abstract Introduction: Dysmenorrhea is a menstrual disorder in the form of lower abdominal pain before or right with the onset of menstruation. Menstruation is a physiological event in a woman's body and can be accompanied by several disorders, one of which is dysmenorrhoea. The incidence of dysmenorrhea for adolescents can disrupt daily activities including school. In Indonesia, the results of PIK-KRR’s study shows the incidence of dysmenorrhoea in young women was 72.89%. Factors related to dysmenorrhea including age under 20 years, nutritional status, age of menarche, family history of dysmenorrhea, and smoking. This study aims to analyze the relationship between nutritional status and age of menarche with the incidence of dysmenorrhea. Method: This study used an observational analytic method with a cross sectional study design. The sample used is 100 respondents using simple random sampling method. Data is collected in the form of primary data from respondents. Data analysis used the chi square test. Result: There is a relationship between nutritional status and age of menarche with the incidence of dysmenorrhea in female adolescents of SMAN 19 Surabaya (chi square test of nutritional status with incidence of dysmenorrhoea p = 0.023 and age of menarche with incidence of dysmenorrhea p = 0.047). Conclusion: Nutritional status and age of menarche are risk factors that have a significant relationship with the incidence of dysmenorrhea in female adolescents.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document