Artikel ini saya buat untuk meningkatkan kemampuan menulis saya. Sungguh, tidak sedikit diantara kita yang mereduksi arti menulis sekadar menorehkan pulpen pada kertas atau menekan tuts-tuts komputer sehingga tulisan muncul di layar monitor komputer. Tidak salah memang, tetapi menulis bukan hanya lakuan sedemikian [1]. Dalam kerangka Ersis Writing Theory (EWT), seseorang hanya bisa menuliskan apa yang ada di pikirannya atau apa yang telah ditulisnya di otak [2]. Tulisan atau cuitan orang tertentu di media sosial yang mengadu-domba atau memaki-maki. Kemampuan mengadudomba dan memaki-makinya semakin lama semakin bagus [3]. Pada zaman sekarang banyak sekali muncul kasus bullying atau merundung orang lain karena berbagai macam alasan. Tetapi, yang lebih banyak adalah karena merasa ingin dihormati atau orang yang terlalu gila hormat. Sebenarnya saling menghormati itu penting bagi sesama manusia, tetapi mungkin cara yang dilakukan salah dan ada beberapa alasan lainnya yang membuat seseorang membully orang lain. Bullying dapat terjadi di lingkungan sekolah, kerja, bahkan internet (Hamarus dan Kaikkonen, 2008; Einarsena, Hoelb, dan Notelaersa, 2009; Slonje dan Smith, 2008). Bullying yang terjadi di sekolah dapat terjadi antara kakak kelas-adik kelas, guru-murid, ataupun teman sebaya (Sejiwa, 2008; Hamarus dan Kaikkonen, 2008) [4]. Kata Kunci: bullying, usia dini, remaja, sosial media