scholarly journals Hubungan Senam Hamil dengan Kejadian Robekan Perineum Pada Ibu Primipara

2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 116-125
Author(s):  
Siti Zumrotin ◽  
Hariyono Hariyono ◽  
Inayatur Rosyidah
Keyword(s):  
P Value ◽  

Robekan perineum merupakan robekan yang terjadi saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan alat atau tindakan. Senam hamil bermanfaat dalam proses persalinan, memperkuat dan mempertahankan elastisitas pada saat mengejan karena otot-otot dasar panggul dan otot paha bagian dalam mengendur secara aktif. Penelitian ini bertujuan menganalisa hubungan senam hamil pada ibu primipara dengan kejadian robekan perineum di Puskesmas Baureno Bojonegoro Desain penelitian Jenis penelitian survey analitik retrospektif, rancangan penelitian berupa case control pendekatan retrospektif. Populasi dan sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu total sampling berdasarkan diagnose medis pasien yang pernah dirawat dari bulan Januari sampai dengan maret 2020 yaitu 35 orang. Menggunakan data sekunder dengan Variabel independen ibu bersalin yang mengikuti senam hamil dan Variabel dependen robekan perineum, Teknik Analisa univariat dan Analisa bivariatdenganUji Rank Spearman Dari hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan ibu yang melakukan senam hamil rutin tidak mengalami robekan perineum yaitu 21 orang (84 %)dari 25 responden, sedangkan ibu yang tidakrutinmelakukan senam hamil lebih banyak mengalami robekan perineum yaitu 8 orang (80 %)dari 10 responden, pada Analisauji spearman rank pada taraf kesalahan 5%, didapatkan p value= 0,041 dimana p value < 0,05 maka H1 diterima yang artinya Ada hubungan senam hamil dengan kejadianr obekan perineum pada ibu primipara di Puskesmas Baureno Kabupaten Bojonegoro. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Kegiatan Senam hamil pada responden membuktikan bahwa berpengaruh pada Kejadian Robekan Perineum

2019 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 130
Author(s):  
Ummi Kulsum ◽  
Dwi Astuti ◽  
Atun Wigati

Pneumonia merupakan penyakit peradangan parenkim paru yang ditandai dengan adanya demam tinggi, menggigil, sesak napas, napas cepat, batuk dan tarikan dinding dada ke dalam. Pneumonia merupakan penyebab utama kematian bayi (0 - 11 bulan) sebesar 23,80% dan sebagai penyebab kedua kematian balita (1 – 4 tahun) yaitu 15,50% menempati urutan kedua setelah diare dari 10 besar kematian. Rata-rata 83 balita meninggal setiap hari akibat Pneumonia. Hal ini menunjukkan bahwa Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat utama yang berkontribusi terhadap tingginya angka kematian balita di Indonesia. Survei Demokrasi Kesehatan Indonesia (SDKI) melaporkan bahwa prevalensi Pneumonia balita Indonesia meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Riwayat pemberian ASI dengan kejadian Pneumonia Balita di UPT Puskesmas Jepang Mejobo Kudus tahun 2018. Metode penelitian case control  dengan  pendekatan  retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah balita berusia 7 bulan – 5 tahun dengan gejala batuk yang mengarah pneumonia berjumlah 110 balita, dengan sampel yang diteliti sejumlah 85 balita. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik sampel random sampling. Alat pengumpulan data berupa kuesioner Riwayat pemberian ASI dan (Manajemen Terpadu Balita sakit). Uji statistik dengan Spearman rank. Hasil penelitian Hubungan antara riwayat pemberian ASI dengan kejadian pneumonia pada balita diperoleh nilai p value sebesar = 0,224 (>0,05), berarti Tidak ada hubungan antara riwayat pemberian ASI dengan kejadian pneumonia pada balita di UPT Puskesmas Jepang Mejobo Kudus Tahun 2018.Kata Kunci : Riwayat pemberian ASI, pneumonia, balita.


Author(s):  
Pawan Kumar Saini ◽  
Devendra Yadav ◽  
Rozy Badyal ◽  
Suresh Jain ◽  
Arti Singh ◽  
...  

Background: Psoriasis is an autoimmune chronic inflammatory disorder affecting the skin mediated by T-lymphocytes resulting in production of cytokines which cause hyperproliferation of keratinocytes.  Several factors and hormones like Prolactin have an action similar to these cytokines in promoting the multiplication of keratinocytes and other cells like lymphocytes and epithelial cells may have a role on the etiopathogenesis of psoriasis. Aim:-The aim of study is to compare the serum Prolactin levels in patients of psoriasis with a control group. Setting and study design: This is a case-control study conducted in the department of Dermatology, Venereology and Leprosy GMC, Kota over a period of 1year from July 2017 to June 2018 Material and method: The study included 100 cases of psoriasis (60 males and 40 females) and 100 controls similar for age and sex. Serum Prolactin levels were measured by ECLIA and results were obtained. Statistical analysis: Mean and standard deviation were calculated for each variable. Statistical significance of the results was analyzed using correlation analysis (Pearson correlation coefficient) and independent samples t-test. Statistical significance was assumed at p value<0.05. Result: Serum Prolactin level was significantly higher in cases of psoriasis compared to controls (p-value <0.001). PASI score and serum Prolactin levels were found to have a positive correlation (r value = 0.337; p-value: 0.001). No significant  correlation was found between serum levels of Prolactin and duration of disease r value= -0.034, P value =0.733). Serum Prolactin level was higher in male patients compared to females patients. Conclusion:- High serum Prolactin may be a biological marker of disease severity in psoriasis and may have a role in the pathogenesis of psoriasis. Further studies with large sample size are required to confirm this hypothesis.


2020 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 469-479
Author(s):  
Esta Pandiangan ◽  
Imanuel Sri Mei Wulandari

Latar Belakang: Sekitar 80% pasien pre operasi mengalami kecemasan yang dapat mempengaruhi perubahan tanda-tanda vital pasien, diperlukan dukungan keluarga yang optimal untuk membantu pasien mengatasi kecemasan yang dihadapi sehingga pasien mampu menjalani proses pengobatan.Tujuan: Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan yang dihadapi oleh pasien pre operasi di Rumah Sakit Advent Bandung.Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang dijadwalkan menjalani operasi pada bulan maret 2020, dan terdapat 48 responden yang sesuai dengan kriteria penelitian.Hasil Penelitian: Hasil yang didapatkan adalah sebagian besar dukungan keluarga dalam kategori baik (45,8%), tingkat kecemasan pasien pre operasi sebagian besar berada pada tingkat kecemasan sedang (56,3%), uji spearman rank menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel dengan nilai p value  < 0,05, dengan keeratan hubungan kuat (0,529).Kesimpulan: Dukungan keluarga yang baik mampu mengurangi kecemasan yang dihadapi oleh pasien saat akan menjalani tindakan operasi, hal ini perlu ditingkatkan sehingga mampu mengurangi beban psikologi yang dialami oleh pasien.


2016 ◽  
Vol 35 (4) ◽  
pp. 322-327
Author(s):  
Presilia Jesica ◽  
Nur Hilal ◽  
Khomsatun Khomsatun

Dermatitis merupakan peradangan kulit sebagai respon terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan seperti polutan dan alergen-alergen. Data Dinas Kesehatan Banyumas Tahun 2015 kasus Dermatitis tertinggi Kecamatan Patikraja 1.358 pasien. Bulan Nopember tahun 2015, pasien Dermatitis tertinggi 138 orang di Desa Kedungrandu. Wilayah Desa Kedungrandu merupakan lokasi Tempat Pembuangan Akhir Gunung Tugel dimana tempat pembuangan akhir gunung tugel merupakan yang terbesar di Banyumas. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan jenis sumber air dan personal hygiene dengan kejadian Dermatitis  Metode penelitian yang digunakan adalah observasi dan case control dengan 27 responden kasus dan 27 responden kontrol. Variabel penelitian ini sarana sumber air dan personal hygiene yang terdiri dari perilaku mandi, perilaku berpakaian dan perilaku tidur. Analisis menggunakan analisis SPSS versi 1.7 dengan uji chi-square dengan α 0,05. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang memiliki hubungan dengan kejadian penyakit Dermatitis adalah jenis sumber air dengan nilai p value= 0,001, personal hygiene merupakan variabel yang tidak mimiliki hubungan dengan kejadian penyakit Dermatitis di Desa Kedungrandu dengan hasil nilai p value= 1,000. Kesimpulan penelitian yaitu jenis sumber air dapat menjadi salah satu faktor penyebab Dermatitis di Desa Kedungarandu. Peneliti menyarankan dari pihak puskesmas meningkatkan kerja sama dengan pemerintah desa untuk melakukan penyuluhan dan meningkatkan program kesehatan lingkungan.


2018 ◽  
pp. 1
Author(s):  
Mur Prasetyaningrum ◽  
Z. Chomariyah ◽  
Trisno Agung Wibowo

Tujuan: Studi ini untuk mengetahui gambaran KLB keracunan pangan yang terjadi di desa Mulo menurut deskripsi epidemiologi, faktor risiko dan penyebab KLB keracunan makanan. Metode: Studi ini menggunakan studi analitik case control, dimana kasus adalah orang yang mengalami sakit pada tanggal 7 - 8 Mei 2017, tinggal di desa Mulo dan mengkonsumsi makanan olahan dari bapak S dan K. Instrument menggunakan kuesioner. Hasil: KLB terjadi di Desa Mulo RT 5 dan 6 dengan jumlah kasus sebanyak 18 orang dari total population at risk 112 orang dengan gejala utama diare (100%), mual (72,2%), demam (66,6%), pusing (66,6%) dan muntah (50%). Dari diagnosa banding menurut gejala, masa inkubasi dan agent penyebab keracunan, kecurigaan kontaminasi bakteri mengarah pada E. Coli (ETEC). Masa inkubasi 1-16 jam (rata-rata 9 jam) dan common source curve. Penyaji makanan ada dua (pak K dan pak S). Dari perhitungan AR, berdasarkan sumber makanan mengarah pada makanan dari pak S (AR=42,8%). Bedasarkan menu, perhitungan OR dan CI 95 % jenis makanan yang dicurigai sebagai penyebab KLB adalah urap/gudangan (OR=4,33; p value0,0071) dan sayur lombok (OR=6,31; p value 0,0071). Sampel yang didapatkan adalah sampel air bersih, feses, dan muntahan penderita, sampel makanan tidak didapatkan karena keterlambatan informasi dari masyarakat. Hasil laboratorium, Total Coliform sampel air bersih melebihi ambang batas, sampel feses dan muntahan mengandung bakteri Klebsiella pneumonia.Simpulan: Terdapat 3 (tiga) faktor yang diduga sebagai penyebab keracunan pada warga Desa Mulo yaitu air bersih untuk mengolah makanan tercemar bakteri patogen, pengolahan makanan tidak hygienis dan penyajian makanan pada suhu ruang lebih dari 1 jam.


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 402
Author(s):  
Iskim Luthfa ◽  
Nurul Fadhilah

<p><em>People with diabetes mellitus are at risk of developing complications, so that it affects the quality of life. These complications can be minimized through self-care management. This study aims to determine the relationship between self management with the quality of life for people with diabetes mellitus. This research is a kind of quantitative research with correlation study. This research used cross sectional design. The sampling technique uses non probability with estimation consecutive sampling. The number of respondents in this research are 118 respondents. Instrument for measuring self management used diabetes self management questionnaire (DSMQ), and instruments to measure quality of life used quality of life WHOQOL-BREEF. The data obtained were processed statistically by using spearman rank test formula and p value of 0,000 There is a significant relationship of self management with the quality of life of people with diabetes mellitus.</em></p><p> </p><p><em>Penderita </em><em>Diabetes mellitus </em><em>beresiko mengalami komplikasi yang dapat mempengaruhi kualitas hidupnya. Komplikasi tersebut dapat diminimalkan melalui manajemen perawatan diri (self management). Penelitian ini bert</em><em>ujuan </em><em>untuk</em><em> menganalisis hubungan self management dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus. </em><em>Jenis p</em><em>enelitian ini </em><em>adalah</em><em> deskriptif korelasi</em><em> dengan desain cross sectional</em><em>. Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability </em><em>sampling </em><em>dengan pendeka</em><em>t</em><em>an consecutive sampling</em><em>.</em><em> </em><em>J</em><em>umlah </em><em>sampel sebanyak</em><em> </em><em>118 responden.</em><em> </em><em>Instrumen </em><em>penelitian </em><em>untuk mengukur self management </em><em>menggunakan</em><em> </em><em>diabetes self management questionnaire</em><em> (DSMQ), </em><em>dan instrumen untuk mengukur kualitas hidup menggunakan </em><em>quality of life </em><em>WHOQOL-BREEF.</em><em> Analisis data menggunakan spearman rank dan didapatkan hasil nilai </em><em>p value 0,000</em><em> dan r 0,394.Terdapat </em><em>hubungan </em><em>antara </em><em>self management</em><em> dengan kualitas hidup pasien diabetes mellitus</em><em> dengan arah korelasi positif.</em></p>


2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 20-28
Author(s):  
Miftahul Jannah ◽  
Asnawi Abdullah ◽  
Melania Hidayat ◽  
Qatratul Asrar

Latar Belakang: Pneumonia merupakan pembunuh utama balita di seluruh dunia. Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Banda Aceh tahun 2018, jumlah balita penderita Pneumonia meningkat setiap tahunnya. Kasus Pneumonia balita yang paling banyak terdapat di UPTD Puskesmas Banda Raya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia pada Balita di wilayah kerja UPTD Puskesmas Banda Raya Kota Banda Aceh tahun 2019. Metode: Penelitian ini menggunakan desain Case Control Study atau Retrospective Study. Penelitian ini menggunakan total populasi dengan jumlah sampel adalah 142 anak balita berusia 12–59 bulan. Data dianalisis secara Univariat dan Bivariat. Analisis Bivariat menggunakan Uji Chi-Square dengan derajat kepercayaan 95% (p value0.05). Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia adalah luas ventilasi rumah (OR=15.81; CI 95%=4.70-53.12; p value=0.0001); sedangkan umur balita (OR=1.15; CI 95%=0.54-2.43; p value=0.705); jenis kelamin (OR=1.11; CI 95%=0.57-2.16; p value=0.737); pengetahuan ibu (OR=0.38; CI 95%=0.12-1.24; p value=0.112); dan kepadatan hunian (OR=1.80; CI 95%=0.78-4.13; p value=0.163), tidak terbukti secara signifikan sebagai faktor risiko pneumonia balita di UPTD Puskesmas Banda Raya Kota Banda Aceh. Kesimpulan: Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian Pneumonia balita adalah luas ventilasi rumah. Oleh karena itu diperlukannya sanitasi lingkungan yang sehat sebagai upaya preventif terhadap kejadian Pneumonia, serta memperbaiki pola perilaku hidup bersih dan sehat.


Author(s):  
Risnati Malinda ◽  
Khairil Fauzan K
Keyword(s):  
P Value ◽  

ISPA adalah penyakit saluran pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis, fharingitis, dan otitis serta saluran pernafasan bagian bawah seperti laryngitis, bronchitis, bronchiolitis, dan pneumonia yang dapat berlangsung selama 14 hari. Batas waktu 14 hari diambil untuk menentukan batas akut dari penyakit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sanitasi fisik rumah yang meliputi ventilasi rumah, lantai, dinding serta atap rumah dan kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian survei analitik dengan desain yang digunakan adalah rancangan case control dimana 27 responden berusia  > 20 tahun sebagai kasus dan 27 responden berusia > 20 tahun sebagai kontrol dengan total sampel sebanyak 54 responden. Teknik analisis data menggunakan statistik Chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian ISPA di Desa Alue Ie Mirah Kecamatan Pante Bidari Kabupaten Aceh Timur (P value = 0.000), sedangkan tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA di Desa Alue Ie Mirah Kecamatan Pante Bidari Kabupaten Aceh Timur (P value = 1.000).


Author(s):  
Farhad Vahid ◽  
Zahra Nasiri ◽  
Amir Abbasnezhad ◽  
Ezatollah Fazeli Moghadam

BACKGROUND: Oxidative stress and chronic inflammation are among the leading causes of coronary heart disease (CHD). Studies investigated the relationship between dietary antioxidants and the risk/odds of CHD, and contradictory results have been reported. Dietary antioxidant index (DAI) is a novel and reliable nutritional tool that examines the diet’s overall antioxidant capacity. Its validity was examined using serum total antioxidant capacity and malondialdehyde. OBJECTIVE: This study aimed to investigate the relationship between DAI score and odds of CHD. METHODS: In this incidence case-control study, 320 individuals with a definitive diagnosis of CHD and 320 participants without CHD or related risk factors attending the same hospitals/polyclinics were selected as the case and control groups. We estimated the DAI by summing up six standardized intakes of major dietary antioxidants, including manganese, vitamin E, A, C, selenium, and zinc. RESULTS: Modeling DAI categorized according to the median (–0.38), in multi-adjusted model showed a significant protective association with the odd of CHD (OR = 0.72; 95%CI:0.51–0.99, p-value = 0.05). Also, modeling DAI as a continuous variable in multi-adjusted models (OR = 0.94;95%CI:0.90–0.95; p-value = 0.01) showed significant results. CONCLUSION: Using the DAI to investigate the relationship between dietary antioxidants and CHD can show more realistic results than a single study of antioxidants.


2021 ◽  
Author(s):  
Abdulkareem Ali Hussein Nassar ◽  
Amr Abdulaziz Torbosh ◽  
Yassin Abdulmalik Mahyoub ◽  
Mohammed Abdullah Al Amad

Abstract Background: Dengue Fever (DF) is a significant health problem in Yemen especially in the coastal areas. On November 6, 2018, Taiz governorates surveillance officer notified the Ministry of Public Health and Population on an increase in the number of suspected DF in Al Qahirah and Al Mudhaffar districts, Taiz governorate. On November 7, 2018, Field Epidemiology Training Program sent a team to perform an investigation. The aims were to confirm and describe the outbreak by person, place and time in Taiz governorate, and identify its risk factors.Methodology: Descriptive and case-control study (1:2 ratio) were conducted. WHO case definition was used to identify cases in Al Qahirah or Al Mudhaffar districts during August-November 2018. Control was selected from the same districts who did not suffer from DF. Predesigned questionnaire was used to collect data related to sociodemographic, behavioral and environmental characteristics. Bivariate and multivariate backward stepwise analyses were used. The adjusted odds ratios (aOR) and 95% confidence intervals (95%CI) were calculated. A P value < 0.05 was considered as the cut point for statistically significant. Epi info version 7.2 was used.Results: A total of 50 DF cases were found. Almost 52% were males and 76% were <30 years of age. The overall attack rate was 1/10,000 of the population. Case fatality rate was 4%. In multivariate analysis, not working (aOR = 26.6, 95% CI: 6.8–104.7), not using mosquito repellent (aOR = 13.9, 95% CI:1.4–136.8), wearing short sleeves/pants (aOR = 27.3, 95% CI: 4.8–156.8), poor sanitation (aOR = 5.4, 95% CI: 1.4–20.3), presence of outdoor trees (aOR = 13.2, 95% CI: 2.8–63.0) and houses without window nets (aOR = 15.7, 95% CI: 3.9–63.4) were statistically significant risk factors associated with DF outbreak. Eleven 11 (58%) of blood samples were positive for DF IgM.Conclusions: DF outbreak in Al Qahirah and Al Mudhaffar districts, Taiz governorate was confirmed. This study provides evidence-based information regarding the identified risk factors that contributed to the occurrence of this outbreak. Raising community awareness on the importance of personal protection measures and improving the sanitation services are strongly recommended.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document