scholarly journals HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN MINAT IBU MENJADI AKSEPTOR KONTRASEPSI METODE OPERATIF WANITA (MOW)

2019 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 1-6
Author(s):  
Eva Nur azizah

Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi, sedangkan minat adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri, sehingga kecemasan yang ada masyarakat masih menjadi faktor yang mempengaruhi minat yang rendah terhadap kontrasepsi MOW. Tujuan penelitian penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kecemasan dengan minat ibu menjadi akseptor kontrasepsi MOW. Desain penelitian ini menggunakan analitik korelasional Case Control dimana dalam penelitian ini melihat kebelakang untuk mengali dampak yang terjadi. Pengambilan sampel secara Purposive sampling berjumlah 30 responden. Penelitian ini menggunakan Uji statistik Spearman Rank. Hasil uji statistika didapatkan angka probabilitas (p) = 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, hal ini menunjukkan ada hubungan kecemasan dengan minat ibu menjadi akseptor kontrasepsi MOW. Nilai r = 0,701, maka ada hubungan positif kuat antara kecemasan dengan minat ibu menjadi akseptor kontrasepsi MOW berarti bahwa sebagian besar ibu yang merasakan kecemasan sedang maka ibu hanya berminat. Berdasarkan hasil penelitian diatas, sebaiknya sebagai petugas kesehatan lebih banyak melakukan pendekatan ke masyarakat agar kecemasan dalam masyarakat dan minat ibu semakin tinggi.

2021 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
pp. 213
Author(s):  
Hasanah Nurbawena ◽  
Martono Tri Utomo ◽  
Esti Yunitasari

AbstrakLatar belakang : Kejadian stunting merupakan salah satu  masalah gizi pada anak yang memiliki prevalensi tinggi di Indonesia. Cut off point  kejadian stunting tidak boleh lebih dari 20%, sedangkan jumlah kejadian stunting di Surabaya sebanyak 22,8%. Salah satu penyebab tingginya kejadian stunting yaitu penyakit infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan riwayat sakit dengan kejadian stunting pada balita. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan rancang penelitian case control. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 40 balita dengan usai 24-36 bulan di wilayah kerja Puskesmas Simomulyo Surabaya. Sampel penelitian balita stunting merupakan kelompok kasus dan balita non-stunting merupakan kelompok kontrol. Pengambilan data untuk kelompok kasus menggunakan purposive sampling dan pada kelompok kasus menggunakan matching sampling dengan menyesuaikan usia bayi dan jenis kelamin pada kelompok kasus. Pengumpulan data mengguanakan instrumen kuisioner. Uji statistik menggunakan chi square Hasil : Hasil penelitian ini didapatkan balita stunting memiliki riwayat sakit sebanyak 90%, sedangkan pada balita non-stunting sebanyak 45%. Uji statistik menggunakan mengenai hubungan riwayat sakit dengan kejadain stunting pada balita dengan uji Chi square didapatkan hasil yang signifikan yaitu p=0,002 (<0,05) dan OR 4,889. Kesimpulan : Balita stunting memiliki riwayat sakit lebih sering daripada balita non-stunting.AbstractBackground: . The incidence of stunting is one of the nutritional problems in children who have a high prevalence in Indonesia. The cut off point for stunting events should not be more than 20%, while the number of stunting events in Surabaya is 22.8%. One of the causes of the high incidence of stunting is an infectious disease. This study aimed to determine the relationship of a history of illnes with the incidence of stunting in infants. Method: This research was an observational analytic study using a case control research design. The number of samples were 40 toddlers (20 toodlers with stunting and 20 toodlers with non-stunting) aged 24-36 months in the working area of the Simomulyo Primary Health Care in Surabaya. The stunting toddlers belonged to a case group and non-stunting toddlers belonged to a control group. Data collection of case group had used purposive sampling and that control group used matching sampling by adjusting the baby's age and gender in the case group. Data was obtained by questionnaire instrument.Data was analysis by Chi square Results: The persentage of stunting toddlers who had a history of illness was 90%, while the non-stunting toddlers had a history of illness was 45%. There was relationship between the history of infectious diseases and the occurrence of stunting in toodler p=0,022 (<0,05) and OR=4,338. Conclusion: Stunting toddlers have a history of pain more often than non-stunting toddlers 


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 116-125
Author(s):  
Siti Zumrotin ◽  
Hariyono Hariyono ◽  
Inayatur Rosyidah
Keyword(s):  
P Value ◽  

Robekan perineum merupakan robekan yang terjadi saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan alat atau tindakan. Senam hamil bermanfaat dalam proses persalinan, memperkuat dan mempertahankan elastisitas pada saat mengejan karena otot-otot dasar panggul dan otot paha bagian dalam mengendur secara aktif. Penelitian ini bertujuan menganalisa hubungan senam hamil pada ibu primipara dengan kejadian robekan perineum di Puskesmas Baureno Bojonegoro Desain penelitian Jenis penelitian survey analitik retrospektif, rancangan penelitian berupa case control pendekatan retrospektif. Populasi dan sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu total sampling berdasarkan diagnose medis pasien yang pernah dirawat dari bulan Januari sampai dengan maret 2020 yaitu 35 orang. Menggunakan data sekunder dengan Variabel independen ibu bersalin yang mengikuti senam hamil dan Variabel dependen robekan perineum, Teknik Analisa univariat dan Analisa bivariatdenganUji Rank Spearman Dari hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan ibu yang melakukan senam hamil rutin tidak mengalami robekan perineum yaitu 21 orang (84 %)dari 25 responden, sedangkan ibu yang tidakrutinmelakukan senam hamil lebih banyak mengalami robekan perineum yaitu 8 orang (80 %)dari 10 responden, pada Analisauji spearman rank pada taraf kesalahan 5%, didapatkan p value= 0,041 dimana p value < 0,05 maka H1 diterima yang artinya Ada hubungan senam hamil dengan kejadianr obekan perineum pada ibu primipara di Puskesmas Baureno Kabupaten Bojonegoro. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kegiatan Senam hamil pada responden membuktikan bahwa berpengaruh pada Kejadian Robekan Perineum


2020 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
pp. 81
Author(s):  
Lia Natalia

Berdasarkan hasil survey penduduk antar sensus (Supas) 2015 jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2019 sekitar 266,91 juta jiwa. Jumlah yang menggunakan IUD di Puskesmas Sukahaji sebesar 4,80% pada tahun 2018. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui  faktor yang berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device). Rancangan penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan case control. Kasus adalah akseptor KB IUD dengan jumlah 128 responden. Kontrol adalah akseptor KB implan dan MOW dengan jumlah 128 responden, cara pengambilan sampel dengan purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah angket. Analisis yang dilakukan meliputi univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian didapatkan faktor yang berhubungan bermakna dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD yaitu pengetahuan (p = 0,001), pendidikan (p =  0,001), pekerjaan (p = 0,001), paritas (p = 0,001), umur (p = 0,001), sosial ekonomi (p = 0,001), budaya (p = 0,001), tarif pelayanan (p  = 0,026), informasi oleh petugas lapangan KB (p = 0,002,), penyedia pelayanan (p = 0,001) dan dukungan suami   (p =  0,001), dan faktor yang tidak berhubungan adalah ketersediaan alat (p =  0,617) dan  ketersediaan tenaga (p =  0,142). Hasil analisis multivariat, variabel yang paling dominan berhubungan dengan alat kontrasepsi IUD adalah dukungan suami (p = 0.001, OR = 5,638). Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan terus   kualitas pelayanan KB dengan memberikan penyuluhan melibatkan suami, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Kata kunci : Keluarga Berencana, IUD, akseptor, perdesaan


2019 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 132
Author(s):  
Eni Yuliawati

<p>Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. <em>Stunting</em> di Asia Tenggara tahun 2015 sebanyak 59 juta anak, sedangkan di Afrika 60 juta anak. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan inisiasi menyusu dini, keanekaragaman makanan dan jaminan kesehatan dengan kejadian stunting di Kabupaten Mentawai. Jenis penelitian  ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain case control dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2019. Populasi penelitian berjumlah 2955 anak sampel dalam penelitian ini anak usia 24-59 bulan di kabupaten kepulauan Mentawai. Analisa yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil penelitian dengan menggunakan uji statistik chi square untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting yaitu inisiasi menyusu dini dengan P value 0.004 (OR: 11.11), keanekaragaman makanan P value 0.004 (OR:11.11) dan jaminan kesehatan P value 0.79 kesimpulan dari penelitian ini adalah variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah inisiasi menyusu dini, keanekaragaman makanan sedangkan jaminan kesehatan tidak berhubungan dengan kejadian stunting.</p><p> </p>


2019 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 128
Author(s):  
Asyaul Wasiah

ABSTRAKKanker serviks adalah kondisi suatu penyakit dengan ciri pertumbuhan sel dan penyebaran sel yang tidak terkontrol dan abnormal. Faktor risiko terjadinya kanker serviks salah satunya paritas > 3. Paritas adalah banyaknya bayi hidup yang dilahirkan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan paritas terhadap kejadian kanker serviks di RSUD dr.Soegiri Kabupaten Lamongan. Jenis  penelitian merupakan observasional analitik dengan desain penelitian case control. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD dr.Soegiri Lamongan pada bulan Oktober 2019. Jumlah sampel penelitian sebanyak 68 data rekam medis dengan teknik purposive sampling. Analisis statistik menggunakan uji Chi Square. Hasil analisis univariat diketahui jumlah paritas < 3 sebanyak 47 sampel dengan persentase 69,1% dan paritas > 3 sebanyak 21 sampel dengan persentase 30,9%. Hasil analisis bivariat antara paritas dengan kejadian kanker serviks didapatkan hasil (p = 0,115). Paritas tidak berhubungan dengan kejadian kanker serviks. Kata Kunci : kanker serviks, paritas  


2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 109
Author(s):  
Wiwin Eva Nuvitasari ◽  
Susilaningsih Susilaningsih ◽  
Agnis Sabat Kristiana

Gejala premenstrual syndrome dialami 23% remaja putri di Indonesia. Premenstrual syndrome timbul pada siswi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu meningkatnya stres atau tekanan yang dipengaruhi oleh usia, kelas, dan gaya hidup. Stres adalah reaksi tubuh terhadap tuntutan atau beban yang bersifat non spesifik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat stres dengan premenstrual syndrome pada siswi SMK Islam. Penelitian ini menggunakan desain korelasional study dengan pendekatan case control. Populasi penelitian ini adalah siswi SMK Islam yang berjumlah 64 siswi. Sampel yang diambil yaitu berjumlah 40 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisa bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji spearman. Hasil analisis menggunakan software menunjukkan nilai ρ = 0,0001 dimana nilai ρ < α = 0,05, artinya bahwa Hα diterima. Nilai koefisien korelasi 0,681 menurut tabel inteprestasi korelasi yaitu tingkat hubungan kuat dan arah korelasi positif. Kesimpulan yang diperoleh adalah ada hubungan positif antara tingkat stres dengan premenstrual syndrome, yaitu semakin basar nilai tingkat stres maka semakin besar pula nilai premenstrual syndrome. Kata kunci: remaja,  premenstrual syndrome, stres STRESS LEVEL CONNECTED WITH PREMENSTRUAL SYNDROME ON STUDENT IN ISLAMIC VOCATIONAL HIGH SCHOOL ABSTRACTThe premenstrual syndrome symptoms experienced by 23% of young woman in Indonesia. Premenstrual syndrome are generated by some factors, one of which is increase in stress influenced by age, class, and lifestyle. Stress is the body’s reaction to nonspecific demands or load. The purpose of this research was to investigated the correlation between the stress level with the premenstrual syndrome among student in Islamic Vocational High School. The study using a correlational study design with case control approach. The population of this research is student in Islamic Vocational High School which totaled 64 student. Samples have taken from total 40 respondent by using purposive sampling techiques. The study used spearman tes for bivariat analysis. The result using a software showed ρ value = 0,0001 where the ρ value < α = 0,05, it means Hα was accepted. The value correlation 0,681 that level of correlation strong with positive direction. The conclusion are any positive correlation between stress level with premenstrual syndrome, if the value of stress level was higher the value of premenstrual syndrome (PMS) was higher too. Keywords: premenstrual syndrome, stress, teenagers 


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 1-13
Author(s):  
Muhammad Jusman Rau ◽  
Nur Mifta Huldjannah

Negara yang memiliki beban TB seperti Indonesia akan terkena dampak peningkatan kormobid Diabetes Melitus, sehingga Indonesia mempunyai beban ganda dalam penyelesaian penyakit menular dan penyakit tidak menular. Kota Palu merupakan salah satu Kabupaten/Kota yang memiliki kasus TB tertinggi di Sulawesi Tengah sebanyak 693 kasus dan kasus Diabetes Melitus di Kota Palu sebanyak 5.824 kasus. Kejadian TB-DM di Puskesmas Kamonji dilaporkan berjumlah 18 kasus. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor risiko kejadian TB-DM di wilayah kerja Puskesmas Kamonji Kota Palu. Penelitian ini menggunakan desain penelitian case-control serta sampel menggunakan teknik Purposive Sampling yang berjumlah 64 responden dengan perbandingan 1:3. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IMT (OR = 0,227) merupakan faktor protektif. Sedangkan umur (OR = 4,012), riwayat diabetes melitus (OR = 16,465) dan perilaku merokok (OR = 3,800) merupakan faktor risiko dari kejadian TB-DM di wilayah kerja Puskesmas Kamonji. Determinan TB-DM yaitu riwayat diabetes melitus (p 0,000). Upaya pencegahan untuk menekan kejadian TB-DM yaitu melakukan screening PTM secara teratur, pengaturan pola makan yang tepat, melakukan aktivitas fisik dan meningkatkan kesadaran perilaku merokok yang baik.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 123-129
Author(s):  
Dhina Widayati

Salah satu SDM (Sumber Daya Manusia) di RS yang mempunyai waktu bersama pasien paling lama adalah perawat. Pada pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas diperlukan suatau kinerja yang baik. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kinerja, salah satunya adalah quality nursing work life (QNWL). Perawat dengan beban kerja yang tinggi dan desain kerja yang monoton rentan mengalami burnout syndrome (stres kerja). Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hubungan QNWL dengan burnout syndrome. Korelasional dan crosssectional menjadi desain dan pendekatan dalam studi ini. QNWL merupakan variabel independen dan burnout syndrome variabel dependennya. Data diperoleh melalui kuesioner. Besar sampel sejumlah 30 responden yang diperoleh secara purposive sampling. Analisa data dilakukan dengan Spearman Rank Test dengan p value 0,009 dan coefisien correlation -0,56 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan dengan tingkatan sedang antara QNWL dengan kejadian burnout syndrome dengan arah hubungan negatif, artinya semakin baik QNWL maka semakin meminimalkan burnout syndrome. Salah satu faktor yang mempengaruhi QNWL adalah lingkungan kerja yang kondusif, oleh karena itu diharapkan kepada perawat untuk dapat menjalin kerjasama yang baik antar tim agar tercipta suasana kerja yang harmonis dan lingkungan kerja yang harmonis, dengan demikian maka akan menurunkan kejadian burnout pada perawat. One of the HR (Human Resources) in a hospital that has the longest time with patients is a nurse. In the provision of quality nursing care required a good performance. There are several things that affect performance, one of which is quality nursing work life (QNWL). Nurses with high workloads and monotonous work designs are prone to experiencing burnout syndrome (work stress). This study aims to determine the relationship of QNWL with burnout syndrome. Correlational and cross sectional design was used in this study. QNWL is an independent variable and burnout syndrome is the dependent variable. Data obtained through a questionnaire. The sample size of 30 respondents obtained by purposive sampling. Data analysis was performed with the Spearman Rank Test with p value 0.009 and the correlation coefficient of -0.56 which showed that there was a moderate level of correlation between QNWL and the incidence of burnout syndrome with the direction of the negative relationship, meaning that the better QNWL, the more minimizing burnout syndrome. One of the factors that influence QNWL is a conducive work environment, therefore it is expected that nurses will be able to establish good cooperation between teams in order to create a harmonious work atmosphere and a harmonious work environment, thereby reducing the incidence of burnout to nurse


2016 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 164
Author(s):  
Reny Nugraheni

ABSTRAK Penderita kusta yang tidak mengetahui penatalaksanaan dalam perawatan yang tepat dapat mengakibatkan kecacatan yang permanen, penderita kusta akan mengalami beberapa masalah diantaranya rendah diri, depresi, menyendiri, atau menolak diri, serta masyarakat akan mengucilkan pasien sehingga sulit mencari pekerjaan. Provinsi Jawa Timur merupakan daerah penyumbang penderita kusta tertinggi di Indonesia dengan 4.116 kasus. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui analisis konsep diri terhadap kualitas hidup penderita kusta yang mengalami kecacatan di Rumah Sakit Kusta Kediri. Desain penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Dengan teknik purposive Sampling diperoleh sampel 97 responden. Variabel independen konsep diri, variabel dependen kualitas hidup. Uji hipotesis menggunakan Spearman rank < (0,05). Hasil penelitian konsep diri penderita kusta yang mengalami kecacatan diketahui sebagian besar gambaran diri kurang, yaitu 55 responden (56,7%), hampir setengah ideal diri cukup, yaitu 40 responden (41,2%), hampir setengah harga diri dalam kategori cukup, yaitu 55 responden (56,7%), sedangkan sebagian besar peran diri dalam kategori cukup, yaitu 55 responden (56,7%) dan hampir setengah identitas diri dalam kategori cukup, yaitu 42 responden (43,3Sebesar 47,4% kualitas hidup pada kategori kurang. Hasil analisis terbukti bahwa ada hubungan konsep diri terhadap kualitas hidup penderita kusta yang mengalami kecacatan. Pembentukan konsep diri melalui komunikasi antarpribadi merupakan cara seseorang memandang dirinya melalui interaksi dengan orang lain. Konsep diri yang akan mempengaruhi diri seseorang dalam melakukan kontak komunikasi atau interaksi dengan orang lain.Kata Kunci: Konsep Diri, Kualitas Hidup, Penderita Kusta.Abstract The Analysis Self-Concept Against Quality Of Life Leprosy Patient’s Who Have Defects In Kediri Special Leprosy HospitalLeprosy will lead to changes in self-concept among low self-esteem, depression, withdrawn, or self deny, and society will isolate the patient so he get difficulty to find a job. East Java is an area of highest contributor leprosy patients in Indonesia with 4,116 cases. The purpose of this study was to determine analysis self-concept against quality of life leprosy patient’s that have defects In Kediri Special Leprosy Hospital. The study design was observational analytic with cross sectional approach. With a purposive sampling techniques responden.Variabel sample obtained 97 independent self-concept, the dependent variable quality of life. Data were collected using a questionnaire was tested using Spearman rank < (0.05). The results of the study the concept of self-lepers who have defects are known as many self-image is less, as many as 55 respondents (56.7%), almost half the ideal self-sufficient, ie 40 respondents (41.2%), almost half the price in the category of pretty, ie 55 respondents (56.7%), while most of the roles in enough categories, as many as 55 respondents (56.7%) and almost half of identity in enough categories, as many as 42 respondents (43.3%). almost half the quality live in the poor category, as many as 46 respondents (47.4%). The result of the analysis proven that there is a relationship of self-concept to leprosy patient’s quality of life that have defects. The formation of self-concept through interpersonal communication is the way a person sees himself through interaction with others. The concept of self that will affect one's self in contact communication or interaction with others.Keywords: Self-Concept, Quality of Life, Leprosy Patient


2020 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 68
Author(s):  
Saskia Nandatari ◽  
Yudhistya N Insan ◽  
Widardo Widardo

<p><strong>Pendahuluan</strong>: Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan sebelum 37 minggu. Persalinan prematur disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu anemia. Anemia dalam kehamilan merupakan masalah yang cukup sering terjadi terutama di negara berkembang. Anemia dalam kehamilan merupakan keadaan dimana nilai Hemoglobin ibu hamil dibawah 11 g/dl. Keadaan ini mengakibatkan penurunan jumlah oksigen yang dibawa ke janin sehingga mengakibatkan terjadinya hipoksia pada janin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian persalinan prematur di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.</p><p><strong>Metode Penelitian</strong>: Penelitian observasional analitik dengan pendekatan <em>case control,</em> dilakukan pada bulan Agustus-September 2019 di RSUD Dr. Moewardi. Subjek penelitian adalah pasien yang mengalami persalinan prematur dan persalinan tidak prematur dalam kurun waktu Juni 2017 sampai dengan Juni 2019 di RSUD Dr. Moewardi. Penelitian dilakukan dengan mengolah data rekam medis. Pada penelitian dipilih sebanyak 70 sampel penelitian, yang terdiri masing-masing 35 sampel untuk kelompok kasus dan kontrol. Sampel diambil menggunakan <em>purposive sampling. </em>Data kemudian dianalisis menggunakan uji Korelasi Koefisien Kontingensi<em> </em>Uji Kappa dan uji T-<em>test</em> Tidak Berpasangan.</p><p><strong>Hasil</strong>: Didapatkan korelasi antara anemia dengan kejadian persalinan prematur bermakna secara statistik. Nilai korelasi sebesar 0,031 menunjukkan korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang signifikan dan bermakna secara klinis. Selain itu, didapatkan perbedaan yang bermakna dan signifikan antara rata-rata nilai Hemoglobin ibu hamil dengan persalinan prematur dan tidak prematur, dengan nilai p sebesar 0,003.</p><p><strong>S</strong><strong>impulan</strong>: Terdapat hubungan yang signifikan dan bermakna secara klinis antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian persalinan prematur di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada Juni 2017 – Juni 2019.</p><p> </p><p>Background: Premature labor is labor that occurs at gestational age before 37 weeks. Premature labor is caused by various factors, one of which is anemia. Anemia in pregnancy, hemoglobin condition of pregnant women under 11 g / dl which is quite common, especially in developing countries. This situation results in a decrease in the amount of oxygen carried to the fetus, resulting in hypoxia in the fetus and stimulates stress hormones associated with labor induction. The purpose of this study was to determine the relationship between anemia in pregnant women with the incidence of preterm labor in Dr. Moewardi Surakarta.</p><p>Methods: This study was analytic observational research with case-control approach, conducted in August-September 2019 at Dr. Moewardi. Research subjects were patients who experienced preterm labor and non-preterm labor in the period June 2017 to June 2019 at the RSUD Dr. Moewardi. The study was conducted by processing medical record data. In this study 70 research samples were chosen, consisting of 35 samples for the case and control groups. Samples were taken using purposive sampling. Data were then analyzed using the Kappa Test Contingency Coefficient Correlation test and the unpaired T-test.</p><p>Result: The correlation between anemia and preterm labor was statistically significant. Correlation value (p=0.031) shows a positive correlation with the strength of the correlation that is significant and clinically meaningful. In addition, a significant and significant difference was found between the average hemoglobin value of pregnant women with preterm and non-preterm labor, with a value (p = 0.003).</p><p>Conclusion: There is a significant and significant relationship between anemia in pregnant women and the incidence of preterm labor in Dr. Moewardi Surakarta in June 2017 - June 2019, where anemia in pregnant women increases the risk of preterm labor.</p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document